CASE REPORT
”ILEUS PARALITIK”
Preceptor:
dr. Rina Kriswiastiny, Sp.PD
Oleh:
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/
tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus
paralitik ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai
penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut,
toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.
Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen.
Keadaan ini biasanya hanya berlangsung antara 24-72 jam. Beratnya ileus pasca
operasi bergantung pada lamanya operasi/ narcosis, seringnya manipulasi usus
dan lamanya usus berkontak dengan udara luar. Pencemaran peritoneum dengan
asam lambung, isi kolon, enzim pankreas, darah, dan urin akan menimbulkan
paralisis usus. Kelainan peritoneal seperti hematoma retroperitoneal, terlebih lagi
bila disertai fraktur vertebra sering menimbulkan ileus paralitik yang berat.
Demikian pula kelainan pada rongga dada seperti pneumonia paru bagian bawah,
empiema dan infark miokard dapat disertai paralisis usus. Gangguan elektolit
terutama hipokalemia merupakan penyebab yang cukup sering.
Total angka kejadian dari obstruksi usus yang disebabkan oleh mekanik
dan non mekanik mencapai 1 kasus diantara 1000 orang.ileus akibat meconium
tercatat 9-33 % dari obstruksi ileus pada kelahiran baru.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. T
Umur : 28 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
B. ANAMNESIS
Keluhan Tambahan : Nyeri ulu hati, nyeri perut bagian bawah, mual,
muntah, demam, dada berdebar dan nyeri sendi kaki
Riwayat Penyakit Sekarang :
C. ANAMNESIS SISTEM
Kulit (tidak ada keluhan)
(-) Bisul (-) Rambut (-) Keringat malam
(-) Kuku (-) Kuning / Ikterus (-) Sianosis
(-) Lain-lain
Jantung / Paru-Paru
(+) Nyeri dada (-) Sesak nafas
(-) Berdebar (-) Batuk darah
(-) Ortopnoe (-) Batuk
Haid
(-) Haid terakhir (-) Jumlah dan lamanya (-) Menarche
(+) Teratur (-) Nyeri (-) Gejala klimakterium
(-) Gangguan haid (-) Pasca menopause
Ekstremitas
(-) Bengkak (-) Deformitas
(-) Nyeri sendi (-) Sianpasienis
Berat Badan
Berat badan rata-rata (kg) : 50 kg
Tinggi Badan (cm) : 165 cm
Berat badan sekarang (kg) : 53 kg
(Bila pasien tidak tahu dengan pasti)
Tetap ( )
Turun ( )
Naik (√)
Riwayat Hidup
Tempat lahir : ( ) Di rumah (√ ) Rumah Bersalin ( ) RS Bersalin
Ditolong oleh : ( ) Dokter (√ ) Bidan ( ) Dukun
( ) Lain-lain
Riwayat Makanan
Frekwensi /hari : ± 1 x sehari
Jumlah /hari : ± 2 piring sehari
Variasi /hari : Bervariasi
Nafsu makan : Menurun
Pendidikan
( ) SD ( ) SLTP (+) SLTA ( ) Sekolah Kejuruan ( ) Akademi
( ) Kursus ( ) Tidak sekolah
Kesulitan
Keuangan : tidak ada
Pekerjaan : tidak ada
Keluarga : tidak ada
Lain-lain : -
D. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi badan : 165 cm
Berat Badan : 53 kg
IMT : 19,4 (normal)
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 75x/menit reguler, isi tegangan cukup.
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,2˚C
Edema umum : tidak terdapat edema
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku wajar, alam perasan wajar dan proses pikir wajar.
Kulit
- Warna : Putih
- Jaringan parut : Tidak ada
- Pertumbuhan rambut : Normal, pertumbuhan rambut merata
- Suhu Raba : Hangat
- Keringat : Ada
- Lapisan lemak : Cukup
- Efloresensi : Tidak ada
- Pigmentasi : (-)
- Pembuluh darah : Normal
- Lembab/ Kering : Lembab
- Turgor : Menurun
- Ikterus : Tidak ada
- Edema : Tidak ada
Kepala
- Ekspresi wajah : Tampak sakit sedang
- Rambut : Hitam, rontok
- Simetris muka : Simetris
- Pembuluh darah temporal : Tidak membesar
Mata
- Exopthalmus : -
- Kelopak : Normal
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sklera : Ikterik (-/-)
- Deviatio konjungtiva : -
- Enopthalmus : -
- Lensa : Jernih
- Gerak mata : Normal segala arah
- Tekanan bola mata : N/ palpasi
- Nistagmus :-
Leher
- Tekanan JVP : 5 - 1 cmH2O
- Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar
- Kelenjar Limfe : Tidak teraba pembesaran
Dada
- Bentuk : Normochest
- Pembuluh darah : Normal
- Buah dada : Normal, simetris
Paru-Paru
Depan Belakang
Inspeksi Simetris statis dinamis Simetris statis dinamis
Palpasi Fremitus taktil terasa Fremitus taktil terasa
pergerakan dinding pergerakan dinding
thorax (normal) thorax (normal)
Kanan Fremitus taktil terasa Fremitus taktil terasa
pergerakan dinding pergerakan dinding
thorax (normal) thorax (normal)
Perkusi Sonor pada seluruh Sonor pada seluruh
lapang paru. lapang paru.
Kanan Sonor pada seluruh Sonor pada seluruh
lapang paru (normal) lapang paru (normal)
Auskultasi Vesikuler (+), Vesikuler (+),
Ronkhi (-), Ronkhi (-),
Wheezing(-) (normal) Wheezing(-) (normal)
Kanan Vesikuler (+), Vesikuler (+),
Ronkhi (-) Ronkhi (-),
Wheezing(-) (normal) Wheezing(-) (normal)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba pulsasi
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS V linea sternal dextra
Batas jantung kiri : ICS V 2 jari medial linea
midclavicula sinistra
Batas jantung atas : ICS II linea sternal sinistra
Auskultasi : BJ I dan II normal reguler cepat, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi Dinding perut : Nyeri tekan (-)
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) melemah
Genetalia : Normal
Anggota Gerak
Kanan Kiri
Lengan Normal Normal
Otot Normal Normal
Tonus Normal Normal
Massa Tidak ada Tidak ada
Sendi Normal Normal
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan 5/5 5/5
Lain-lain
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hemoglobin : 15,3 g/dl
Leukosit : 10.000 /uL
Hematokrit : 43 %
Eritrosit : 5,6 x106/ul
Trombosit : 73.000/ul
Hitung Jenis : - Basofil :0
- Eosinofil :1
- Neutrofil batang :0
- Neutrofil segmen : 72
- Limfosit : 14
- Monosit : 13
Natrium : 139 mmol/L
Kalium : 3,4 mmol/L
Calsium : 8,1 mg/dl
Chlorida : 109 mmol/L
RINGKASAN
Pasien dengan keluhan nyeri di seluruh bagian perut sejak 5 hari
SMRS. Nyeri perut semakin lama semakin memberat. Nyeri perut dirasa
terus menerus dikatakan seperti mulas dan perut terasa kaku. Awalnya rasa
tidak nyaman timbul di sekitar daerah pusar sampai akhirnya lama-
kelamaan terasa sakit. Nyeri perut tidak membaik dengan makanan ataupun
diberikan minyak angin oleh pasien. Perut juga dikatakan kembung sudah 5
hari yang lalu.
2. Dasar Diagnosis
Anamnesis : nyeri perut, tidak bisa BAB
Pemeriksaan Fisik : Distensi abdomen
Pemeriksaan Penunjang :
G. DIAGNOSIS DIFFERENSIAL
1. Diagnosis Deferensial
Ileus Obstruktif
Pseudo-obstruksi
I. RENCANA PENGELOLAAN
1. Non Farmakologi
- Penderita dipuasakan
2. Farmakologi :
- Metronidazol Fl
- Ranitidin inj 1 gr/12 jam
- Omeprazole 20 mg tab 2x1
- Paracetamol 500 mg 3x1
J. PENCEGAHAN
1. Mencegah penyakit saluran cerna
- Diet tinggi serat
- Meningkatkan asupan makanan yang bergizi
K. PROGNOSIS
Qua ad vitam : dubia ad bonam
Qua ad sanationam : dubia ad bonam
Qua ad fungsionam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
(dari tanggal 15 Mei 2017 – 17 Mei 2017)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Ileus Paralitik
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/
tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya.
Ileus merupakan kondisi dimana terjadi kegagalan neurogenik atau
hilangnya peristaltic usus tanpa adanya obstruksi mekanik.
3.1.1 Etiologi
Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada: (1) proses intraabdominal
seperti pembedahan perut dan saluran cerna atau iritasi dari peritoneal (peritonitis,
pankreatitis, perdarahan); (2) sakit berat seperti pneumonia, gangguan pernafasan
yang memerlukan intubasi, sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes ketoasidosis,
dan ketidakseimbangan elektrolit (hipokalemia, hiperkalsemia, hipomagnesemia,
hipofosfatemia); dan (3) obat-obatan yang mempengaruhi motilitas usus (opioid,
antikolinergik, fenotiazine). Setelah pembedahan, usus halus biasanya pertama
kali yang kembali normal (beberapa jam), diikuti lambung (24-48 jam) dan kolon
(48-72 jam).
Ileus terjadi karena hipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa adanya
obstruksi usus mekanik. Diduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk
mengangkut isi usus. Kurangnya tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan
akumulasi gas dan cairan dalam usus.
Meskipun ileus disebabkan banyak faktor, keadaan pascaoperasi adalah
keadaan yang paling umum untuk terjadinya ileus. Memang, ileus merupakan
konsekuensi yang diharapkan dari pembedahan perut. Fisiologisnya ileus kembali
normal spontan dalam 2-3 hari, setelah motilitas sigmoid kembali normal. Ileus
yang berlangsung selama lebih dari 3 hari setelah operasi dapat disebut ileus
adynamic atau ileus paralitik pascaoperasi. Sering, ileus terjadi setelah operasi
intraperitoneal, tetapi mungkin juga terjadi setelah pembedahan retroperitoneal
dan extra-abdominal. Durasi terpanjang dari ileus tercatat terjadi setelah
pembedahan kolon. Laparoskopi reseksi usus dikaitkan dengan jangka waktu yang
lebih singkat daripada reseksi kolon ileus terbuka.
Trauma abdomen
Pembedahan perut (laparatomy)
Serum elektrolit abnormalitas
1. Hipokalemia
2. Hiponatremia
3. Hipomagnesemia
4. Hipermagensemia
3. Infark miokard
3. Rongga perut
2. Divertikulitis
3. Nefrolisiasis
4. Kolesistitis
5. Pankreatitis
Pengobatan
1. Narkotika
2. Fenotiazin
4. Clozapine
5. Obat Anticholinergic
3.1.2 Patofisiologi
Iskemia Usus.
Neurogenik
- Refleks inhibisi dari saraf afferent: incisi pada kulit dan usus pada
operasi abdominal.
- Refleks inhibisi dari saraf efferent: menghambat pelepasan
neurotransmitter asetilkolin.
Hormonal
Kolesistokinin, disekresi oleh sel I dalam mukosa duodenum dan jejunum
terutama sebagai respons terhadap adanya pemecahan produk lemak, asam
lemak dan monogliserida di dalam usus. Kolesistokinin mempunyai efek
yang kuat dalam meningkatkan kontraktilitas kandung empedu, jadi
mengeluarkan empedu kedalam usus halus dimana empedu kemudian
memainkan peranan penting dalam mengemulsikan substansi lemak
sehingga mudah dicerna dan diabsorpsi. Kolesistokinin juga menghambat
motilitas lambung secara sedang. Oleh karena itu disaat bersamaan dimana
hormon ini menyebabkan pengosongan kandung empedu, hormon ini juga
menghambat pengosongan makanan dari lambung untuk memberi waktu
yang adekuat supaya terjadi pencernaan lemak di traktus gastrointestinal
bagian atas.
Hormon lainnya seperti sekretin dan peptide penghambat asam lambung
juga memiliki fungsi yang sama seperti kolesistokinin namun sekretin
berperan sebagai respons dari getah asam lambung dan petida penghambat
asam lambung sebagai respons terhadap asam lemak dan asam amino.
Inflamasi
- Makrofag: melepaskan proinflammatory cytokines (NO).
- prostaglandin inhibisi kontraksi otot polos usus.
Farmakologi
Opioid menurunkan aktivitas dari neuron eksitatorik dan inhibisi dari
pleksus mienterikus. Selain itu, opioid juga meningkatkan tonus otot polos
usus dan menghambat gerak peristaltik terkoordianasi yang diperlukan
untuk gerakan propulsi. .
- Opioid: efek inhibitor, blockade excitatory neurons yang
mempersarafi otot polos usus.
3.1.4 Diagnosa
Pada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa silent abdomen
yaitu bising usus menghilang. Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan
pelebaran udara usus halus atau besar.
Anamnesa
Pada anamnesa ileus paralitik sering ditemukan keluhan distensi dari usus,
rasa mual dan dapat disertai muntah. Pasien kadang juga mengeluhkan
tidak bisa BAB ataupun flatus, rasa tidak nyaman diperut tanpa disertai
nyeri.
Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang
mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering.
Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia
dan massa abdomen. Pada pasien yang kurus tidak terlihat gerakan
peristaltik.
- Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum
apapun atau nyeri tekan, yang mencakup ‘defence muscular’
involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang
abnormal untuk mengetahui penyebab ileus.
- Perkusi
Hipertimpani
- Auskultasi
Bising usus lemah atau tidak ada sama sekali (silent abdomen) dan
borborigmi
Pemeriksaan penunjang
3.1.5 Penatalaksanaan
1. Konservatif
§ Penderita dirawat di rumah sakit.
§ Penderita dipuasakan
2. Farmakologis
3. Operatif
§ Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.
umum untuk ileus adalah pseudo-obstruksi, juga disebut sebagai sindrom Ogilvie,
dan obstruksi usus mekanik.
Pseudo-obstruction Pseudo-obstruksi
Obstruksi mekanik usus disebabkan oleh karsinoma kolon kiri. Perhatikan tidak
adanya gas usus sepanjang usus besar.
BAB IV
ANALISIS KASUS