PENDAHULUAN
Caring merupakan aspek penting yang harus dilakukan oleh perawat dalam
praktik keperawatan. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada,
menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau
menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Pemberian pelayanan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring perawat
mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Penerapan caring yang
diintegrasikan dengan pengetahuan biofisikal dan pengetahuan mengenai perilaku
manusia akan dapat meningkatkan kesehatan individu dan memfasilitasi
pemberian pelayanan kepada pasien. Perilaku caring yang dilakukan dengan
efektif dapat mendorong kesehatan dan pertumbuhan individu. Perilaku caring
perawat tidak hanya mampu meningkatkan kepuasan pasien, namun juga dapat
menghasilkan keuntungan bagi rumah sakit (Ardiana, 2010).
1
2
Hasil penelitian Tanjung (2011) tentang harapan pasien dalam kepuasan perilaku
caring perawat di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam mendapatkan hasil
keperawatan masih jauh dari yang diharapkan, seperti mengenalkan diri kepada
pasien atau keluarga pasien kurang membudaya, kurang penjelasan atau informasi
pada waktu memberikan asuhan keperawatan, dan masih kurangnya kegiatan
monitoring dan observasi.
Fenomena tersebut diatas pada umumnya menunjukkan adanya kecenderungan
sikap dan perilaku perawat yang tidak caring terhadap pasien yang mempengaruhi
kualitas asuhan keperawatan dan berdampak pada tingkat kepuasan pasien.
Namun survei yang dilakukan tentang tingkat kepuasan pasien yang telah
dilakukan masih bersifat umum, belum secara maksimal mengeksplorasi tentang
perilaku caring perawat dalam berinteraksi dengan pasien (Tanjung, 2011).
Pemberian pelayanan keperawatan yang didasari oleh perilaku tidak caring
perawat dapat membuat jarak antara perawat-pasien sehingga memperlambat
kesembuhan pasien.
Di dunia, caring sudah menjadi hal biasa yang dipraktikan dalam pemberian
asuhan keperawatan. International Association of Human Caring
Caring merupakan topik saat ini yang hangat dibahas dalam dunia keperawatan
karena perawat yang merupakan pelaku caring tetapi caring yang dilakukan
perawat masih jauh dari standar dalam praktik keperawatan secara nyata.
Hasil penelitian yang dilakukan Sari (2009) tentang gambaran perilaku caring
perawat terhadap pasien di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr Kariadi Semarang
didapatkan data bahwa dari 56 perawat yang menjalankan tugas di Instalasi Bedah
Sentral ada 30 orang (52%) yang belum memahami makna caring dan berperilaku
caring kepada pasien. Perawat lebih banyak berkonsentrasi pada tanggung
jawabnya sebagai instrumentator dan biasanya perawat menjadi kurang
memperhatikan keadaan pasien. Peneliti Sari menemukan bahwa perawat tidak
peduli dengan kenyamanan pasien (comforting), tidak mampu mengungkapkan
rasa cinta (loving), jarang mendengarkan keluhan pasien (listening), apalagi
menghibur pasien (compasionate) sangat jarang dilakukan dengan adanya
kesibukan mempersiapkan operasi.
Hasil penelitian Hafdhallah (2010) tentang hubungan karakteristik individu
dengan persepsi perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap BLUD RSU
Meuraxa Kota Banda Aceh menemukan 70,0% responden mempunyai persepsi
baik, 30 % responden mempunyai persepsi kurang. Hasil penelitian juga
memperlihatkan tidak adanya hubungan antara karakteristik individu perawat
4
pelaksana dengan persepsi perilaku caring perawat pelaksana di ruang rawat inap
BLUD RSU Meuraxa kota Banda Aceh tahun 2010.
Persepsi pasien atau klien terhadap pelayanan kesehatan perlu diperhatikan oleh
pemberi pelayanan kesehatan karena masyarakat yang menilai baik buruknya
pelayanan di Rumah Sakit, misalnya ruang perawatan bedah. Dalam hal ini
perawat perlu memperhatikan tingkat kepuasan pasien atau klien, meminimalkan
biaya atau waktu serta memaksimalkan dampak pelayanan terhadap sasaran.
Umpan balik atau informasi merupakan elemen yang penting dalam membangun
sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk terhadap kepuasan pelanggan
dan kualitas pelayanan (Kotler, 2005 dalam Nurhayati, 2010).
Pengetahuan dan persepsi pasien tentang pembedahannya dapat ditanyakan
langsung oleh pasien. Pengetahuan pasien mengenai pembedahannya perlu
diketahui oleh perawat agar perawat dapat memberi penjelasan lebih lanjut.
Perawat juga perlu mengetahui bagaimana persepsi pasien mengenai
pembedahannya karena biasanya berespons sesuai persepsinya.
Pasien yang akan menghadapi operasi atau yang berada pada fase pra operasi
biasanya merasakan kecemasan yang lebih sehingga membutuhkan caring yang
lebih dari perawat. Menurut Baradero, Dayrit, dan Siswadi (2009) tanda cemas
praoperasi mungkin tidak sama untuk setiap individu. Ada yang menunjukkan
kecemasan dengan bicara terlalu cepat, banyak bertanya, tetapi tidak menunggu
jawaban pertanyaannya, mengulang pertanyaan yang sama, atau mengubah
pembicaraan. Ada yang mengatakan tidak merasa cemas, tetapi tingkahnya
menunjukkan kecemasan atau ketakutan. Ada juga pasien yang tidak
5
Hipotesis
berikut:
Ho : Tidak ada perbedaan antara persepsi perawat dengan pasien tentang perilaku
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Praktik Keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi acuan perilaku caring
perawat perioperatif di Ruang Rawat Bedah, sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif di Ruang Rawat Bedah dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi peneliti
lain yang ingin melakukan penelitian yang lebih lanjut tentang perbandingan
persepsi perawat dengan pasien tentang perilaku caring perawat perioperatif di
Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai.