Disusun Oleh :
Kelompok A2
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNya makalah ini dapat kami selesaikan . Dalam makalah ini kami membahas
“Keimanan dan Ketaqwaan”.
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan dalam
penyusunan laporan ini
Nurbuana, S.Ag., M.Pd.I selaku dosen mata kuliah “Pendidikan Agama Islam”
Teman-teman yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
merampungkan tugas tutorial ini dengan baik.
Orang tua yang telah menyediakan fasilitas dan materi yang memudahkan dalam
penyusunan laporan ini.
Kami menyadari, tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat kami harapkan agar bermanfaat bagi
revisi tugas ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran selanjutnya dan bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan ................................................................................. 4
II. Isi.................................................................................................. 5
A. Pengertian Iman dan Taqwa .................................................. 5
B. Wujud Iman dan Taqwa ....................................................... .7
C. Proses Terbentuknya Iman dan Taqwa ............................... 11
D. Fungsi Iman dan Taqwa.......................................................15
E. Tanda Orang Beriman dan Bertaqwa...................................15
F. Korelasi Keimanan dan Ketaqwaan.....................................19
G. Implementasi Iman dan Taqwa............................................21
III. Kesimpulan ...... .........................................................................26
Daftar Pustaka .............................................................................................. 27
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
ISI
Perkataan iman berasal dari bahasa arab, asal kata dari “amanu” yang artinya
percaya atau yakin. Secara harfiah iman dapat diartikan dengan rasa aman, keyakinan atau
kepercayaan. Menurut istilah kata iman dapat diartikan dengan “meyakini dalam hati,
diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan hal ini sesuai dengan sabda
Rasuullah SAW:
Artinya “Iman ialah bahwa engkau percaya kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitabNya,
Rasul-rasulNya, hari akhir, kiamat dan engkau percaya kepada qadar yang baik dan
buruk.”
Iman menurut ahlussunnah wal jama’ah adalah dilafazkan/ diikrarkan pada lisan/
lidah, ditasdikkan dalam hati dan diamalkan dengan anggota badan, dengan kata lain iman
tersebut mencakup tiga hal yaitu ikrar, tasdik, dan amal.
Iman dapat diartikan dengan aqidah karena bila kita membahas atau mempelajri
aqidah maka tidak terlep``as dari keyakinan terhadap Tuhan, yang pengertian aqidah itu
sendiri dijelaskan yaitu perkataan aqidah berasal dari bahasa Arab, yang asal katanya
adalah “aqada” artinya ikatan/jalinan (ikatan) dua orang yang mengadakan perjanjian.
Secara terminology “Aqidah” adalah suatu landasan yang mengikat yaitu keimanan,
sebabnya ilmu tauhid disebut juga dengan ilmu aqaid (jamak dari aqodah) yang berarti
ilmu mengikat.
Aqidah menurut syariat disebut “iman” yaitu keyakinan terhadap Allah SWT
dengan suatu ungkapan tanpa keraguan, aqidah Islam bukan hanya sekedar percaya semata
melainkan meyakini dengan sebenar-benarnya akan adanya Allah dan mendorong bagi
yang meyakininya untuk selalu berperilaku yang baik sesuai dengan ajaran alqur’an dan
hadist.
Pendapat para pakar tentang “aqidah” sebagai berikut:
1. Syech Muhamad Abduh, dalam bukunya “Risalah Tauhid” mengatakan “aqidah”
adalah ilmu yang menetapkan keyakinan (science pf theology).
5
2. Prof. Dr. Zakiah Darajat, MA. Dalam bukunya “Dasar-Dasar Agama Islam”
menegaskan “aqidah” adalah ajaran tentang keyakinan yang menyangkut iman kepada
Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, hari akhir serta qadha/qadar.
3. Drs. Nasrudin Razak dalam bukunya “Dienul Islam” menyatakan aqidah adalah iman
atau kepercayaan yang bersumber pada alqur’an.
Aqidah dapat dikatakan dengan “Ideologi Islam” yang maksudnya adalah suatu
ajaran tentang keimanan (keyakinan) kepada Allah SWT yang keyakinan tersebut tidak
terdapat sifat keragu-raguan sebagaimana yang dikemukakan dua (2) pakar yaitu:
a. Prof. Dr. Yusuf AL-Qordhowi dalam bukunya “Pedoman Ideologi Islam” Islam
harus merupakan pedoman diseluruh lapangan kehidupan artinya secara material dan
spiritual aqidah Islam harus Islami, begitu juga sebagian hidupnya, paham dan
fikirannya yang Islami demikian halnya dengan perasaan, akhlak, pendidikan, tradisi,
tat susia, undang-undang dan peraturan seluruhnya harus Islam berdasarkan pada
ajaran-ajaran Islam, hal ini sesuai dengan firman Allah lewat Surat Al-Baqarah : 2
ayat (208):
Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam keseluruhan dan janganlah
kamu turuti langkah-langkah syaiton. Sesungguhnya syaiton itu musuh yang nyata
bagimu.
b. Abu A’la al-Maududi, dalam kitabnya “Pokok-Pokok Pandangan Hidup Muslim”
menyatakan ... “Ideology Islam ialah didasarkan atas approach hidup (pendekatan
hidup) yang unik dan suatu konsepsi istimewa mengenai kedudukan manusia dalam
alam semesta.
Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib
k.w. tentang apa itu taqwa. Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu adalah :
1. Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya
neraka.
2. Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam
kehidupan sehari-hari seorang manusia.
3. Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki
yang banyak, siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disedari
adalah bahawa rezeki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.
6
4. Orang yg menyiapkan diri untuk “perjalanan panjang”, maksudnya adalah
hidup sesudah mati.
Al- Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan menghindari
apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah.
Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi
larangan.
Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya,
melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu
lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang
muslim yang disebut amal saleh.
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan
kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan
keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu
secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia merupakan
keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang
dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia
berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah
seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak berakidah, maka segala amalnya tidak
memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran
manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala
aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti
meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh
hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.
Rukun Iman bagi orang Islam ada 6 perkara yaitu :
1. Percaya kepada Allah
2. Percaya kepada malaikat
3. Percaya kepada kitab
4. Percaya kepada nabi dan rasul
7
5. Percaya kepada hari akhirat
6. Percaya kepada qada dan qadar
Konsep yang paling asas ialah percaya bahwa Tuhan itu satu (Tauhid). Konsep
keesaan Allah ini adalah mutlak, dan tidak relatif kepada apa pun wujud di dunia ini.
Dalam Surah Al-Ikhlas,
أ َ َحد ُكفُ ًوا لَّهُ يَ ُكن َولَمo يُولَد َولَم يَ ِلد لَمo َُللا َّ أ َ َحد
َّ الo َللاُ ه َُو قُل
َّ ُ ص َمد
"Katalah (wahai Muhammad) bahwa Allah itu tunggal. Allah tempat meminta.
Tidak Dia beranak dan tidak juga Dia diperanakkan. Dan tiada yang serupa denganNya,
Dialah Tuhan yang Esa."
Rukun iman yang kedua ialah percaya kepada Malaikat. Setiap muslim yang
mengucap syahadah wajib mempercayai adanya malaikat. Malaikat juga adalah makhluk
Allah yang diciptakan dari cahaya. Zat malaikat adalah halus, tidak nampak oleh mata
kasar manusia biasa tetapi mampu dilihat oleh manusia yang luar biasa seperti Nabi dan
Rasul. Rupa malaikat yang sebenar hanya Allah sahaja yang tahu. Namun berdasarkan
hadis, malaikat mampu menjelma dalam pelbagai rupa manusia dan bentuk makhluk yang
lain. Ia berakal, boleh berkata-kata dan boleh bergerak ke suatu jarak yang jauh dalam
masa yang singkat. Keadaan malaikat semata-mata adalah untuk taat dan menjalankan
titah perintah Allah. Malaikat itu tidak makan dan tidak minum, tidak mengantuk dan
tidak tidur, tidak juga ia berasa penat dan letih.
Malaikat sangat banyak bilangannya dan Allah saja yang tahu bilangan sebenarnya.
Dalam ilmu Tauhid, umat Islam diwajibkan mengenal 10 malaikat dan tugas mereka.
Yaitu :
1. Malaikat Jibril : Tugasnya membawa wahyu dari Allah Ta’ala kepada Rasul-rasul
dan Nabi-nabi, juga menguruskan bala seperti gempa bumi, air bah, ribut dan lain-
lain lagi.
8
2. Malaikat Mikail : Tugasnya membawa rezeki dengan menumbuhkan tumbuh-
tumbuhan, membiakkan hewan, mengeluarkan hasil galian bumi.
3. Malaikat Israfil : Tugasnya untuk meniup “sangkakala” ketika sampai masa
kiamat yaitu bumi akan hancur dan sekali lagi ia meniup sangkakala itu ketika
sampai masa manusia hidup lagi dan keluar dari kubur untuk perhitungan di
akhirat.
4. Malaikat Maut : Tugasnya ialah mengambil nyawa, yaitu mematikan apabila
sudah sampai ajal, dan tugasnya mengambil nyawa tidak akan cepat sesaat dan
tidak akan lewat sesaat.
5. Malaikat Munkar : Tugasnya menanyakan orang mati di alam kubur.
6. Malaikat Nakir : Tugasnya menanyakan orang mati di alam kubur.
7. Malaikat Raqib : Tugasnya ialah menulis pahala bagi orang yang membuat
kebaikan.
8. Malaikat Atid : Tugasnya adalah untuk menulis dosa bagi orang yang membuat
mungkar dan kejahatan.
9. Malaikat Ridhwan : Tugasnya menjaga surga.
10. Malaikat Malik : Tugasnya menjaga neraka.
Salah satu daripada Rukun Iman agama Islam adalah percaya kepada kitab-kitab yang
telah diturunkan oleh Allah. Orang Islam percaya bahwa Allah telah menurunkan kitab-
kitab kepada para nabi dan rasul untuk membimbing manusia ke jalan yang benar. Ia
diakhiri dengan kitab Al-Quran. Kitab-kitab terbagi dua:
Orang Islam percaya bahawa pada masa kini, kitab-kitab selain Al-Quran telah diubah
mengikuti kehendak pihak-pihak tertentu; maka ia bukan lagi merupakan naskah-naskah
yang tulen. Al-Quran menyempurnakan segala kitab-kitab yang terdahulu.
9
Percaya kepada Nabi dan Rasul
Beriman kepada nabi dan rasul ialah meyakini bahwa nabi dan rasul itu benar-benar
diangkat oleh Allah SWT untuk membimbing manusia ke arah jalan hidup yang baik yang
diridlai Allah. Islam mengajar umatnya bahwa Allah menyampaikan wahyuNya melalui
malaikat kepada nabi dan rasul. Nabi ialah seorang lelaki yang dipilih Allah untuk
menerima wahyu untuk kegunaan dirinya dan umatnya saja.
Rasul dan nabi merupakan manusia biasa. Islam menghendaki penganutnya untuk
mempercayai setiap nabi dan rasul ini dan tidak membedakan mereka antara satu sama
lain. Rasul pula merupakan seorang lelaki yang dipilih untuk menerima wahyu untuk
dirinya serta disampaikan kepada orang lain. Terdapat 25 rasul yang dinyatakan dalam Al-
Quran, dan lima dari rasul tersebut adalah Ulul Azmi yaitu; Nuh,Ibrahim, Musa, Isa dan
Muhammad. Ulul Azmi adalah gelaran yang diberikan kepada rasul Allah yang memiliki
ketabahan yang luar biasa dalam menyampaikan risalahnya.
Muhammad SAW merupakan nabi dan rasul yang terakhir. Ini bermakna tiada nabi
dan rasul akan dilantik selepas kewafatan baginda. Baginda telah menyampaikan
peringatan terakhir (yaitu Al Quran dan As Sunnah) kepada manusia sebelum berlakunya
hari kiamat.
Rasul diberi tugas oleh Allah. Secara umumnya, tugas nabi dan rasul adalah
membawa kebenaran, memberikan kabar gembira dan peringatan kepada umatnya agar
mereka menjadi umat yang beriman kepada Allah agar tidak sengsara dunia dan akhirat.
Para rasul diberi wahyu oleh Allah yang membuktikan bahwa mereka adalah pembimbing
dalam segala amal perbuatannya pantas dijadikan cermin tauladan.
Kita wajib percaya akan datangnya Hari Kemudian atau akhirat sebagaimana yang
difirmankan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an. Di terangkan bahwa pada akhir zaman
akan datang suatu hari di mana semua makhluk yang ada akan binasa, dimusnahkan dan
akan dibangunkan semula. Karena itu, hari akhirat turut mendapat julukan hari kiamat atau
pembangkitan.
Setelah segalanya hancur pada hari kiamat, Allah memerintahkan kepada malaikat
Israfil untuk bangun terlebih dahulu dan melaksanakan perintah Allah SWT meniup
10
sangkakala, maka bangunlah nyawa yang telah mati untuk dihadapkan ke pengadilan
Allah SWT dan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya selama di dunia.
Itulah hari pembalasan. Siapa yang amalannya lebih banyak dengan kebaikkan akan
mendapat kebahagiaan di surga. Sebaliknya, bagi amalannya lebih banyak yang jahat akan
mendapat siksaan dan ditempatkan di neraka.
Kita wajib percaya bahwa segala sesuatu yang telah terjadi dan yang akan terjadi,
semuanya itu, menurut apa yang ditentukan dan ditetapkan oleh Allah, sejak sebelumnya
(zaman azali). Jadi segala sesuatu itu (nasib baik dan buruk) sudah diatur dengan rencana-
rencana tertulis atau batasan-batasan yang tertentu. Tetapi kita tidak dapat mengetahuinya
sebelum terjadi. Rencana sebelumnya itu Qadar atau Takdir bermaksud ketetapan.
Terlaksananya berupa kenyataan, dinamakan Qada bermaksud keputusan perbuatan
(pelaksanaan). Sebahagian Ulama’ menamakan takdir itu juga qada dan qada.
Manusia lahir secara fitrah dalam keadaan suci dan mempunyai nafsu
sebagaimana manusia lainnya. Ia terbentuk sesuai dengan sunnatullah. Iman dan taqwa
pada diri manusia bukanlah warisan dari kedua orang tua ayah dan ibu, akan tetapi benih-
benih iman dan taqwa sudah ada pada diri manusia itu sendiri sejak ia dilahirkan.
Berkembang tidaknya fitrah iman dan taqwa tergantung dari pendidikan, pemahaman dan
pengalaman agama yang didapatnya pada saat manusia menginjak dewasa.
Kefitrahan manusia dibawa sejak ia dilahirkan, namun kenyataan alam hidup
setelah manusia memahami arti hidup maka kefitrahan yang dibawanya sejak ia dilahirkan
akan bergeser dibawa arus kehidupan. Kefitrahan iman dan taqwa bisa saja mantap apabila
kedua orang tuanya berperan aktif untuk mendidik atau membentuk kepribadian anak,
karena orang tuanyalah yang menjadikan anak itu yahudi, nasrani, atau majusi. Fitrah
bersifat potensial, ia tidak dengan sendirinya menjadikan manusia berakhlak atau
berkepribadian mulia.
Oleh sebab itu, fitrah haruslah dijaga, dirawat, serta ditumbuhkembangkan agar
manusia dapat tumbuh menjadi insan kamil (manusia sempurna) penuh kemuliaan dan
harapan, selain kedua orang tuanya, lingkungan (miliu) faktor yang sangat dominan dapat
11
mempengaruhi dan turut berperan dalam proses tumbuh dan berkembangnya fitrah iman
dan taqwa.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik
yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang.
Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan
bagi anak-anak. Tingkah laku yang baik maupun yang buruk akan ditiru anak-anaknya.
Jangan diharapkan anak berperilaku baik, apabila orang tuanya selalu melakukan
perbuatan yang tercela. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda, “Setiap anak, lahir membawa
fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani,
atau Majusi”.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses
perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah
adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal
ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
Seseorang yang menghendaki anaknya menjadi mukmin kepada Allah, maka
ajaran Allah harus diperkenalkan sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak itu dari
tingkat verbal sampai tingkat pemahaman. Bagaimana seorang anak menjadi mukmin, jika
kepada mereka tidak diperkenalkan al-Qur’an.
Di samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan,
karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang.
Seorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan
menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang dan
terampil dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.
Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat
dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri atas perbuatan yang tampak saja. Di dalamnya
tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak selalu mudah ditanggapi kecuali secara fisik
langsung (misalnya, melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan
sikap mental tersebut), bahkan secara tidak langsung itu adakalanya cukup sulit menarik
kesimpulan yang teliti. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah tingkah laku dalam arti
luas dan dikaitkan dengan nilai-nilai hidup, yakni seperangkat nilai yang diterima oleh
manusia sebagai nilai yang penting dalam kehidupan, yaitu iman. Yang dituju adalah
tingkah laku yang merupakan perwujudan nilai-nilai hidup tertentu, yang disebut tingkah
laku terpola.
12
Dalam keadaan tertentu, sifat, arah, dan intensitas tingkah laku dapat
dipengaruhi melalui campur tangan secara langsung, yakni dalam bentuk intervensi
terhadap interaksi yang terjadi. Dalam hal ini dijelaskan beberap prinsip dengan
mengemukakan implikasi metodologinya, yaitu:
3. Prinsip sosialisasi
Pada umumnya nilai-nilai hidup bru benar-benar mempunyai arti apabila telah
memperoleh dimensi sosial. Oleh karena itu suatu bentuk tingkah laku terpola baru teruji
secara tuntas bilamana sudah diterima secara sosial. Implikasi metodologinya ialah bahwa
13
usaha pembentukan tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya tidak diukur
keberhasilannya terbatas pada tingkat individual (yaitu hanya dengan memperhatikan
kemampuan seseorang dalam kedudukannya sebagai individu), tetapi perlu mengutamakan
penilaian dalam kaitan kehidupan interaksi sosial (proses sosialisasi) orang tersebut. Pada
tingkat akhir harus terjadi proses sosialisasi tingkah laku, sebagai kelengkapan proses
individuasi, karena nilai iman yang diwujudkan ke dalam tingkah laku selalu mempunyai
dimensi sosial.
5. Prinsip integrasi
Hakikat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap orang
pada problematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas dan menyeluruh.
Jarang sekali fenomena kehidupan yang berdiri sendiri. Begitu pula dengan setiap bentuk
nilai hidup yang berdimensi sosial. Oleh karena itu tingkah laku yang dihubungkan dengan
nilai iman tidak dapat dibentuk terpisah-pisah. Makin integral pendekatan seseorang
terhadap kehidupan, makin fungsional pula hubungan setiap bentuk tingkah laku yang
berhubungan dengan nilai iman yang dipelajari. Implikasi metodologinya ialah agar nilai
iman hendaknya dapat dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan keterampilan tingkah
laku yang terpisah-pisah, tetapi melalui pendekatan yang integratif, dalam kaitan
problematik kehidupan yang nyata.
14
D. Fungsi Iman dan Taqwa
a. Menuntun dan mengembangkan dasar Ketuhanan yang dimiliki sejak ia lahir
artinya manusia sejak lahir diberi/memiliki potensi pikir dan fitrahnya sehingga
sepanjang hidupnya membutuhkan agama (ajaran) dalam rangka mencari suatu
kebenaran terhadap Tuhan, aqidah berperan memenuhi kebutuhan fitrahnya.
b. Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa manusia, artinya Islam sebagai
kebutuhan bagi kehidupan manusia sebagai fitrah sehingga mendorong bagi
manusia untuk terus-menerus mencarinya.
c. Memberikan pedoman hidup yang pasti, artinya keyakinan terhadap Allah SWT
memberikan arahan (kompas) dan pedoman yang pasti, sebab aqidah meluruskan
suatu jalan di dalam kebenaran (hak) yang sebenarnya dan sesungguhnya.
ARTINYA :
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang
yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan
kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki
(nikmat) yang mulia."(QS.Al Anfal 2-4)
15
Secara umum karakteristik orang yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa (Allah SWT) dapat dikelompokkan dalam lima kategori:
1. Memelihara fitrah iman
2. Mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan untuk
berkorban baik secara fisik maupun materi.
3. Memelihara ibadah secara formal.
4. Memelihara kehormatan diri dan keluarga.
5. Memiliki semangat perjuangan (berikhtiar dan berdoa).
16
5. Memiliki suasana hati yang goyah, seperti bosan dalam kebaikan dan sering gelisah
6. Tidak merasakan apapun ketika mendengarkan ayat Al-Qur'an dibacakan, seperti
ketika Allah mengingatkan tentang hukumanNya dan janji-janjiNya tentang kabar
baik.
7. Kesulitan dalam berdzikir dan mengingat Allah
8. Tidak merasa risau ketika keadaan berjalan bertentangan dengan syari'ah
9. Menginginkan jabatan dan kekayaan
10. Kikir dan bakhil, tidak mau membagi rezeki yang dikaruniakan oleh Allah
11. Memerintahkan orang lain untuk berbuat kebaikan, sementara dirinya sendiri tidak
melakukannya.
12. Merasa senang ketika urusan orang lain tidak berjalan semestinya
13. Hanya memperhatikan yang halal dan yang haram, dan tidak menghindari yang
makruh
14. Mengolok-olok orang yang berbuat kebaikan kecil, seperti membersihkan masjid
15. Tidak mau memperhatikan kondisi kaum muslimin
16. Tidak merasa bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu demi kemajuan Islam
17. Tidak mampu menerima musibah yang menimpanya, seperti menangis dan meratap-
ratap di kuburan
18. Suka membantah, hanya untuk berbantah-bantahan, tanpa memiliki bukti
19. Merasa asyik dan sangat tertarik dengan dunia, kehidupn duniawi, seperti merasa
resah hanya ketika kehilangan sesuatu materi kebendaan
20. Merasa asyik (ujub) dan terobsesi pada diri sendiri
17
nama-nama dan sifat-sifat Allah, orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang
berilmu.
4. Menghadiri majelis-majelis dzikir yang mengingat Allah. Malaikat mengelilingi
majels-majelis seperti itu.
5. Selalu menambah perbuatan baik. Sebuah perbuatan baik akan mengantarkan kepada
perbuatan baik lainnya. Allah akan memudahkan jalan bagi seseorang yang
bershadaqah dan juga memudahkan jalan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan.
Amal-amal kebaikan harus dilakukan secara kontinyu.
6. Merasa takut kepada akhir hayat yang buruk. Mengingat kematian akan mengingatkan
kita dari terlena terhadap kesenangan dunia.
7. Mengingat fase-fase kehidupan akhirat, fase ketika kita diletakkan dalam kubur, fase
ketika kita diadili, fase ketika kita dihadapkan pada dua kemungkinan, akan berakhir
di surga, atau neraka.
8. Berdo'a, menyadari bahwa kita membutuhkan Allah. Merasa kecil di hadapan Allah.
9. Cinta kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala harus kita tunjukkan dalam aksi. Kita
harus berharap semoga Allah berkenan menerima shalat-shalat kita, dan senantiasa
merasa takut akan melakukan kesalahan. Malam hari sebelum tidur, seyogyanya kita
bermuhasabah, memperhitungkan perbuatan kita sepanjang hari itu.
10. Menyadari akibat dari berbuat dosa dan pelanggaran. Iman seseorang akan bertambah
dengan melakukan kebaikan, dan menurun dengan melakukan perbuatan buruk.
11. Semua yang terjadi adalah karena Allah menghendaki hal itu terjadi. Ketika musibah
menimpa kita, itupun dari Allah.
Taqwa menjadi kriteria penilaian Allah terhadap kemuliaan manusia. Manusia dinilai
mulia oleh Allah bukan berdasarkan rupa, pintar bodoh, kaya miskin, asal usul, suku bangsa
dan sebagainya, melainkan hanya dari ketaqwaannya
“....Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal” ~ Al Hujuraat (49) : 13
18
Al Qur’an juga menjelaskan bahwa orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang disukai
Allah, sebagaimana firman-Nya:
“(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuatnya) dan bertaqwa,
maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.” ~ Ali Imran (3) : 76 ~
1. Bersegera memohon ampunan Allah bila berbuat dosa dan mudah meminta maaf
kepada sesama manusia (Tidak gengsi)
2. Mau berinfaq/sedekah dalam keadaan lapang maupun sempit (Tidak pelit)
3. Bisa menahan amarah (Tidak ngambekan/emosian)
4. Mudah memaafkan kesalahan orang lain (Tidak pendendam)
5. Senantiasa melakukan kebaikan atau berbuat baik (Tidak jahat)
6. Selalu menepati janji
7. Bersabar dalam menerima cobaan
8. Tidak sombong dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi
9. Selalu ingat kepada Allah (dzikrullah) dengan menggunakan akal . Berzikir
(mengingat Allah) itu itu bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
shalat wajib dan sunnah, tahmid, takbir, tahlil, istighfar, mendengarkan siaran-siaran
tausiah, menghadiri majelis taklim, pengajian, membaca Al-Qur’an dan sebagainya.
10. Selalu berhati-hati dalam setiap tindakan karena takut terhadap azab Allah
Hubungan antara keimanan dan ketaqwaan ini tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya, karena keimanan dan ketaqwaan pada hakikatnya saling berkaitan dan
memerlukan, artinya keimanan diperlukan oleh manusia supaya Allah SWT dapat
menerima ketaqwaannya. Setiap amalan atau perbuatan yang baik tidak akan diterima
Allah SWT tanpa didasari keimanan. Iman seseorang seolah hampa dan kosong tanpa
amal shaleh yang menyertainya, secara konkretnya membuktikan bahwa ada iman dalam
hatinya.
19
Tingkat taqwa (muttaqin) dapat diperoleh seorang muslim apabila melalui
beberapa tingkatan antara lain: 1) muslim, 2) mukmin, 3) muhsin, 4) muchlisin, 5)
muhtadin, 6) muttaqin.
Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua,
yaitu tauhid teoritis (tauhid rububiyyah) dan tauhid praktis (tauhid uluhiyyah). Tauhid
teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaan
Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan
kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi
logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud
Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal ibadah
manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha illallah
(Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengartian tauhid praktis (tauhid ibadah).
Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang
disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-
Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengartian beriman kepada Allah,
Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan, tanpa
mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat
dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sampurna. Dalam pandangan Islam, yang
dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan
dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan
dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-
hari secara murni dan konsekuen.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan
pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid
adalah mengesakan Tuhan dalam pengartian yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran,
membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah
mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah
Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
20
G. Implementasi Iman dan Taqwa
21
Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari berbagai persoalan di atas, perlu
diadakan revolusi pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan
menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.
2. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan
beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.
22
Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat penyimpanannya.
Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata. (lauh mahfud). (Hud, 11: 6).
23
ketenangan akan meliputi hati mukmin. Dia yakin bahwa Allah akan mengabulkan do’anya,
meneguhkan hatinya, serta memberikan kemenangan. (ar-Ra’ad 28, al-Fath 4).
Kalau Allah telah menurunkan ketenangan dalam hati, maka hati menjadi mantap,
segala krisis dapat dilalui, keseimbangan hormon tetap mantap, dan keserasian kimiawi tubuh
berjalan dengan wajar. Dalam keadaan demikian segala penderitaan dan tekanan jiwa akan
berganti dengan perasaan bahagia dan ketenangan.
24
h. Iman mencegah penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh
manusia mukmin dipengaruhi oleh iman.
Hal itu karena semua gerak dan kegiatan manusia, baik yang dipengaruhi oleh kemauan
seperti makan, minum, berdiri, melihat dan berfikir, maupun yang tidak dipengaruhi kemauan
seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah tidak lebih dari serangkaian
proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan
proses bio-kimia ini bekerja di bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam hormon
diatur oleh hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise, yang terletak di samping bawah
otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang
dibawa manusia semenjak ia masih berbentuk zygot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman
mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak
manusia.
Jika karena pengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perobahan fisiologis
tubuh (keseimbangan hormon terganggu), seperti takut, marah, putus asa, dan lemah, maka
keadaan ini dapat dinormalisir kembali oleh iman. Oleh karena itu orang-orang yang
dikontrol oleh iman tidak akan mudah terkena penyakit modern, seperti darah tinggi,
diabetes, dan kanker.
Sebaliknya jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas
moral dan akhlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah
ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan dikuasai oleh kepanikan dan
ketakutan.
Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalin dan persenyawaan kimia
lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh serta
lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan
terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itu
timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu
dibayangi oleh kematian.
Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya
sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang mendorong dan
membentuk sikap dan perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat terdiri dari orang-orang yang
beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera
25
BAB III
KESIMPULAN
Secara harfiah iman dapat diartikan dengan rasa aman, keyakinan atau
kepercayaan. Menurut istilah kata iman dapat diartikan dengan “meyakini dalam hati,
diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan.”
Taqwa berasal dari bahasa Arab, asal kata dari waqa, yaqi, wiqayah yang artinya
takut, menjaga, memelihara atau melindungi. Secara istilah taqwa diartikan sikap menjaga,
memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran Islam secara utuh dan
konsisten (istiqomah).
Ciri-ciri orang beriman mempunyai lima kategori, yaitu; 1) memelihara fitrah
iman, 2) kesanggupan mengorbankan harta, 3) memelihara ibadah formal, 4) memelihara
kehormatan diri, 5) memiliki semangat perjuangan.
Keimanan dan ketaqwaan pada hakikatnya saling berkaitan dan memerlukan,
artinya keimanan diperlukan oleh manusia supaya Allah SWT dapat menerima
ketaqwaannya. Setiap amalan atau perbuatan yang baik tidak akan diterima Allah SWT
tanpa didasari keimanan.
26
DAFTAR PUSTAKA
27