Home
About
PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN ANAK
By salimchoiri | March 31, 2010
0 Comment
A. Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses dan peristiwa yang setiap manusia
atau individu pernah mengalaminya, bahkan peristiwa itu juga dialami oleh semua mahluk
hidup, seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pada manusia, terutama pada masa kanak-
kanak, proses pertumbuhan dan perkembangan ini terjadi sangat cepat, perubahan yang
terjadi pada diri seseorang tidak hanya meliputi apa yang tampak mata seperti perubahan
tubuh (fisik) dengan bertambahnya berat badan dan tinggi badan, tetapi juga perubahan
dalam segi yang lain, seperti berfikir, berbahasa, berperilaku, dan lain-lain.
Pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak merupakan rangkaian perubahan yang
teratur dari satu tahap ke tahap berikutnya, yang secara keseluruhan dimulai sejak terjadinya
konsepsi dalam kandungan ibu, yang secara berkelanjutan makin lama semakin dapat diamati
secara jelas setelah anak lahir ke dunia (Moersintowarti, 1991, 2004).
Pertumbuhan dan perkembangan yang baik akan menjadi modal bagi kelangsungan anak
sebagai generasi penerus yang baik. Sebaliknya ia juga dapat sebagai penghambat
kelangsungan generasi penerus bahkan juga dapat sebagai sumber kesusahan dan malapetaka
individu, keluarga dan masyarakat (Aziz Alimul Hidayat. Musrifatul Uliyah, 2005; Gerald B.
Merenstein, David W.Kaplan, Adam A. Rosenberg,Alih Bahasa Hunardja, 2002).
Banyak faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi
anak, remaja dan dewasa. Faktor tersebut dapat bersifat positif dan negatif. Faktor yang
memberikan pengaruh positif seperti intake nutrisi yang baik dan seimbang, pemeliharaan
kesehatan yang baik, pola pengasuhan yang baik, serta kondisi lingkungan yang bersih dan
sehat, dll. Sedangkan faktor yang memberikan pengaruh negatif bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak seperti kemiskinan, keterlantaran, ketunasosialan, layanan kesehatan
yang jelek dan lain-lain. Oleh karena itu harus diusahakan agar anak dan remaja dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga di kelak kemudian hari akan menjadi
individu orang dewasa yang sehat, baik secara jasmani, rohani dan sosialnya, sehingga
mereka bisa menjadi generasi penerus bangsa yang tangguh.
Pada bab ke-2 buku ini akan dibahas secara singkat tentang nilai anak bagi keluarga, bangsa
dan kepentingan umum. Juga dibahas tentang cakupan pertumbuhan dan perkembangan, cara
pengukuran pertumbuhan dan perkembangan, manifestasi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan, hubungan gangguan pertumbuhan dan perkembangan dengan kejadian
kelainan/kecacatan serta cara memberikan intervensi pada anak yang mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Selanjutnya pada bagian akhir akan dibahas tentang peran
guru PLB dalam intervensi gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
B. Nilai Anak
Telah kita ketahui bersama, anak dan remaja merupakan generasi penerus bagi
kelangsungan hidup keluarga, bangsa dan negara di masa mendatang (Siswono Yudo
Usodo, 2004). Oleh karena itu memberikan jaminan bagi generasi penerus untuk dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik merupakan investasi sosial masa depan yang tidak
murah dan harus dipikul oleh keluarga, masyarakat dan negara.
Investasi sosial masa depan bagi generasi penerus adalah sangat penting, oleh karena
sebagaimana diketahui bahwa Indonesia saat ini hakekatnya sedang berada di bawah
ancaman disintegrasi sosial dan disintegrasi bangsa yang serius. Hal ini disebabkan oleh
besarnya permasalahan sosial yang tidak terpecahkan selama lebih dari tiga dekade yang lalu,
sehingga terakumulasi menjadi masalah-masalah sosial strategis seperti besarnya jumlah
penduduk miskin, besarnya penduduk berpendidikan rendah, ketimpangan pembangunan
antar daerah dan antar desa dan kota, kesenjangan sosial antar kelompok masyarakat terutama
antara kaya dan miskin, tingginya angka pengangguran, parahnya kerusakan lingkungan
akibat eksploitasi dan eksplorasi sumber daya alam yang berlebihan yang telah menjelmakan
masalah baru seperti tanah longsor dan banjir bandang yang menimbulkan kerugian besar
bagi masyarakat (Depkes Kesos, 2001, Kompas, 14 Januari 2006). Kondisi ini merupakan
faktor predisposisi bagi semakin menipisnya jaminan kelangsungan generasi penerus di masa
depan.
Ke depan, semua potensi yang ada pada perseorangan, keluarga, kelompok masyarakat dan
pemerintah harus secara bersama-sama digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
sosial strategis tersebut agar dapat menjamin meningkatnya taraf kesehatan dan kesejahteraan
bagi diri, keluarga dan lingkungan masyarakat. Pada gilirannya setiap individu anak dan
remaja memiliki kesempatan dan kesanggupan untuk mengarungi kehidupan di masa
depannya dalam keadaan sehat dan lebih sejahtera. Nilai anak dan remaja bagi masa depan
adalah sedemikian pentingnya,
Nilai anak bagi kepentingan keluarga dan masyarakat, dari beberapa sumber (Aziz Alimul
Hidayat, Musrifatul Uliyah, 2005, Siswono Yudo Usodo, 2004; Harsono Salimo, 1994) dapat
diringkas sbb:
Sepasang suami isteri yang membentuk sebuah keluarga, memiliki harapan akan lahirnya
anak di tengah-tengah keluarga mereka. Dengan kelahiran anak, maka mereka mengalami
perubahan status sebagai orangtua, sedang anak yang dilahirkan merupakan
keturunan/generasi yang meneruskan dan menyambung anak-anak keturunan mereka di
kemudian hari. Di samping itu anak yang taat kepada agama dan kedua orangtua juga
menjadi kebanggaan orangtua dan anggota keluarga yang lain.
Keluarga yang lengkap terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak. Keberadaan anak dalam sebuah
keluarga dapat sebagai pusat perhatian orangtua. Kemanapun anak pergi selalu dalam
pantauan orangtua, baik di waktu pagi, siang, sore maupun (lebih-lebih) di malam hari,
orangtua selalu memantau keberadaan dan kondisi anaknya. Anak merupakan amanah dari
Alloh SWT. Oleh karenanya orangtua menjaga dan merawatnya dengan sepenuh hati. Kata
orang “anak adalah segala-galanya”, artinya ibarat orangtua tidak makan tidak apa-apa
asalkan anaknya dalam kondisi kenyang. Demikian juga anak merupakan pusat kasih sayang
kedua orangtuanya. Kata pepatah “segalak-galak harimau, ia tak akan memakan anaknya
sendiri”. Kasih sayang yang dicurahkan orangtua kepada anak merupakan kasih sayang yang
tulus tanpa mengharap imbalan apapun dari anak-anaknya di kemudian hari.
a. Sebagai tali pengikat hubungan suami-isteri dan sebagai sumber kebahagian keluarga.
Setiap orangtua selalu mendambakan kehadiran anak-anak dalam keluarga nya. Sepasang
suami isteri yang telah lama menikah dan belum memiliki keturunan anak, umumnya sangat
berharap akan kelahiran anak. Apabila anak yang didambakan belum juga lahir, umumnya
kebahagiaan keluarga terasa masih kurang. Itulah sebabnya untuk melengkapi kebahagiaan
keluarganya sebagian dari mereka kemudian ada yang melakukan adopsi anak orang lain.
Namun demikian, tidak sedikit dari pasangan suami isteri yang belum mempunyai keturunan
kemudian melakukan perceraian. Hal ini dikarenakan belum adanya anak yang berfungsi
sebagai tali pengikat hubungan suami isteri.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai anak. Tingkat kesehatan anak bangsa
ditentukan oleh mutu atau derajat kesehatan anak. Oleh karena itu pemerintah suatu bangsa
umumnya berjuang dengan segala kemampuan untuk mewujudkan dan meningkatkan derajat
kesehatan anak. Sebagian bukti dari bentuk perhatian pemerintah terhadap kesehatan anak
adalah banyaknya ukuran-ukuran yang digunakan untuk mengetahui kualitas kesehatan anak
yang tercermin dalam “istilah” dan “statistik kesehatan”, misalnya “lahir hidup”, “lahir mati”,
“kematian perinatal”, “kematian bayi”, “angka kelahiran”, “angka kematian perinatal”, dsb.
Yang semuanya ditujukan untuk usia bayi dan balita. (Bandingkan!!) Sebaliknya di dalam
statistik kesehatan tidak ada istilah “kematian ayah”, “kematian orangtua”, “kematian laki-
laki dewasa”, dsb. Ini menunjukkan perhatian pemerintah terhadap kesehatan anak sebagai
generasi penerus bangsa.
Generasi penerus yang cerdas, bermartabat dan berakhlak mulia, merupakan cita-cita dan
tujuan pembangunan nasional. Hal ini oleh karena generasi penerus yang memiliki ciri-ciri di
atas dapat menjamin kelangsungan bangsa yang maju, aman, tentram dan sejahtera lahir dan
batin.
dan kelancaran pembangunan bangsa diperlukan keadaan anak yang sehat fisik, mental dan
sosial, sehingga dapat dicapai kualitas hidup anak yang tinggi.
C. Pertumbuhan Anak
Dalam bidang biologi, tumbuh dan berkembang merupakan dua proses yang saling berkaitan
dan sulit untuk dipisahkan satu dari yang lainnya. Meskipun dari keduanya mempunyai
pengertian yang berbeda. Pertumbuhan berkaitan dengan bertambahnya ukuran berbagai
organ tubuh (fisik) yang disebabkan oleh peningkatan ukuran masing-masing sel dalam
kesatuan sel yang membentuk organ tubuh atau bertambahnya jumlah keseluruhan sel atau
keduanya. Beberapa sumber mendefinisikan pertumbuhan sebagai bertambahnya ukuran fisik
dan struktural tubuh, dalam arti sebagian atau keseluruhan, karena adanya multiplikasi sel
dan atau karena bertambahnya sel (sifatnya kuantitatif). (Nelson, 1988; Moersintowarti, 1991,
1993; Mustarsid, 1993; Djauhar Ismail,1993 ).
Batasan pertumbuhan yang disampaikan di atas, dapat diambil beberapa hal penting, yaitu:
a. Bahwa pertumbuhan merupakan perubahan pada organ fisik, bukan pada aspek non
fisik.
b. Organ fisik yang mengalami perubahan berkaitan dengan bertambahnya ukuran dan
struktur fisik.
c. Sifat perubahan organ fisik karena peningkatan ukuran fisik, bukan penurunan
ukuran fisik.
d. Ukuran dan struktur fisik dapat berbentuk berat badan, tinggi/panjang badan, ukuran
besarnya organ tubuh tertentu seperti dada, kepala, kaki, dsb.
e. Perubahan organ fisik terjadi karena pertambahan jumlah keseluruhan sel atau
peningkatan ukuran masing-masing sel dalam kesatuan sel yang membentuk organ tubuh.
2. Cakupan Pertumbuhan Bayi dan Anak.
Bayi yang lahir cukup bulan yaitu dengan umur kehamilan 40 minggu dan kalau keadaan
sehat atau sempurna akan mempunyai tanda-tanda sebagai berikut (Edhi Dharma, Endang
Sumirih, t.th.):
c. Warna merah
e. Menangis kuat
g. Bergerak kuat/aktif
i. Mengisap kuat
c. Warna pucat
g. Bergerak lemah
h. Kulit keriput
k. Mengisap lemah
l. Kepala tidak sesuai dengan tubuh yaitu kepala lebih besar dari pada tubuh.
Cakupan pertumbuhan bayi dan anak pada dasarnya meliputi semua organ tubuh seperti
kepala, leher, dada, jantung, paru-paru, otot, dsn sebagainya. Selama pertumbuhan seseorang
dari janin sampai dewasa, terjadi perubahan-perubahan dari bagian tubuh anak yang jelas
berbeda proporsinya dengan orang dewasa. Jadi anak bukanlah miniatur orang dewasa. Hal
ini dapat dilihat dari gambar pertumbuhan bayi
Ada perbedaan kecepatan tumbuh dari bagian-bagian tubuh yang menimbulkan perubahan-
perubahan ke arah dewasa. Pada bayi yang baru lahir, kepala relatif besar, muka bulat dan
mandibula (rahang bawah) relatif kecil. Dada cenderung berbentuk bulat, di mana setelah
dewasa berbentuk lebih gepeng. Abdomen relatif menonjol dan extremitas relatif pendek.
Titik tengah panjang badan bayi kurang lebih setinggi umbilikus (pusar) di mana pada dewasa
setinggi symphysis pubis (tulang kemaluan).
Tinggi badan orang dewasa mencapai lebih kurang tiga setengah kali ukuran anak waktu
lahir. Panjang lengan menjadi empat kali dan tungkai lima kali.
Pola kecepatan pertumbuhan tinggi badan pada anak perempuan dan laki-laki mulai lahir
hingga dewasa. (Dikutip dari Foetus into Man, Tanner, 1978, dalam Harsono Salimo, 1994)
adalah sebagai berikut:
d. Selanjutnya menjadi pertumbuhan lambat sampai berhenti pada wanita umur 18 tahun,
sedang pada pria sampai umur 20 tahun.
Pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki dan anak perempuan, pada dasarnya percepatan nya
adalah sama, terutama pada umur-umur 0 – 2 tahun dan >12 – 18 tahun. Akan tetapi masa
berlangsungnya pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan.
Pertumbuhan tinggi badan pada anak perempuan sudah akan berhenti ketika ia berumur 18
tahun, sedang pada anak laki-laki baru berhenti ketika berumur 20 tahun.
Pertumbuhan tersebut adalah khas tidak hanya mengenai pertumbuhan tinggi dan berat
badan, tetapi juga meliputi pertumbuhan alat-alat tubuh lainnya yang mengikuti pola
pertumbuhan masing-masing. Ada pertumbuhan pola umum, pola limfoid, pola neural dan
pola genital (Gerald B.Merenstein, David W. Kaplan, Adam A. Rosenberg, Alih Bahasa
Hunardja, 2002), dapat dilihat pada gambar 11 di bawah ini.
Pertumbuhan tubuh sesudah lahir menurut beberapa sumber (Gerald B.Merenstein, David W.
Kaplan, Adam A. Rosenberg, Alih Bahasa Hunardja, 2002; Harsono Salimo, 1994; Djauhar
Ismail, 1993) dapat diringkas sebagai berikut:
Alat-alat tubuh yang mengikuti pertumbuhan secara pola umum adalah otot skelet (tulang
rangka), tulang panjang, sistem pencernaan, pernafasan, peredaran darah dan volume darah.
Otot jantung semula relatif besar untuk anak, akan mengikuti pola umum. Testis dan ovarium
mengikuti pola genital, sedang uterus dan kelenjar adrenal
yang berpengaruh pada pertumbuhan tanda-tanda kelamin sekunder, semula relatif besar
yang akhirnya mengalami involusi pada minggu-minggu pertama setelah lahir selanjutnya
akan mengikuti pola genital.
Susunan syaraf dan pelindungnya mengikuti pola neural. Walaupun pertumbuhan masing-
masing alat tubuh mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda, proporsi bagian-bagian tubuh
anak akan berubah menuju kedewasaan.
Perubahan-perubahan terjadi pada jaringan otot yang semula pada neonatus 20-25% berat
badan menjadi 40% berat badan orang dewasa. Berarti ada pertumbuhan 30 kali lipat,
seimbang dengan berat badan orang dewasa yang 20-25 kali berat badan neonatus.
Jaringan otak akan bertambah 4 kali lipat daripada jaringan otak neonatus. Waktu lahir berat
otak bayi hanya seperempat berat otak orang dewasa, tetapi jumlah sel sudah mencapai dua
per tiga jumlah sel otak orang dewasa. Hal ini disebabkan karena pertambahan sel otak
dengan cepat terjadi sejak masa janin dan berlangsung terus sampai bayi berumur kira-kira 10
bulan. Setelah itu sel otak mengalami pembesaran. Myelinisasi terjadi pada pertengahan
kedua pada masa kehamilan dan berlangsung cepat sampai kurang lebih bayi berumur satu
setengah tahun, walaupun lengkapnya myelinisasi sampai umur 10 tahun.
Masa pesat pertumbuhan jaringan otak adalah rawan. Setiap gangguan pada masa itu akan
menimbulkan gangguan pada jumlah sel otak dan myelinisasi. Kekurangan ini tidak dapat
dikejar pada masa pertumbuhan berikutnya.
Pertumbuhan tulang kepala sesuai dengan pertumbuhan organ yang dilindungi oleh otak.
Pertumbuhan ini mempunyai arti tersendiri, karena pada umur 9 bulan pertumbuhan sel
neuron sudah melambat dan besarnya tengkorak sudah mencapai tiga per empatnya dan pada
umur 6 tahun sudah mendekati ukuran orang dewasa.
Selain jaringan otot skelet dan skelet, jaringan lemak juga menentukan ukuran dan bentuk
tubuh seseorang. Pertambahan jumlah sel lemak terdiri pada masa prenatal sampai
pertengahan masa bayi. Sesudah itu, sel lemak tidak banyak bertambah dan akan menetap
seumur hidup. Banyak dan besarnya sel lemak menentukan gemuk kurusnya seseorang.
Pertumbuhan jaringan lemak melambat sampai anak berumur 6 tahun, anak kelihatan kurus
atau langsing. Pertambahan jaringan lemak akan bertambah lagi pada anak perempuan umur
8 tahun atau anak laki-laki 10 tahun sampai menjelang awal pubertas. Setelah itu
pertumbuhan jaringan lemak pada anak laki-laki mengurang, sedang pada anak perempuan
terus bertambah dan mengalami reorganisasi sehingga dicapai bentuk tubuh wanita dewasa.
Pada masa remaja terjadi perbedaan pertumbuhan lebih lanjut pada pertumbuhan tungkai
memanjang dan melebar. Pada anak laki-laki, bahu tumbuh melebar dan badan memanjang
dan terjadi pula perubahan-perubahan pada alat genitalia externa (alat kelamin luar). Sedang
pada anak perempuan panggul menjadi lebih melebar dan payudara tumbuh. Tingkat maturasi
seks terbukti ada korelasi dengan tingkat maturasi tulang dan ukuran biologik lain.
Untuk mengetahui suatu proses pertumbuhan seseorang individu berjalan dalam keadaan
normal atau mengalami penyimpangan-penyimpangan, maka perlu dilakukan pengukuran-
pengukuran terhadap parameter-parameter tertentu.
Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan, maka
dilakukan pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan parameter yang
sudah terstandardisasikan, yaitu meliputi:
a. Tinggi badan .
b. Berat badan.
c. Lingkar lengan.
d. Lingkar kepala.
e. Lingkar dada.
f. Lingkar abdomen.
Meskipun ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan
seseorang, namun yang paling sering digunakan adalah ukuran tinggi
Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi
tubuh berdiri. Pengukuran pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-anak di bawah
5 tahun.
Panjang badan berbaring diukur ketika anak berbaring di atas sebuah meja yang kokoh yang
memiliki tongkat pengukur. Telapak kaki dipegang kuat-kuat pada sebilah papan vertikal
yang dipasang pada tanda nol. Kemudian anak diukur panajng padannya baik dengan tongkat
pengukur ataupun menggunakan meteran untuk menjahit.
Pengukuran panjang/tinggi badan sambil berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus, dengan
tumit, bokong, bagian atas punggung dan oksipiut (belakang kepala) pada suatu bidang
vertikal (misal dinding tembok). Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus dirapatkan.
Kemudian ukurlah tinggi/panjang badan dengan alat ukur meteran.
Hasil pengukuran tinggi badan kemudian dicatat dan dibandingkan dengan tabel tinggi badan
terhadap umur yang sudah terstandardisasikan. Apabila angka hasil pengukuran lebih
pendek/lebih panjang, maka ada indikasi abnormalitas panjang/tinggi badan.
Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. Banyak timbangan yang dapat
digunakan untuk menimbang berat badan. Yang penting harus
1. Gantungkan dacin pada tempat yang dapat menggantung, seperti dahan pohon,
2. Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat, tariklah batang dacin kuat-kuat.
4. Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang yang kosong pada dacin.
5. seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang, sarung timbang atau kotak
timbang, dengan cara memasukkan pasir ke kantung plastik.
7. Lihatlah berapa berat badan anak yang ditimbang pada angka timbangan.
Ukuran lingkar kepala anak dapat dipakai sebagai salah satu petunjuk untuk menilai
pertumbuhan dan perkembangan otak (Depkes, 1989). Tujuan pengukuran lingkar kepala
adalah untuk menemukan kelainan ukuran lingkar kepala sedini mungkin, sehingga dapat
segera dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasinya. Lingkar kepala yang terlalu kecil
atau terlalu besar dibandingkan dengan angka normal yang sesuai dengan umur anak
menunjukkan kemungkinan adanya kelainan pertumbuhan dan perkembangan otak, yang
dapat menghambat perkembangan kemampuan anak. Ada perbedaan ukuran lingkar kepala
anak laki-laki dengan anak perempuan.
Cara melakukan pengukuran lingkar kepala dapat menggunakan pitameteran yang tidak
mudah berubah panjangnya, seperti pita meteran yang dipakai untuk menjahit baju. Pita
dilingkarkan pada kepala anak,menutupi alis mata dan melewati
bagian belakang kepala yang paling menonjol. Hasil pengukuran dicatat, kemudian
dibandingkan dengan angka normal yang tercantum pada tabel 1 tersebut di muka, sesuai
dengan umur dan jenis kelamin anak. Perlu diperhatikan bahwa ukuran lingkar kepala anak
laki-laki dengan anak perempuan berbeda.
Apabila hasil perbandingan angka hasil pengukuran dengan angka dalam tabel ternyata
berbeda, maka perbedaan itu menunjukkan adanya indikasi penyimpangan. Penyimpangan
hasil pengukuran dapat dalam arti kurang dari angka dalam tabel maupun penyimpangan
dalam arti lebih dari angka dalam tabel. Apabila ukuran lingkar kepala anak tidak sesuai
dengan angka normal maka anak sebaiknya segera dirujuk untuk mendapatkan perlakukan.
Frekuensi pengukuran lingkar kepala anak sebaiknya dilakukan sebulan sekali sampai umur 2
tahun. Setelah itu pengukuran dilakukan tiap 6 bulan sekali.
Berbagai bentuk kelainan pertumbuhan tersebut di atas, secara umum si anak memiliki
perawakan pendek. Masalah perawakan pendek di negara sedang berkembang termasuk
Indonesia saat ini berbeda dengan negara maju. Di negara berkembang, terutama di
Indonesia, masih menitik beratkan pada perawakan pendek (Moersintowarti, 1993) sebagai
akibat dari kurang gizi dan seringnya terjadi infeksi.
Sementara itu menurut Gerald B. Merenstein, David W. Kaplan, Adam A. Rosenberg, Alih
Bahasa Hunardja (Cet. 2002) manifestasi gangguan pertumbuhan dapat dalam bentuk:
1. Postur tubuh pendek, baik karena (a) pertumbuhan dan masa remaja tertunda yang
bersifat konstitusional, (b) defisiensi hormon pertumbuhan, (c) retardasi pertumbuhan
intrauterin, (d) karena faktor emosional
2. Gagal tumbuh kembang, seperti berat badan sangat kurang
4. Diabetes insipidus, dengan gejala seperti rasa haus yang hebat, konstipasi (tertahannya
tinja dalam usus karena gerak usus lemah), dan tanda-tanda dehidrasi.
5. Prekoksitas seksual atau perkembangan seksual sekunder lebih dini, seperti pada wanita
kurang dari 8 tahun, laki-laki kurang dari 9 tahun.
a. Gondok dengan gejala adanya nodul (benjolan) yang besar dan keras disertai
penurunan daya konsentrasi/retardasi mental, gangguan seksual, semangat yang
menurun, dan lainnya.
10. Kretinisme, dengan gejala dapat kombinasi dari gejala-gejala badan pendek,
retardasi mental, spastisitas dan cara berjalan yang khas, gangguan pendengaran,
Kelainan.
Gangguan pertumbuhan memiliki korelasi dengan kejadian kelainan, karena keduanya dapat
saling memberikan pengaruh. Artinya gangguan pertumbuhan dapat menyebabkan seseorang
menjadi kelainan, demikian sebaliknya kelainan organ tubuh tertentu dapat menyebabkan
terjadinya gangguan pertumbuhan.
Gangguan pertumbuhan ada yang bersifat sementara, ada pula yang menetap (Harsono
Salimo, 1994, Moersintowarti, 1993, Departemen Kesehatan, 1989). Pada kasus tertentu,
anak yang mengalami gangguan pertumbuhan setelah memperoleh intake nutrisi tertentu
akhirnya ia dapat mengejar ketertinggalannya, sehingga gangguan pertumbuhan yang ada
menjadi hilang, dan ia menjadi normal kembali pertumbuhannya. Misalnya seorang anak
umur 3 tahun berat badannya belum ada 14.62 kg. Setelah memperoleh intervensi nutrisi
yang adekuat dalam waktu tertentu akhirnya berat badannya dapat meningkat sama atau lebih
dari 14.62kg. Maka untuk anak ini sekarang statusnya sudah terlepas dari gangguan
pertumbuhan.
Ada gangguan pertumbuhan yang dalam perkembangannya tetap saja ada hambatan,
sehingga gangguan pertumbuhan itu menjadi menetap dalam bentuk kelainan. Seperti kasus
kretinisme sebagai anak yang dilahirkan dari ibu yang menderita defisiensi yudium sejak
dalam kandungan.
Hasil penelitian Abdul Salim (1999) menunjukkan bahwa dari sejumlah sampel yang diteliti
anak kretin memiliki ciri-ciri gabungan dari beberapa gejala seperti pembesaran kelenjar
tiroid, memiliki inteligensi subnormal, gangguan pendengaran, gangguan bicara, gangguan
fungsi anggota gerak, gangguan penglihatan, dan gangguan pertumbuhan, serta sebanyak
35.21% pernah tinggal kelas.
Hasil penelitian Bambang Hartono (1993) menunjukkan bahwa pada anak-anak kretin dengan
sindroma neurologik (kretin nervosa) dan kretin miksedematosa, gejala kelainannya
ireversibel (menetap). Anak-anak ini membutuhkan intervensi terapi bicara dan bahasa, terapi
akupasi, terapi fisik serta terapi lain yang menjadi cakupan disiplin medik sangat diperlukan,
(Lakebrink, Joan M., 1989, Synoground, 1990, Swanson, Merlyn, 1991). Demikian juga
terapi sosial psikologik guna menumbuhkan rasa percaya diri, konsep diri yang benar, dan
optimisme untuk keberhasilan setiap usaha (termasuk dalam belajar) adalah sangat penting.
Bagi anak-anak kretin dengan spektrum gangguan yang ringan (kretin subklinik), gangguan
yang muncul dalam proses belajar dan pembelajaran termasuk ringan, berdasarkan hasil
penelitian Bambang Hartono (1992, dalam Abdul Salim, 2001), 26,5% mereka menunjukkan
adanya gangguan pemusatan perhatian (GPP) yang berkombinasi dengan gangguan lainnya.
Selebihnya diantaranya mereka ada yang mengalami disfasia, disleksia, dan diskalkulia
(18,6%).
Telah disinggung di muka bahwa gangguan pertumbuhan ada yang dapat dikejar kembali
sehingga anak yang bersangkutan dapat menjadi normal kembali pertumbuhannya. Di
samping itu ada juga gangguan pertumbuhan yang telah tidak dapat dikejar
ketertinggalannya.
Apabila gangguan pertumbuhan telah terjadi, menurut Nelson (1988), Depkes (2000) dan
Bambang Hartono (1993) maka intervensinya adalah:
1. Intervensi medik spesifik, yaitu intervensi medik yang disesuaikan dengan kekhususan
permasalahan medik yang terjadi.
4. Suplai zat gizi mikro seperti suplementasi yodium untuk membentuk hormon tiroksin
yang diperlukan oleh tubuh untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai janin
sampai dewasa.
5. Intervensi terapi bicara dan bahasa, terapi akupasi, terapi fisik (physio therapy), terapi
sosial psikologik serta terapi lain sesuai dengan kebutuhan.
Guru PLB sebagai individu yang mendidik peserta didik yang berkelainan atau memiliki
kebutuhan khusus dan/atau yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa memiliki
peran yang strategis dalam memberikan intervensi gangguan pertumbuhan anak.
Untuk gangguan pertumbuhan yang masih bersifat sementara, seperti berat badan yang
kurang dalam manifestasi adanya marasmus dan atau kuasiorkor, gejala kekurangan yodium,
gejala kekurangan vitamin A, gejala kekurangan zat besi, dll., guru PLB dapat berperan
sebagai pelaksana dalam upaya pemulihan, seperti pemberian makanan yang memenuhi
unsur gizi, pemberian zat besi, yodium, vitamin A, dan sebagainya. Intervensi ini dapat
dilakukan oleh guru dalam waktu tertentu. Indikator bahwa anak telah dapat mengejar
ketertinggalan dalam pertumbuhannya diukur melalui berbagai cara seperti peningkatan berat
badan, kecukupan yodium, dsb.
Gangguan pertumbuhan yang telah menetap, sehingga tidak dapat diperbaiki kembali
pertumbuhannya, maka peran guru adalah sebagai konsultan dalam program rehabilitasi dan
habilitasi. Sebagai pelaksana bidang rehabilitasi tertentu, serta sebagai pihak yang
merujukkan anak ke ahli lain, baik pada aspek rehabilitasi/habilitasi sosial, psikologis,
edukatif maupun rehabilitasi keterampilan atau rehabilitasi vokasional.
Layanan rehabilitasi dan habilitasi merupakan salah satu bentuk upaya untuk membantu
mengatasi permasalahan anak berkelainan. Rehabilitasi merupakan upaya memberikan
kemampuan kembali melalui bantuan medik, social, psikologik dan keterampilan yang
diselenggarakan secara terpadu bagi anak yang memiliki kelainan agar dapat mencapai
kemampuan fungsionalnya seoptimal mungkin. Sementara itu habilitasi merupakan upaya
memberikan kemampuan melalui bantuan medik, sosial, psikologik dan keterampilan yang
diselenggarakan secara terpadu bagi peserta didik yang memiliki kelainan agar dapat
mencapai kemampuan fungsionalnya seoptimal mungkin.
Bagi anak yang mengalami kelainan pertumbuhan, seperti dalam bentuk retardasi mental,
kelainan neuromotorik, gangguan bicara, cara berjalan yang khas, reflek patologis dan reflek
fisiologis meninggi, mata juling, gangguan akibat kerusakan batang otak serta late walker,
dan gangguan pendengaran, maka kegiatan rehabilitasi dapat mencakup aspek medik dan
rehabilitasi sosial psikologik. Program transplantasi kornea, penggunaan alat bantu dengar,
terapi fisik, terapi okupasi, terapi bicara, penggunaan alat bantu splint, penggunaan prothese
bagi yang amputie, dsb merupakan contoh rehabilitasi medik bagi anak berkelainan
pertumbuhan. Pelaksanaan program rehabilitasi tersebut sudah tentu disesuaikan dengan
kebutuhan. Karena tidak semua anak membutuhkan macam-macam program tersebut.
Program habilitasi terutama untuk pengembangan kemampuan anak pada aspek pendidikan
dan keterampilan, termasuk keterampilan dalam menolong dan merawat diri terangkum
dalam program bina diri.
Melalui kegiatan rehabilitasi dan habilitasi diharapkan anak berkelainan pertumbuhan dapat
mengaktualisasikan potensinya sehingga mereka dapat menjadi orang yang “berguna”, baik
bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
D. Perkembangan Anak
Istilah perkembangan dapat diartikan sebagai bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diperkirakan sebagai
hasil dari proses diferensiasi sel dan jaringan tubuh, organ dan sistemnya yang terorganisasi
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat berfungsi (sifatnya kualitatif). (Nelson, 1988,
Moersintowarti, 1991, 1993).
Dari beberapa batasan perkembangan anak tersebut dapat diambil beberapa hal penting yang
menjadi ciri perkembangan anak, diantaranya:
3. Fungsi yang muncul akibat pematangan majemuk adalah dalam bentuk kemampuan,
baik fisik maupun nonfisik.
Untuk membahas cakupan perkembangan anak, terlebih dahulu ada baiknya diketengahkan
beberapa teori perkembangan. Yang dari teori perkembangan akan muncul beberapa
indikator perkembangan yang menjadi cakupan perkembangan anak.
Sejak abad 19 muncul berbagai teori yang menjelaskan tentang bagaimana anak berkembang.
Teori tersebut tentunya tidak terlepas dari perkembangan berbagai aliran psikologi yang
terjadi pada masa itu sampai saat sekarang.
Teori ini berpijak pada teori psikoanalisis, yang dikembangkan oleh Freud. Dalam garis
besarnya, Freud berpendapat bahwa kepribadian manusia adalah merupakan hasil kateksis
dari dorongan instintif manusia ke arah perilaku aktual. Ia membagi komponen kepribadian
manusia dalam 3 struktur, yaitu: id, ego, super ego. Perilaku yang terjadi antara dan terbentuk
pada manusia ialah interaksi antara ketiga bagian struktur kepribadian tersebut.
1. Keutuhan struktur tubuh dan organ-organnya (terutama susunan syaraf pusat, alat
persepsi, anggota tubuh, alat motorik), serta faktor konstitusi yang baik.
3. Peran aktif individu untuk mengolah informasi yang diterimanya dari lingkungan
sekitar.
Faktor intra dan intern individual, demikian pula faktor intra dan inter kultural sangat
berperanan penting dalam taraf dan kualitas kemampuan kognitif yang akan dicapai.
Cara berfikir anak adalah berbeda dengan cara berfikir orang dewasa, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi 4 fase besar, yaitu:
1) Fase sensori motor : 0 – 1,5 tahun
a. Teori Humanistik
Pada hakekatnya setiap diri manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan
internal untuk berkembang dan membentuk perilakunya.
Oleh karena itu, setiap manusia bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan
berkembang mencapai aktualisasi diri. Teori ini pada mulanya dikembangkan oleh Maslow.
Menurut Maslow, kebutuhan manusia bertingkat-tingkat, yang diawali dengan kebutuhan
biologik/faal, kebutuhan rasa aman, kebutuhan pengakuan, dan yang paling tinggi adalah
kebutuhan aktualisasi diri (Roos dan Nico, 1980).
Self actualization
Esteem
Belongingness and love
Safety
Psychological needs
Menurut Maslow, kebutuhan biologis merupakan kebutuhan yang kuat, dan pertama-tama
harus dipenuhi sebelum seseorang dapat maju ke kebutuhan berikutnya. Baru setelah
kebutuhan ini terpenuhi, akan dapat diharapkan bahwa ia akan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan berikutnya, dan demikian seterusnya.
Untuk bergerak naik ke jenjang kebutuhan yang lebih tinggi, seseorang harus melakukan
selangkah demi selangkah, maka tidak demikian halnya bila menurun. Seseorang yang telah
mencapai jenjang kebutuhan tinggi misalnya pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri, tiba-tiba
dapat kehilangan sama sekali motifnya untuk melakukan sesuatu apabila kebutuhan untuk
diakui kelompoknya tidak terpenuhi. Penurunan ini tidak hanya terjadi dalam satu jenjang,
kadang-kadang terjadi beberapa jenjang, bahkan sampai pada jenjang yang pertama
sekalipun.
Teori Maslow ini kiranya dapat diaplikasikan dalam proses perkembangan seseorang anak,
dimana:
a. Anak yang lapar, sakit, atau memiliki kondisi fisik yang tidak baik akan mempunyai
motivasi yang kurang baik untuk kegiatan belajar.
b. Seorang anak akan lebih senang belajar dan bekerja dalam suatu suasana yang
menyenangkan dan aman.
c. Anak yang disenangi teman, diterima oleh kelompoknya dan sebagainya akan lebih
memiliki minat belajar dalam proses perkembangannya.
d. Anak dalam proses pemenuhan kebutuhan perkembangan tidak selalu sama dengan
anak lain, walaupun mereka dalam usia yang sama.
Bertolak dari beberapa teori perkembangan di muka, dapat diringkas bahwa secara eklektik-
holistik perkembangan anak adalah suatu proses perubahan yang menyeluruh, artinya hampir
menjangkau semua aspek kehidupan anak. Perubahan pada satu aspek berkaitan dengan
aspek yang lain. Oleh karena itu perkembangan anak secara umum disebut juga
perkembangan perilaku.
Perkembangan anak yang merupakan proses perubahan yang menyeluruh tersebut meliputi
berbagai dimensi yang merupakan cakupan perkembangan anak, yaitu (Depkes, 1989; Abdul
Salim, 2000; Jack Insley, alih bahasa Ahmad Suryono, Cet. 2005)
Gerak kasar adalah gerakan yang melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya
memerlukan tenaga, karena dilakukan oleh otot-otot besar, misalnya membalikkan badan,
berguling, merangkak, duduk, berdiri, melempar, berjalan, berlari, dsb.
Gerak halus adalah gerak yang hanya melibatkan sebagian kecil bagian tubuh/hanya
bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil sehingga tidak memerlukan
tenaga, namun memerlukan kecermatan dan fungsi koordinasi yang lebih kompleks,
misalnya menggerakkan bola mata, menggenggam, menulis, dan mengancingkan kancing
baju.
3) Perkembangan kognitif
4) Perkembangan sosial
Perkembangan sosial meliputi perkembangan pergaulan dan percaya diri yaitu
Seorang anak pada awal kehidupannya mula-mula bergantung kepada orang lain dalam hal
pemenuhan kebutuhannya. Dengan semakin mampunya ia melakukan gerak motorik, dan
bicara, anak terdorong untuk melakukan sendiri berbagai hal dan
terdorong untuk bergaul dengan orang lain selain anggota keluarganya sendiri.
Orang tua perlu melatih usaha mandiri anak ini, mula-mula dalam hal menolong kebutuhan
anak seperti makan, minum, buang air, berpakaian. Kemampuan ini kemudian ditingkatkan
dalam hal kebersihan, kesehatan dan kerapian. Dengan makin bertambahnya usia anak, luas
pergaulan juga perlu dikembangkan. Anak perlu berkawan, perlu diajarkan aturan-aturan,
disiplin, sopan santun, dan sebagainya, agar bila memasuki lingkungan baru ia tidak
canggung lagi.
Teori-teori perkembangan yang ada pada pokoknya mencoba untuk menerangkan bagaimana
manusia berkembang dari seorang bayi yang pemenuhan seluruh kebutuhannya bergantung
kepada orang lain, menjadi seorang yang dapat mandiri dan berguna bagi lingkungannya.
Teori-teori tersebut pada umumnya mengakui bahwa perkembangan itu terjadi menurut pola
tertentu. Pola tersebut terdiri dari tahapan perkembangan yang dimulai dari satu tahap menuju
tahap berikutnya. Tahap perkembangan tersebut berlangsung secara berurutan dan tumpang
tindih. Urutan tahap-tahap tersebut berlaku secara universal, berlaku dan dialami oleh
sebagian besar manusia.
Setiap tahap berlangsung selama umur tertentu, tetapi batasan umur tersebut tidak sama untuk
semua anak. Hal ini dipengaruhi oleh faktor bawaan maupun faktor sosio-budaya dari
lingkungannya.
Contoh pola perkembangan diantaranya bahwa semua bayi mulanya hanya dapat terlentang,
kemudian mampu mengangkat kedua tangan dan kaki bersama-sama, dapat tidur miring,
tengkurap, tengkurap sambil mengangkat kepala, mampu duduk, mampu berdiri, mampu
berjalan dan seterusnya sampai mampu berlari. Hampir semua anak pernah mengalami
perkembangan dengan pola semacam itu.
Walaupun ada kesamaan pola perkembangan pada sebagian besar anak, namun tiap anak
memiliki karakteristik individual. Faktor-faktor internal (seperti kondisi kesehatan,
kecukupan gizi, kemampuan mental, dsb) maupun eksternal (seperti pola pengasuhan,
keramahan pengasuh pada bayi dan anak, ketersediaan sarana atau alat permainan, dsb),
mempengaruhi timbulnya perbedaan tersebut. Dalam perbedaan tersebut, perkembangan anak
selanjutnya berlangsung secara konsisten.
Pemahaman terhadap perbedaan individual dalam perkembangan anak adalah sangat penting
sebagai dasar bagi pembinaan perkembangan anak, khususnya untuk menetapkan harapan
dan cara pengasuhan bagi anak. Konsekuensinya sudah tentu, apabila orang tua ataupun guru
memiliki kemampuan memahami kemampuan individual anak-anaknya, maka stimulasi dan
atau stimulasi bahan ajar yang diberikan kepada individu anak akan sangat membantu
perkembangan. Sebaliknya, apabila orangtua atau guru mengabaikan kemampuan individual
anak, kemungkinan besar kegagalan perkembangan yang akan diperoleh. Jadi meskipun
perkembangan semua anak terdapat pola yang tertentu dan berlaku untuk semua anak, namun
dalam pencapaian perkembangannya masing-masing individu anak berbeda satu sama lain.
Perkembangan anak berlangsung dari satu tahap menuju tahap berikutnya. Tahap yang lebih
awal merupakan tempat berpijak bagi tahap perkembangan berikutnya. Misalnya, semua anak
kemampuan berlari ataupun main lompat tali dengan kaki berganti-ganti, umumnya dicapai
anak usia 5-6 tahun, namun tanpa dilandasi oleh kemampuan berdiri seseorang maka
kemampuan tersebut tidak akan dicapai. Demikian juga seseorang akan dapat berlari,apabila
sebelumnya (fondasinya) si anak sudah dapat berdiri. Kemampuan berdiri sendiri tidak dapat
ia lakukan tanpa ada kemampuan yang mendahului yaitu kemampuan berdiri dengan
berpegangan. Begitu seterusnya.
Secara umum, status kesehatan individu menurut Bloom (1974, dalam Abdul Salim, 2000)
dipengaruhi oleh faktor-faktor: (a). keturunan, (b). lingkungan, (c). faktor perilaku, dan (d).
faktor pelayanan/fasilitas kesehatan.
Pengaruh dari ke empat faktor tersebut dapat secara langsung maupun secara tidak langsung,
atau secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
Perilaku seseorang itu di samping berpengaruh langsung terhadap status kesehatan individu
(dalam hal ini perkembangan balita), juga berpengaruh secara tidak langsung lewat
lingkungan, pelayanan/fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan di mana balita tinggal
di samping berpengaruh terhadap perkembangan balita, juga berpengaruh terhadap perilaku
ibu/orang tua, terhadap pelayanan/fasilitas kesehatan dan gangguan perkembangan bawaan
(congenital). Begitu juga faktor keturunan, bahwa kelainan yang di bawa sejak lahir, akan
berpengaruh terhadap perilaku ibu yang kurang kondusif bagi perkembangan, terhadap
kesanggupan menyediakan pelayanan/ fasilitas kesehatan, dan juga secara langsung
mempengaruhi kesanggupan kemampuan perkembangan balita sendiri.
Menurut Endang Warsiki (1991, dalam Abdul Salim, 2000) perkembangan balita dipengaruhi
oleh dua faktor utama, yaitu:
1) Orang tua atau keluarga di rumah. Sikap dan kebiasaan orang tua dalam mengasuh
dan menstimulasi anak, hubungan anak dengan saudara/orang lain di rumah. Begitu
juga dalam pemeliharaan gizi, anak yang kekurangan gizi mempengaruhi
perkembangan fisik maupun mental anak, anak yang kekurangan iodium dalam
konsumsi makanan dan minuman dapat terganggu perkembangannya seperti adanya
gejala kretinisme.
2) Teman bermain. Tidak adanya teman bermain, tempat dan alat bermain, dapat
membuat terhambatnya anak dalam mengaktualisasikan kemampuan
perkembangannya.
Kegiatan pemantauan ini penting sekali, agar tindakan untuk mengatasi gangguan
perkembangan/mengejar kelambatan perkembangan dapat segera dilakukan. Sebab apabila
gangguan/keterlambatan ini berlangsung lama atau terlambat dalam pengatasannya, dapat
menjadi kelainan atau kecacatan yang
permanen/sulit diperbaiki.
Pemeriksaan ini dilakukan menurut 10 kelompok umur. Tiap kelompok umur mempunyai 4
macam pernyataan mengenai kemampuan anak. Ke empat jenis pernyataan tersebut
menunjukkan tahapan perkembangan yang harus dicapai anak sesuai dengan umurnya.
Apabila kemampuan anak tidak sesuai dengan ke empat jenis pernyataan tersebut, hal ini
menunjukkan kemungkinan adanya keterlambatan pada perkembangan anak. Anak yang ini
perlu mendapatkan stimulasi perkembangan.
Frekuensi pemeriksaan dilakukan 3 bulan sekali untuk anak umur di bawah 1 tahun dan 6
bulan sekali untuk anak umur 1 tahun atau lebih
a. Gangguan Perkembangan
b. Kelainan
Gangguan Perkembangan bagi balita, ada dua kemungkinan yang terjadi pada perkembangan
berikutnya, (Moersintowarti, 1993), yaitu di mana balita yang bersangkutan dapat kembali
normal perkembangannya, atau adanya kelainan yang bersifat permanen.
Pada balita, gangguan perkembangan dapat menimbulkan manifestasi klinik yang bermacam-
macam, kasus yang sering dijumpai menurut Moersintowarti (1993) adalah:
b. Gangguan bicara.
c. Gangguan belajar.
Sudah disinggung di muka, bahwa gangguan perkembangan pada setiap anak pada akhirnya
akan bermuara pada dua kemungkinan, yang satu sama lain tidak dapat diduga sebelumnya.
Kedua kemungkinan itu adalah (1) kembali normal dan mampu mengejar ketertinggalam
perkembangan, misalnya dari belum mampu berbicara, setelah diterapi dan distimulasi dalam
waktu tertentu akhirnya anak dapat berbicara. Anak sekarang sudah tidak mengalami
gangguan perkembangan bicara. (2) gangguan perkembangan yang berakhir menjadi menetap
dalam bentuk kecacatan. Kondisi kecacatan ini walaupun diberikan rehabilitasi dan habilitasi
dalam kurun waktu tertentu, kecacatannya tetap ada, meskipun kemampuan yang bertambah
menjadi baik. Seorang anak yang mengalami gangguan perkembangan dalam bentuk
keterbelakangan mental, setelah direhabilitasi ia dapat merawat diri sendiri, tetapi kondisi
keterbelakangan mentalnya masih tetap ada.
Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa gangguan perkembangan dapat menjadi
faktor predisposisi atas terjadinya kelainan (Nelson, 1988). Oleh karena itu program
intervensi bagi anak yang diketahui mengalami gangguan perkembangan semestinya segera
dilakukan, sebelum anak yang bersangkutan terlanjur menjadi cacat.
Aspek kemampuan anak balita yang dikenai program stimulasi perkembangan meliputi:
Beberapa prinsip dalam melakukan stimulasi (Depkes RI, 1990) adalah sebagai berikut:
a. Dilakukan dengan rasa cinta dan kasih sayang, sambil bermain dengan anak dan
menikmati kebahagiaan bersama anak.
c. Diberikan kepada anak dimulai sejak tahapan perkembangan yang telah dicapai oleh
anak.
d. Menggunakan alat-alat bantu stimulasi yang sederhana, mudah didapat, sesuai dengan
keadaan setempat dan murah harganya, atau alat-alat yang didapat di rumah tangga
meupun di alam bebas.
e. Tidak melakukan dengan paksaan, rasa marah atau hukuman bila anak kurang
berminat, bosan atau tidak mampu melakukan kegiatan yang distimulasikan.
c. Anak dibesarkan dengan cermat dan tidak menelantarkan, misalnya membawa anak
berobat bila sakit, melindungi, dsb.
d. Rumah terawat, terpelihara dan menyenangkan sebagai tempat tinggal yang rapi,
bersih, nyaman dan sehat.
h. Hubungan antar anggota keluarga dan dengan tetangga dalam keadaan harmonis,
bersahabat, dan saling menghormati. (Depkes RI, 1990).
Kegiatan stimulasi pada prinsipnya dapat dilakukan di mana saja, oleh siapa saja, dengan
menggunakan alat-alat bantu sederhana yang ada di daerah setempat, yang diberikan kepada
anak yang mengalami gangguan perkembangan yang disesuaikan dengan tahapan
perkembangan yang sudah dimampui anak, secara berjenjang dan berkelanjutan, dengan
dilandasi rasa kasih sayang sambil bermain bersama anak.
Kegiatan stimulasi dapat dilakukan pula oleh para guru PLB, baik yang dilakukan di sekolah,
di klinik-klinik layanan PLB, di rumah maupun di Posyandu-Posyandu. Dengan demikian
peran guru PLB di sini sebagai pelaksana dalam kegiatan stimulasi perkembangan.
Guru PLB juga dapat sebagai tempat rujukan setelah anak dilakukan skrining/penjaringan.
Di sini guru PLB berperan sebagai profesional yang melakukan asesmen dan mendiagnosis
gangguan perkembangan anak.
Peran lain yang dimiliki guru PLB dalam stimulasi gangguan perkembangan anak adalah
sebagai konsultan, yang memberikan arahan dalam penyusunan program, pemilihan
metode/cara stimulasi, pemilihan alat stimulasi yang aman, tempat dan waktu stimulasi serta
hal-hal lain yang berkenaan dengan kegiatan stimulasi perkembangan anak.
Anak yang gangguan perkembangannya sudah bersifat menetap/ permanen dalam bentuk
kelainan, maka peran guru di sini sebagai pelaksana program habilitasi dan rehabilitasi.
9. Habilitasi dan Rehabilitasi Kelainan Perkembangan
Bagi anak yang mengalami kelainan perkembangan dan kelainan yang bersifat permanen,
seperti dalam bentuk retardasi mental, kelainan neuromotorik, gangguan bicara, cara berjalan
yang khas seperti spastik dan atetoid, reflek patologis dan reflek fisiologis meninggi, mata
juling, tunarungu dan tunawicara, dan lain-lain, maka kegiatan rehabilitasi dan habilitasi
sangat dibutuhkan oleh anak-anak, baik aspek medik, aspek sosial psikologik, aspek
pendidikan dan aspek keterampilan.
Tujuan dari program habilitasi dan rehabilitasi bagi anak berkelainan perkembangan antara
lain agar mereka mau menerima kondisi kelainanya, mau dan mampu mengatasi
permasalahan-permasalahan yang timbul sebagai akibat dari kelainanya, serta mampu
menyongsong dan mempersiapkan masa depan secara mandiri dan tidak terlalu banyak
bergantung pada orang lain.
Bagi anak berkelainan perkembangan, ada banyak bentuk program habilitasi dan rehabilitasi,
seperti:
d. Pelayanan pendidikan.
f. Program terapi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak, seperti speech
therapy, physio therapy, occupational therapy, dsb.
Melalui kegiatan rehabilitasi dan habilitasi diharapkan anak berkelainan perkembangan dapat
mengaktualisasikan potensinya sehingga mereka dapat menjadi orang yang “berguna”, baik
bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
E. Rangkuman
Pada hakekatnya pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal merupakan dambaan
bagi siapa saja, baik bagi orangtua maupun bangsa/negara. Bagi keluarga, anak yang dapat
tumbuh dan berkembang secara normal dan sehat bermakna adanya harapan baru bagi sebuah
generasi penerus yang diharapkan berhasil dan sukses mewujudkan cita-cita orangtua.
Sedangkan bagi bangsa dan negara dengan adanya anak yang dapat tumbuh dan berkembang
secara sehat menandai adanya sumberdaya manusia di masa depan yang mampu membangun
dan mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan masyarakat dan bangsa yang sejahtera dan
bermartabat.
Bagi anak-anak yang kebetulan pertumbuhan dan perkembangannya mengalami gangguan,
atau mengalami kelainan, mereka sangat membutuhkan program intervensi tertentu yang
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak, termasuk juga program stimulasi,
habilitasi dan program rehabilitasi.
Guru PLB memiliki peran yang penting dalam intervensi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik sebagai pelaksana, sebagai tempat rujukan, ataupun sebagai
konsultan dalam penanganan anak-anak yang kebetulan mengalami gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembanagannya.
BUKU ACUAN
Abdul Salim. 1999. Ujimodel Penanganan Anak Kretin dan GAKI di Sekolah Dasar
Daerah Gondok Endemik. Jurnal Rehabilitasi dan Remediasi No. 21 Thn. 9-1999.
Anonim. 2003. Makanan Ideal Untuk Tumbuh Kembang Bayi. Jakarta: Infant Food
And Dietetic Products Departement PT. Food Specialities Indonesia (Nestle).
Aziz Alimul Hidayat. Musrifatul Uliyah. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran.
Djauhar Ismail. 1993. Tinggi Badan Anak Sebagai alat Untuk Menentukan status Gizi
anak. Makalah Simposium Tumbuh Kembang Anak Masa Kini. Surakarta: Lab IKA
FK UNS.
Edhi Dharma, Endang Sumirih. T.th. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Sehat.
Yogyakarta: Yayasan Sarana Cipta
Gerald B. Merenstein, David W.Kaplan, Adam A. Rosenberg, Alih Bahasa Hunardja.
Cet. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Jakarta: Widya Medika.
Jack Insley MB. Alih Bahasa Achmad Suryono. Editor Rusi Muhaimin Syamsi. Cet.
2005. Vade-Mecum Pediatri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Roose and Mico. 1980. Theory and Practice in Health Aducation. USA: Mayfield
Pub.
Siswono Yudo Usodo. 2004. Pendidikan Untuk Masa Depan. Jakarta: ISPI
Recent Posts
MATERI TO3
Media Pembelajaran ABK dalam setting sekolah inklusi
MATERI TO2
Tutorial Online I
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
Pages
About
Tag Cloud
About WordPress
Log in
Search