Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH HIDROGEOLOGI

ALIRAN AIR TANAH

OLEH :

FERDIAN MANIBUY

(2014 63 006)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2017
II DASAR TEORI

.2.1. Macam aliran airtanah

Airtanah mempunyai kecenderungan bergerak dalam bentuk aliran ke arah


kesetimbangan. Air tanah dapat dibedakan menajdi aliran laminar dan aliran turbulen.
Aliran laminer adalah aliran yang partikel – partikel airnya bergerak sejajar dengan
kecepatan relatif lambat. Pada umumnya aliran airtanah yang melalui media berpori
bergerak secara laminar. Aliran turbulen adlah aliran yang partikel-partikel airnya
bergerak secara berputar, sehingga aliran ini merupakan aliran yang bergolak,
biasanya mempunyai kecepatan yang besar. Aliran turbulan terjadi pada airtanah
yang mengalir lewat rongga-rongga (celah) batuan yang besar. Karena pada
umumnya aliran airtanah bergerak laminer maka pembahasan selanjutnya diutamakan
pada aliran laminer. Aliran air tanah secara laminer dapat dibedakan menjadi aliran
tetao (steady flow) dan aliran tidak tetap (unsteady flow). Aliran tetap adalah aliran
yang tidak berubah karena waktu sedangkan aliran tidak tetap adalah aliran yang
berubah karena waktu. Kecepatan aliran airtanah tergantung pada gravitasi (landaian
hidrolika) dan friksi (gesekan). Gravitasi akan mendorong airtanah bergerak daei
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Besarnya dinyatakan sebagai landaian
hidrolika.

Gambar 18. Landaian hidrolika


dh
Landaian hidrolika (i) =
dl

Sedangkan friksi (gesekan) sebagai penghambat lajunya aliran airtanah. Gesekan ada
dua yaitu gesekan dalam dan gesekan luar. Gesekan dalam tergantung pada
kekentalan air, suhu air. Semakin kental airnya semakin lambat aliranya. Gesekan
luar tergantung pada partikel-partikelnya. Pada batuan yang berbutir halus akan
mempunyai permukaan luas sehingga banyak air yang menempel atau melekat pada
butiran (gaya adhesi) maka gesekan luarnya semakin besar akibatnya aliran menjadi
lambat. Gesekan dapat dinyatakan tergantung pada kesarangan efektif atau kelulusan
air. Dengan demikian aliran airtanah tergantung pada landaian hidrolika (hydraulic
gradient) dan kelulusan air. Pada umumnya kecepatan aliran airtanah berkisar antara
30-60 feet/hari. Pada akuifer yang berupa batupasir mempunyai aliran kecepatan
airtanah sekitar 50 feet/hari, pada akuifer yang berupa kerikil (gravel) dapat mencapai
400 feet/hari. Aliran airtanah di alam sangat bervariasi, tetapi dapat dipelajari karena
dikendalikan dengan prinsip-prinsip hidrolika. aliran airtanah dalam akuifer (media
berpori) akan mengikuti hokum Darcy. Dengan hukum Darcy dan persamaan
kontinuitas dapat untuk menjabarkan persamaan aliran airtanah.

2.2. Persamaan Darcy

Pada tahun 1856, Darcy melakukan penyelidikan tentang aliran airtanah


melalui media berpori. Hasil percobaanya menyatakan bahwa kecepatan aliran
melalui media berpori tergantung dari landaian hidrolika dan kelulusan air. Percobaan
Darcy dilakukan dengan mengalirkan air dalam kolom pasir berbentuk silinder
dengan debit tertentu.
Gambar 19. Landaian hidrolika

keterangan :

p = tekanan (cmgr/cc)

V = kecepatan aliran (cm/dtk)

Z = elevasi (cm)

L = panjang lintasan (cm)

A = luas penampang kolom pasir (cm2)

δ = specific weight (gr/cc)

g = percepatan, gaya berat (cm/dt2)

hL = head loss (kehilangan tenaga sepanjang lintasan)

Q = debit alir yang dialirkan lewat kolom pasir.

Berdasarkan hokum Bernoulli, total energi dari potensial di atas datumplane


adalah sbb:
2 2
p1 v1 p v
+ + Z1 = 2 + 2 + Z2 + hL
 2g  2g

Karena cairanya ideal maka aliran tetap (steady) dan V nya kecil sekali
2 2
v v
sehingga 1 dan 2 ≈ 0
2g 2g

p1 p2
Jadi hL = (Z1 + ) – (Z2 + )
 

Hukum Darcy :

1. Kecepatan aliran air yang melalui suatu perlapisan pasir adalah berbanding
pada tekanan dan berbanding terbalik dengan ketebalan lapisan yang
dilaluinya (lintasanya).
K.hL
V=
L

V = kecepatan aliran air

K = konsatnta tergantung dari sifat material secara eksperimen untuk setiap


jenis material

hL = perbedaan pucuk air di dua ujung material (head loss)

L = panjang material/lintasan

K = sekarang dikenal sebagai permeabilitas atau hydraulic conductivity atau


kelulusan air atau daya hantar hidrolika

2. Besarnya debit pengaliran pada media berpori berbanding lurus dengan


kehilangan tinggi tenaga (head loss) dan berbanding terbalik dengan panjang
lintasan aliran air.
hL
Q ≈
L
Q = debit pengaliran

hL = head loss

L = panjang lintasan

Q = A.V

A = Luas penampang

hL
Q = - K.A.
L

atau secaa umum

dh
Q = - K.A.
dl

Q = - K.A.i

dh
= i = landaian hidrolika
dl

Hukum Darcy hanya berlaku apabila aliranya alminer. dalam pipa, aliran laminer bila
:

NR = bilangan reynold

r = kerapatan

V = kecepatan aliran

D = diameter

μ = kekentalan

Untuk aliran melalui media berpori, D adalah diameter rata-rata dari butiran.

Jadi :
D (d) =  Ns Ds

Ns

Ds = diameter lubang antara saringan berturut –turut

Ns = banyaknya butiran yang berdiameter Ds

Pada batas berapa dari bilangan Reynold sehingga hokum Darcy masih
berlaku. dari beberapa percobaan antara lain yang dilakukan oleh Fanning, bilangan
Reynold 1-10 mulai menunjukkan penyimpangan, sedangkan menurut Scneebeli
aliran turbulen terlihat pada bilangan reynold 60, dan menurut Hubert berkisar antara
600-700.

Kecepatan aliran airtanah di alam sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat
lain. Karena kecepatan tersebut mempunyai besar dan arah maka merupakan vektor.
Apabila ditinjau secara tiga dimensi, maka vektor kecepatan akan mempunyai tiga
komponen masing-masing Vx, Vy, dan Vz.

Gambar 20. Vektor-vektor kecepatan


Dengan demikian apabila akuifernya mempunyai kelulusan air yang berbeda
beda pada setiap arah aliran atau disebut anisotropis, maka vektor vektornya dapat
dinyatakan :

h h h
Vx = Kx . ; Vy = Ky. ; Vz = Kz
x y z

Kx, Ky, Kz = Koefisien kelulusan air pada setiap arah sumbu. Untuk memudahkan
dalam perhitungan maka dianggap pada senua arah mempunyai kelulusan air sama
atau disebut bersifat isotropis, sehingga persamaanya sebagai berikut :

h h h
Vx = - K ; Vy = - K ; Vz = - K
x y z

Persaman ini merupakan pengembanagn dari hokum Darcy yang dapat digunakan
untuk membantu memecahkan persoalan aliran airtanah selanjutnya.

2.3. Persamaan kontinuitas.

Persamaan kontinuitas pada aliran tetap (steady) adalah :

Vx Vy Vz


+ + =0
x y z

Apabila disubstitusikan dengan persamaan yang di atas maka :

 2h  2h  2h
+ + =0
x 2 y 2 y 2

Persamaan ini dikenal sebagai persamaan La Place yang merupakan persamaan


diferensial parsial untuk aliran yang tetap di dalam akuifer homogen dan isotropis.
Untuk aliran tidak tetap (unsteady) perlu diperhatikan mengenai koefisien daya
simpan air. Persamaan kontinuitas dari hasil penjabaran rumus-rumus di atas
didapatkan :

 2h  2h  2h S h
+ + = .
x 2
y 2
y 2
Kb t

S = koefisien daya simpan air (koefisien cadangan)

K = Koefisien kelulusan air

b = ketebalan akuifer

t = waktu

Persamaan ini dikenal sebagai persamaan difusi yang merupakan persamaan


diferensial parsial secara pendekatan untuk aliran tidak tetap. Dengan anggapan
akuifernya homogen dan isotropis maka persamaan tersebut dapat digunakan. Dengan
menggunakan persamaan kontinuitas dan hukum Darcy dapat dipakai sebagai dasar
untuk menyelesaikan persoalan aliran airtanah.

2.4. Sifat batuan sebagai media aliran airtanah

Batuan yang bertindak sebagai media aliran airtanah mempunyai sifat kelulusan
air, kapasitas jenis, keterusan air, daya simpan air (cadangan air).

2.5. Koefisien kelulusan air

Adalah kemampuan untuk meluluskan air di dalam rongga-rongga batuan tanpa


mengubah sifat-sifat airnya. Kelulusan air ini sangat dipengaruhi oleh kesarangan dan
sifat cairan yang melaluinya. Menurut hukum Darcy, koefisien kelulusan air
dinyatakan sebagai :
Q L3 / T
K= = =L/T
A.dh / dl L / L/ L

Koefisien kelulusan air terdiri koefisien kelulusan air di lapangan (Kf) dan
koefisien kelulusan air di laboratorium atau standart (Ks). Koefisien kelulusan air
merupakan fungsi dari kekentalan (μ), specific graffiti (δ) dan diameter antar butir
(d).

Tabel 6. Hubungan antara k, Ks, macam batuan

dan sifatnya terhadap aliran airtanah (Tadd, DK 1959)

k (darcy) 105-104 103-101 1-10-3 10-4-10-5


Macam batuan Kerikil Pasir bersih, Pasir sangat Lempung
Bersih campuran pasir halus, silt,
bersih dengan campuran
kerikil pasir, silt,
lempung, dan
lempung
berlapis
Karakteristik Akuifer baik Ajuifer jelek Akuifer kedap
aliran air
Ks (gal/hari/ft2) 108-102 101-10-2 10-3-10-4

Tabel 7. Harga K(koefisien kelulusan air) dari berbagai macam batuan

(MORRIS & JOHNSON, 1967 menurut TODD, 1980)

No Macam batuan K(m/hari) No Macam batuan K(m/hari)


1 Kerikil kasar 150 10 Lempung 0,002
2 Kerikil menengah 270 11 Batugamping 0,94
3 Kerikil 450 12 Dolomit 0,001
4 Pasir kasar 45 13 Sekis 0,2
5 Pasir menengah 12 14 Batusabak 0,00009
6 Pasir halus 2,5 15 Tuf 0,2
7 Batupasir menengah 3,1 16 Basalt 0,01
8 Batupasir halus 0,2 17 Gabro lapuk 0,2
9 Silt 0,08 18 Granit lapuk 1,4
Tabel 8. Harga K(koefisien kelulusan air) dari berbagai macam batuan(Biro
Reklamasi USA, 1977 menurut TODD, 1980)

2.6. Pengukuran harga K (koefisien kelulusan air)

Pengukuran harga K dapat dilakukan di laboratorium maupun langsung di


lapangan. Pengukuran di laboratorium dengan menggunakan alat permeameter seperti
pada gambar 21.a dan s1.b pada lembar di selanjutnya
K = Koefisien kelulusan air (cm/dt)

a1 = Luas penampang tabung

V = Volume air yang tertampung (cc)

ho = tinggi tekan mula-mula dalam waktu t detik

h1 = tinggi tekan setelah percobaan (t dtk)

L = Panjang contoh batuan (cm)

ho-h1 = tinggi tekan turun dalam percobaan

p = Luas contoh batuan selama t detik.

t = Lama percobaan (dtk)

d = pelat porus

h = beda tinggi (cm)

c = contoh batuan

b = Silinder tempat contoh batuan

a = tabung

Cara kerja constant head permeameter : contoh batuan (c) dimasukkan dalam
tabung b dibatasi dengan pelat porus. Air diisi ke dalam tabung a dan b adalah h.
Keadaan ini diusahakan konstant dalam waktu percoban (t detik). Catat volume air
yang tertampung dalam ml. Percobaan diulangi beberapa kali dan diambil rata-
ratanya.

Berdasarkan hukum Darcy :

h
V = K.i = K
L
Volume (V) = Q.t

V = V.a.t

K .h. A.t
V =
L

VL
V =
A.t.h

Cara kerja Falling head permeameter, seperti halnya dengan cara di atas hanya pada
waktu percobaan air tidak diisikan terus tetapi dibiarkan turun pada tabung a.
Percobaan ini jiga dilakukan beberapa kali.

Berdasarkan hukum Darcy :

h
Q = A.K.
L

k.h
V=
L

dh
Kecepatan turun muka air pada tabung a =
dt

h dh
Jadi AK = -a1
L dt

dt dh
AK = - a1
L h

t h1
A dh
K
L  dt   a 
0 ho
h

a1 L ho
K = 2,3 log
At h1
Selain percoban di laboratorium, pengukuran harga K dapat dilakukan
langsung di lapangan. Caranya ada beberapa antara lain uji perkolasi, uji peker, uji
pompa (pumping test) akan diterapkan lebih lanjut pada bab selanjutnya. di sini
hanya uji perkolasi dan uji peker. Pelaksanaanya dilakukan pada lubang bor atau pada
sumur uji. Dari lubang bor ditentukan zona yang akan diuji, bagian yang tidak diuji
ditutup dengan pipa. Zona pengujian dibedakan menjadi dua, yaitu : zona pengujian
yang terletak diatas muka airtanah dan terletak di bawah muka airtanah seperti pada
gambar di bawah ini.

Gambar 22.a. Uji perkolasi dengan zona Gambar 22.b. Uji perkolasi
dengan zona

pengujian terletak di bawah muka airtanahpengujian terletak di atas muka airtanah

Q = debit air yang diberikan secara

R = jari-jari dasar lubang tetap dalam keadaan stimbang

H = jarak dari titik tengah zona pengujian (constant head)


sampai ujung pipa

H = jarak muka airtanah sampai ujung pipa

L = zona pengujian
Pelaksanaannya lubang bor harus bersih. Air bersih dimasukkan ke dalam
lubang-lubang bor sampai penuh dan dijaga agar tetap konstant. Keadan setimbang
ini dipertahankan sampai kira-kira 5 menit. Dan dicatat besarnya debit air yang
dimasukkan. Pekerjaan ini diulangi sampai beberapa kali supaya hasilnya lebih tepat.
Rumus yang dipergunakan adalah :

2,3 Q L
K= log
2  LH R

K = koefisien kelulusan air

Q = debit air yang dimasukkan ke dalam lubang bor (cm3/dtk)

R = jari-jari dasar lubang bor (cm)

L = panjang zone pengujian (cm)

syarat L harus > 10 R

H = perbedaan tinggi

Dengan cara ini dapat dilakukan pengujian pada setiap kedalaman. Kesulitan yang
timbul sering air yang dimasukkan ke dalam zona pengujian merembes pula pada
zona yang tidak diuji lewat lubang antara pipa dengan dinding batuan.

Test peker ada dua macam, yaitu peker tunggal dan peker ganda seperti pada
gambar di bawah ini.
Gambar 23.a. Uji peker tunggal dengan Gambar 23.b. Uji peker tunggal dengan

zona pengujian di bawah muka airtanah zona pengujian di atas muka airtanah

Gambar 24.a. Uji peker ganda dengan Gambar 24.b. Uji peker ganda
dengan zona pengujian di bawah muka airtanah zona pengujian di atas muka
airtanah

Peker terdiri dari karet yang dapat dikembangkan dengan memutar sekrup pada
rangkaian pipa bor. Dengan peker yang mengembang tersebut merupakan batas dari
zona pengujian, sehingga uji peker dapat dilakukan setelah lubang bor selesai atau
bersama-sama dengan pemboranya. rumus yang digunakan seperti pada uji perkolasi.

2,3 Q L
K= log
2  LH R

H = H1 + H2

Tekanan yang diberikan diubah-ubah semakin besar misalnya tiga macam


tekanan pada setiap kali pengujian. Hasil perhitungan pada setiap tekanan yang
diberikan dicatat dan dirata-rata. Tekanan yang diberikan pada zona pengujian yang
dalam semakin besar. Pengukuran harga K, pada eksplorasi airtanah biasanya
biasanya dengan uji pompa. Sedangkan uji perkolasi maupun uji peker biasanya
digunakan dalam penyelidikan geologi teknik.

2.7. Kapasitas jenis atau specific capacity

Kapasitas jenis atau specific capacity adalah debit air yang dapat diperoleh
setiap penurunan permukaan airtanah bebas ataupun airtanah tertekan, sepanjang satu
satuan panjang dalam satu sumur pompa pada akhir periode pemompaan.

Gambar 25. Penurunan muka airtanah pada pemompaan

Q = debit pemompaan (konstant)

s = drawdown (penurunan muka airtanah atau bidang pisometrik akibat pemompaan.

Kapasitas jenis (SQ, Sc) dapat ditentukan dengan rumus seperti di bawah ini.

Q
SQ =
s

Satuan SQ adalah L3/T/L = L2/T.

Secara sederhana dengan harga SQ dapat untuk menentukan besarnya debit


pemompaan.
Koefisien keterusan air atau Koefisien of transmissibility atau coefficient of
transmissivity (T) adalah banyaknya air yang dapat mengalir melalui suatu bidang
vertikal setebal akuifer, selebar satu satuan panjang dengan landaian hidrolika 100 %.

Harga T dapat ditentukan dengan uji pompa, dengan didapatkan harga T maka
dapat dihitung harga K nya dengan rumus : T = K.b

T = Koefisien keterusan air

K = Koefisien kelulusan air

b = Tebal akuifer Satuan harga T adalah L3/T/L = L2/T.

 Harga T sekitar 5 m3/jam/m dari satu sumur dapat untuk mensuplai air minum.
 Harga T sekitar 50 m3/jam/m dari satu sumur dapat untuk irigasi,industri besar
Koefisien daya simpan air atau koefisien cadangan air atau coefficient of
storage (s) adalah volume air yang dolepaskan atau dapat disimpan oleh suatu akuifer
setiap satu satuan luas akuifer pada satu satuan perubahan kedudukan muka airtanah
baik airtanah bebas ataupun airtanah tertekan. Harga S tidak mempunyai satuan,
dengan harga S dapat untuk menentukan jenis akuifernya disamping dapat untuk
menghitung jumlah kandungan airtanah di suatu daerah.

Gambar 2.7. koefisien daya simpan air pada akuifer tertekan (a) dan pada akuifer
bebas (b
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini.Makalah ini. Penulis menyadari
bahwa di dalam Makalah ini masih banyak kekurangan,oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menambali kekurangan-
kekurangan yang ada, sehingga makalah ini bisa sempurna.Untuk itu penulis
sampaikan terimakasih.

FERDIAN.MANIBUY
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air yang berada di wilayah jenuh di bawah permukaan tanah disebut air tanah.
Secara global, dari keseluruhan air tawar yang berada di planet bumi lebih dari 97 %
terdiri atas air tanah. Tampak bahwa peranaan air tanah di bumi sangat penting. Air
tanah dapat dijumpai dihampir semua temmpat di bumi. Ia dapat ditemukan di bawah
gurun pasir yang paling kering sekalipun. Demikian juga di bawah tanah yang
membeku karena tertutup lapisasn salju atau es. Sumbangan terbesar air tanah
berasal dari daerah arid dan semi-arid serta daerah lain yang mempunyai formasi
geologi paling sesuai untuk penampungan air tanah. Dengan semakin berkembangnya
industry serta pemukiman dengan segala fasilitasnya seprti lapangan golf, kolam
renang, maka ketergantungan manusian pada air tanah menjadi semakin terasakan.
Namun demikian, patut disayangkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan air tanah
yang semakin meningkat tersebut , cara pengambilan air tanah seringkali tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip hidrologiyang baik sehingga seringkali menimbulkan dampak
negative yang serius terhadap kelangsungan dan kualitas sumber daya air
tanah.Dampak negative pemanfaatan air tanah yang berlebihan seperti pencemaran
sumur-sumur penduduk, terutama yang berdekatan dengan aliran sungai yang
menjadi sarana pembuangan limbah pabrik.

Air di bumi yang meliputi air laut, air danau, dan air sungai akan mengalami
penguapan yang disebabkan oleh pemanasan sinar matahari. Dalam hidrologi,
penguapan dari badan air secara langsung disebut evaporasi. Penguapan air yang
terkandung dalam tumbuhan disebut transpirasi. Jika penguapan dari permukaan air
bersama-sama dengan penguapan dari tumbuh-tumbuhan disebut evapotranspirasi.
Penguapan air dari dedaunan dan batang pohon yang basah disebut intersepsi. Hujan
dalam istilah hidrologi disebut presipitasi yakni tetes air dari awan yang jatuh
kepermukaan tanah.
Hujan yang turun ke permukaan bumi jatuh langsung kepermukaan
tanah,permukaan air danau,sungai,laut,hutan,atau perkebunan. Air yang meresap ke
tanah akan terus sampai kedalaman tertentu dan mencapai permukaan air tanah
(ground water) yang disebut perkolasi. Jika aliran tanah muncul atau keluar akan
menjadi mata air (spring). Mata air yang keluar dengan cara rembesan disebut
seepage.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses terjadinya air tanah ?
2. Bagaimana proses aliran air tanah ?

1.3 Tujuan
Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan :
1. Proses aliran airtanah
IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 Airtanah mempunyai kecenderungan bergerak dalam bentuk aliran ke arah


kesetimbangan. Air tanah dapat dibedakan menajdi aliran laminar dan aliran
turbulen. Aliran laminer adalah aliran yang partikel – partikel airnya bergerak
sejajar dengan kecepatan relatif lambat
 Aliran turbulen adlah aliran yang partikel-partikel airnya bergerak secara
berputar, sehingga aliran ini merupakan aliran yang bergolak, biasanya
mempunyai kecepatan yang besar

4.2 SARAN

Kiraya kita sebagai pengguna sekaligus pemakai air,bisa lebih hemat dalam
pemakaian air.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Air_Tanah

http://budhikuswansusilo.wordpress.com/2008/05/09/dinamic-geology-groundwater-
air-tanah/

http://iwankgeografi03.blogspot.com/2009/020air-tanah.html

Anda mungkin juga menyukai