Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL SKRIPSI

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS HAND SANITIZER DENGAN CUCI


TANGAN PAKAI SABUN DALAM MEMBUNUH KUMAN DI TANGAN

DWIANA ARDIANTI G0009067


G HARLDY PARENDA G0009089
GALIH INDRA PERMANA G0009091
IRENE ARDIANI P W G0009109
JUNITA AYU G0009115

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 2 November 2011

Dwiana Ardianti
NIM. G0009067

G Harldy Parendra
NIM. G000989

Galih Indra Permana


NIM. G0009091

Irene Ardiani P W
NIM. G0009109

Junita Ayu
NIM. G0009115

2
PERSETUJUAN

Proposal Penelitian dengan judul : Perbandingan Efektivitas Hand Sanitizer


dengan Cuci Tangan Pakai Sabun Dalam Membunuh Kuman di Tangan

Dwiana Ardianti, G0009067, G Harldy Parendra, G000989, Galih Indra Permana,


G0009091, Irene Ardiani P W G0009109, Junita Ayu, G0009115, Tahun 2011

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Validasi Proposal


Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Rabu, Tanggal 11 November 2011

Pembimbing Utama Penguji Utama

Tim Skripsi

3
PROPOSAL PENELITIAN

1. Nama : Dwiana Ardianti


NIM : G0009067
Nama : G Harldy Parendra
NIM : G0009089
Nama : Galih Indra Permana
NIM : G0009091
Nama : Irene Ardiani P W
NIM : G0009109
Nama : Junita Ayu
NIM : G0009115

2. Judul : Perbandingan Efektivitas Hand Sanitizer Dengan


Cuci Tangan Pakai Sabun Dalam Membunuh
Kuman di Tangan

3. Bidang Penelitian : Mikrobiologi

4. Latar Belakang

4
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan
investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Oleh karena itu
menjadi suatu kewajiban bagi semua pihak untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh
masyarakat Indonesia (Dinkes, 2010).

Salah satu upaya untuk menjaga kesehatan adalah dengan mencuci


tangan. Hal ini dikarenakan dengan mencuci tangan dapat mencegah
penyakit infeksi (Rahmawati dan Triana, 2008). Mencuci tangan dapat
menurunkan jumlah kuman di tangan sampai dengan 58% (Girou et
al.,2002).

Dewasa ini produk instan yang cenderung lebih praktis banyak


diminati oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan produk instan yang praktis
dapat memberikan solusi cepat dan efektif dalam memenuhi kebutuhan.
Selain itu, produk instan mudah didapat serta mudah dibawa kemana-
mana. Seperti yang kita ketahui banyak ditemukan produk instan berupa
pembersih tangan yang sering disebut dengan hand sanitizer.

Sementara di Indonesia, ada 151.000 anak balita yang meninggal


dengan 56.000 di antaranya karena diare dan pneumonia (WHO, 2011).
Hal ini dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat mengenai kesehatan,
salah satunya mencuci tangan dengan sabun.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengevaluasi


efektivitas penggunaan hand sanitizer dengan mencuci tangan
menggunakan sabun untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi.

5. Perumusan Masalah

5
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang didapat adalah:
a. Seberapa efektifkah mencuci tangan dengan sabun dalam membunuh
kuman di telapak tangan?
b. Seberapa efektif penggunaan hand sanitizer dalam membunuh kuman
di telapak tangan?

6. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui efektivitas mencuci tangan dengan sabun dalam
membunuh kuman di telapak tangan.
b. Mengetahui efektivitas penggunaan hand sanitizer dalam membunuh
kuman di telapak tangan.
c. Mengetahui mana yang lebih efektif dalam membunuh kuman di
telapak tangan.

7. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
Dapat memberi masukan mengenai efektivitas mencuci tangan dengan
sabun dan penggunaan hand sanitizer dalam membunuh kuman di
telapak tangan.
2. Aspek Aplikatif
Diharapkan dapat memberi masukan kepada masyarakat untuk
memilih mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand
sanitizer dalam membunuh kuman di telapak tangan.

8. Tinjauan Pustaka
A. Hand Sanitizer
1) Definisi :

6
Hand sanitizer adalah cairan dengan berbagai kandungan
yang sangat cepat membunuh mikroorganisme yang ada di kulit
tangan ( Benjamin, 2010). Hand sanitizer banyak digunakan karena
alasan kepraktisan. Hand sanitizer mudah dibawa dan bisa cepat
digunakan tanpa perlu menggunakan air. Hand sanitizer sering
digunakan ketika dalam keadaan darurat dimana kita tidak bisa
menemukan air. Kelebihan ini diutarakan menurut US FDA (Food
and Drug Administration) dapat membunuh kuman dalam waktu
kurang lebih 30 detik ( Benjamin, 2010).
2) Kandungan :
Hand sanitizer memiliki berbagai macam zat yang
terkandung. Secara umum hand sanitizer mengandung :
a) alkohol 60-95%
b) benzalkonium chloride
c) benzethonium chloride
d) chlorhexidine gluconate
e) chloroxylenol
f) clofucarban
g) hexachlorophene
h) hexylresocarcinol
i) iodine
( Benjamin, 2010)

Menurut CDC (Center for Disease Control) hand sanitizer


terbagi menjadi dua yaitu mengandung alcohol dan tidak
mengandung alcohol. Hand sanitizer dengan kandunga alcohol
antara 60- 95 % memiliki efek anti mikroba yang baik
dibandingkan dengan tanpa kandungan alcohol ( CDC, 2009).
3) Manfaat
Alcohol banyak digunakan dalam hand sanitizer, hal ini
dikarenakan alcohol sangat efektif dalam membunuh berbagai
macam dan jenis kuman dan bakteri. Bakteri yang diketahui dapat
dibunuh oleh alcohol adalah bakteri tuberculosis, bakteri penyebab

7
influenza, dan berbagai bakteri yang sering menyebabkan demam
(alcoholbasedhandsanitizer.com, 2011)
Hand sanitizer tanpa alcohol mengandungtriclosan dan
benzalkonium chloride. Kedua kandungan tersebut juga efektif
dalam membunuh bakteri dan kuman yang terdapat di kulit
((alcoholbasedhandsanitizer.com, 2011).
Kandungan aktif yang sering ditemukan di hand santizer
dipasaran adalah 62% etil alcohol (Liu, 2010). Kandungan tersebut
bermanfaan dalam membunuh bakteri. Damal penelitian yang
dilakukan oleh Liu et al., menyatakan bahwa efektivitas dari suatu
hand sanitizer ditentukan oleh berbagai faktor seperti, jenis
antiseptic yang kita gunakan dan banyaknya, metode penelitian,
dan target organisme.
Hand sanitizer memiliki efektivitas pada virus yang kurang
baik dibandingkan dengan cuci tangan menggunakan sabun.
Kandungan sodium hipoklorite dalam sabun dapat menghancurkan
integritas dari capsid protein dan RNA dari virus, sedangkan hand
sanitizer dengan alcohol hanya berefek pada kapsid protein virus
( fukusaki,2006; McDonnell, 1999).

B. Sabun Cuci Tangan


1) Definisi :
Sabun didefinisikan sebagai produk dari proses saponifikasi atau
netralisasi lemak, minyak, lilin, rosin dengan basa organic, tertentu
atau yang anorganik.

2) Kandungan :
a) Minyak pendukung
b) Sodium hidroksida
c) Alcohol
d) Stearic acid

8
e) Parfum
f) Humectan
g) Ultra violet absorbent
h) Anti oksidan
i) Sequestering agent

3) Manfaat

Mencuci tangan dengan sabun adalah praktik mencuci


tangan yang paling umum dilakukan setelah mencuci tangan
dengan air saja. Walaupun perilaku mencuci tangan dengan sabun
diperkenalkan pada abad 19 dengan tujuan untuk memutus mata
rantai kuman, namun pada praktiknya perilaku ini dilakukan karena
banyak hal di antaranya, meningkatkan status sosial, tangan
dirasakan menjadi wangi, dan sebagai ungkapan rasa sayang pada
anak.
Pada fasilitas-fasilitas kesehatan seperti rumah sakit,
mencuci tangan bertujuan untuk melepaskan atau membunuh
patogen mikroorganisme (kuman) dalam mencegah perpindahan
mereka pada pasien. Penggunaan air saja dalam mencuci tangan
tidak efektif untuk membersihkan kulit karena air terbukti tidak
dapat melepaskan lemak, minyak, dan protein dimana zat-zat ini
merupakan bagian dari kotoran organik. Karena itu para staf medis,
khususnya dokter bedah, sebelum melakukan operasi diharuskan
mensterilkan tangannya dengan menggunakan antiseptik kimia
dalam sabunnya (sabun khusus atau sabun anti mikroba) atau
deterjen [2] [3]. Untuk profesi-profesi ini pembersihan mikro
organisme tidak hanya diharapkan "hilang" namun mereka harus
bisa memastikan bahwa mikro organisme yang tidak bisa "bersih"
dari tangan, mati, dengan zat kimia antiseptik yang terkandung
dalam sabun. Aksi pembunuhan mikroba ini penting sebelum
melakukan operasi dimana mungkin terdapat organisme-organisme
yang kebal terhadap antibiotik.

9
C. Bakteri yang sering ditemukan pada tangan manusia
Bakteri banyak ditemukan disekitar manusia. seperti tangan
manusia yang banyak berinteraksi dengan dunia luar. Banyak sekali
jenis-jenis bakteri yang terdapat ditangan tangan manusia. Adapun
beberapa jenis bakteri yang sering terdapat ditangan. Diantaranya :

1) Escherichia coli
E. coli dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Procaryota
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Enterobacteriaceae
Marga : Escherichia
Jenis : Escherichia coli

Escherichia Coli pertama kali diidentifikasikan oleh dokter


hewan Jerman, Theodor Escherich dalam studinya mengenai sistem
pencernaan pada bayi hewan. Pada 1885, beliau menggambarkan
organisme ini sebagai komunitas bakteri coli (Escherich 1885)
dengan membangun segala perlengkapan patogenitasnya di infeksi
saluran pencernaan. Nama “Bacterium Coli” sering digunakan
sampai pada tahun 1991.
Morfologi dan identifikasi E. coli adalah bakteri Gram
negatif yang berbentuk pendek (kokobasil), berukuran 0,4-0,7 μm,
bersifat anaerobik fakultatif dan mempunyai flagella peritrikal.
Bakteri ini banyak ditemukan di dalam usus manusia sebagai flora
normal

10
(Jawetz dkk., 2001).Bentuk sel dari bentuk seperti coocal
hingga membentuk sepanjang ukuran filamentous. Tidak
ditemukan spora. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan
dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul.

bakteri ini aerobic dan dapat juga aerobic fakultatif. E. Coli


merupakan penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi.
Morfologi Kapsula atau mikrokapsula terbuat dari asam – asam
polisakarida. Mukoid kadang – kadang memproduksi pembuangan
ekstraselular yang tidak lain adalah sebuah polisakarida dari
speksitifitas antigen K tententu atau terdapat pada asam
polisakarida yang dibentuk oleh banyak E. Coli seperti pada
Enterobacteriaceae. Selanjutna digambarkan sebagai antigen M dan
dikomposisikan oleh asam kolanik. Biasanya sel ini bergerak
dengan flagella petrichous.
E. Coli memproduksi macam – macam fimbria atau pili
yang berbeda, banyak macamnya pada struktur dan speksitifitas
antigen, antara lain filamentus, proteinaceus, seperti rambut
appendages di sekeliling sel dalam variasi jumlah. Fimbria
merupakan rangkaian hidrofobik dan mempunyai pengaruh panas
atau organ spesifik yang bersifat adhesi. Hal itu merupakan faktor
virulensi yang penting.
E. Coli merupakan bakteri fakultatif anaerob,
kemoorganotropik, mempunyai tipe metabolisme fermentasi dan
respirasi tetapi pertumbuhannya paling sedikit banyak di bawah
keadaan anaerob.pertumbuhan yang baik pada suhu optimal 370C
pada media yang mengandung 1% peptone sebagai sumber karbon
dan nitrogen. E. Coli memfermentasikan laktosa dan memproduksi
indol yang digunakan untuk mengidentifikasikan bakteri pada
makanan dan air. E. coli berbentuk besar (2-3 mm), circular,
konveks dan koloni tidak berpigemn pada nutrient dan media

11
darah. E. Coli dapat bertahan hingga suhu 60C selama 15 menit
atau pada 55C selama 60 menit.

2) Salmonella sp
Salmonella sp. merupakan :

Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales, Salmonella sp
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Species: S. enteric
(Todar, 2008).

Salmonella sp. pertama ditemukan (diamati) pada penderita


demam tifoid pada tahun 1880 oleh Eberth dan dibenarkan oleh
Robert Koch dalam budidaya bakteri pada tahun 1881 (Todar,
2008). Salmonella sp. adalah bakteri bentuk batang, pada
pengecatan gram berwarna merah 5 muda (gram negatif).
Salmonella sp. berukuran 2 μ sampai 4 μ × 0;6 μ, mempunyai flagel
(kecuali S. gallinarum dan S. pullorum), dan tidak berspora (Julius,
1990). Habitat Salmonella sp. adalah di saluran pencernaan (usus
halus) manusia dan hewan. Suhu optimum pertumbuhan
Salmonella sp. ialah 37oC dan pada pH 6-8 (Julius, 1990).

Dalam skema kauffman dan white tatanama Salmonella sp.


di kelompokkan berdasarkan antigen atau DNA yaitu kelompok I
enteric, II salamae, IIIa arizonae, IIIb houtenae, IV diarizonae, V
bongori, dan VI indica. Komposisi dasar DNA Salmonella sp
adalah 50-52 mol% G+C, mirip dengan Escherichia, Shigella, dan

12
Citrobacter (Todar, 2008). Namun klasifikasi atau penggunaan
tatanama yang sering dipakai pada Salmonella sp. berdasarkan
epidemiologi, jenis inang, dan jenis struktur antigen (misalnya
S.typhi, S .thipirium). Jenis atau spesies Salmonella sp. yang utama
adalah S. typhi (satu serotipe), S. choleraesuis, dan S. enteritidis
(lebih dari 1500 serotipe). Sedangkang spesies S. paratyphi A, S.
paratyphi B, S. paratyphi C termasuk dalam S. enteritidis (Jawezt
et al, 2008).

3) Shigella
Shigella dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Procaryota
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Enterobacteriaceae
Marga : Shigella
Jenis : Shigella sp

Morfologi dan identifikasi Shigella adalah bakteri Gram


negatif berbentuk batang, berukuran 0,5-0,7 μm x 2-3 μm dan tidak
berflagel, tidak membentuk spora, bila ditanam pada media agar
tampak koloni yang konveks, bulat, transparan dengan pinggir-
pinggir utuh. Shigella merupakan bakteri dengan habitat alamiah
usus besar manusia. Disentri basiler atau Shigellosis adalah infeksi
usus akut yang disebabkan oleh Shigella (Karsinah dkk., 1994).

4) Giardia Lamblia

13
G. lamblia ditemukan kosmopolit dan penyebarannya
tergantung dari golongan umur yang diperiksa dan sanitasi
lingkungan.
G. Lamblia mempunyai 2 bentuk, yaitu tropozoit dan kista.
Bentuk tropozoit bilateral simetris seperti buah jambu monyet
dengan bagian anterior membulat dan posterior meruncing. Parasit
ini berukuran 10-20 mikron panjang dengan diameter7-10 mikron.
Di bagian anterior terdapat sepasang inti berbentuk oval. Di bagian
ventral anterior terdapat isap berbentuk seperti cakram cekung yang
berfungsi untuk perlekatan di permukaan sel epitel. Terdapat dua
batang yang agak melengkung melintang di posterior batil isap,
yang disebut benda parabasal. Tropozoit mempunyai delapan
flagel, sehingga bersifat motil. G. Lamblia tidak mempunyai
mitokondria, peroxisome, hydrogenisomes, atau organel subselular
lain untuk metabolisme energi.
Bentuk kista oval dan berukuran 8-12 mikron dan
mempunyai dinding yang tipis dan kuat dengan sitoplasma berbutir
halus. Kista yang baru terbentuk mempunyai dua inti, sedangkan
kista matang mempunyai empat inti yang terletak di satu kutub.
Melekatnya G. Lamblia pada sel epitel usus halus tidak
selalu menimbulkan gejala. Bila ada, hanya berupa iritasi ringan.
Perubahan histopatologi pada mukosa dapat minimal atau berat
hingga menyebabkan atrofi vilus, kerusakan eritrosit, dan
hiperplasia kriptus, seperti tampak pada sindrom malabsorbsi.
Terdapat kolerasi antara derajat kerusakan vilus dengan
malabsorbsi. Tekanan hisapan dari perlekatan tropozoit
menggunakan batil isap dapat merusak mikrovili dan menggangu
proses absorbsi makanan. Selain itu multiplikasi tropozoit dangan
belah pasang longitudinal akan menghasilkan sawar antara sel
epitel usus dengan lumen usus yang mengganggu proses absorbsi
makanan dan nutrien. Tropozoit tidak selalu penetrasi ke epitel

14
tetapi dalam kondisi tertentu, tropozoit dapat menginvasi jaringan
seperti kandung empedu dan saluran kemih.
Setengah dari orang yang terinfeksi G. Lamblia
asimtomatik dan sebagian besar dari mereka menjadi pembawa
(carrier). Gejala yang sering terjadi adalah diare berkepanjangan,
dapat ringan dengan produksi tinja semisolid atau dapat intensif
dengan produksi tinja cair. Jika tidak diobati diare akan
berlangsung hingga berbulan-bulan. Infeksi kronik dicirikan
dengan steatore karena gangguan absorbsi lemak serta terdapat
gangguan absorbsi karoten, folat, dan vitamin B12. Penyerapan
bilirubin oleh G. Lamblia menghambat aktivitas lipase pankreatik.
Kelainan fungsi usus halus ini disebut sindrom malabsorbsi klasik
dengan gejala penurunan berat badan, kelelahan, kembung, feses
berbau busuk. Selain itu, sebagian orang dapat mengeluhkan
ketidaknyamanan epigastrik, anoreksia dan nyeri.

15
9. Kerangka Pemikiran

Varibel luar tak terkendali Varibel luar terkendali


Jenis virus dan bakteri di telapak Suhu
tangan Kelembaban udara
Jumlah virus dan bakteri di Kondisi tangan
telapak tangan

Sabun Hand Sanitizer

Kandungan Sabun Kandungan Hand Sanitizer


Sodium hipoklorite Alkohol

Menghancurkan Menghancurkan
integritas dari integritas dari
capsid protein capsid protein virus
bakteri dan virus dan bakteri
Menghancurkan DNA Menghancurkan DNA
bakteri dan RNA bakteri
virus

Membunuh kuman di tangan

16
10. Hipotesis
Sabun dapat membunuh kuman di tangan lebih baik daripada hand
sanitizer.

11. Metode Penelitian


A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat observasional analitik menggunakan
rancangan one group pretest-postest dengan pendekatan Cross
Sectional.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah jumlah mikroorganisme yang diperoleh
dari identifikasi kulit telapak tangan mahasiswa sebelum dan sesudah
memakai hand sanitizer di Lingkungan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Lingkungan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hambatan pertumbuhan bakteri


D. Teknik Sampling
Neisseria gonorrhoeae
Dalam penelitian ini digunakan teknik random sampling, dimana

besar sampel sebanyak tiga puluh sampel.

17
E. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : Hand sanitizer
2. Variabel terikat : Jumlah mikroorganisme di tangan
3. Variabel luar :
a. Variabel terkendali : jenis dan kandungan hand sanitizer.
b. Variabel tak terkendali : jumlah, jenis, dan pola
resistensi mikroorganisme.

F. Definisi Operasional Variabel


1. Hand sanitizer
Hand sanitizer diperoleh dari pembelian di toko. Jenis dan
merek dari hand sanitizer diprioritaskan dengan kandungan alcohol
antara 60-95%. Hand sanitizer digunakan sesudah dilakukan
pengukuran jumlah kuman yang terdapat di kulit telapak tangan
dari\ sampel yang diperiksa dengan 1-2 tetes.
2. Jumlah mikroorganisme ditangan
Mikroorganisme yang dihitung adalah mikroorganisme
yang berada di kulit telapak tangan. Pengukuran jumlah
mikroorganisme dilakukan sebelum dan sesudah penggunaan hand
sanitizer pada sampel. Setelah didapat data jumlah mikroorganisme
sebelum dan sesudah memakai hand sanitizer, kemudian data
dibandingkan seberapa besar perbedaan jumlah mikroorganisme
sebelum dan sesudah memakai hand sanitizer..
3. Variabel luar
a. Jenis dan kandungan hand sanitizer merupakan variabel yang
dapat dikendalikan. Jenis dan kandungan dapat dicari sesuai
dengan kebutuhan penelitian.
b. Jenis, jumlah, dan pola resistensi mikroorganisme merupakan
variabel yang tidak dapat dikendalikan. Ketiga faktor tersebut
bisa mempengaruhi perhitungan jumlah mikroorganisme

18
sebelum dan sesudah menggunakan hand sanitizer dan
kemungkinan didapatkan hasil yang tidak sesuai.

19
G. Rancangan Penelitian

Probandus Kelompok A Probandus Kelompok B


(dipilih secara (dipilih secara random)
randomAAA)

Dilakukan usapan Dilakukan usapan


pada tangan pada tangan
dengan lidi kapas dengan lidi kapas
steril steril

Inokulasi pada Inokulasi pada


media agar media agar

Hitung jumlah Hitung jumlah


koloni kuman koloni kuman

Dilakukan Dilakukan cuci


pemakaian Hand tangan dengan
sanitizer sabun

Hitung selisih Hitung selisih


jumlah koloni jumlah koloni
kuman kuman
Inokulasi pada Inokulasi pada
media agar miring media agar miring

Hitung jumlah Bandingkan jumlah koloni Hitung jumlah


koloni kuman kuman probandus koloni kuman
kelompok A dan B
H. Instrumen dan Bahan
Penelitian

20
1. Alat untuk kultur dan uji spesimen serta pemeriksaan uji aktivitas
antibakteri:
a. Kapas lidi steril
b. Oshe kolong steril
c. Toples
d. Kotak es
e. Pipet pasteur
f. Cawan petri steril
g. Lampu spiritus
2. Bahan untuk kultur dan uji spesimen
a. Spesimen kuman dari tangan probandus
b. Agar coklat

I. Cara Kerja

1. Persiapan awal

Hal pertama yang dilakukan ialah membagi probandus menjadi dua

kelompok, yaitu kelompok A dan kelompok B.

2. Pengambilan Spesimen

Pada kelompok A dan kelompok B dilakukan pengambilan

spesimen kuman di bagian tangan, khususnya dibagian telapak

tangan.

3. Penghitungan Spesimen Kuman

Selanjutnya hasil spesimen yang diperoleh dari kedua kelompok

diamati dan dihitung jumlahnya. Selanjutnya menganalisa hasil

pemeriksaan kedua kelompok.

4. Perlakuan Terhadap Probandus


Kelompok A diberi perlakuan untuk membersihkan tangan dengan
hand sanitizer. Sedangkan untuk kelompok B diberi perlakuan
membersihkan tangan dengan memcuci tangan menggunakan

21
sabun. Setelah itu pengambilan spesimen dilakukan kembali untuk
kelompok A dan kelompok B. Dan selanjutnya dari hasil spesimen
kedua kelompok diperiksa menggunakan mikroskopik dan
kemudian dianalisa.

5. Penghitungan Spesimen Kuman

Selanjutnya hasil spesimen yang diperoleh dari kedua kelompok

diamati dan dihitung lagi jumlahnya. Selanjutnya menganalisa

hasil pemeriksaan kedua kelompok dengan menghitung selisih

jumlah hasil spesimen data pertama dan data kedua.

J. Analisis Data
Data dalam penelitian ini akan diuji kemaknaannya
menggunakan analisis deskriptif. Deskriptif digunakan untuk
mengetahui frekuensi, prosentase dan rata-rata serta standar deviasi
dari keseluruhan data yang diteliti meliputi jenis bakteri, banyaknya
atau jumlah bakteri dan keefektifisan antara sabun cuci tangan dengan
hand sanitizer.

12. Jadwal Penelitian

22
Minggu ke-
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Mahasiswa
mengumpulkan
topik
Dibahas tim
2 skripsi
3 Bimbingan dan
konsultasi
4 Proposal siap
5 Ujian proposal
6 Pengumpulan data
7 Penulisan skripsi
8 Ujian praskripsi
9 Ujian skripsi

DAFTAR PUSTAKA

23
Benjamin DT. 2010. introduction to hand sanitizers.
http://www.antimicrobialtestlaboratories.com/information_about_hand_sa
nitizers.htm ( 2 Oktober 2011)

CDC. 2009. hand sanitizer ingredients. http://www.hand-sanitizer-dispenser-


review.com/hand-sanitizer-ingredients.htm ( 2 Oktober 2011)

Alcoholbasedhandsanitizer. http://alcoholbasedhandsanitizer.com/various-choice-
of-hand-sanitizer-ingredients/ ( 2 Oktober 2011)

Fukuzaki, S. 2006. Mechanisms of actions of sodium hypochlorite in cleaning and


disinfection processes. Biocontrol Sci. 11:147-157

McDonnell, G., and A. D. Russell. 1999. Antiseptics and disinfectants: activity,


action, and resistance. Clin. Microbiol. Rev. 12:147-179.

Liu P, Yuen Y, Hsiao H M, Jaykus L A, Moe C. 2010. Effectiveness of Liquid


Soap and Hand Sanitizer against Norwalk Virus on Contaminated Hands.
Appl Environ Microbiol. 2010 January; 76(2): 394–399.

Chaira, Sinta. 2009. Infeksi Campuran. FKUI : Jakarta

Rachmawati F J, Triyana S Y. 2008. Perbandingan Angka Kuman Pada Cuci


Tangan Dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia. Logika 26-31 (5):1..

24

Anda mungkin juga menyukai