KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.A
No CM : 82.82.99
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
B. ANAMNESIS
Keluar cairan berwarna putih kental dari alat kelamin disertai nyeri saat buang
air kecil sejak ± 2 minggu yang lalu
Pasien datang dengan keluhan keluar cairan berwarna putih kental dari
kemaluannya ± 2 minggu yang lalu, keluhan ini dirasakan semakin hari semakin
memberat sehingga pasien berobat. Pasien mengeluh cairan putih kental terus
keluar sedikit demi sedikit dan melengket pada celana dalam milik pasien. Pasien
1
mengaku tidak mengalami demam. Pasien juga mengeluh saat buang air kecil
seperti tertahan dan kencing sedikit tidak lampias, pasien juga merasa nyeri dan
panas saat buang air kecil.
- Dikeluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti pasien.
5. Riwayat Pengobatan
6. Riwayat Alergi
Alergi makanan dan obat disangkal. Alergi debu dan cuaca dingin juga
disangkal.
7. Riwayat Psikososial
Pasien tinggal sendiri dan bekerja di Jakarta sedangkan istri dan anak pasien
tinggal di cianjur. Pasien mengaku di Jakarta pernah berhubungan badan dengan
wanita yang bukan istri pasien 3 minggu yang lalu dan tidak memakai kondom.
C. PEMERIKSAAN FISIK
I. Status Generalis
Respirasi : 20 x/menit
2
Suhu : 36,6 OC
Kepala : Normocephal.
Status veneriologis
Discharge : Ada
3
Regio inguinalis :
Regio penis :
Regio skrotum :
D. Pemeriksaan penunjang
4
Pada pemeriksaan mikroskopzik (sediaan langsung) ditemukan gonokok gram
negative
Pemeriksaan lain:
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Darah
VDRL Non reaktif Non reaktif
TPHA Fortres Non reaktif Non reaktif
Urine
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Keruh Jernih
Sedimen
Leukosit 7.0 4.8-10.8
Eritrosit 4.68 4.7-6.1
E. RESUME
Laki – laki usia 46 tahun datang ke Poliklinik kulit dan kelamin RSUD Cianjur
dengan keluhan keluar cairan putih kental dari kemaluannya ± 2 minggu yang
lalu, keluhan ini dirasakan semakin hari semakin memberat sehingga pasien
berobat. Pasien mengeluh cairan putih kental terus keluar sedikit demi sedikit dan
5
melengket pada celana dalam milik pasien. Pasien mengaku tidak mengalami
demam. Pasien juga mengeluh saat buang air kecil seperti tertahan dan kencing
sedikit tidak lampias. Pasien juga mengeluh nyeri dan panas saat buang air kecil.
Pemeriksaan fisik dan status generalis dalam batas normal. Pasien tinggal sendiri
dan bekerja di Jakarta sedangkan istri dan anak pasien tinggal di cianjur. Pasien
mengaku saat di Jakarta pernah berhubungan badan dengan wanita yang bukan
istri pasien 3 minggu yang lalu dan tidak memakai kondom.
DIAGNOSA BANDING
Uretritis Gonore
Uretritis Non Gonore
DIAGNOSA KERJA
Urethritis Gonore
F. PENATALAKSANAAN
Non medikamentasa:
a. Menjelaskan tentang penyakit yang diderita serta upaya pengobatan.
b. Menjelaskan tentang upaya pentingnya minum obat.
c. Jangan berhubungan seks terlebih dahulu sebelum sembuh.
d. Pasangan pasien juga harus diperiksa dan diobati.
Medikamentosa
a. Cefixime 1 x 400 mg
b. Azitromicin 1 x 1 g
G. PROGNOSIS
- Qua ad Vitam : ad Bonam
- Qua ad Fungtionam : ad Bonam
- Qua ad Sanationam : ad Bonam
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae1.
Menurut kamus saku dorlan gonorrheae adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae yang sebagian besar kasus ditularkan
melalui hubungan seksual4.
B. EPIDEMIOLOGI
Di dunia gonore merupakan IMS yang paling sering terjadi sepanjang abad ke
20 dengan perkiraan 200 juta kasus baru yang terjadi tiap tahunnya, sejak tahun 2008,
jumlah penderita wanita dan pria sudah hamper sama yaitu sekitar 1,34 tiap 100.000
penduduk untuk wanita dan tiap 1,03 tiap 100.000 penduduk untuk pria5.
C. ETIOLOGI
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada tahun
1879 dan diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk kedalam grup
Neiserria dan dikenal ada 4 spesies yaitu N. gonorrhoeae dan N. meningitides yang
bersifat pathogen serta N. catarrhalis dan N. pharynges ini sukar dibedakan kecuali
dengan tes permentasi1
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran 0,8 µ dan
panjang 1,6 µ, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram
bersifat gram negative. Terlihat di luar dan didalam leukosit, tidak tahan lama di udara
bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39 o C dan tidak tahan
cat desinfektan.1
Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili
dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan
reaksi radang1.
D. GAMBARAN KLINIS
Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari.
Kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati
diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga
tidak diperhatikan oleh penderita. Pada wanita masa tunas sulit ditentukan karena
umumnya asimptomatik.
Gejala yang paling sering ditemukan pada pria adalah uretritis anterior akut
dan dapat menjalar sampai proksimal, keluhan subjektif yang dirasakan adalah gatal
dan panas dibagian distal uretra, terutama di orifisium uretra eksternum kemudian
disusul dysuria , polakisuria, keluar duh tubuh kadang disertai darah dari ujung uretra
7
dan disertai rasa nyeri pada saat ereksi. Pada saat pemeriksaan tampak orifisium
uretra eksterna eritematosa, edematosa dan ekstropion. Pada wanita baik penyaktnya
akut maupun kronik gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah di
dapati adapun gejala yang didapatkan adalah berupa keputihan atau duh tubuh yang
mukopurulen, dysuria bisa juga uretritis , servisitis, bartholinitis dan proktitis.
Biasanya pada wanita gejala yang dikeluhkan timbul setelah ada komplikasi3.
E. KOMPLIKASI
a. Uretritis
Yang paling sering di jumpai adalah uretritis anterior akuta dan dapat
menjalar ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplilkasi lokal,
asendens, dan diseminata. Keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas dibagian
distal uretra disekitar orificium uretra ekstrenum, kemudian disusul dysuria,
pola kisuria, keluah duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai
darah, dan disertai perasaan nyeri waktu ereksi.
b. Tysonitis
c. Parauretritis
Sering pada orang dengan OUE terbuka atau hypospadia. Infeksi pada
duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.1
d. Littritis
8
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang
atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat, dapat terjadi abses polikuler.
Didiagnosis dengan uretroskopi.
e. Cowperitis
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi
terjadi pada kelenjar cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan
adanya benjola pada daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri
pada waktu defekasi, dan dysuria. Jika tidak diobati abses akan pecah melalui
kulit perineum, uretra atau rectum yang mengakibatkan proktitis.
f. Prostatitis
g. Pesikulitis
9
Pada pemeriksaan melalui rectum dapat diraba vesikula seminalis yang
membengkak dan keras seperti sosis, memanjang diatas prostat. Ada kalanya
kulit menentukan batas kelenjar prostat yang membesar.
Gejala berupa rasa nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi
yang sama.
i. Epididimitis
i. Trigonitis
a. uretritis
b. paraurethritis/ skenitis
c. servisitis
10
dapat asimptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada
punggung bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan
sekret mukopurulen, duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi
servisitis akut atau disertai vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis.
d. Bartholinitis
labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri
tekan. Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita
berjalan dan penderita sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat
menyebabkan abses dan dapat pecah melalui mukosa atau kulit. Kalau tidak
diobati dapat menjadi rekuren atau menjadi kista.
e. salpingitis
Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba fallopi sampai daerah
salping dan ovarium sehingga menimbulkan penyakit radang panggul (PRP).
Gejalanya terasa nyeri pada daerah abdomen bawah, duh tubuh vagina,
dysuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.
f. proktitis
g. orofaringitis
11
cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsilitis
gonore lebih sering dari pada gingivitis, stomatitis atau laryngitis. Keluhan
bersifat asimptomatik. Bila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi
tenggorokan penyakit lain.
h. konjungtivitis
penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang
menderita servisitis gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena
penularan pada konjungtiva pada tangan atau alat-alat. Keluhan berupa
fotofobia, konjungtiva bengkak dan merah dan keluar eksudat mukopurulen.
Bila tidak diobati dapat berakibat terjadinya ulkus kornea, panoftalmitis
sampai timbul kebutaan.
i. gonore diseminata
F. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan pembantu yang terdiri atas 5 tahapan
a. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan
genokok gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh pada
pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari
uretra, muara kelenjar bartholin, serviks, dan rectum.
b. Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur) dua macam media yang
didapat digunakan
1. Media transport
Media stuart
Hanya untuk transport saja, sehingga peril ditanam kembali pada
media pertumbuhan
Media transgrow
12
Media ini selektif dan nukritif untuk N. gonorrhoeae dan N.
meningitides dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan
merupakan gabungan media transport dan media pertumbuhan,
sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan. Media ini
merupakan modifikasi media Thayer martin dengan penambahan
trimethoprim untuk mematikan preteus spp.
2. Media pertumbuhan
Mc leod’s chocolate agar
Berisi agar darah coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain
kuman gonokok, kuman-kuman yang lain juga dapat tumbuh.
Media Thayer martin
Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung
vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif,
kolestrimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri gram negatif,
dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.
2. Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai
glukosa, maltosa dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan
glukosa
d. Tes beta lactamase
Pemeriksaan beta lactamase dengan menggunakan cafinase TM disc.
BBL 961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan
menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman
mengandung enzim beta lactamase
e. Tes Thomson
13
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi
sudah berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena
pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat.
Pada tes iniada syarat yang perlu diperhatikan :
- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
- Urine dibagi dalam 2 gelas
- Tidak boleh menahan kencing dari gelas 1 ke gelas 2
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit
80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml maka dengan gelas 2 sukar dinilai
karena baru menguras urethra anterior1
Hasil pembacaan:
G. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. Non gonore uretritis : ditandai dengan dysuria, sering dengan keluarnya cairan dari
uretra atau frekuensi kencing, dan dengan tidak adanya N. gonorheaea, masa
inkubasi lebih lama, onset yang kurang akut dan keluarnya cairan dari uretra hanya
sedikit sekali-kali cairan tidak jelas, rasa tidak nyaman atau nyeri pada uretra.
2. Trichomoniasis vaginalis infeksi: pada wanita biasanya muncul sebagai eksudat.
Warna kekuningan, berbusa, bau tidak enak dinding vagina Nampak kemerahan
dan sembab. Pada laki-laki gejalanya berupa dysuria, polyuria, dan secret uretra
mukoid dan mukopurulen, urine biasanya jernih dan kadang-kadang ada benang-
benang halus2.
H. PENATALAKSANAAN
Pada pengobatan yangperlu diperhatikan adalah efektivitasnya, harga dan sesedikit
mungkin efek toksinnya. Dulu ternyata pilihan utama ialah penisilin + probenesid,
kecuali didaerah yang tinggi insidens N gonorrheae penghasil penisilinase (N.G.P.P).
secara epidemiologis pengobatan dianjurkan adalah obat yang dapat dipakai antara
lain:
Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit + 1 gram
probenesid. Angka kesembuhan ialah 91,2 %. Di RSCM 3 juta unit + 1 gram
probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya
14
ialah alergi penisilin. Mengingat tingginya kasus gonore dengan strain NGPP
dan juga dengan tingginya tingkat resistensi terhadap strain non NGPP, maka
pada saat ini pemakaian terhadap penisilin tidak dianjurkan lagi.
Ampisilin
Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid dan amoksisilin 3
gram+ 1 gram probenesid. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin. Untuk
daerah dengan Neiserria gonorrhoaea penghasil penisilinase (NGPP) yang
tinggi. Ampisilin dan amoksisilin juga dianjurkan.
Sefalosporin
Seftriakson (generasi ke 3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m.
seloperazon dengan dosis 0,50 sampai 1,00 g secara intramuscular. Sefiksim
400 mg peroral doisis tunggal memberi angka kesembuhan >95%.
Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gram i.m. baik untuk penderita yang alergi penisilin yang
mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin dan terhadap penderita
yang juga tersangka menderita sifilis Karena obat ini tidak menutup gejala
sifilis.
Kanamisin
Dosisinya 2 gram i.m. angka kesembhan ialah 85 %. Baik untuk penderita
yang alergi terhadap penisilin, gagal dengan pengobatan penisilin dan
tersangka sifilis.
Tiampenikol
Dosis 3,5 gram, secara oral angka kesembuhan ialah 97,7% .tidak dianjurkan
pemakaiannya dalam kehamilan.
Kuinolon
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg,
sifrofloksasin 250-550 mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. Angka
kesembuhan tinggi yaitu 100%. Mengingat pada beberapa tahun ini resistensi
terhadap siproploksasin dan ofloksasin semakin tinggi, maka golongan
kuinolon yang dianjurkan adalah levofloksasin 250 mg peroral dosis tunggal.
Obat obatan yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore akibat galur
NGPP ialah kuinolon, spektinomisin, kanamisin, sefalosporin, dan tiamfenikol.
Mengingat begitu cepatnya peningkatan frekuensi galur NGPP kita harus waspada
bahwa dalam jangka waktu yang singkat akan ditemukan frekuensi NGPP yang lebih
tinggi. Karena itu pengobatan dengan penisilin dan derivatnya perlu ditinjau lagi
efektivitasnya1.
I. EDUKASI
15
Menjelaskan tentang penyakit yang diderita serta upaya pengobatan.
Menjelaskan tentang upaya pentingnya minum obat
Jangan berhubungan seks terlebih dahulu sebelum sembuh
Pasangan pasien juga harus diperiksa dan diobati.
J. PROGNOSIS
Sebagian besar infeksi gonore memberikan respon yang cepat terhadap pengobatan
dengan antibiotik. Dan prognosis baik jika diobati dengan cepat dan lengkap.
BAB III
ANALISA KASUS
A. Anamnesis
Laki-laki 46 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Cianjur
dengan keluhan keluar cairan putih kental dari kemaluannya ± 2 minggu yang lalu,
keluhan ini dirasakan semakin hari semakin memberat sehingga pasien berobat.
Pasien mengeluh cairan putih kental terus keluar sedikit demi sedikit dan melengket
pada celana dalam milik pasien. Pasien mengaku tidak mengalami demam. Pasien
juga mengeluh saat buang air kecil seperti tertahan dan kencing sedikit tidak lampias.
Keluhan disertai nyeri dan panas saat buang air kecil. Pasien tinggal sendiri dan
bekerja di Jakarta sedangkan istri dan anak pasien tinggal di cianjur. Pasien mengaku
di Jakarta pernah berhubungan badan dengan wanita yang bukan istri pasien 3 minggu
yang lalu dan tidak memakai kondom.
- Keluhan subjektif ini sesuai dengan gambaran klinis uretritis gonore, yaitu setelah
terinfeksi Keluhan subyektif berupa keluar duh tubuh daari penis, dan mengeluh
saat buang air kecil seperti tertahan dan kencing tidak lampias disertai nyeri dan
panas saat buang air kecil.
B. Pemeriksaan fisik
Corpus penis : Tidak ditemukan kelainan.
16
OUE : Duh tubuh mukopurulen
Efloresensi : Tampak duh tubuh yang keluar dari orificium uretra eksternum (OUE)
edema (-) eritema (-)
Penatalaksanaan
Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit + 1 gram
probenesid. Angka kesembuhan ialah 91,2 %. Di RSCM 3 juta unit + 1 gram
probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya
17
ialah alergi penisilin. Mengingat tingginya kasus gonore dengan strain NGPP
dan juga dengan tingginya tingkat resistensi terhadap strain non NGPP, maka
pada saat ini pemakaian terhadap penisilin tidak dianjurkan lagi.
Ampisilin
Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid dan amoksisilin 3
gram+ 1 gram probenesid. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin. Untuk
daerah dengan Neiserria gonorrhoaea penghasil penisilinase (NGPP) yang
tinggi. Ampisilin dan amoksisilin juga dianjurkan.
Sefalosporin
Seftriakson (generasi ke 3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m.
seloperazon dengan dosis 0,50 sampai 1,00 g secara intramuscular. Sefiksim
400 mg peroral doisis tunggal memberi angka kesembuhan >95%.
Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gram i.m. baik untuk penderita yang alergi penisilin yang
mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin dan terhadap penderita
yang juga tersangka menderita sifilis Karena obat ini tidak menutup gejala
sifilis.
Kanamisin
Dosisinya 2 gram i.m. angka kesembhan ialah 85 %. Baik untuk penderita
yang alergi terhadap penisilin, gagal dengan pengobatan penisilin dan
tersangka sifilis.
Tiampenikol
Dosis 3,5 gram, secara oral angka kesembuhan ialah 97,7% .tidak dianjurkan
pemakaiannya dalam kehamilan.
Kuinolon
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg,
sifrofloksasin 250-550 mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. Angka
kesembuhan tinggi yaitu 100%. Mengingat pada beberapa tahun ini resistensi
terhadap siproploksasin dan ofloksasin semakin tinggi, maka golongan
kuinolon yang dianjurkan adalah levofloksasin 250 mg peroral dosis tunggal.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Daili, S.F, Syaiful. Gonore. Editor: Menaldi SL, Bromono, Indriatmi W. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : 2015. 137- 40
2. Daili, S.F.. Gonore. Editor: Menaldi SL, Bromono, Indriatmi W, infeksi menular
seksual. 4 th ed. Jakarta: Balai penerbitan FKUI, 65-76
3. Wolff K. Richard AJ, Dick S. 2005. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of clinical
dermatology. England: Mc Graw- Hill professional.
4. Dorland, W.A Newman. Kamus kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC 2002.
5. Wong, Brian 2011. Gonoccocal infection. Diakses 16 november 2016 dari htttp: //
emedicine.medscape.com/ article/ 218059-0verview
19