Anda di halaman 1dari 19

BAB I

KASUS
A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.A

No CM : 82.82.99

Tempat Tgl Lahir : 06-09-1971 usia 46 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Buni Jaya Pagelaran Cianjur, KAB. 43266 Jawa Barat

Pendidikan : SMA

Status : Menikah

Pekerjaan ; Karyawan Pabrik

B. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD


Cianjur.
1. Keluhan Utama

Keluar cairan berwarna putih kental dari alat kelamin disertai nyeri saat buang
air kecil sejak ± 2 minggu yang lalu

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan keluar cairan berwarna putih kental dari
kemaluannya ± 2 minggu yang lalu, keluhan ini dirasakan semakin hari semakin
memberat sehingga pasien berobat. Pasien mengeluh cairan putih kental terus
keluar sedikit demi sedikit dan melengket pada celana dalam milik pasien. Pasien

1
mengaku tidak mengalami demam. Pasien juga mengeluh saat buang air kecil
seperti tertahan dan kencing sedikit tidak lampias, pasien juga merasa nyeri dan
panas saat buang air kecil.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Dikeluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti pasien.

5. Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah berobat sebelumnya dan tidak sedang mengkonsumsi


obat-obatan.

6. Riwayat Alergi

Alergi makanan dan obat disangkal. Alergi debu dan cuaca dingin juga
disangkal.

7. Riwayat Psikososial

Pasien tinggal sendiri dan bekerja di Jakarta sedangkan istri dan anak pasien
tinggal di cianjur. Pasien mengaku di Jakarta pernah berhubungan badan dengan
wanita yang bukan istri pasien 3 minggu yang lalu dan tidak memakai kondom.

C. PEMERIKSAAN FISIK

I. Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital : Nadi : 84 x/menit

Respirasi : 20 x/menit
2
Suhu : 36,6 OC

Tekanan Darah : 120/90 mmHg

Kepala : Normocephal.

Mata : Mata cekung (-/-), Konjunctiva anemis (-/-),


sklera ikterik (-/-).

Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)

Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)

Mulut : Sekret (-) , sianosis (-)

Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba pembesaran.

Thorax : Simetris, auskultasi vesikuler (+/+) ronchi (-/-).

Abdomen : Supel, auskultasi BU (+) normal, perkusi timpani

Ekstremitas : Akral hangat, edema(-), sianosis (-)

Status veneriologis

Corpus penis : Tidak ditemukan kelainan.

Preputium : (-) pasien telah disirkumsisi

Glans penis : tidak ditemukan kelainan

OUE : duh tubuh mukopurulen

Skrotum : tidak ditemukan kelainan

Epididimis : tidak ada nyeri tekan

Testis : tidak ada nyeri tekan

Discharge : Ada

3
Regio inguinalis :

Tidak ada pembesaran KGB dan nyeri tekan

Regio penis :

Tampak discharge mukopurulen pada orificium externum, tidak tampak kemerahan


dan tidak tampak udem pada daerah OUE dan ujung gland penis.

Regio skrotum :

Tidak terdapat pembesaran

D. Pemeriksaan penunjang

4
Pada pemeriksaan mikroskopzik (sediaan langsung)  ditemukan gonokok gram
negative

Pemeriksaan lain:
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Darah
VDRL Non reaktif Non reaktif
TPHA Fortres Non reaktif Non reaktif
Urine
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Keruh Jernih
Sedimen
Leukosit 7.0 4.8-10.8
Eritrosit 4.68 4.7-6.1

E. RESUME

Laki – laki usia 46 tahun datang ke Poliklinik kulit dan kelamin RSUD Cianjur
dengan keluhan keluar cairan putih kental dari kemaluannya ± 2 minggu yang
lalu, keluhan ini dirasakan semakin hari semakin memberat sehingga pasien
berobat. Pasien mengeluh cairan putih kental terus keluar sedikit demi sedikit dan

5
melengket pada celana dalam milik pasien. Pasien mengaku tidak mengalami
demam. Pasien juga mengeluh saat buang air kecil seperti tertahan dan kencing
sedikit tidak lampias. Pasien juga mengeluh nyeri dan panas saat buang air kecil.
Pemeriksaan fisik dan status generalis dalam batas normal. Pasien tinggal sendiri
dan bekerja di Jakarta sedangkan istri dan anak pasien tinggal di cianjur. Pasien
mengaku saat di Jakarta pernah berhubungan badan dengan wanita yang bukan
istri pasien 3 minggu yang lalu dan tidak memakai kondom.

DIAGNOSA BANDING

 Uretritis Gonore
 Uretritis Non Gonore

DIAGNOSA KERJA

Urethritis Gonore

F. PENATALAKSANAAN
Non medikamentasa:
a. Menjelaskan tentang penyakit yang diderita serta upaya pengobatan.
b. Menjelaskan tentang upaya pentingnya minum obat.
c. Jangan berhubungan seks terlebih dahulu sebelum sembuh.
d. Pasangan pasien juga harus diperiksa dan diobati.
Medikamentosa

a. Cefixime 1 x 400 mg

b. Azitromicin 1 x 1 g

G. PROGNOSIS
- Qua ad Vitam : ad Bonam
- Qua ad Fungtionam : ad Bonam
- Qua ad Sanationam : ad Bonam
BAB II

6
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae1.
Menurut kamus saku dorlan gonorrheae adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae yang sebagian besar kasus ditularkan
melalui hubungan seksual4.
B. EPIDEMIOLOGI
Di dunia gonore merupakan IMS yang paling sering terjadi sepanjang abad ke
20 dengan perkiraan 200 juta kasus baru yang terjadi tiap tahunnya, sejak tahun 2008,
jumlah penderita wanita dan pria sudah hamper sama yaitu sekitar 1,34 tiap 100.000
penduduk untuk wanita dan tiap 1,03 tiap 100.000 penduduk untuk pria5.
C. ETIOLOGI
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada tahun
1879 dan diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk kedalam grup
Neiserria dan dikenal ada 4 spesies yaitu N. gonorrhoeae dan N. meningitides yang
bersifat pathogen serta N. catarrhalis dan N. pharynges ini sukar dibedakan kecuali
dengan tes permentasi1
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran 0,8 µ dan
panjang 1,6 µ, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram
bersifat gram negative. Terlihat di luar dan didalam leukosit, tidak tahan lama di udara
bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39 o C dan tidak tahan
cat desinfektan.1
Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili
dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan
reaksi radang1.
D. GAMBARAN KLINIS
Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari.
Kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati
diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga
tidak diperhatikan oleh penderita. Pada wanita masa tunas sulit ditentukan karena
umumnya asimptomatik.
Gejala yang paling sering ditemukan pada pria adalah uretritis anterior akut
dan dapat menjalar sampai proksimal, keluhan subjektif yang dirasakan adalah gatal
dan panas dibagian distal uretra, terutama di orifisium uretra eksternum kemudian
disusul dysuria , polakisuria, keluar duh tubuh kadang disertai darah dari ujung uretra
7
dan disertai rasa nyeri pada saat ereksi. Pada saat pemeriksaan tampak orifisium
uretra eksterna eritematosa, edematosa dan ekstropion. Pada wanita baik penyaktnya
akut maupun kronik gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah di
dapati adapun gejala yang didapatkan adalah berupa keputihan atau duh tubuh yang
mukopurulen, dysuria bisa juga uretritis , servisitis, bartholinitis dan proktitis.
Biasanya pada wanita gejala yang dikeluhkan timbul setelah ada komplikasi3.
E. KOMPLIKASI

Komplikasi pada pria:

a. Uretritis

Yang paling sering di jumpai adalah uretritis anterior akuta dan dapat
menjalar ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplilkasi lokal,
asendens, dan diseminata. Keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas dibagian
distal uretra disekitar orificium uretra ekstrenum, kemudian disusul dysuria,
pola kisuria, keluah duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai
darah, dan disertai perasaan nyeri waktu ereksi.

Pada pemeriksaan tampak orificium uretra eksternum eritematosa,


edematosa, ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen, dan pada
beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal
unilateral atau bilateral.1

b. Tysonitis

Kelenjar Tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi


biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat panjang dan
kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukannya
butir pus atau pembekakan pada daerah prenulum yang nyeri tekan. Bila
duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.

c. Parauretritis

Sering pada orang dengan OUE terbuka atau hypospadia. Infeksi pada
duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.1

d. Littritis

8
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang
atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat, dapat terjadi abses polikuler.
Didiagnosis dengan uretroskopi.

e. Cowperitis

Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi
terjadi pada kelenjar cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan
adanya benjola pada daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri
pada waktu defekasi, dan dysuria. Jika tidak diobati abses akan pecah melalui
kulit perineum, uretra atau rectum yang mengakibatkan proktitis.

f. Prostatitis

Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah


perineum dan suprapubis, malaise, demam, nyeri kencing sampai hematuri,
spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air
besar dan obstipasi. Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan
konsistensi penuh, nyeri tekan, dan didapatkan fluktuasi bila telah terjadi
abses. Jika tidak diobati, abses akan pecah, masuk ke uretra posterior, atau
kearah rectum yang mengakibatkan proktitis.

Bila proktatitis menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermiten, tetapi


kadang-kadang menetap. Terasa tidak enak pada perineum bagian dalam dan
rasa tidak enak bila duduk terlalu lama. Pada pemeriksaan prostat terasa
kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan
dengan pengurutan prostat biasanya sulit menemukan kuman diplokok atau
gonokok.

g. Pesikulitis

Pesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan


duktus ejakulatoris, dan timbul menyertai prostatitis akut atau epididimitis
akut akut. Gejala subjektif menyerupai prostatitis akut, berupa demam,
polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan
spasme mengandung darah.1

9
Pada pemeriksaan melalui rectum dapat diraba vesikula seminalis yang
membengkak dan keras seperti sosis, memanjang diatas prostat. Ada kalanya
kulit menentukan batas kelenjar prostat yang membesar.

h. Vas deferentitis atau funikulitis

Gejala berupa rasa nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi
yang sama.

i. Epididimitis

Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididymitis biasanya


disertai deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis ini
adalah, pada uretra posterior yang disebabkan oleh salah penanganan atau
kelalaian penderita sendiri. Factor yang mempengaruhi keadaan in antara lain
irigasi yang terlalu sering dilakukan, cairan irrigator yang terlalu panas atau
terlalu pekat. Instrumentasi yang kasar, pengurutan prostat yang berlebihan
atau aktifitas seksual dan jasmani yang berlebihan.

Epididmiti dan tali spermatika membengkak dan teraba panas, juga


testis, sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri
sekali. Bila mengenai kedua epididymis dapat mengakibatkan sterilitas.

i. Trigonitis

Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika


urnaria. Trigonitis menimbulkan gejala polyuria dysuria terminalis dan
hematuria.

Komplilkasi pada wanita:

a. uretritis

gejala utama ialah disuria, kadang-kadang polyuria. Pada pemeriksaan,


OUE tampak merah, edematosa dan sekret mukopurulen.

b. paraurethritis/ skenitis

kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.

c. servisitis

10
dapat asimptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada
punggung bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan
sekret mukopurulen, duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi
servisitis akut atau disertai vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis.

d. Bartholinitis

labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri
tekan. Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita
berjalan dan penderita sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat
menyebabkan abses dan dapat pecah melalui mukosa atau kulit. Kalau tidak
diobati dapat menjadi rekuren atau menjadi kista.

e. salpingitis

peradangan dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa


faktor predisposisi yaitu:

- Masa puerperium (nifas)


- Dilatasi setelah kuretase
- Pemakaian IUD, tindakan AKDR

Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba fallopi sampai daerah
salping dan ovarium sehingga menimbulkan penyakit radang panggul (PRP).
Gejalanya terasa nyeri pada daerah abdomen bawah, duh tubuh vagina,
dysuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.

f. proktitis

proktitis pada pria dan wanita umumnya asimptomatik. Pada wanita


dapat terjadi karena kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena
hubungan genitoanal seperti pada pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih
ringan, terasa terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak
mukosa eritematosa, edematosa, dan tertutup pus mukopurulen.

g. orofaringitis

11
cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsilitis
gonore lebih sering dari pada gingivitis, stomatitis atau laryngitis. Keluhan
bersifat asimptomatik. Bila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi
tenggorokan penyakit lain.

h. konjungtivitis

penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang
menderita servisitis gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena
penularan pada konjungtiva pada tangan atau alat-alat. Keluhan berupa
fotofobia, konjungtiva bengkak dan merah dan keluar eksudat mukopurulen.
Bila tidak diobati dapat berakibat terjadinya ulkus kornea, panoftalmitis
sampai timbul kebutaan.

i. gonore diseminata

kira-kira 1 % kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore diseminata.


Penyait ini banyak didapat pada penderita dengan gonore asimptomatik
sebelumnya, terutama pada wanita. Gejala yang timbul dapat berupa: artritis
(terutama monoartritis), miokarditis, endocarditis, pericarditis, meningitis dan
dermatitis.

F. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan pembantu yang terdiri atas 5 tahapan
a. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan
genokok gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh pada
pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari
uretra, muara kelenjar bartholin, serviks, dan rectum.
b. Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur) dua macam media yang
didapat digunakan

1. Media transport
 Media stuart
Hanya untuk transport saja, sehingga peril ditanam kembali pada
media pertumbuhan
 Media transgrow

12
Media ini selektif dan nukritif untuk N. gonorrhoeae dan N.
meningitides dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan
merupakan gabungan media transport dan media pertumbuhan,
sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan. Media ini
merupakan modifikasi media Thayer martin dengan penambahan
trimethoprim untuk mematikan preteus spp.
2. Media pertumbuhan
 Mc leod’s chocolate agar
Berisi agar darah coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain
kuman gonokok, kuman-kuman yang lain juga dapat tumbuh.
 Media Thayer martin
Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung
vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif,
kolestrimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri gram negatif,
dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.

 Modified Thayer martin agar


Isisnya ditambah dengan trimethoprim untuk mencegah
pertumbuhan kuman proteus spp.
c. Tes definitif
1. Tes oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-
fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok
tersangka. Semua Neisseria memberikan reaksi positif dengan
perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi
merah muda sampai merah lembayung.

2. Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai
glukosa, maltosa dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan
glukosa
d. Tes beta lactamase
Pemeriksaan beta lactamase dengan menggunakan cafinase TM disc.
BBL 961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan
menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman
mengandung enzim beta lactamase
e. Tes Thomson

13
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi
sudah berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena
pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat.
Pada tes iniada syarat yang perlu diperhatikan :
- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
- Urine dibagi dalam 2 gelas
- Tidak boleh menahan kencing dari gelas 1 ke gelas 2
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit
80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml maka dengan gelas 2 sukar dinilai
karena baru menguras urethra anterior1
Hasil pembacaan:

Gelas 1 Gelas 2 Arti


Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh Keruh Panuuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin

G. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. Non gonore uretritis : ditandai dengan dysuria, sering dengan keluarnya cairan dari
uretra atau frekuensi kencing, dan dengan tidak adanya N. gonorheaea, masa
inkubasi lebih lama, onset yang kurang akut dan keluarnya cairan dari uretra hanya
sedikit sekali-kali cairan tidak jelas, rasa tidak nyaman atau nyeri pada uretra.
2. Trichomoniasis vaginalis infeksi: pada wanita biasanya muncul sebagai eksudat.
Warna kekuningan, berbusa, bau tidak enak dinding vagina Nampak kemerahan
dan sembab. Pada laki-laki gejalanya berupa dysuria, polyuria, dan secret uretra
mukoid dan mukopurulen, urine biasanya jernih dan kadang-kadang ada benang-
benang halus2.
H. PENATALAKSANAAN
Pada pengobatan yangperlu diperhatikan adalah efektivitasnya, harga dan sesedikit
mungkin efek toksinnya. Dulu ternyata pilihan utama ialah penisilin + probenesid,
kecuali didaerah yang tinggi insidens N gonorrheae penghasil penisilinase (N.G.P.P).
secara epidemiologis pengobatan dianjurkan adalah obat yang dapat dipakai antara
lain:
 Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit + 1 gram
probenesid. Angka kesembuhan ialah 91,2 %. Di RSCM 3 juta unit + 1 gram
probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya

14
ialah alergi penisilin. Mengingat tingginya kasus gonore dengan strain NGPP
dan juga dengan tingginya tingkat resistensi terhadap strain non NGPP, maka
pada saat ini pemakaian terhadap penisilin tidak dianjurkan lagi.
 Ampisilin
Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid dan amoksisilin 3
gram+ 1 gram probenesid. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin. Untuk
daerah dengan Neiserria gonorrhoaea penghasil penisilinase (NGPP) yang
tinggi. Ampisilin dan amoksisilin juga dianjurkan.
 Sefalosporin
Seftriakson (generasi ke 3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m.
seloperazon dengan dosis 0,50 sampai 1,00 g secara intramuscular. Sefiksim
400 mg peroral doisis tunggal memberi angka kesembuhan >95%.
 Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gram i.m. baik untuk penderita yang alergi penisilin yang
mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin dan terhadap penderita
yang juga tersangka menderita sifilis Karena obat ini tidak menutup gejala
sifilis.
 Kanamisin
Dosisinya 2 gram i.m. angka kesembhan ialah 85 %. Baik untuk penderita
yang alergi terhadap penisilin, gagal dengan pengobatan penisilin dan
tersangka sifilis.
 Tiampenikol
Dosis 3,5 gram, secara oral angka kesembuhan ialah 97,7% .tidak dianjurkan
pemakaiannya dalam kehamilan.
 Kuinolon
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg,
sifrofloksasin 250-550 mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. Angka
kesembuhan tinggi yaitu 100%. Mengingat pada beberapa tahun ini resistensi
terhadap siproploksasin dan ofloksasin semakin tinggi, maka golongan
kuinolon yang dianjurkan adalah levofloksasin 250 mg peroral dosis tunggal.

Obat obatan yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore akibat galur
NGPP ialah kuinolon, spektinomisin, kanamisin, sefalosporin, dan tiamfenikol.
Mengingat begitu cepatnya peningkatan frekuensi galur NGPP kita harus waspada
bahwa dalam jangka waktu yang singkat akan ditemukan frekuensi NGPP yang lebih
tinggi. Karena itu pengobatan dengan penisilin dan derivatnya perlu ditinjau lagi
efektivitasnya1.

I. EDUKASI
15
 Menjelaskan tentang penyakit yang diderita serta upaya pengobatan.
 Menjelaskan tentang upaya pentingnya minum obat
 Jangan berhubungan seks terlebih dahulu sebelum sembuh
 Pasangan pasien juga harus diperiksa dan diobati.
J. PROGNOSIS

Sebagian besar infeksi gonore memberikan respon yang cepat terhadap pengobatan
dengan antibiotik. Dan prognosis baik jika diobati dengan cepat dan lengkap.

BAB III
ANALISA KASUS
A. Anamnesis
Laki-laki 46 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Cianjur
dengan keluhan keluar cairan putih kental dari kemaluannya ± 2 minggu yang lalu,
keluhan ini dirasakan semakin hari semakin memberat sehingga pasien berobat.
Pasien mengeluh cairan putih kental terus keluar sedikit demi sedikit dan melengket
pada celana dalam milik pasien. Pasien mengaku tidak mengalami demam. Pasien
juga mengeluh saat buang air kecil seperti tertahan dan kencing sedikit tidak lampias.
Keluhan disertai nyeri dan panas saat buang air kecil. Pasien tinggal sendiri dan
bekerja di Jakarta sedangkan istri dan anak pasien tinggal di cianjur. Pasien mengaku
di Jakarta pernah berhubungan badan dengan wanita yang bukan istri pasien 3 minggu
yang lalu dan tidak memakai kondom.

- Keluhan subjektif ini sesuai dengan gambaran klinis uretritis gonore, yaitu setelah
terinfeksi Keluhan subyektif berupa keluar duh tubuh daari penis, dan mengeluh
saat buang air kecil seperti tertahan dan kencing tidak lampias disertai nyeri dan
panas saat buang air kecil.

B. Pemeriksaan fisik
Corpus penis : Tidak ditemukan kelainan.

Preputium : (-) pasien telah disirkumsisi

Glans penis : tidak ditemukan kelainan

16
OUE : Duh tubuh mukopurulen

Skrotum : tidak ditemukan kelainan

Epididimis : tidak ada nyeri tekan

Testis : tidak ada nyeri tekan

Discharge : purulen, berwarna putih kekuningan

Regio orifisium uretra ekternum

Efloresensi : Tampak duh tubuh yang keluar dari orificium uretra eksternum (OUE)
edema (-) eritema (-)

Regio inguinalis dan skrotum:


Tidak ada pembesaran KGB dan nyeri di daerah inguinal dan tidak didapatkan nyeri
ditempat lain.

Diagnosis pada pasien dapat ditegakan berdasarkan anamnesis gejala klinis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan mikrobiologi dimana pada anamnesis didapatkan
pasien dengan keluhan ada cairan yang keluar dari kemaluan sejak 1 minggu yang
lalu. Pasien belum pernah berobat ketempat lain. Pada pemeriksaan sekret uretra
didapatkan adanya kuman diplokok gram negatif.

Penatalaksanaan

 Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit + 1 gram
probenesid. Angka kesembuhan ialah 91,2 %. Di RSCM 3 juta unit + 1 gram
probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya

17
ialah alergi penisilin. Mengingat tingginya kasus gonore dengan strain NGPP
dan juga dengan tingginya tingkat resistensi terhadap strain non NGPP, maka
pada saat ini pemakaian terhadap penisilin tidak dianjurkan lagi.
 Ampisilin
Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid dan amoksisilin 3
gram+ 1 gram probenesid. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin. Untuk
daerah dengan Neiserria gonorrhoaea penghasil penisilinase (NGPP) yang
tinggi. Ampisilin dan amoksisilin juga dianjurkan.
 Sefalosporin
Seftriakson (generasi ke 3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m.
seloperazon dengan dosis 0,50 sampai 1,00 g secara intramuscular. Sefiksim
400 mg peroral doisis tunggal memberi angka kesembuhan >95%.
 Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gram i.m. baik untuk penderita yang alergi penisilin yang
mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin dan terhadap penderita
yang juga tersangka menderita sifilis Karena obat ini tidak menutup gejala
sifilis.
 Kanamisin
Dosisinya 2 gram i.m. angka kesembhan ialah 85 %. Baik untuk penderita
yang alergi terhadap penisilin, gagal dengan pengobatan penisilin dan
tersangka sifilis.
 Tiampenikol
Dosis 3,5 gram, secara oral angka kesembuhan ialah 97,7% .tidak dianjurkan
pemakaiannya dalam kehamilan.
 Kuinolon
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg,
sifrofloksasin 250-550 mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. Angka
kesembuhan tinggi yaitu 100%. Mengingat pada beberapa tahun ini resistensi
terhadap siproploksasin dan ofloksasin semakin tinggi, maka golongan
kuinolon yang dianjurkan adalah levofloksasin 250 mg peroral dosis tunggal.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Daili, S.F, Syaiful. Gonore. Editor: Menaldi SL, Bromono, Indriatmi W. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : 2015. 137- 40

2. Daili, S.F.. Gonore. Editor: Menaldi SL, Bromono, Indriatmi W, infeksi menular
seksual. 4 th ed. Jakarta: Balai penerbitan FKUI, 65-76

3. Wolff K. Richard AJ, Dick S. 2005. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of clinical
dermatology. England: Mc Graw- Hill professional.
4. Dorland, W.A Newman. Kamus kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC 2002.

5. Wong, Brian 2011. Gonoccocal infection. Diakses 16 november 2016 dari htttp: //
emedicine.medscape.com/ article/ 218059-0verview

19

Anda mungkin juga menyukai