LUKA BAKAR
Oleh:
Tito Syahjihad 2013730114
Pembimbing
dr. Gatot Sugiharto, Sp.B
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter.
Luka bakar berat menyebabkan morbidibitas dan derajat kecacatan yang relative
tinggi dibandingkan cedera oleh sebab lain. Biyaya yang dibutuhkan untuk
penanganannya pun tinggi. Di Amerika serikat, kurang lebih 250.000 orang
mengalami luka bakar setiap tahunnya, 112.000 penderita luka bakar
membutuhkan tindakan emergensi, dan sekitar 210 penderita luka bakar
meninggal dunia. Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi
dengan bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka bakar tersebut
makin meningkat.1
Luka bakar menyebabkan hilangnya intergeritas kulit dan juga
menimbulkan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya
dinyatakan dengan derajat yangditentukan oleh kedalaman, luas , umur dan
keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi prognosis.1
Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau
kimia. Berdasarkan luas daerah yang terbakar, Wallace membagi bagian tubuh
dengan kelipatan dari 9 yang terkenal dengan nama Rule of Nine atau Rule of
Wallace. Bagian tubuh tersebut termasuklah kepala dan leher 9%, lengan 18%,
badan depan 18%, badan belakang 18%, tungkai 36% dan genitalia/perineum
1%.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan pada luka bakar mayor. Hal ini
untuk menunjang tatalaksana, mengingat luka bakar mayor dapat menyebabkan
kerusakan yang lebih berat dan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh yang
berat. Hal ini harus dikenali sehingga bisa diatasi secepat mungkin.Pemeriksaan
yang dapat dilakukan :Hemoglobin, hematokrit, elektrolit, gula darah, golongan
darah, kadar COHb dan kadar sianida (pada luka bakar akiibat kebakaran di
ruangan).1,2
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan
pasokan oksigen pada api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan
cepat menjatuhkan diri dan berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak
meluas. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri, misalnya
dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin,
atau melepaskan baju yang tersiram panas.1
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam
daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama
sekurang-kurangnya lima belas menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya
mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan menghentikan proses
koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi. Yang akan terus
berlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas.
Oleh karena itu, merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama
dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan
lebih dangkal dan diperkecil, luka yang sebenarya menuju derajat dua dapat
berhenti pada derajat satu, atau luka yang akan menjadi tingkat tiga dihentikan
pada tingkat dua atau satu. Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan
air apa saja yang dingin, tidak usah steril.1
Pada luka bakar ringan prinsip penanganan utama adalah mendinginkan
daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-
sisa sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat
dirawat secara tertutup atau terbuka.
Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar
ringan, kalau perlu, dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala
syok. Bila penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan
campuran udara lembab dan oksigen. Kalau terjadi udem laring, dipasang pipa
endotrakea atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan
jalan napas, mengurangi ruang mati, dan memudahkan pembersihan jalan napas
dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, segera diberikan oksigen
murni.
Luka akibat asam hidrofluorida perlu dilavase (cuci bilas) sebanyak-
banyaknya dan diberi gel kalsium glukonat topikal. Pemberian kalsium sistemik
juga diperlukan karena asam hidrofluorida mengendapkan kalsium pada luka
bakar.
Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan
membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan
pembalut sterila untuk perawatan tertutup. Kalau perlu, penderita dimandikan
dahulu.
Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya
dari ABC (airway, breathing, Circulation).1
Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka
bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui
infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan
cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena pada luka
bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang
berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan
cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang
mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam
jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh
darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan
mengganggu fungsi organ-organ tubuh.
Nutrisi
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-
3.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.
Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya memerlukan fisioterapi
untuk memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu,
sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional dengan bidai.1,3
Medikamentosa
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang
banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap
pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan
uji kepekaan kuman.
Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui intravena
dalam dosis serendah mungkin yang bisa menghasilkan analgesia yang adekuat
namun tanpa disertai hipotensi.
Selanjutnya, diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid.
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan
sembuh sendiri, asal dijaga supaya elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak
karena infeksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan infeksi. Pada luka
lebih dalam, perlu diusahakan secepat mungkin membuang jaringan kulit yang
mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi sampai mencapai
dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka atau
tertutup.
Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver
sulfadiazine dan yang terbaru MEBO (moist exposure burn ointment). Obat
topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan, salep atau krim. Antibiotik dapat
diberikan dalam bentuk sediaan kasa (tulle). Antiseptik yang dipakai adalah
yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%. Kompres nitras-argenti yang selalu
dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat ini
mengendap sebagai garam sulfida atau klorida yang memberi warna hitam
sehingga mengotori semua kain. Krim silver sulfadiazine 1% sangat berguna
karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif
terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman. Krim ini
dioleskan tanpa pembalut, dan dapat dibersihkan dan diganti setiap hari.
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka
yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang.
Kerugiannya, bila digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur
menjadi kotor. Penderita dan keluarga pun merasa kurang enak karena melihat
luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin luka yang tampak kotor. Sedapat
mungkin luka dibiarkan terbuka setelah diolesi obat.
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang
dimaksudkan untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya
sedeikian rupa sehingga masih cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan.
Keuntungan perawatan tertutup adalah luka tampak rapi, terlindung, dan enak
bagi penderita. Hanya, diperlukan tenaga dan dan lebih banyak pembalut dan
antiseptik. Kadang suasana luka yang lembap dan hangat memungkinkan kuman
untuk berkembang biak. Oleh karena itu, bila pembalut melekat pada luka, tetapi
tidak berbau, sebaiknya jangan dilepaskan, tetapi ditunggu sampai terlepas
sendiri.1
5. Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan
dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh.
KOMPLIKASI