Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera yang lengkap dari fisik, mental dan

sosial, dan bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan, yang

memungkinkan seseorang hidup produktif, baik secara sosial, maupun

ekonomis. Kesehatan Jiwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan

(integral) dari kesehatan dan unsur utama dalam menunjang terwujudnya

kualitas hidup manusia yang utuh. Sehat jiwa adalah kondisi yang bebas dari

gangguan jiwa, mempunyai ketahanan terhadap stress, berkembang secara

harmonis didalam hidupnya dan produktif secara sosial dan ekonomis.1

Tuntutan dan masalah hidup yang semakin meningkat serta perkembangan

teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

tidak mampu melakukan koping dengan adaptif, maka individu berisiko

mengalami gangguan jiwa. Salah satu masalah kesehatan jiwa yang sering

dialami oleh penduduk terutama di negara berkembang adalah skizoprenia,

skizofrenia adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan mental

yang ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas.2

Data World Health Organization (WHO) jumlah penderita gangguan jiwa

di dunia pada tahun 2013 adalah 450 juta jiwa, angka penderita skizofrenia di

dunia menunjukkan 1% penderita atau kurang lebih 24 juta. Prevalensi

gangguan psikis dengan diagnosis skizofrenia di seluruh dunia sebesar 0,2%

1
2

hingga 2%. Sedangkan insidensi atau kasus baru yang muncul tiap tahun

sekitar 0,01% dan sebesar 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya

pada usia 16-25 tahun.4

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 jumlah seluruh responden dengan

gangguan jiwa adalah sebesar 1.728 orang, prevalensi gangguan jiwa berat

nasional sebesar 1,7 per 1000 penduduk. Gangguan jiwa berat (psikosis atau

skizofrenia) di Provinsi Lampung sebesar 0,8 per 1000 penduduk.5 Data

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung tahun 2013 jumlah penderita gangguan

jiwa sebanyak 15.720 orang dan sebanyak 7.422 orang (47,2%) mengalami

skizofrenia dan penderita gangguan jiwa meningkat ditahun 2014 menjadi

17.528 orang dan sebesar 8890 orang (50,7%) mengalami skizofrenia.6

Salah satu penanganan pada pasien skizofrenia adalah pemberian terapi

secara medis adalah haloperidol yaitu golongan anti psikotik. Salah satu efek

samping penggunaan haloperidol pada pasien skizofrenia adalah Ekstra

Piramidal Sindrom yaitu reaksi yang ditimbulkan oleh penggunaan medikasi

anti psikotik. Istilah Ekstra Piramidal Sindrom disebabkan karena manifestasi

klinis berupa berupa gerakan otot skelet spasme atau rigitas diluar kendali

traktus kortikospinal. Haloperidol menempati urutan pertama penyebab

Ekstra Piramidal Sindrom dari golongan obat antipsikotik lainnya yang

diberikan pada pasien skizofrenia.7

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dalam kajian untuk melihat tentang


3

“gambaran Ekstra Piramidal Sindrom (EPS) pada pasien skizofrenia yang

diberi haloperidol di RSJD Provinsi Lampung tahun 2015”.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: ”bagaimanakah gambaran Ekstra Piramidal

Sindrom (EPS) pada pasien skizofrenia yang diberi haloperidol di RSJD

Provinsi Lampung tahun 2015”?.

1.3 Tujuan penelitian

Untuk mengetahui gambaran Ekstra Piramidal Sindrom (EPS) pada pasien

skizofrenia yang diberi haloperidol di RSJD Provinsi Lampung tahun 2015.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai referensi

khususnya bagi peneliti dan mahasiswa Kedokteran Universitas

Malahayati tentang pengaruh terapi aktifitas kelompok stimulasi dan

persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien

skizofrenia serta sebagai aplikasi metodelogi penelitian.

1.4.2 Bagi aplikatif

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan informasi

bagi pertugas kesehatan RSJD Provinsi Lampung untuk dapat

meningkatkan terapi aktifitas kelompok stimulasi dan persepsi terhadap


4

kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia sebagai

upaya untuk meningkatkan kemampuan pasien skizofrenia mengontrol

halusinasinya.

1.5 Ruang lingkup

Jenis penelitian adalah kuantitatif, desain penelitian deskriptif. Subyek

dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenia, objek penelitian adalah

gambaran Ekstra Piramidal Sindrom (EPS) pada pasien skizofrenia yang

diberi haloperidol, lokasi penelitian akan dilakukan di RSJD Provinsi

Lampung pada bulan Desember 2015.

Anda mungkin juga menyukai