PENDAHULUAN
1
meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita TB. Pemeriksaan terhadap
kontak penderita TB, terutama mereka yang BTA positif dan pada keluarga anak
yang menderita TB yang menunjukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, dianggap tidak cost efektif
(Depkes,2007).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam laporan WHO 2013, diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TBC pada
tahun 2012. Dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien dengan HIV
positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut berada di wilayah Afrika, pada tahun
2012 diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TBC-MDR dan
170.000 diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2012, diperkirakan proporsi
kasus TBC anak diantara seluruh kasus TBC secara global mecapai 6% atau
530.000 pasien TBC anak pertahun, atau sekitar 8% dari total kematian yang
disebabkan TBC.
3
Angka notifikasi kasus menggambarkan cakupan penemuan kasus TB.
Secara umum, angka notifikasi kasus BTA positif baru dan semua kasus dari tahun
ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan. Angka notifikasi kasus pada tahun
2015 untuk semua kasus sebesar 117/100.000.
4
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut
A.Tuberkulosis paru
5
B. Pasien yang pernah diobati TB : adalah pasien yang sebelumnya
pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis). Pasien ini
selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir,
yaitu:
Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari
Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa :
A. Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja
B. Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
6
C. Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan
Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapat ART, atau
C. Pasien TBC dengan status HIV tidak diketahui : adalah pasien TBC
tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TBC ditetapkan.
7
2.5. Patofisiologi Tuberkulosis
1. Anamnesis
8
sesak nafas
Keringat Malam
2. Pemeriksaan Fisik
Pada lesi luas dapat pula ditemukan tanda-tanda seperti : deviasi trakea
ke sisi paru yang terinfeksi, tanda konsolidasi, suara napas amporik pada
cavitas atau tanda adanya penebalan pleura
9
C. S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi hari.
10
4. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi
ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus dimana pada
pemeriksaan sputum SPS positif, foto toraks tidak diperlukan lagi. Pada
beberapa kasus dengan hapusan positif perlu dilakukan foto toraks bila:
o Kaviti terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau
nodular.
o Efusi Pleura
11
Gambaran radiologi yang dicrigai Tb paru inaktif :
o Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus atas dan atau
segmen superior lobus bawah.
o Kalsifikasi.
o Penebalan pleura
12
yang dimiliki mikobakteri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
perkembangan penemuan obat antimikobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat
dibandingkan antibakteri lain :
1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
13
b. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
2. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada :
a. Penderita kambuh.
3. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif(10).
4. Kategori 4: RHZES
14
2.8 Efek samping obat Tuberkulosis
1. Isoniazid (INH)
2. Rifamisin
B. Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah
kadang-kadang diare
C. Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah
kadang-kadang diare Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah :
D. Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus
distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman Tb paru pada keadaan
khusus
E. Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah
satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan
diberikan lagi walaupun gejalanya telah menghilang
15
Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak
berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada pasien agar mereka
mengerti dan tidak perlu khawatir.
3. Piranizamide
4. Etambutol
5. Streptomisin
16
berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema
pada kulit. Efek samping sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti
kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi segera
setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi
0,25gr Streptomisin dapat menembus sawar plasenta sehingga tidak boleh
diberikan pada perempuan hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran
janin.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya.
17
2.10. Prognosis Tuberkulosis
6. Pindah : pasien yang dipindah ke unit pencatatan dan pelaporan lain dan
hasil pengobatannya tidak diketahui.
18