Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

Sinkop merupakan salah satu penyebab penurunan kesadaran yang banyak ditemukan di
Unit Gawat Darurat (UGD). Sinkop adalah kehilangan kesadaran sementara dengan awitan akut
yang diikuti dengan jatuh, dan dapat memulih secara spontan dan sempurna tanpa intervensi.
Kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat hipoperfusi serebral.1 Kebanyakan orang yang
pernah mengalami sinkop yaitu sinkop vasovagal, tidak mencari pertolongan dokter sehingga
prevalensi sinkop sulit ditentukan. Sinkop merupakan gejala dari suatu penyakit sehingga harus
dicari etiologinya. 2
Di Amerika diperkirakan 3% dari kunjungan pasien di UGD disebabkan oleh sinkop.
Angka rekurensi dalam 3 tahun diperkirakan 34%.3 Insiden sinkop meningkat dengan
bertambahnya umur dan sering terjadi pada orang dewasa.4 Hamilton mendapatkan sinkop sering
terjadi pada wanita dengan umur 15-19 tahun, sedangkan penelitian Framingham mendapatkan
kejadian sinkop tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan wanita.5 Sinkop yang paling sering
terjadi adalah sinkop vasovagal (21,1%), sinkop kardiak (9,5%) dan 36,6% sinkop yang tidak
diketahui penyebabnya.5 Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan evaluasi dan pengobatan
pasien dapat mencapai 800 juta dolar Amerika.5 Sedangkan di Eropa dan Jepang kejadian sinkop
sebesar 1-3,5%.6
Penyebab sinkop dapat dikelompokkan dalam 6 kelompok yaitu vaskular, kardiak,
neurologik-serebrovaskular, psikogenik, metabolic dan sinkop yang tidak diketahui
penyebabnya. Sinkop vascular merupakan penyebab sinkop terbanyak lalu sinkop cardiak.2
Penatalaksanaan sinkop tergantung etiologinya, perawatan secara umum diperlukan pada sinkop
kardiak.2 Pasien dengan hipertropi otot jantung berespon dengan terapi farmakologi, AV blok
harus dilakukan pemasangan pacu jantung, dan kelainan struktur jantung harus dilakukan terapi
bedah.7
Pasien yang mengalami sinkop akan mengalami penurunan kualitas hidup. Prognosis
tergantung dari etiologinya. Individu yang mengalami sinkop mempunyai tingkat mortalitas yang
lebih tinggi terutama pada sinkop kardiak, sedangkan sinkop yang berhubungan dengan
neurologi tidak menunjukan peningkatan angka kematian.5 Oleh karena itu tinjauan pustaka
ditulis supaya dapat mendiagnosis sinkop dan melakukan penataklaksaan dengan optimal.

1
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Sinkop adalah kehilangan kesadaran dan kekuatan postural tubuh secara tiba – tiba dan
bersifat sementara, lalu terjadi pemulihan spontan. Kehilangan kesadaran terjadi akibat
penurunan aliran darah ke otak (hipoperfusi serebral). Otak memiliki beberapa bagian,
termasuk dua belahan otak, otak kecil, dan batang otak. Otak membutuhkan aliran darah
untuk menyediakan oksigen dan glukosa ke sel-selnya. Agar tubuh tetap sadar, sebuah area
yang dikenal sebagai sistem pengaktif retikuler yang terletak di batang otak harus hidup, dan
setidaknya satu belahan otak harus berfungsi. Sinkop terjadi bila sistem pengaktif retikuler
atau kedua belahan otak kekurangan darah, oksigen, atau glukosa.
Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata syn dan koptein yang artinya
memutuskan. Sehingga definisi sinkop (menurut European Society of Cardiology:ESC),
adalah suatu gejala dengan karakteristik klinik kehilangan kesadaran yang tiba-tiba dan
bersifat sementara, dan biasanya menyebabkan jatuh. Onsetnya relatif cepat dan terjadi
pemulihan spontan. Kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat hipoperfusi serebral.
2. Etiologi
Secara garis besar, penyebab sinkop dibagi menjadi dua : akibat kelainan jantung (cardiac
syncope) dan bukan kelainan jantung (non-cardiac syncope). Pembagian ini sangat penting,
karena berhubungan dengan tingkat risiko kematian. Penyebab sinkop dapat diklasifikasikan
dalam lima kelompok yaitu vascular-cardiac, neurologi, sinkop refleks, sinkop metabolik
dan sinkop lain-lain.
A. Jantung dan sirkulasi
1. Sinkop Vasodepressor.
Sinkop vasodepressor terjadi jika individu yang rentan berhadapan dengan situasi yang
membuat stress. Gejala prodromal: kegelisahan, pucat, kelemahan, mendesah, menguap,
diaphoresis, dan nausea. Gejala-gejala ini mungkin diikuti dengan kepala terasa ringan,
penglihatan kabur, kolaps, dan LOC (loss of consciousness). Kadang-kadang tejadi
kejang klonik ringan, tetapi tidak diindikasikan penanganan kejang, kecuali terdapat
tanda-tanda lain yang menunjuk ke arah ini. Serangan berlangsung singkat dan cepat

2
pulih jika berbaring. Episode ini dapat berulang. Sinkop Vasodepressor dapat terjadi
pada:
 Seseorang dengan kondisi normal yang dipengaruhi oleh emosi yang tinggi
 Pada seseorang yang merasakan nyeri hebat setelah luka, khususnya pada daerah
abdomen dan genitalia.
 Selama latihan fisik yang keras pada orang-orang yang sensitive.
2. Penyebab Hipotensi Orthostatik
Definisi Hipotensi Orthostatik adalah apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik
20mmHg atau tekanan darah diastolik 10 mmHg pada posisi berdiri selama 3 menit. Pada
saat seseorang dalam posisi berdiri sejumlah darah 500-800 ml darah akan berpindah ke
abdomen dan eksremitas bawah sehingga terjadi penurunan besar volume darah balik
vena secara tiba-tiba ke jantung. Penurunan ini mencetuskan peningkatan refleks
simpatis. Kondisi ini dapat asimptomatik tetapi dapat pula menimbulkan gejala seperti
kepala terasa ringan, pusing, gangguan penglihatan, lemah, berbedebar-debar, hingga
sinkop. Sinkop yang terjadi setelah makan terutama pada usia lanjut disebabkan oleh
retribusi darah ke usus.
Hipotensi ortostatik merupakan penurunan tekanan darah seseorang sedang dalam posisi
tegak. Keadaan ini terjadi berbagai keadaaan:
a. Hipovolemia (perdarahan, muntah, diare,diuretik).
b. Gangguan pada reflex normal (nitrat, vasodilator, penghambat kanal kalium,
neuroleptik).
c. Kegagalan autonom. Primer atau sekunder. Diabetes paling sering menyebabkan
neuropati otonom sekunder, sedangkan usia lanjut merupakan penyebab lazim kegagalan
otonom primer. Paling tidak telah dicerminkan oleh tiga sindroma :
o Disautonomia akut atau subakut
Pada penyakit ini, seorang dewasa atau anak yang tampak sehat mengalami palisis
parsial atau total pada system saraf parasimpatis dan simpatis selama beberapa hari
atau beberapa minggu. Refleks pupil menghilang sebagaimana halnya dengan
fungsi lakrimasi, saliva serta perspirasi, dan terdapat impotensi, paresis otot-otot
kandung kemih dan usus serta hipotensi ortostatik. Penyakit tersebut dianggap

3
merupakan suatu varian dari polyneuritis idiopatik akut yang ada hubungannya
dengan sindroma Guillain-Barre.
o Insufisiensi autonom pascanglionik kronis
Keadaan ini merupakan penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia
lanjut. Penderita berangsur-angsur mengalami hipotensi ortostatik kronik yang
kadangkadang bersamaan dengan gejala impotensi dan gangguan sfingter. Gejala
pucat atau mual. Laki-laki lebih sering terkena, tampaknya ireversibel.
o Insufisiensi autonom praganglionik kronis
Pada keadaan ini, gejala hipotensi ortostatik dengan anhidrosis yang bervariasi,
impotensi dan gangguan sfingter terjadi bersama dengan kelainan yang mengenal
system saraf pusat. Kelainan tersebut mencakup (1) tremor, rigiditas
ekstrapiramidal serta akinesia (sindroma Shy-Drager), (2) degenerasi serebelum
progressive yang pada sebagian kasus bersifat familial dan (3) kelainan sereberal
serta ekstrapiramidal yang lebih bervariasi (degenerasi striatonigra).
3. Obstruksi aliran keluar.
Stenosis aorta, stenosis mitral, stenosis pulmonal. Pasien dapat dating dengan sinkop
akibat latihan fisik. Malfungsi katup secara mekanik juga dapat menyebabkan obstruksi
aliran keluar.
4. Infark atau iskemia miokardium
5. Aritmia
a. Bradiaritmia: sindrom sinus sakit (sick sinus syndrome, blok nodus AV)
b. Takiaritmia: PSVT, sindrom Wolf-Parkinson-White, takikardia ventrikel
Ada dua kelainan jantung yang sering menjadi penyebab pingsan. Pertama adanya
hambatan pada aliran darah di pompa jantung. Seperti pada pompa air yang katupnya
rusak, fungsi pompa jantung pun bisa terganggu dan volume darah yang dihasilkan
menurun. Penurunan jumlah darah yang dikeluarkan oleh jantung ini akan menyebabkan
penurunan perfusi otak dan memicu pingsan. Hal ini terjadi pada kondisi penyempitan
katup- katup jantung, kelainan otot jantung, penumpukan cairan di selaput jantung, tumor
dalam jantung, dan lain-lain. Kedua adalah gangguan irama jantung (aritmia). Apabila
irama jantung tiba-tiba melambat terjadi penurunan aliran darah di otak. Begitu pula jika
jantung memompa terlalu cepat. Pengisian ruang-ruang jantung menjadi tidak maksimal,

4
dan kekuatan pompa menurun drastis. Contoh melambatnya irama adalah sick sinus
syndrome (SSS).
6. Hipersensitivitas sinus karotis.
Sinkop dapat terjadi saat bercukur atau memakai kerah yang ketat. Hal ini umum terjadi
pada pria dengan usia lebih dari 50 tahun. Aktivasi dari baroreseptor sinus karotis
meningkatan impuls yang dibawa ke badan Hering menuju medulla oblongata. Impuls
afferen ini mengaktivkan saraf simpatik efferen ke jantung dan pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan sinus arrest atau Atrioventricular block, vasodilatasi. Pemijatan salah satu
atau kedua sinus karotikus, khususnya pada orang usia lanjut, menyebabkan (1)
perlambatan jantung yang bersifat reflex (sinus bradikardia, sinus arrest, atau bahkan AV
blok), yang disebut respons tipe vagal, dan (2) penurunan tekanan arterial tanpa
perlambatan jantung yang disebut respons tipe depressor. Kedua tipe respons sinus
karotikus tersebut dapat terjadi bersama-sama.
B . Etiologi Metabolik
Episode biasanya diperkuat jika mengerahkan tenaga tetapi dapat terjadi jika pasien
berbaring. Awitan dan pemulihan biasanya lama. Penyebab Sinkop Metabolik Penyebab
metabolik pada sinkop sangat jarang, hanya berkisar 5% dari seluruh episode sinkop.
 Hipoksia, seperti pirau pada penyakit jantung congenital
 Hiperventilasi, menyebabkan vasokontriksi serebrum dengan gejala kesulitan
bernafas, ansietas, parestesia tangan atau kaki, spasme karpopedal, dan kadangkadang
nyeri dada unilateral atau bilateral. Pasien dapat mengalami serangan ulangan jika
melakukan hiperventilasi dalam lingkungan yang terkendali.
 Hipoglikemia, Jika gejala terjadi secara bertahap selama periode beberapa menit,
hiperventilasi atau hipoglikemia sebaiknya dipertimbangkan. Keadaan hipoglikemia
yang berat biasanya terjadi akibat seuatu penyakit yang serius, seperti tumor pada sel
pulau langerhan ataupun penyakit adrenal, hipofise atau hepar yang lanjut, atau akibat
pemberian insulin dalam jumlah yang berlebihan. Gambaran klinisnya berupa gejala
kebingunan atau bahkan penurunan kesadaran. Kalau keadaaannya ringan,
sebagaimana lazim terjadi pada hipoglikemia. Diagnosis keadaan ini bergantung pada
hasil anamnesis riwayat medis dan pengukuran gula darah pada waktu serangan.
 Intoksikasi alcohol

5
C . Etiologi neurologic
Serangan iskemk sementara (TIA; transient ischemic attact) dapat menyebabkan sinkop
tetapi jarang terjadi. Agar terjadi hal ini system aktivasi reticular harus terkena. Jika
terjadi “selalu” terdapat manifestasi neurologic lainnya, seperti kelainan saraf cranial.
a) Migrain. Penyebab tersering kedua pada remaja. LOC diikuti dengan nyeri kepala.
b) Kejang. Biasanya mudah dibedakan dengan aura, riwayat gerakan tonik klonik dan
keadaan pascaiktal
c) Peningkatan tekanan intracranial mendadak yang diperlihatkan dengan perdarahan
subarachnoid atau kista koloid obstruktif pada ventrikel ketiga. Terminologi ini
merupakan bentuk dari seluruh sinkop yang berasal dari sinyal saraf SSP yang berefek
pada vaskular, khususnya pada Nucleus Tractus Solitarius (NTS). Sejumlah stimulus,
yang terbanyak bersala dari viseral, dapat menghilangkan respon yang berakibat
pengurangan atau hilang tonus simpatis dan diikuti dengan peningkatan aktivitas vagal.
NTS pada medula mengintegrasikan stimulus afferen dan sinyal baroreceptor dengan
simpatis efferen yang mempertahankan tonus vaskular. Beberapa studi mengatakan
terdapat gangguan pada pengaturan kontrol simpatis dan juga sinyal baroreceptor.
D . Sinkop refleks
Sinkop refleks disebabkan oleh gangguan pengisian jantung sebelah kanan dan
hipoperfusi serebral keseluruhan. Pasien biasanya sedang berdiri tegak sebelum suatu
episode karena pengumpulan darah akibat gravitasi berperan dalam penyebabnya.
Penyebab yang potensial antara lain, emboli atau infark paru, tamponade pericardium,
hipertensi paru, uterus hamil karena menekan vena kava inferior dan batuk, yang
menurunkan beban awal dengan meningkatkan tekanan intrathoraks.
E . Lain-lain
1. Sinkop batuk
Keadaan ini merupakan keadaan langka yang terjadi akibat serangan batuk yang mendadak
dan biasanya dijumpai pada laki-laki yang menderita bronchitis kronis. Setelah batuk-batuk
kuat, pasien tiba-tiba lemah dan kehilangan kesadarannya untuk sementara. Tekanan
intrathorakal meninggi dan mennganggu vena balik ke jantung sebagaimana halnya pada
maneuver valsava (ekshalasi dengan glottis tertutup).

6
2. Sinkop pascamiksi
Suatu keadaan yang biasanya terlihat pada lansia selama atau sesudah urinasi. Khususnya
setelah bangkitan dari posisi berbaring, barangkali merupakan tipe khusus sinkop
vasodepressor. Diperkirakan bahwa pelepasan tekanan intravesikuler menyebabkan
vasodilatasi mendadak yang diperberat lagi dengan berdiri, dan bahwa bradikardia yang
terjadi lewat mediator vagal merupakan factor yang turut menyebabkan sinkop tersebut.
3. Psikogenik
Serangan ansietas atau kecemasan acapkali diinterpretasikan sebagai perasaan mau pingsan
tanpa kehilangan kesadaran yang sesungguhnya. Gejala tersebut tidak disertai dengan wajah
yang pucat dan juga tidak menghilang setelah pasien dibaringkan. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala lain yang menyertai, dan bagian dari serangan tersebut dapat ditimbulkan
kembali dengan hiperventilasi.
Dua mekanisme yang diketahui terlibat dalam proses terjadinya serangan tersebut adalah
penurunan kadar karbon dioksida sebagai akibat hiperventilasi dan pelepasan hormone
epineprin. Hiperventilasi akan mengakibatkan hipokapnia, alkalosis, peningkatan resistensi
serebrovaskuler dan penurunan aliran darah serebral.
4. Nyeri ligamentosa atau visceral berat
5. Dapat juga terjadi sebagai kelanjutan vertigo berat.
3. Faktor resiko
Berdasarkan San Fransisco Syncope Rule (SFSR), terdapat lima criteria yang dapat
dipakai untuk menentukan risiko jangka pendek (7 hari) untuk pasien dengan syncope.
Kriteria itu adalah pasien dengan gagal jantung kongestif, nilai hematokrit <30%, kelainan
EKG (irama nonsinus dan perubahan baru), sesak napas, dan nilai sistol <90 mm Hg. Jika
pasien memiliki minimal satu dari criteria tersebut, mereka memiliki risiko jangka pendek
sebesar 25% untuk mengalami outcome yang serius seperti kematian, infark miokard, aritmia
jantung, emboli paru, stroke, pendarahan subaraknoid, pendarahan yang signifikan,
kunjungan kembali ke UGD, atau rawat inap di rumah sakit. Selain itu, American College of
Emergency Physician mengembangkan sebuah kebijakan bagi pasien syncope untuk masuk
rumah sakit berdasarkan factor risikonya. Pasien dengan usia tua dan memiliki penyakit
penyerta, EKG yang abnormal, nilai hematokrit <30%, dan riwayat atau adanya penyakit

7
gagal jantung kongestif, iskemia, atau penyakit struktural jantung lain memiliki risiko tinggi
untuk mengalami efek samping yang berbahaya dan sebaiknya dibawa ke rumah sakit.
European Society of Cardiology mengembangkan pedoman lain untuk mengetahui
kebutuhan akan intervensi diagnostik dan terapeutik berdasarkan faktor risiko. Pasien dengan
kecurigaan atau penyakit jantung struktural yang sudah ada, EKG yang abnormal, pingsan
selama melakukan aktivitas fisik atau dalam posisi berbaring, pingsan yang menyebabkan
luka yang parah (seperti fraktur dan pendarahan intrakranial), riwayat keluarga sudden
cardiac death, atau kecurigaan malfungsi dari alat yang ditanam pada tubuh pasien
disarankan masuk rumah sakit untuk evaluasi diagnostik. Indikasi terapeutik untuk masuk
rumah sakit adalah pingsan karena aritmia jantung, iskemia, penyakit jantung struktural,
penyakit kardiopulmoner, atau neurally-mediated bradycardia yang membutuhkan
implantasi pacemaker.
4. Patofisiologi
Pingsan (sinkop) adalah kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, biasanya hanya beberapa
detik atau menit, karena otak tidak mendapatkan cukup oksigen pada bagian-bagian otak
yang merupakan bagian kesadaran. Terdapat penurunan kesadaran aliran darah, pengisian
oksigenasi cerebral, resistensi serebrovaskuler yang dapat ditunjukkan. Jika iskemia hanya
berakhir beberapa menit, tidak terdapat efek pada otak. Iskemia yang lama mengakibatkan
nekrosis jaringan otak pada daerah perbatasan dari perfusi antara daerah vaskuler dari
arteriserebralis mayor. Patofisiologi dari sinkop terdiri dari tiga tipe:
1. Penurunan output jantung sekunder pada penyakit jantung intrinsic atauterjadi penurunan
klinis volume darah yang signifikan.
2. Penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan atau venous return.
3. Penyakit serebrovaskular klinis signifikan yang mengarahkan pada penurunan perfusi
serebral. Terlepas dari penyebabnya, semua kategori ini ada beberapa factor umum, yaitu
gangguan oksigenasi otak yang memadai mengakibatkan perubahan kesadaran sementara.
Aliran darah yang berkurang ke otak dapat terjadi karena
1) Jantung gagal untuk memompa darah
2) Pembuluh-pembuluh darah tidak mempunyai cukup kekuatan untuk mempertahankan
tekanan darah untuk memasok darah ke otak

8
3) Tidak ada cukup darah atau cairan didalam pembuluh-pembuluh darah; atau 4) gabungan
dari sebab-sebab satu, dua, atau tiga diatas.
 Perubahan-Perubahan Irama Jantung
Perubahan-perubahan irama jantung adalah penyebab-penyebab yang paling umum dari
pingsan atau syncope. Sementara ini mungkin terdengan tidak menyenangkan, seringkali
pingsan disebabkan oleh perubahan sementara pada fungsi tubuh yang normal.
Adakalanya, perubahan irama jantung (aritmia) adalah lebih berbahaya dan berpotensi
mengancam nyawa. Jantung adalah pompa listrik, dan jika persoalanpersoalan sistim listrik
hadir, jantung mungkin adakalanya tidak mampu untuk memompa cukup darah,
menyebabkan kejatuhan-kejatuhan jangka pendek pada tekanan darah. Persoalan-persoalan
elektrik mungkin menyebabkan jantung untuk berdenyut terlalu cepat atau terlalu perlahan.
Denyut jantung yang cepat atau tachycardia (tachy = cepat + cardia = jantung) adalah
irama abnormal yang dihasilkan pada kamar-kamar jantung bagian atas atau bagian bawah
dan mungkin mengancam nyawa. Jika jantung berdenyut terlalu cepat, mungkin tidak ada
cukup waktu untuknya untuk mengisi dengan darah diantara setiap denyut jantung, yang
mengurangi jumlah darah yang dapat diantar jantung keseluruh tubuh. Tachycardias dapat
terjadi pada segala umur dan mungkin tidak berhubungan pada penyakit jantung
atherosclerotic. Dengan bradycardia, atau denyut jantung yang lamban (brady = lamban +
cardia = jantung), kemampuan jantung untuk memompa darah mungkin dikompromikan.
Ketika jantung menua, sistik elektrik dapat menjadi rapuh dan jantung terhalang, atau
gangguan-gangguan dari sistim elektrik dapat terjadi, menyebabkan denyut jantung untuk
melambat.
Disamping persoalan-persoalan struktur elektrik dengan jantung, obat-obat mungkin
adalah tertuduhnya. Ketika mengkonsumsi obat-obat yang diresepkan untuk kontrol
tekanan darah [contohnya, beta blockers seperti metoprolol (Lopressor, Toprol XL),
propranolol (Inderal, Inderal LA), atenolol (Tenormin), atau calcium channel blockers
seperti diltiazem (Cardizem, Dilacor, Tiazac), verapamil (Calan, Verelan dan lain-lain),
amlodipine (Norvasc)], jantung dapat menjadi lebih sensitif pada efek-efek dari obat-obat
ini dan berdenyut lambat secara abnormal dan mengurangi output (keluaran) dari jantung.
Kehilangan dari cairan intravascular, itu adalah darah dan air didalam pembuluh-
pembuluh darah, dapat juga menyebabkan pingsan atau syncope. Biasanya, pingsan akan

9
terjadi ketika seseorang berdiri dengan cepat dan tidak ada cukup waktu untuk tubuh untuk
mengkompensasi dengan membuat jantung berdenyut lebih cepat, atau mempunyai
pembuluh-pembuluh darah untuk mengerut untuk mempertahankan tekanan darah tubuh
dan aliran darah ke otak. Ini dirujuk sebagai postural hypotension.
5. Manifestasi klinis
Manifestasi pada pasien sinkop bervariasi tergantung dari etiologinya. Pada umumnya orang
dengan sinkop akan mengalami gejala yang meliputi pusing, penglihatan kabur, berkunang-
kunang, berkeringat, dan pucat. Sinkop sering disebabkan oleh karena penyebab
kardiovaskular maupun neurologikal.
Penyebab cardiovascular :
Hipoxia cerebral akibat perfusi yang buruk yang menyebabkan kehilangan kesadaran
sementara. Peningkatan pada kapasitas vaskular atau penurunan curah jantung dapat
menyebabkan perfusi otak yang buruk. Curah jantung dapat berkurang akibat hipovolemia
atau perubahan pada detak jantung seperti bradikardia atau kelainan detak jantung. Sinkop
kardiovaskular biasanya dikarakteristikan sebagai :
Gejala prodormal seperti
-berkeringat
-pusing
-perubahan pada penglihatan
Fase sinkop seperti
-kelemahan otot
-konfusi
Fase penyembuhan yang cepat dan dikarakterisasikan kesadaran yang cepat
Hipotensi ortostatik :
-Kepala terasa ringan, pusing, gangguan penglihatan
-Lemah, berdebar, gemetar
Penyebab neurologikal :
Sinkop neurologikal sering diasosiasikan dengan perubahan pada aktivitas listrik pada otak.
Sinkop sendiri harus dapat dibedakan dengan kejang. Pada pasien kejang lebih sering
mengalami perubahan gerakan motorik, proses penyembuhan yang lebih lama, dan
perubahan pada EEG saat terjadinya serangan.

10
Kelainan metabolik :
- Hipoglikemia
Dapat terjadi pada pasien dengan atau tanpa diabetes. Biasanya terjadi cepat, dengan periode
selama beberapa menit. Gejala awal biasanya pusing dan kepala terasa ringan. Keringat
berlebihan dan hipersalivasi juga sering terjadi. Pasien juga tampak kebingungan dan terjadi
kelemahan dan inkoordinasi.
- Hiperglikemia
Kadar glukosa darah yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan sinkop. Hal ini dapat terjadi
pada pasien dengan diabetes, termasuk diabetes ketoacidosis. Gejala pada umumnya adalah
penurunan berat badan, haus, dan urine output yang meningkat. Pasien juga terlihat dehidrasi,
kulit kering, dan tercium bau keton dari nafasnya. Terdapat juga karakteristik yaitu
pernafasan yang dalam dan berat yang disebut dengan Kussmaul's breath.
- Respon pupil dan diagnosis yang memungkinkan :
Tanda pupil:
 Keduanya tetap dan dilatasi  kematian, syok hipovolemik, obat seperti atropin,
adrenalin, dan ecstasy
 Unilateral tetap dan dilatasi  cedera kepala, stroke
 Keduanya pinpoint dan konstriksi  overdosis opium
 Konstriksi bilateral  stroke batang otak
 Pupil ireguler  trauma, riwayat operasi mata
6. Diagnosis
1. Anamnesis
Kejadian yang memicu, durasi dan frekuensi terjadinya syok, gejala-gejala yang muncul
(neurologis, jantung), gejala post sinkop, evaluasi trauma, riwayat medikasi, riwayat penyakit
sebelum dan sekarang. Anamnesis juga riwayat alergi, medikasi, dan riwayat makan
sebelumnya.
- Saat sebelum serangan :
Posisi (duduk, terlentang, berdiri)
Aktivitas ( istirahat, perubahan posisi, sedang atau habis melakukan latihan fisik, sedang
atau sesaat setelah berkemih, buang air besar, bauk, atau menelan)

11
Faktor – faktor predisposisi ( misalnya empat ramai atau panas, berdiri dalam waktu lama,
saat setelah makan) dan faktor yang memberatkan ( misalnya ketakutan, nyeri hebat,
pergerakan leher).
- Saat terjadi serangan :
Mual, muntah, rasa tidak enak di perut, rasa dingin berkeringat, aura, nyeri pada leher atau
bahu, penglihatan kabur
- Saksi mata :
 Bagaimana seseorang itu jatuh ( merosot atau berlutut)
 Warna kulit ( pucat, sianosis, kemerahan), lamanya hilang kesadaran
 Jenis pernafasan (mengorok), pergerakan ( tonik, klonik, tonik- klonik ata minimal
mioklonus, otomatisasi) dan lama terjadinya.
 Jarak antara imbulnya pergerakan – pergerakan tersebut dengan kejadian jatuh, lidah
tergigit.
- Riwayat penyakit :
Riwayat keluarga dengan kematia mendadak, penyakit jantung aritmogenik kongenital,
atau pingsan.
Riwayat penyakit jantung sebelumnya
Riwayat kelainan neurologis (parkinsonisme, epilepsi, narkolepsi)
Gangguan metabolik ( dabetes melitus)
Obat – obatan ( antihipertensi, antiangina, anidepresan, antiaritmia, diuretika, dan obat –
obatan yang membuat QT memanjang)
(bila terjadi sinkop berulang) keterangan mengenai berulangnya sinkop misalnya waktu
dari saat episode sinkop pertama dan jumlah rekurensi yang terjadi.
2. Pemeriksaan Fisik
- Airway, breathing, circulation
- Tanda-tanda Vital : tekanan darah, nadi, laju pernafasan, suhu
- Pemeriksaan fisik jantung (mencari etiologi sinkop akibat jantung seperti mendengarkan
murmur), neurologi (defisit neurologis, neuropati perifer), abdomen dan pelvis (untuk
mendiagnosis ada tidaknya perdarahan saluran pencernaan, aneurisma aorta, rupture
kehamilan ektopik, dan lain-lain).

12
- Pemeriksaan rektal (Rectal examination)untuk mengetahui ada tidaknya perdarahan saluran
pencernaan.
- Tes hipotensi ortostatik
Dalam pemeriksaan ini, pasien diminta untuk berbaring (supinasi) selama 5- 10 menit dan
setelah itu pasien diminta untuk berdiri. Kemudian ukur tekanan darah pasien 2-3 kali selama
beberapa menit.
- Tanda trauma yang terjadi
- Carotid massage
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai hipersensitivitas sinus carotis. Pemeriksa
melakukan pijatan pada daerah A. carotis (tidak boleh bersamaan) selama 5-10 detik lalu
lihat tanda-tanda pada pasien (dapat terjadi penurunan nadi dan perubahan tekanan darah).
Pemeriksaan ini tidak boleh dilakukan untuk pasien yang memiliki riwayat infark miokard,
stroke, atau ventricular tachycardia, serta bila terdengar carotid bruit pada hasil auskultasi).
Selama pemeriksaan, pasien harus dipantau dengan EKG secara terus menerus dan
monitoring tekanan darah.
- Manuver hiperventilasi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien usia muda dengan etiologi sinkop yang tidak
diketahui. Pasien diminta bernafas dengan mulut terbuka (tarik nafas lambat dan dalam)
dengan laju 20-30 kali per menit dalam 2-3 menit lalu amati perubahan yang terjadi pada
pasien. Rekurensi gejala prodromal atau sinkop menunjukkan kaitan sinkop dengan
gangguan psikiatri (anxiety related syncope).
- Exercise stress testing
Pasien diminta untuk melakukan latihan fisik tertentu lalu amati fungsi jantungnya. Bila
setelah melakukan latihan pasien menjadi hipotensi dan bradikardia, maka pasien mengalami
instabilitas vasomotor reflektif. Pasien yang tidak dapat menjalani pemeriksaan ini
merupakan pasien yang menderita infark miokard dan aritmia ventrikel.
- Head up tilt table testing
Dalam pemeriksaan ini, pasien berbaring dalam posisi horisontal selama 10 menit lalu meja
akan digoyang 60-80o selama 45 menit. Manuver ini akan memberikan efek penurunan
central venous pressure (CVP), pengisian ventrikel jantung, stroke volume, serta mean
arterial pressure (MAP). Hasil pemeriksaan ini positif bila terjadi sinkop atau presinkop dan

13
hipotensi dengan atau tanpa bradikardia. Pemeriksaan fisik lengkap adalah syarat bagi semua
pasien yang datang di UGD. Perhatian khusus harus diberikan pada aspek-aspek tertentu dari
pemeriksaan fisik pada pasien yang datang dengan sinkop.
Selalu menganalisis tanda-tanda vital (Tekanan darah dan nadi pada posisi berbaring dan
berdiri)
Auskultasi arteri subklavia dan arteri karotis
Pemeriksaan jantung yang menyeluruh dan lengkap dapat memberikan gambaran
mengenai etiologi sinkop.
Pemeriksaan neurologis yang cermat sebagai barometer perbaikan ataupun perburukan
gejala. Status mental biasanya normal.
Identifikasi trauma
Pemeriksaan Neurologi
Disfungsi otonom
Pada disfungsi otonom, system saraf otonom tidak mampu menyesuaikan pada perubahan
posisi sehingga menyebabkan hipotensi ortostatik dan sinkop. Derajat sinkop didasarkan
pada lamanya pasien dapat berdiri sebelum akhirnya duduk. Impotensi dan gangguan miksi
merupakan jenis disfungsi otonom lainnya.
Test mengangkat kepala
Test dengan mengangkat kepala pasien sementara dalam posisi berbaring merupakan tekhnik
provokatif untuk mendiagnosis sinkop vasodepressor. Pengangkatan kepala hingga mencapai
sudut maksimum 60 sampai 700 biasanya akan mencetuskan hipotensi simtomati atau sinkop
dalam waktu 10 hingga 30 menit pada pasien sindroma ini.
Gangguan Serebrovaskular
Steal Syndrome
TIA
NonSyncopal Attack
Epilepsi
Katapleksi
Drop attack
Evaluasi Psikiatri

14
3. Pemeriksaan penunjang
- 12 lead EKG, echography (untuk pemeriksaan masalah jantung)
- Pemeriksaan darah lengkap (complete blood count) untuk pasien dengan gejala sinkop
karena hipotensi ortostatik atau pada pasien dengan guaiac positif.
- Urin (untuk tes kehamilan)
- Elektrolit (untuk melihat ada tidaknya gangguan jantung akibat elektrolit, dehidrasi, atau
sinkop akibat penggunaan diuretik)
- Guaiac test (untuk melihat adanya darah pada feses)
- CT Scan atau MRI kepala (melihat adanya tanda gangguan neurologis atau tidak, seperti
iskemi batang otak, perdarahan subarachnoid)
- EEG (untuk melihat fungsi otak dan mengeksklusi sinkop akibat kejang)
- Lumbal Puncture
- Pemeriksaan darah rutin seperti elektrolit, enzim jantung, kadar gula darah dan hematokrit
memiliki nilai diagnostik yang rendah, sehingga pemeriksaan tersebut tidak
direkomendasikan pada pasien dengan sinkop kecuali terdapat indikasi tertentu dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisis, misalnya pemeriksaan gula darah untuk menyingkirkan
kemungkinan hipoglikemia dan kadar hematokrit untuk mengetahui kemungkinan adanya
perdarahan dan lain-lain. Pada keadaan sindrom QT memanjang keadaan hipokalemia dan
hipomagnesemia harus disingkirkan terlebih dahulu. Tes kehamilan harus dilakukan pada
wanita usia reproduksi, terutama yang akan menjalani head-up tilt testing atau uji
elektrofisiologi.
- Sinkop akibat hipoglikemi adalah hilangnya kesadaran yang berhubungan dengan kadar
gula darah dibawah 40mg/dL dan disertai gelaja tremor, bingung, hipersalivasi, keadaan
hiperadrenergik dan rasa lapar.
7. Tatalaksana
Penatalaksanaan pasien sinkop sangat bergantung pada diagnosisi yang telah dibuat.
Sinkop neurokardiogenik:
Pada pasien sinkop berulang atau sinkop yang berhubungan dengan cedera fisik atau stress
pada pasien. Pendekatan non farmakologik adalah pilihan pertama seperti edukasi dan
pencegahan terhadap faktor resiko terjadi ny sinkop berulang Pendekatan farmakologik nya
adalah diberikan beta blocker, alfa agonist, paroxetine dan enalapril

15
Sinkop vasovagal
Terapi farmakologik yang direkomendasikan adalah disopiramid, antikolinergik, teofilin dan
clonidine
Pacu jantung
Secara teoritis memiliki manfaat pada pasien yang di dominasi dengan kelainan pada
kardioinhibisi dibandingkan respon vasodepresan
Sinkop aritmia
Belum banyak data yang mengevaluasi efek antiaritmia namun hingga saat ini
dipertimbangkan pemasangan defribilator intrakardiak pada pasien yang mengalami sinkop
namun harus disesuaikan dengan criteria pasien yang pernah menglami infark miokard,
ejeksi fraksi nya < 35%. Sedangkan pada pasien yg mengalami bradiaritmia perlu
dipasangkan pacu jantung
Sinkop metabolism
Segera koreksi kelainan metabolism pada pasien tersebut seperti sinkop hipoglikemi maka
harus segera berikan cairan gula untuk mengoreksi hipoglikemi pada pasien tersebut serta
hentikan penggunaan obat peningkat insulin. Selain itu seperti sinkop hipoksia juga harus
segera di koreksi hipoksia nya dengan menggunakan oksigen atau air mask se segera
mungkin. Pada sebagian besar kasus, keadaan mau pingsan atau fainting relative bersifat
benigna. Dalam menghadapi pasien yang pernah mengalami serangan ini, pertama-tama
dokter harus memikirkan sebab-sebab pinsan yang memerlukan emergensi. Diantara pelbagai
keadaan yang bisa memerlukan emergenci terdapat perdarahan internal yang bersifat massif
serta infark miokard yang dapat terjadi tanpa nyeri dan aritmia jantung. Pada usia lanjut
tanpa penyebab yang jelas curiga kemungkinan blok jantung total atau takiaritmia.
Pasien stadium awal diletakkan dalam posisi biasanya berbaring mendatar merupakan
satu-satunya cara untuk mengembalikan kesadaran penderita. Mengangkat kaki (tinggikan
tungkainya kurang lebih 20 cm) dapat mempercepat pemulihan karena bisa meningkatkan
aliran darah ke jantung dan otak. Longgarkan pakaian yang ketat agar aliran darahnya tak
terganggu. Jangan memberikan apa pun lewat mulut apabila penderita belum sadar. Pastikan
bahwa jalan napasnya terbuka, napasnya lancar, dan denyut nadinya teraba kuat dan teratur.
Jika penderita terlalu cepat duduk atau disangga/digendong dalam posisi duduk, dapat terjadi
episode pingsan lain. Namun, pada kasus-kasus yang terus berulang dapat dibantu dengan

16
bantuan obat-obatan. Dokter mungkin meresepkan obat tekanan darah, antidepresan,
pembuluh darah dan penggunaan terapi tertentu.
Pencegahan tergantung pada mekanisme yang terlibat. Pada keadaan sinkop vasovagal
yang biasanya ditemukan diantara para remaja dan cenderung terjadi pada saat mengalami
guncangab emosional, keletihan, perasaan lapar, dll. Tindakan yang menganjurkan pasien
untuk menghindari semua keadaan ini sudah memadai. Pada pasien hipotensi postural, pasien
harus diingatkan agar tidak bangkit secara mendadak dari tempat tidur. Sebaiknya pasien
tidur dengan ranjang yang ditinggikan sampai 8 hingga 12 inci bagian kepala oleh ganjal
kayu dan mengenakan sabuk perut elastic serta stocking elastis. Obat golongan dari efedrin
dapat bermanfaat jika pemakaiannya tidak menimbulkan insomnia.
Pada sindroma hipotensi postural yang kronis, preparat mineralkortikoid yang khusus
(tablet fludrohidrokortison asetat 0,1 hingga 0,2 mg/hari dalam dosis terbagi).
Penanganan sinkop sinus karotikus meliputi pasien harus memakai pakaian kerah baju
yang longgar dan belajar berpaling dengan memutar seluruh badan serta bukan dengan
memutar kepala saja. Obat golongan atropine dan efedrin harus digunakan masing-masing
pada pasien bradikardia, pemasangan pacemaker dapat dilakukan pada ventrikel kanan.
8. Prognosis
Cardiac syncope memiliki prognosis yang paling buruk dibanding jenis syncope lainnya.
Pasien dengan cardiac syncope umumnya memiliki keterbatasan yang signifikan dalam
kegiatan sehari-hari dan kejadian syncope dapat menandakan perkembangan dari penyakit
yang mendasari syncope. Angka kematian pada tahun pertama untuk cardiac syncope
diperkirakan mencapai 18- 33%. Ada 4 faktor resiko sebagai prediktor yang signifkan dari
angka kejadian kematian mendadak dalam satu tahun pasca terjadinya syncope : hasil EKG
abnormal, usia diatas 45 tahun, riwayat ventricular dysrhythmia, dan riwayat penyakit
jantung kongestif. Pasien muda dengan hasil pemeriksaan fisik yang normal dan hasil EKG
yang normal umumnya memiliki resiko morbiditas yang rendah.
Noncardiac syncope seperti akibat vasovagal dan orthostatic memiliki prognosis yang
baik. Kejadian vasovagal syncope tidak meningkatkan angka kematian dan jarang
menimbulkan rekurensi. Orthostatic syncope juga meningkatkan resiko kematian namun
rekurensi dapat meningkatkan angka morbiditas dan luka sekunder. Selain itu, pasien
syncope dengan defisit neurologis juga meningkatkan resiko morbiditas.

17
Sinkop dari setiap etiologi pada pasien dengan kondisi jantung (untuk dibedakan dari
sinkop jantung) juga telah ditunjukkan untuk menyiratkan prognosis buruk. Pasien dengan
kelas fungsional NYHA III atau IV yang memiliki jenis sinkop memiliki tingkat kematian
setinggi 25% dalam waktu 1 tahun. Namun, beberapa pasien melakukannya dengan baik
setelah perawatan bedah definitif atau penempatan alat pacu jantung. Sinkop noncardiac
tampaknya tidak berpengaruh pada tingkat kematian keseluruhan dan termasuk sinkop karena
respon vasovagal, insufisiensi otonom, situasi, dan posisi ortostatik. Sinkop Vasovagal
memiliki prognosis seragam yang sangat baik. Kondisi ini tidak meningkatkan angka
kematian, dan jarang kambuh. Situasional dan sinkop ortostatik juga memiliki prognosis
yang sangat baik. Mereka tidak meningkatkan risiko kematian, namun kambuh memang
terjadi dan kadang-kadang menjadi sumber morbiditas yang signifikan dalam hal kualitas
hidup dan cedera sekunder. Sinkop etiologi tidak diketahui umumnya memiliki prognosis
menguntungkan, dalam 1 tahun menunjukkan kejadian kematian mendadak rendah (2%),
kemungkinan 20% dari sinkope berulang, dan tingkat remisi 78%.
9. Pencegahan
Pencegahan tergantung pada mekanisme yang terlibat. Pada keadaan sinkop vasovagal
yang biasanya ditemukan diantara para remaja dan cenderung terjadi pada saat mengalami
guncangab emosional, keletihan, perasaan lapar, dll.
Tindakan yang menganjurkan pasien untuk menghindari semua keadaan ini sudah
memadai. Pada pasien hipotensi postural, pasien harus diingatkan agar tidak bangkit secara
mendadak dari tempat tidur. Sebaiknya pasien tidur dengan ranjang yang ditinggikan sampai
8 hingga 12 inci bagian kepala oleh ganjal kayu dan mengenakan sabuk perut elastic serta
stocking elastis. Obat golongan dari efedrin dapat bermanfaat jika pemakaiannya tidak
menimbulkan insomnia.
Pada sindroma hipotensi postural yang kronis, preparat mineralkortikoid yang khusus
(tablet fludrohidrokortison asetat 0,1 hingga 0,2 mg/hari dalam dosis terbagi).
Penanganan sinkop sinus karotikus meliputi pasien harus memakai pakaian kerah baju
yang longgar dan belajar berpaling dengan memutar seluruh badan serta bukan dengan
memutar kepala saja. Obat golongan atropine dan efedrin harus digunakan masing-masing
pada pasien bradikardia, pemasangan pacemaker dapat dilakukan pada ventrikel kanan.

18
KESIMPULAN

Terminologi sinkop berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kata “syn” dan “koptein”
yang berarti memutuskan. Secara medis, definisi dari sinkop adalah kehilangan kesadaran dan
kekuatan postural tubuh serta kemampuan untuk berdiri karena pengurangan aliran darah ke otak
bersifat sementara. Berkurangnya aliran darah ini terjadi bila tubuh tidak dapat segera
mengkompensasi suatu penurunan tekanan darah. Pingsan bisa didahului oleh pusing atau
perasaan melayang, terutama pada saat seseorang sedang dalam keadaan berdiri.
Secara garis besar, penyebab pingsan dibagi menjadi dua. Akibat kelainan jantung
(cardiac sinkop) dan penyebab bukan kelainan jantung. Pembagian ini sangat penting, karena
berhubungan dengan tingkat risiko kematian. Pertolongan pertama sinkop, baringkan penderita
di lantai atau tempat tidur dengan posisi kepala miring. Apabila terjadi di lapangan upacara,
carilah tempat yang teduh. Tinggikan tungkainya kurang lebih 20 cm. Longgarkan pakaian yang
ketat agar aliran darahnya tak terganggu. Jangan memberikan apa pun lewat mulut apabila
penderita belum sadar. Pastikan bahwa jalan napasnya terbuka, napasnya lancar, dan denyut
nadinya teraba kuat dan teratur. Setelah ia membaik, sarankan untuk menemui dokter keluarga
atau ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat. Tetapi bila dalam waktu 10 menit penderita
belum mulai sadar, segeralah panggil ambulan atau dokter.
Pasien yang mengalami sinkop akan mengalami penurunan kualitas hidup. Prognosis dari
sinkop sangat bervariasi tergantung dari diagnosis etiologinya. Individu yang mengalami sinkop
termasuk sinkop yang tidak diketahui penyebabnya mempunyai tingkat mortalitas yang lebih
tinggi dibandingkan yang tidak pernah mengalami episode sinkop. Mortalitas tertinggi
disebabkan oleh sinkop cardiac, sedangkan sinkop yang berhubungan dengan persyarafan
termasuk hipotensi ortostatik dan sinkop yang berhubungan dengan obat-obatan tidak
menunjukan peningkatan angka kematian.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam UI edisi IV.Sinkop. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2006
2. Blok, BK. Syncope. In: Tintinalli JE, Kelen GD, Stapczynski JS, editor. Emergency
Medicine: A comprehensive Study Guide. 5th ed. USA: The McGraw-Hill Companies;
2000.
3. Ginsberg, Lionel (2008). Kedaruratan Neurologis. Jakarta : Erlangga.Syncope. In:
Harrison Internal Medicine. 8th ed. McGraw-Hill.2008
4. Sidharta, Priguna & Mardjono, Mahar. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian
Rakyat.
5. Sidharta, Priguna (2008). Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian Rakyat.

20

Anda mungkin juga menyukai