SGD KELOMPOK 2 :
NI PUTU PUTRI WULANDARI (1402405001)
CHRISTINA IMMEE WIJANARKO (1402405006)
NI KADEK ARI PRATIWI PUTRI (1402405011)
A.A. GDE ERLANGGA PUTRA (1402405016)
I MADE ARIWIRAWAN (1402405021)
PUTU CITA ANINDIKA RESTUDIVA (1402405026)
MADE AYU RATIH ARYANITA (1402405031)
I GUSTI AGUNG AYU ANJANI KARTIKA D. (1402405036)
AUDREY CALISTA PUTRI (1402405041)
FASILITATOR :
Drg. IGA Widiastuti, M.Biomed.
Jenazah laki-laki tidak dikenal ditemukan di semak-semak yang beralaskan padang rumput.
Jenazah diketahui korban pembunuhan karena terdapat luka tusuk pada punggung dan luka
tangkisan (defense wound) pada lengan. Pada lengan atas terdapat luka bekas gigitan.
Berdasarkan gambaran rumput dibawah jenazah menunjukkan sudah ada kehilangan klorofil
tetapi tanda pembusukan pada jenazah tidak sesuai dengan perkiraan kehilangan klorofil pada
rumput.
Assignments:
1. Jelaskan peran dan langkah Dokter Gigi dalam mengidentifikasi korban tersebut.
Jawaban:
Peran dan langkah dokter gigi yang dapat diambil dari kasus tersebut adalah dengan
memeriksa dan meneliti lebih dalam mengenai bekas gigitan/bitemark yang terdapat
pada lengan bagian atas jenazah. Hal ini dapat membantu menemukan pelaku atau hal-hal
yang berhubungan dengan kematian korban
2. Pada korban juga ditemukan luka bekas gigitan (bite Marks). Bagaimana
documentasi naratif dan fotografi luka tersebut serta alasannya
Jawaban:
Foto-foto diambil untuk mendokumentasikan luka yang ditemukan pada tubuh korban
dan sebisa mungkin foto diambil dari posisi yang sama dengan ketika korban digigit. Hal
ini ditujukan untuk meminimalisir kemungkinan distorsi postural pada foto Dalam kasus
kriminalitas yang melibatkan bite mark, cetakan serta fotografi geligi para tersangkaharu
sdimiliki.
Beberapa jenis fotografi yang dianjurkan dalam dokumentasi bite mark adalah:
a. Dengandantanpaskala ABFO
b. Fotoberwarnadanhitamputih
c. Fotodengan flash dantanpa flash
d. Fotoseluruhbadan yang menunjukkanlokasi bite mark
e. Foto close up denganskala 1:1
f. Foto UV jika bite mark memudar
g. Jikagigitanterletakpadabagiantubuhbergerak, makaposisitubuhspesifik juga di
ambilgambar.(Bhargava dkk.,2012 )
Seluruhfoto yang didokumentasikan diambi lpada sudut 90º dari lokasi injuri, dan
direkomendasika untukdiambil sesegera mungkin selang interval 24 jam. Pencahayaan
saat pengambilan foto diatur pada sudut sebaik mungkin agar foto memiliki hasil yang
maksimal.Secara umum metode foto merupakan cara teraman dalam dokumentasi bite
mark. Penggunaanfotografi stereoskopik dianjurkan untuk mendapatkan detail yang lebih
baik , penggunaan metode UV dan inframerah mungkin diperlukan pada kasus tertentu
untuk mendapatkan detail yang mungkintidaknampaksecarajelaspadafoto normal.
Area gigitan harus difoto menggunakan fotografi konvensional dan diikuti dengan
petunjuk yang telah dijelaskan pada ABFO Bitemark Analysis Guidelines. Prosedur
fotografi aktual harus dilakukan oleh dokter gigi forensuik atau direksi odontologi untuk
mendapatkan akurasi dan dokumentasi area gigitan yang lengkap. Video atau digital
imaging dapat digunakan sebagai pendukung dari fotografi konvensional. Alat bantu
seperti tripod, focusing rail, dll dapat digunakan untuk mendapatkan hasil foto yang lebih
baik.
Pencahayaan
- Sudut pencahayaan menggunakan flash point merupakan teknik pencahayaan
yang paling umum dan harus dilakukan apabila memungkinkan.
- Sumber pencahayaan tegak lurus atau sejajar pada area gigitan dapat
dimanfaatkan selain dari sudut pencahayaan. Tetapi, harus berhati-hati agar
pantulan cahaya tidak mengganggu objek yang akan difoto.
- Pemeriksaan Khusus
a. Pengambilan sampel saliva dan atau sel-sel mukosa permukaan kulit.(Sebelum
melakukan swab, harus ditanyakan dahulu pada orang-orang di TKP apakah area
luka tersebut belum pernah dibersihkan, disentuh, atau diubah dengan cara
apapun.) Bahan bahan yang digunakan : Kapas swab steril sepanjang 6 inchi
yang tidak mengadung bahan pengawet., Air destilasi steril atau cairan normal
saline steril, Amplop kertas berpori untuk membungkus bukti, Sarung tangan
steril. Teknik :
1. Mengambil foto untuk merekam keadaan luka pada awal sebelum diperiksa.
2. Cuci tangan dan pakai sarung tangan steril.
3. Basahi ujung kapas swab dengan air destilasi steril atau cairan normal saline
steril dan kibaskan untuk menghilangkan kelebihan air.
4. Mulai swab pada bagian tengah bekas gigitan lalu lanjutkan dengan
memutar mutar ujung kapas terus sampai bagian tepi luka. Hati hati jangan
sampai mengkontaminasi sample dengan darah atau debris dari jaringan
sekitar luka.
5. Berikan tanda pengenal pada pegangan kapas dan catat pada catatan kasus.
6. Ulangi prosedur no.4 untuk mendapatkan swab control dari sisi anatomi
sama yang tidak digigit lalu beri tanda pengenal dan catat pada catatan
kasus.
7. Keringkan kedua kapas swab (kira-kira 30-40 menit) lalu masukkan dalam
kotak melalui lubang untuk menghindari kontak dengan objek lain.
8. Setelah kering, masukkan kedua kapas swab secara terpisah ke dalam
amplop kertas berpori untuk dikirim ke serologist. Bubuhkan label pada tiap
amplop dengan disertakan keterangan asal sample, tanggal, waktu.
d. Pelepasan Jaringan
Pada kasus yang melibatkan korban meninggal, kulit korban dapat
diambil dan diawetkan.Hal ini sangat penting untuk mempertahakan kulit dalam
bentuk anatomis aslinya dan menghindari distorsi atau kerusakan pada pola
bekas gigitan tersebut. Para dokter gigi forensik, menyetujui bahwa penggunaan
cincin acrylic yang dapat mempertahankan bentuk anatomis tubuh pada area
gigitan adalah metode terbaik untuk meminimalisasi pengerutan dan distorsi
kulit
- Prosedur Pengambilan :
a. Pengambilan barang bukti
1) Pengambilan barang bukti organ tubuh/jaringan tubuh dan cairan tubuh
untuk korban mati dilakukan oleh dokter pada saat otopsi;
2) pengambilan barang bukti darah dan cairan lambung untuk korban hidup
dilakukan oleh dokter atau para medis; dan
3) apabila penyidik tidak dapat mengambil barang bukti di TKP segera
menghubungi petugas Labfor untuk mengambil barang bukti.
b. Pengumpulan barang bukti
1) tiap jenis barang bukti ditempatkan dalam wadah yang terpisah;
2) khusus untuk organ tubuh, gunakan wadah berupa botol mulut lebar/toples
yang terbuat dari gelas atau plastik yang masih bersih dan baru (hindari
pemakaian botol/toples bekas);
3) barang bukti tidak diawetkan dengan formalin, kecuali untuk pemeriksaan
Pathologi Anatomi, menggunakan bahan pengawet formalin 10%;
4) barang bukti yang mudah membusuk, organ tubuh, muntahan, dan sisa
makanan diawetkan dengan menggunakan alkohol 96% hingga terendam;
5) contoh alkohol yang digunakan sebagai bahan pengawet juga dikirimkan
sebagai pembanding;
6) untuk kasus dengan dugaan keracunan alkohol, barang bukti tidak diawetkan
dengan Alkohol, tetapi barang bukti yang telah ditempatkan dalam wadah,
wadahnya dimasukkan ke dalam Ice Box yang telah diisi es batu;
7) untuk kasus-kasus keracunan gas CO, alkohol dan obat-obatan, barang bukti
darah diawetkan dengan antikoagulan heparin; dan
8) setiap wadah barang bukti ditutup serapat mungkin, gunakan cellotape atau
yang sejenis untuk menghindari kebocoran.