1 Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap faktor
eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik
(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu
timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif
Istilah dermatitis seboroik dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh
faktor konstitusi dan bertempat predileksi ditempat-tempat seboroik. Dermatitis seboroik adalah
kelainan kulit papuloskuamosa dengan predileksi di daerah kaya kelenjar sebasea, skalp, wajah,
dan badan.1
Dermatitis seboroik atau seborrhoic eczema merupakan penyakit yang umum, kronik, dan
merupakan inflamasi superfisial dari kulit, ditandai oleh pruritus,berminyak, bercak merah dengan
berbagai ukuran dan bentuk yang menutup daerah inflamasi pada kulit kepala, muka, dan telinga.
Daerah lain yang jarang terkena, sepertidaerah presternal dada. Beberapa tahun ini telah
didapatkan data bahwa sekurang–kurangnya 50% pasien HIV terkena dematitis seboroik.
Ketombe berhubungan juga dermatitis seboroik, tetapi tidak separah dermatitis seboroik. Ada juga
1.2 Epidemiologi
bayi pada tiga bulan pertama kehidupan dan pada dewasa pada umur 30 hingga 60 tahun. Insiden
memuncak pada umur 18–40 tahun. DS lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Berdasarkan
pada suatu survey pada 1.116 anak–anak, dari perbandingan usia dan jenis kelamin, didapatkan
prevalensi dermatitis seboroik menyerang 10% anak laki–laki dan 9,5% pada anak perempuan.1,2
Prevalensi semakin berkurang pada setahun berikutnya dan sedikit menurun apabila
umur lebih dari 4 tahun. Kebanyakan pasien (72%) terserang minimal ataudermatitis seboroik
ringan. Pada penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), dapat terlihat padahampir
35% pasien Terdapat peningkatan insiden pada penyakit Parkinson, paralisisfasial, pityriasis
versicolor, cedera spinal, depresi dan yang menerima terapi psoralenditambah ultraviolet A
(PUVA). Juga beberapa obat–obatan neuroleptik mungkinmerupakan faktor, kejadian ini sering
terjadi tetapi masih belum dibuktikan. Kondisi kronik lebih sering terjadi dan sering lebih parah
1.3 Etiopatogenesis
berupa status seboroik (seborrhoic state) yang rupanya diturunkan, bagaimana caranya belum
dipastikan. Penderita pada hakekatnya mempunyai kulit yang berminyak (seborrhoea), tetapi
mengenai hubungan antara kelenjar minyak dan penyakit ini belum jelas sama sekali. Ada yang
mengatakan kambuhnya penyakit ini (yang sering menjadi chronis-recidivans) disebabkan oleh
makanan yang berlemak, tinggi kalori, akibat minum alkohol dan gangguan emosi.1
Dermatitis seboroik dikaitkan dengan nilai normal Malassezia furfur namun respon imun
concanavalin, dan titer antibodi dibandingkan dengan subyek kontrol. Kontribusi spesies
Malassezia dapat berasal dari aktivitas lipase yang melepaskan inflamasi bebas asam dan dari
bakteri atau Pityrosporum ovale yang merupakan flora normal kulit manusia. Pertumbuhan P.ovale
yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang
masuk ke dalam epidermis maupun karena sel jamur itu sendiri, melalui aktivasi sel limfosit T dan
sel Langerhans. Status seboroik sering berasosiasi dengan meningginya sukseptibilitas terhadap
infeksi piogenik, tetapi tidak terbukti bahwa mikroorganisme inilah yang menyebabkan dermatitis
seboroik. Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti
psoariasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik dapat memperbaikinya.3
produksi sebum tidak selalu terdeteksi pada pasien. Seborrhea merupakan faktor predisposisi pada
dermatitis seboroik namun dermatitis seboroik bukan sebuah penyakit kelenjar sebasea. Insidensi
tinggi dermatitis seboroik pada bayi berbanding lurus dengan ukuran dan aktivitas kelenjar sebasea
pada umur ini. Pada bayi didapatkan kelenjar sebasea yang besar dengan rasio sekresi sebum yang
tinggi. Namun pada orang dewasa ini tidak terjadi karena aktivitas kelenjar sebasea mencapai
puncak awal pubertas dan dermatitis seboroik dapat terjadi bertahun-tahun kemudian.1
telinga, kulit kepala dan batang tubuh bagian atas yang sangat kaya akan kelenjar sebasea. Tempat
predileksi ini memberi petunjuk tentang dugaan bahwa pengaruh androgenik penting dan aktivitas
kelenjar sebasea mungkin merupakan faktor penyebab. Tetapi seborrhea berat kadang tidak
disertai dermatitis seboroik, sebaliknya dermatitis seboroik berat kadang tidak disertai aktivitas
sebasea berlebihan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada dermatitis seboroik lemak
permukaan kulit tidak meningkat, tetapi terdapat peningkatan proporsi kolesterol, trigliserida dan
parafin disertai penurunan skualen, asam lemak bebas, dan ester lilin yang terkandung dalam
Faktor resiko terjadinya dermatitis seboroik adalah stress, kelelahan, makanan berminyak,
alkohol, cuaca yang terlalu ekstrem, jarang mencuci rambut atau mandi, pemakaian lotion yang
Pasien dengan gangguan saraf pusat (Parkinson’s disease, cranial nerve palsies, major
truncal paralyses) mempunyai resiko tinggi terkena dermatitis seboroik. Seboroik dermatitis pada
pasien tersebut merupakan hasil dari peningkatan pengumpulan sebum akibat dari imobilitas.
Pengumpulan sebum ini merupakan media untuk pertumbuhan P. Ovale sehingga menyebabkan
Dermatitis seboroik pada penderita AIDS mencapai 85%. Tempat predileksi lebih luas
meliputi wajah, aksila, dada, paha dan genitalia. Gejala yang muncul akan lebih berat daripada
1.4 Predileksi
Pada daerah berambut karena banyak kelenjar sebasea, antara lain pada bayi ada 3 bentuk,
yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan generalisata (penyakit Leiner) yang
terbagi menjadi familial dan non-familial. Sedangkan pada orang dewasa berdasarkan daerah
lesinya DS terjadi pada kulit kepala (pitiriasis sika dan inflamasi), wajah (blefaritis marginal,
konjungtivitis, pada daerah lipatan/ sulcus nasolabial, area jenggot, dahi, alis), daerah fleksura
(aksilla, infra mamma, umbilicus, intergluteal, paha), badan (petaloid, pitiriasiform) dan
generalisata (eritroderma, eritroderma eksoliatif), retroaurikula, telinga, dan dibawah buah dada.3
dan sedang, skuama berminyak dan kekuningan. Ruamnya berbeda-beda, sering ditemukan pada
kulit yang berminyak. Ruamnya berupa skuama yang berminyak,berwarna kekuningan, dengan