Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan
oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan
janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kesehatan ibu hamil adalah persyaratan penting
untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua bagian unit tersebut.(Depkes, 2006).
Proses kehamilan di dahului oleh proses pembuahan satu sel telur yang bersatu dengan sel
spermatozoa dan hasilnya akan terbentuk zigot. Zigot mulai membelah diri satu sel menjadi dua
sel, dari dua sel menjadi empat sel dan seterusnya. Pada hari ke empat zigot tersebut menjadi
segumpal sel yang sudah siap untuk menempel / nidasi pada lapisan dalam rongga rahim
(endometrium). Kehamilan dimulai sejak terjadinya proses nidasi ini. Pada hari ketujuh gumpalan
tersebut sudah tersusun menjadi lapisan sel yang mengelilingi suatu ruangan yang berisi
sekelompok sel di bagian dalamnya (Depkes, 2006).
Sebagian besar manusia, proses kehamilan berlangsung sekitar 40 minggu (280 hari) dan
tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 20 – 38 minggu disebut
kehamilan preterm, sedangkan bila lebih dari 42 minggu disebut kehamilan postterm. Menurut
usianya, kehamilan ini dibagi menjadi 3 yaitu kehamilan trimester pertama 0 – 14 minggu,
kehamilan trimester kedua 14 – 28 minggu dan kehamilan trimester ketiga 28 – 42 minggu
(Depkes, 2006).
Kehamilan post date merupakan kehamilan yang umur kehamilannya lebih dari 42 minggu
dan merupakan salah satu kehamilan yang beresiko tinggi, dimana dapat terjadi komplikasi pada
ibu dan janin. Penyebab pasti belum diketahui, faktor yang dikemukakan antara lain Hormonal,
Herediter, Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah, Kurangnya air ketuban, Insufiensi plasenta
(Sumiyati, 2015).
Permasalahan kehamilan post date adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 sehingga mempunyai resiko asfiksia, mengakibatkan pertumbuhan janin
makin lambat bahkan terjadi kematian dalam rahim, terjadi perubahan metabolisme janin. Air
ketuban berkurang dan makin kental bahkan bisa mengering habis. Akibat kurangnya pasokan
oksigen, janin bisa buang air besar didalam rahim, yang menyebabkan cairan ketuban berwarna
hijau pekat. Sebagian janin bertambah berat sehingga memerlukan tindakan persalinan. Dampak
terhadap ibuya itu dapat menyebabkan distosia, karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar,
moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai seperti partus lama, kesalahan letak, inersia
uteri, distosia bahu, robekan luas jalan lahir, dan perdarahan postpartum (Sumiyati, 2015).
Upaya yang dilakukan dalam kasus kehamilan dengan postdate dengan usia kehamilan
>40-42 minggu yang penting monitoring janin sebaik-baiknya. Apabila tidak ada tanda
insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. Lakukan
pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan
induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap
sedatif dan narkosa. Pada umumnya, induksi persalinan ditujukan ketika manfaat pada ibu hamil
maupun janin lebih dari resiko. Kehamilan postdate merupakan indikasi yang paling umum untuk
dilakukannya induksi persalinan (Sumiyati, 2015).
Induksi persalinan adalah metode merangsang persalinan sebelum persalinan spontan.
Penggunaan metode ini semakin berkembang. WHO telah menerbitkan data penggunaan metode
induksi persalinan yang semakin meningkat. Metode ini digunakan pada ibu hamil yang akan
melahirkan dengan berbagai alasan misalnya preeklamsia, pertumbuhan intrauterine, diabetes
tidak terkontrol dengan baik, rupture ketuban pecah. Selain alasan tersebut, penggunaan induksi
persalinan juga digunakan pada pasien yang mengalami post term atau kehamilan lewat waktu
(Shakya, 2016).
BAB II
TUJUAN SPESIFIK PKPA
Tujuan dari kegiatan PKPA PK II pada bagian Pemantauan Terapi Obat (PTO) Intro
sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu melakukan kegiatan pemantauan terapi obat
2. Mampu mengkaji pemilihan obat, dosis obat, cara pemberian obat, respon terapi, reaksi
obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
3. Mampu mengisi lembar kerja pemantauan terapi obat
4. Mampu menganalisis Drug Related Problem (DRP)
5. Mampu memberikan rekomendasi terhadap timbulnya DRP yang terjadi

BAB III
KEGIATAN DAN PENUGASAN
Kegiatan PKPA dilakukan mulai tanggal 5 Februari 2018. Satu minggu pertama dilakukan
pengenalan atau masa orientasi rumah sakit. Orientasi dilakukan hingga tanggal 10 Februari 2018
dan pada masa orientasi ini mahasiswa dibagi perkelompok. Masing – masing kelompok terdiri
dari 2-3 mahasiswa. Saat orientasi, mahasiswa dibagi ke 6 blok yang akan dimasuki terlebih dahulu
selama satu minggu kemudian bergantian dengan blok lain. Kelompok B mendapatkan blok PK 2,
baik dilakukan secara kelompok maupun individu. Kegiatan UDD dan Aseptic Dispensing
dilakukan secara kelompok sementara untuk PTO dilakukan secara individu.
Kegiatan Pemantauan Terapi Obat (PTO) Intro dilakukan pada bagian anak, obsgyn dan
bedah. Kasus diambil dari hasil rekam medik pasien dan dipilih yang kasus ringan. Untuk kasus
anak dan obsgyn dilihat dari data rekam medik di bangsal Firdaus, sementara untuk bedah diambil
dari data rekam medik di bangsal Naim. PTO dilakukan pada pasien dengan kelas 2 atau 3. Setiap
stase mendapatkan satu kasus sehingga totalnya 3 kasus ringan untuk satu apoteker muda, yang
terdiri dari satu anak, satu obsgyn dan satu bedah.
Kriteria inklusi pasien:
1. Pasien anak, ibu hamil atau melahirkan dan pasien yang mengalami operasi
2. Pasien kelas 2 atau 3
3. Pasien yang memiliki kasus ringan dan tidak complicated
4. Pasien yang datang mulai tanggal 10 dan memiliki Length of Stay minimal 3 hari
Kriteria eksklusi pasien:
1. Pasien dengan kasus yang berat dan complicated
2. Pasien yang hanya memiliki Length of Stay kurang dari 3 hari
3. Pasien kelas 1, VIP dan VVIP
Pasien yang masuk dalam kriteria inklusi selalu dipantau setiap hari perkembangannya
hingga pasien keluar dari rumah sakit. Pemantauan dilakukan melalui rekam medik dan
menanyakan langsung kepada pasien. Data yang diambil dari rekam medik berupa data SOAP,
data penggunaan obat oleh pasien, data tanda vital dan data lab. Data ditulis di lembar form
pemantauan terapi pasien.
Adapun alur kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut

Melakukan penelurusuran di computer mengenai data pasien rawat inap


yang sesuai dengan kriteri inklusi dan eksklusi

Melihat rekam medik pasien yang sesuai kriteria ke bangsal perawatan

Menulis di lembar kerja Pemantauan Terapi Obat

Melakukan analisa terhadap permasalahan yang berkaitan dengan obat

Melakukan vitie ke pasien apabila ada informasi yang diperlukan untuk


analisis kasus

Melaporkan ke pereseptor apabila ada DRP yang ditemukan


BAB IV
LAPORAN HASIL ANALISIS
I. Identitas pasien
Nama pasien AR Ruang/no. bed Firdaus 201 bed 4
No RM 025156 Tanggal masuk 12 Februari 2018
Umur/BB 32/65,7kg Tanggal keluar 15 Februari 2018
Status pasien BPJS Dokter

II. Kondisi pasien


Keluhan utama: Riwayat penyakit keluarga:
Hamil post date seharusnya HPL 6 Feb 2018 Ibunya asma
Diagnosa: Riwayat pengobatan pasien (termasuk patient’s own drug):
G3P1A1 UK 41+3 minggu dengan oligohidramnion -
Riwayat penyakit: Riwayat alergi obat/makanan:
Pernah sesak nafas Seafood

III. Data vital sign


Tanggal
Jenis pemeriksaan
12/2/2018 13/2/2018 14/2/2018 15/2/2018
Tekanan darah 112/80 100/70 113/83
Nadi/HR 90 80 78
Respiration rate 21
Suhu (T°C) 36,8 36,9 36,8

IV. Data hasil laboratorium


Tanggal
Parameter Nilai rujukan
12/2/2018 13/2/2018 14/2/2018 15/2/2018
Hematocrit 35-47% 37
Trombosit 150-450 rb/uL 245
Hb 12-16 g/dl 12,3
Leukosit 4-10 rb/uL 7,4
Basophil 0-1% 0
Eusinofil 0-5% 7
Netrofil 25-60% 66
Limfosit 20-40% 19
Monosit 2-8% 8
Eritrosit 3,8-5,2% 4,06
MCV 80-100% 89,9
MCHC 32-36 33,7
PPT 11-17detik 11,7
APTT 23-45detik 34,7
HbSAg Non reaktif Non reaktif
GDS 70-140mg/dL 82
V. Data hasil pemeriksaan penunjang lain
Jenis pemeriksaan Tanggal periksa Nilai/hasil rujukan Hasil pemeriksaan

VI. Monitoring terapi obat


Monitoring Pemberian Obat Dan Respon Terapi
Dosis/
Nama Parameter 12/2/2018 13/2/2018 14/2/2018 15/2/2018
Aturan
Obat Respon Obat
Pakai
P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Gastrul 1/8 tab Kontraksi √ √√ √
terjadi 16:20, 20:20, 04:30
24:00
Amoxicillin 500mg Infeksi √ √ √ √ √
teratasi 16:00, 24:00 06:00,14:00,22:00
Asam 500mg Perdarahan √ √ √ √ √
mefenamat berkurang 16:00,24:00 06:00,14:00,22:00
Livron 1 tab Kondisi √ √ √
pasien 16:00 06:00 06:00
membaik
Vitamin A 200/U Kondisi √ √ √
pasien 16:00 06:00 18:00
membaik
Inj Syntosinon 1 amp Kontraksi √
terjadi 11:45

Inj Pospargin 1 amp Kontraksi √


terjadi 11:45
VII. Drug related problem
Problem DRP Penilaian Rekomendasi Tindak Lanjut Ket.
Ya Tidak
Indikasi (standar terapi & symptom)
a. Indikasi tanpa √
obat
b. Obat tanpa √
indikasi

a. Tidak sesuai √
pedoman terapi
b. Tidak sesuai √
kondisi pasien
c. Tidak sesuai √
administrasi

a. Over doses √
b. Under dose √
Interaksi Obat
c. Obat-obat √
d. Obat-makanan √
e. Obat-penyakit √
Efek Samping/ ADR/ √
alergi
Ketidakpatuhan √
(incompliance/
patient adherence)
Inkompatibilitas √

Tanda klinis pasien


S= Subyektif
Pasien mengeluhkan bayi belum lahir padahal HPL 6 Februari 2018, pernah sesak nafas dan ada riwayat asma dari Ibunya, pasien
alergi seafood.
Riwayat pengobatan pasien:
Sebelum melahirkan = Gastrul 1/8 tablet sebanyak 4 kali pemberian
Setelah melahirkan = Amoxicillin 500mg
Asam mefenamat 500mg
Vitamin A 200/U
Livron B Plex
Injeksi Syntosinon
Injeksi Pospargin
Obat pulang = Clindamycin 300mg
Asam mefenamat 500mg
Vitamin A 200/U
O= Obyektif
Tanggal
Sign Nilai normal
12/2/2018 13/2/2018 14/2/2018 15/2/2018
Tekanan darah <120/80 112/80 100/70 113/83
Nadi/HR 60-100 90 80 78
Respiration rate 12-20 21
Suhu (T°C) 35.5°C 36,8 36,9 36,8
Eusinofil 0-5% 7
Netrofil 25-60% 66

A= Assessment
Analisis obat
Obat Mekanisme Indikasi Dosis ESO Kontraindikasi Monitoring
Gastrul Induksi 25 mikrogram Gangguan GI (diare, nyeri Hamil, wanita subur Efektivitas: kontraksi
kehamilan abdomen), ginekologi kecuali jika melahirkan
menggunakan ESO: gangguan GI
kontrasepsi yang tepat,
anak-anak
Asam Menghambat Meredakan 500mg Sedasi, diare, ruam, gangguan Tukak GI, gangguan Efektivitas: nyeri
mefenamat COX 1 dan nyeri ringan GI, hipersensitif hati dan ginjal, berkurang, perdarahan
COX 2 hingga bronkospasme, rhinitis berkurang
sedang, alergi, urtikaria ESO: gangguan GI
mengurangi
perdarahan
Livron B plex - Anemia 2x sehari Nausea, nyeri lambung, - Efektivitas: kondisi
konstipasi, diare, kolik membaik
ESO: gangguan GI
Vitamin A - Mencegah 200/U Overdosis menyebabkan kulit Hipersensitif Efektivias: tidak terjadi
dan kasar, hati membesar, laju defisiensi vitamin A
mengobati endap darah meningkat, ESO: monitoring dosis
defisiensi meningkatnya kadar serum pasien untuk mencegah
vitamin A kalsum dan serum fosfatase ESO
Clindamycin Menghambat Infeksi serius 150mg-300mg Diare yang kadang-kadang Hipersensitif, diare, Efektivitas: bakteri
sintesis bakteri disertai colitis akut, nyeri gangguan hati dan berkurang
protein anaerob perut, gangguan GI, reaksi ginjal ESO: diare,gangguan
dengan kulit, icterus GI
menghambat
ikatan
peptida

Analisis DRP
Problem S/O Terapi Analisa DRP Rekomendasi Literature
Medik Terapi
Hamil Pasien Gastrul 1/8 tab Gastrul berisi - Lanjutkan terapi
postdate mengeluh (25 mikrogram) misoprostol yang hingga pasien
kan digunakan untuk mengalami
bayinya menginduksi persalinan. kontraksi
belum Dosis yang digunakan
lahir, HPL 25-50 mikrogram
6/2/2018

P= Plan
DRP Obat Rekomendasi
Tidak ada DRP - Terapi dapat dilanjutkan
BAB V
ANALISIS LAPORAN
Pada pasien AR diagnosis utamanya adalah hamil postdate atau lewat waktu dengan ukuran
kehamilan 41+3 minggu. Berdasarkan guideline “Induction of Labour” pasien dikatakan hamil
post date apabila waktu kehamilan >41 minggu dan dikatakan post term ketika kehamilan >42
minggu. Induksi persalinan dilakukan ketika manfaat dari induksi lebih besar dari dampak induksi
pada pasien. Terdapat beberapa kriteria pasien yang perlu dilakukan induksi, salah satunya adalah
pasien postdate.
Berdasarkan Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan Edisi Pertama tahun 2013, dikatakan hamil lewat waktu apabila usia kehamilan >42
minggu terhitung sejak hari pertama haid terakhir. Namun penelitian terkini menganjurkan
tatalaksana terapi lebih awal. Pada usia kehamilan mulai dari 41 minggu diberikan tawaran kepada
pasien untuk dilakukan induksi persalinan.
Pasien AR diberikan induksi persalinan pada tanggal 12 Februari 2018 sebanyak 3 kali
dengan interval pemberian 4jam kemudian diberi lagi pada tanggal 13 februari 2018 sekali saja
pada pagi hari waktu subuh. Obat yang digunakan untuk induksi adalah misoprostol 1/8 tablet atau
25 mikrogram. Misoprostol merupakan obat yang paling banyak digunakan untuk induksi
persalinan sebagai analog prostaglandin. Misoprostol sendiri sebenarnya merupakan obat untuk
mengatasi peptic ulcer namun digunakan sebagai off label untuk induksi persalinan.
Apabila dibandingkan dengan analog prostaglandin yang lain, misoprostol lebih memiliki
keuntungan. Diantaranya lebih murah, penggunaannya yang luas, stabil dalam suhu ruang dan
memiliki efek samping yang kecil. Penggunaan misoprostol dengan dosis 25 mikrogram memiliki
efektifitas yang sama, namun lebih aman dibandingkan dosis 50 mikrogram. Misoprostol dapat
diberikan tiap 4 jam (Azubuike dkk, 2015). Dalam hal ini tidak ada permasalahan karena pasien
AR diberi misoprostol 3 kali dalam satu hari dengan dosis 25 mikrogram.
Dari Green Guideline RCOG “The Management of Third and Fourt Degree Perineal Tears”
tahun 2015, penggunaan antibiotik profilaksis setelah melahirkan normal direkomendasikan untuk
diberikan. Pemberian antibiotik setelah melahirkan digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
karena adanya rupture pada membran. Antibiotik yang digunakan sebaiknya adalah antibiotik yang
memiliki spectrum luas seperti amoxicillin ampicillin, cephalosporin, floroquinolones. Pemberian
antibiotik dapat secara IV, oral atau IM dengan durasi 3-4 hari. Pada pasien AR, antibiotik yang
diberikan pertama kali adalah amoxicillin oral 500mg. amoxicillin diberikan selama 2 hari
kemudian pada saat pulang pasien diberikan clindamycin 300mg 3 kali sehari dengan jumlah obat
unuk penggunaan 3 hari. Pasien tidak ada riwayat alergi terhadap penicillin namun penggunaannya
diganti setelah 2 hari menggunakan amoxicillin. Seharusnya apabila tidak ada riwayat alergi atau
tidak ada penyakit lain maka amoxicillin dapat diteruskan. Namun pasien AR mendapatkan
antibiotik yang berbeda antara saat di rumah sakit dengan yang dibawa pulang.
Penggunaan asam mefenamat sebagai off label untuk membantu menghentikan
perdarahan. Asam mefenamat merupakan salah satu dari NSAID yang paling banyak digunakan
untuk mengatasi Heavy Menstrual Bleeding yang dapat mengurangi perdarahan 25-50%. Hal ini
terjadi karena memiliki mekanisme menghambat cyclooxygenase. Cyclooxygenase sendiri
merupakan enzim yang mengkatalis asam arakidonat menjadi prostaglandin dan tromboksan.
Selain itu asam mefenamat juga memiliki efek analgetik untuk mengurangi nyeri walauapun
terdapat efek samping dari asam mefenamat berupa gangguan pada gasto intestinal (Livshits &
Seidman, 2010; Maybin & Critchley, 2016). Pasien AR tidak memiliki riwayat penyakit gangguan
gastro intestinal. Sehingga penggunaan asam mefenamat tidak memiliki pengaruh pada kondisi
lambungnya.
Penggunaan vitamin sangat penting bagi ibu pasca melahirkan untuk menunjang
pemulihan kondisi. Vitamin A diberikan langsung kepada ibu setelah melahirkan dan 24 jam
setelahnya. Penggunaan vitamin A dengan dosis 200/U selama 60 hari cukup untuk meningkatkan
kandungan vitamin A di ASI guna mencegah kebutaan atau gangguan pengelihatan pada anak.
Selain itu pemberian vitamin A untuk mempercepat pemulihan pasien pasca melahirkan dan
mencegah infeksi pada pasien nifas (Depkes, 2009). Pasien AR diberi vitamin A sesaat setelah
melahirkan dan diresepkan juga pada saat pulang sehingga tidak ada masalah pada pemberian
vitamin ini.

BAB V
REKOMENDASI
Dari hasil pemantaun terapi obat ini direkomendasikan untuk memantau penggunaan
antibiotik pada pasien. Penggantian antibiotik disarankan masih dalam satu golongan kecuali
pasien memiliki riwayat alergi pada suatu golongan antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Edisi Pertama, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonym, 2015, The Management Of Third And Fourth Degree Perineal Tears. Rcog Green-Top
Guideling No 29: 1-19.
Azubuike Dkk, 2015, Comparison Of 25 And 50 Microgram Of Misoprostol For Induction Of
Labour In Nulliparous Women With Postdate Pregnancy In Port Harcourt, Nigerian Journal
Of Clinical Practice. Vol 18: 263-267.
Chhabra S Dkk, 2007, Postdate Pregnancies: Management Options, J Obstet Gynecol India Vol.
57, No. 4 : 307-310
Depkes, 2006, Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui, Direktorat Bina
Farmasi Komunitas Dan Klinik, Jakarta.
Depkes, 2009, Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A, Direktorat Bina Gizi Masyarakat,
Jakarta.
Leduc D Dkk, 2013 ,Induction Of Labour, Sogc Clinical Practice Guideline.
Livshits & Seidman, 2010, Role Of Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs In Gynecology,
Pharmaceuticals (3):2082-2089
Maybin & Critchley, 2016, Medical Management Of Heavy Menstrual Bleeding, Womens Health
12(1): 27–34
Shafiq Dkk, 2014, Comparison Of Misoprostol With Dinoprostone For Induction Of Labor In
Postdated Pregnancy, Journal Of Surgery Pakistan 19 : 1-5.
Shakya M & Duan T, 2016, Induction Of Labor And Its Effect On Primary Cesarean Delivery: A
Review, Biomedical Letters, Volume 2: 8-13
Sumiyati & Hartiningsih Y, 2016, Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny”K” Giii P2101
Dengan Post Date Di Poli Obgyne Rsud Dr. Soegiri Lamongan Tahun 2015, Universitas
Islam Lamongan, Lamongan
Weeks Ad Dkk, 2017, Simplifying Oral Misoprostol Protocols For The Induction Of Labour, Bjog
An International Journal Of Obstetrics And Gynaecology: 1642-1645.

Anda mungkin juga menyukai