Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN

KREDENSIAL STAF MEDIS


RS. BAPTIS BATU TAHUN 2014

RS. BAPTIS BATU


JL RAYA TLEKUNG NO 1
JUNREJO – BATU
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................... ii
Lembar Pengesahan .............................................................................................. iii
BAB I. DEFINISI ................................................................................................. 1
BAB II. RUANG LINGKUP................................................................................ 2
2.1. Latar Belakang............................................................................................... 2
2.2. Tujuan............................................................................................................ 3
2.2.1. Tujuan Umum............................................................................................. 3
2.2.2. Tujuan Khusus ............................................................................................ 3
2.3. Konsep Dasar Kredensial Dokter Di Rumah Sakit ....................................... 3
2.4. Peranan Komite Medis Dan Statuta Staf Medis (Medical Staf ByLaws
Dalam Mekanisme Kredensial....................................................................... 5
BAB III. TATA LAKSANA ................................................................................ 8
3.1. Tahap Pertama : Permohonan Untuk Memperoleh Kewenangan Klinis....... 8
3.2. Tahap Kedua : Kajian Mitra Bestari.............................................................. 8
3.3. Tahap Ketiga : Penerbitan Surat Penugasan.................................................. 9
BAB IV. DOKUMEN .......................................................................................... 12

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RS. BAPTIS BATU

NAMA KETERANGAN TANDA TANGAN TANGGAL

Dr. Eva Nirmala,Sp.PK. Pembuat Dokumen

Dr. Imanuel Eka Tantaputra Authorized Person

Dr. Arhwinda PA,Sp.KFR.,MARS. Direktur RS. Baptis Batu


BAB I
DEFINIS
I

1. Brevet : pengakuan tentang keahlian seorang dokter oleh kolegium suatu cabang
ilmu kedokteran tertentu
2. Proses Keredensial (Credentialing): proses evaluasi suatu rumah sakit
terhadap seorang untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi
kewenangan klinis (kewenagan klinis(clinical privilege))menjalankan tindakan
medis tertentu dalam lingkungan rumah sakit tersebut untuk suatu periode
tertentu.
3. Proses Re-Kredensial (Re-Credentialing) : proses re-evaluasi oleh rumah sakit
terhadap dokter yang telah bekerja dan memiliki kewenangan klinis
(kewenangan klinis(clinical privilege)) di rumah sakit tersebut untuk
menentukan apakah yang bersangkutan masih layak diberi kewenangan klinis
tersebut untuk suatu periode tertentu
4. Kewenangan klinis (clinical privilege) : kewenangan klinis untukmelakukan
tindakan medis tertentu dalam lingkungan sebuat rumah sakit tertentu
berdasarkan penugasan yang diberikan Kepla Rumah Sakit
5. Surat Penugasan (clinical Appointment) : surat yang diterbitkan oleh Kepala
Rumah Sakit kepada seorang dokter atau dokter gigi untuk melakukan tindakan
medis di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang
ditetapkan baginya
6. Duty of Due Care :kewajiban untuk memperhatikan dan peduli akan
keselamatan pihak lain
7. Mitra Bestari (Peer-Group) : sekelompok orang dengan reputasi tinggi yang
memiliki kesamaan profesi, spesialisasi dengan seorang dokter yang sedang
menjalani proses kredensial, dan atau dianggap dapat menilai kompetensi untuk
melakukan tindakan medis tertentu
8. Tenaga Medis : dokter dan dokter gigi termasuk dokter spesialis dan dokter gigi
spesialis

1
BAB II
RUANG LINGKUP

2.1. Latar Belakang.


Undang undang tentang rumah sakit yang baru ditetapkan menurut rumah sakit
untuk melindungi keselamatan pasien, antara lain dengan melaksanakan clinical
governance bagi para klinisnya1. Setiap dokter di rumah sakit harus bekerja dalam
koridor kewenangan klinis (clinical privilege) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit.
Walaupun frekuensi kecelakanan yang berkaitan dengan medis dokter di rumah
sakit belum diketahui dengan pasti jumlahnya di Indonesia, namun diduga jumlah
tersebut tidak kecil. Jumlah klaim terhadap tindakan medis dokter yang mengakibatkan
ganti rugi di JABOTABEK selama tahun 2007 tercatat 37 kasus, dan pada bulan
Januari 2008mencapai 12 kasus2.
Salah satu faktor krusial dalam keselamatan pasien adalah kewenangan dokter
untuk melakukan tindakan medis yang saat ini tidak dikendalikan dengan adekuat oleh
komite medis rumah sakit. Dalam hal seorang dokter kurang kompeten dalam
melakukan tindakan medis tertentu karena sebab apapun, 3belum ada mekanisme yang
mencegah dokter untuk melakukan tindakan medis tindakan medis tersebut di rumah
sakit. Pada gilirannya kondisi ini dapat menimbulkan kecelakaan pada pasien.
Demi menjaga keselamatan pasien dari tindakan medis yang dilakukan oleh
dokter yang kurang kompeten rumah sakit perlu mengambil langkah langkah
pengamanan dengan cara pemberian kewenangan klinis melalui mekanisme kredensial
yang dilaksanakan oleh komite medis. Beberapa pihak yang terkait dengan upaya ini
adalah Kolegium Kedokteran Indonesia dan komite medis rumah sakit.Kolegium
Kedokteran Indonesia dapat menjadi acuan untuk menentukan lingkup dan jenis – jenis
kewenangan klinis bagi setiap cabang ilmu kedokteran. Komite medis akan menentukan
jenis – jenis kewenangan klinis bagi setiap dokter yang bekerja di rumah sakit
berdasarkan kompetensinya melalui mekanisme kredensial. Dengan terkendalinya
tindakan medis disetiap rumah sakit maka pasien lebih terlindungi dari tindakan medis
yang dilakukan oleh dokter yang tdak kompeten.
Pedoman ini disusun oleh Tim penyusun Pedoman Mekanisme Kredensial
Dokter di Rumah Sakit berdasarkan SK Pengurus Pusat PERSI No.
41/SK/PP.PERSI/II/2008 dengan mengacu pada kelaziman praktik perumah sakitan
yang baik di negara maju, antara lain JCAHO 4. Pedoman ini dimaksudkan agar menjadi
panduan bagi rumah sakit di Indonesia untuk melakukan kredensial para tenaga medis
dengan baik, benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

2.2. TUJUAN
2.2.1. Tujuan Umum :
Pedoman ini diterbitkan dengan tujuan utama untuk melindungi keselamatan
pasien melalui mekanisme kredensial dokter di rumah sakit
2.2.2. Tujuan Khusus :
a. Memberikan panduan mekanisme kredensial dan re-kredensial bagi para
dokter di rumah sakit
b. Memberikan panduan bagi komite medis untuk menyusun jenis – jenis
kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiap dokter yang melakukan
tindakan medis di rumah sakit sesuai dengan cabang ilmu kedokteran
yang ditetapkan oleh Kolegium Kedokteran Indonesia.
c. Memberikan panduan bagi kepala rumah sakit untuk menerbitkan
kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiap dokter untuk
melakukan tindakan medis di rumah sakit.
d. Meningkatan profesionalisme dan akuntabilitas tenaga medis di rumah
sakit.
e. Meningkatkan reputasi dan kredibilitas para dokter dan institusi rumah
sakit dihadapan pasien, penyandang dana, dan stake holder rumah sakit
lainnya.

2.3. KONSEP DASAR KREDENSIAL DOKTER DI RUMAH SAKIT.


Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya
untuk menjaga keselamatan pasiennya adalah dengan menjaga standar profesi dan
kompetensi para dokter yang melakukan tindakan medis terhadap pasien di rumah
sakit.Upaya ini dilakukan kompeten. Persyaratan dengan cara mengatur agar setiap
tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien hanya dilakukan oleh tenaga medis
yang benar – benar kompeten. Persyaratan kompetensi ini meliputi dua komponen (1)
komponen kompetensi keprofesian medis yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan
dan perilaku professional ; dan (2) komponen kesehatan yang meliputi kesehatan fisik
dan mental.
Walaupun seoarang dokter talah mendapatkan brevet spesialisasi dari kolegium
ilmu kedokteran yang bersangkutan, namun rumah sakit wajib melakukan verifikasi
kembali kompetensi seseorang untuk melakukan tindakan medis dalam lingkup
spesialisasi tersebut, hal ini dikenal dengan istilah credentialing. Proses credentialing
ini dilakukan dengan dua alas an utama.Alasan pertama, banyak faktor yang
mempengaruhi kompetensi setelah seseorang mendapatkan brevet spesialisasi dari
kolegium.Perkembangan ilmu dibidang kedokteran untuk suatu tindakan medis tertentu
sangat pesat, sehingga kompetensi yang diperoleh saat menerima brevet bisa
kedaluwarsa, bahkan dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak aman bagi pasien.
Selain itu, lingkup suatu cabang ilmu kedokteran tertentu senantiasa berkembang dari
waktu kewaktu sehingga suatu tindakan yang semula tidak diajarkan pada penerima
brevet pada periode tertentu dapat saja belakangan diajarkan pada lingkup kompetensi
yang berbeda beda. Alasan kedua, kesehatan seseorang dapatsaja menurun akibat
penyakit tertentu atau bertambahnya usia sehingga mengurangi keamanan tindakan
medis yang dilakukan. Kompetensi fisik dan mental dinilai melalui uji kelaikan
kesehatan baik fisik maupun mental.Tindakan verifikasi kompetensi profesi medis
tersebut oleh rumah sakit disebut sebagai mekanisme credentialing, dan hal ini
dilakukan demi keselamatan pasien. Tindakan verifikasi kompetensi ini juga dilakukan
pada profesi lain untuk keamanan kliennya. Misalnya kompetensi profesi penerbang
(pilot) yang senantiasa diperiksa secara teratur dalam periode tertentu oleh perusahaan
penerbangan.
Setelah seorang dokter dinyatakan kompeten melalui suatu proses kredensial,
rumah sakit menerbitkan suatu ijin bagi yang bersangkutan untuk melakukan
serangkaian tindakan – tindakan medis tertentu di rumah sakit tersebut, hal ini dikenal
sebagai kewenangan klinis (clinical privilege). Tanpa adanya kewenangan klinis
(clinical privilege) tersebut seorang dokter tidak diperkenankan untuk melakukan
tindakan medis dirumah sakit tersebut. Luasnya lingkup kewenangan klinis (clinical
privilege) seseorang dokter spesialis dapat saja berbeda dengan koleganya dalam
spesialisasi yang sama, tergantung pada ketetapan komite medis tentang kompetensi
untuk melakukan tiap tindakan medis oleh yang bersangkutan berdasarkan hasil
kredensial. Dalam hal tindakan medis seorang dokter membahayakan pasien maka
kewenangan klinis (clinical privilege) seorang dokter dapat saja dicabut sehingga tidak
diperkenankan untuk melakukan tindakan medis tertentu dilingkungan rumah sakit
tertentu.pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut dilakukan melalui
prosedur tertentu yang melibatkan komite medis.
Kewajiban rumah sakit untuk menetapkan kewenangan klinis (clinical privilege)
tersebut telah diatur dengan tegas dalam Undang – Undang tentang Rumah Sakit.
Dalam Undang – undang rumah sakit pasal 29 ayat (1) butir r telah ditetapkan bahwa
setiap rumah sakit wajib menyusun dan melaksanakan hospital bylaws, yang dalam
penjelasan undang – undang tersebut ditetapkan bahwa setiap rumah sakit wajib
melaksanakan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance). Hal ini harus
dirumuskan oleh setiap rumah sakit dalam peraturan staf medis Rumah Sakit (medical
staff bylaw) antara lain diatur diatur kewenangan klinis (clinical privilege).
Kelemahan rumah sakit dalam menjalankan fungsi kredensial akan
menimbulkan tanggungjawab hukum bagi rumah sakit dalam hal terjadi kecelakaan
tindakan medis. Setiap rumah sakit wajib melindungi pasiennya dari segala tindakan
medis yang dilakukan oleh setiap dokter di rumah sakit tersebut, hal ini dikenal sebagai
the duty of due care.Tanggungjawab rumah sakit tersebut berlaku tidak hanya terhadap
tindakan yang dilakukan oleh dokter pegawai rumah sakit saja, tetapi juga setiap dokter
yang bukan berstatus pegawai (dokter tamu).Rumah sakit wajib mengetahui dan
menjaga keamanan setiap tindakan medis yang dilakukan dalam lingkungannya demi
keselamatan semua pasien yang dilayaninya sebagai bagian dari the duty of due care.

2.4. PERANAN KOMITE MEDIS DAN STATUTA STAF MEDIS (MEDICAL


STAFF BYLAWS) DALAM MEKANISME KREDENSIAL.
Komite medis memiliki peran sentral dalam mekanisme kredensial para dokter
karena tugas utamanya menjaga profesionalisme tenaga medis dan melindungi pasien
rumah sakit untuk hal hal yang berkaitan dengan tindakan medis.Disebuah rumah sakit,
komite medis dianalogkan dengan konsil kedokteran atau “medical board” suatu
negarauntuk melindungi masyarakat dari tenaga medis yang tidak kompeten. Tiga tugas
utama komite medis adalah (1) menepis tenaga medis yanga akan diperbolehkan
malakukan tindakan medis dirumah sakit tersebut; (2) memelihara kompetensi dan
memantau kualitas kinerja profesi tenaga medis, dan (3) merekomendasikan untuk
melarang tenaga medis yang dianggap tidak aman bagi pasien untuk tidak melakukan
tindakan medis tertentu di rumah sakit tersebut. Olrh karenanya,struktur komite medis
paling sedikit mencakup tiga komponen fungsi diatas, yaitu subkomite kredensial,
subkomite mutu profesi medis, dan subkomite disiplin profesi.
Mekanisme kredensial dan re-kredensial di rumah sakit adalah tanggungjawab
komite medis yang dilaksanakan oleh subkomite kredensial. Pada akhir proses
kredential, komite medis menerbitkan rekomendasi kepada kepala rumah sakit tentang
lingkup kewenangan klinis seorang tenaga medis secara rinci (delineation of clinical
privilege). Untuk itu sub komite kredensial melakukan serangkaian kegiatan berupa
pemanggilan calon, menyusun mitra bestari, dan melakukan penilaian kompetensi
seorang tenaga medis yang meminta kewenangan klinis tertentu. Selain itu subkomite
kredensial juga menyiapkan berbagai intrumen kredensial dan pemberian kewenangan
klinis untuk disahkan kepala rumah sakit. Instrument tersebut paling sedikit meliputi :
(1) perangkat kebijakan rumah sakit tentang kredensial dan kewenangan klinis, (2)
boring – boring (formulir) yang diperlukan, dan (3) pedoman penilaian kompetensi
klinis yang diperlukan untuk memberikan kewenangan klinis tertentu oleh mitra bestrai.
Tugas, fungsi dan wewenang komite medis dalam melaksanakan kredensial diatur
dalam statute medis (medical staff bylaws).
Statutastaf medis adalah landasan utama untuk melakukan kredensial dan re-
kredensial para dokter di sebuah rumah sakit. Disebuah rumah sakit statuta staf medis
dianalogkan dengan undang – undang praktik kedokteran (medical practice act) suatu
Negara yang mengatur keberadaan konsil kedokteran dan perangkatnya. Statute staf
medis ini ditetapkan oleh kepala rumah sakit (untuk rumah sakit pemerintah) atau badan
pengampu (governing board) rumah sakit (untuk rumah sakit non-pemerintah).5 Secara
umum, statute staf nedis mengatur keberadaan dan mekanisme kerja komite
medis.Pelaksanaan kredensial merupakan salah satu hal penting yang diatur dalam
statute staf medis.
Dalam statute staf medis ini diatur mekanisme pemberian kewenangan klinis
tremasuk syarat yang harus dipenuhi oleh seorang tenaga medis untuk memperoleh
kewenangan klinis tersebut. Selain itu, diatur pula tata cara penetuan mitra bestari untuk
melakukan proses kredensial dan tata cara pengambilan putusan dalam menentukan
kewenangan klinis seorang tenaga medis. Statute staf medis digunakan sebagai
pedoman, norma dan acuan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang timbul
sebelum, selama dan sesudah proses kredensial dan re-kredensial dilakukan.
BAB III
TATA LAKSANA

Proses utama kredensial ditujukan untuk mengendalikan kewenangan


melakukan tindakan medis yang terinci (delination clinical privilege) bagi setiap dokter
yang bertumpu pada tiga tahap. Pertama, praktisi medis melakukan permohonan untuk
memperoleh kewenangan klinis dengan metode self assessment.Kedua, mitra bestari
mengkaji dan memberikan rekomendasi tindakan medis yang diajukan oleh pemohon.
Ketiga, kepala rumah sakit menerbitkan surat penugasan (clinical appointment)
berdasarkan rekomendasi dari mitra bestari yang berlaku untuk periode tertentu. Secara
perodik, dokter akan melalui proses rekredensial saat masa berlaku surat penugasannya
berakhir, dimana tiga proses inti tersebut akan berulang.

3.1. Tahap Pertama : Permohonan Untuk Memperoleh Kewenangan Klinis.


Setiap tenaga medis mengajukan permohonan kepada kepala rumah sakit untuk
melakukan tindakan medis. Tenaga medis tersebut mengisi beberapa formulir yang
disediakan rumah sakit, antara lain daftar tindakan medis yang ingin dilakukannya
sesuai dengan bidang keahliannya. Tenaga medis tersebut memilih tindakan medis yang
tertera dalam formulir daftar tindakan medis tersebut dengan cara mencontreng dan
menyerahkan copy semua dokumen yang dipersyaratkan kepada rumah sakit. Syarat –
syarat tersebut meliputi juga kesehatan fisik dan mental untuk melakukan tindakan
medis tertentu.Setelah formulir lengkap rumah sakit menyerahkan kepada komite medis
untuk ditindak lanjuti.

3.2. Tahap Kedua : Kajian Mitra Bestari.


Komite medis menugaskan subkomite kredensial untuk memprosespermohonan
tersebut. Subkomite kredensial menyiapkan mitra bestari yang berjumlah sekitar 4
hingga 6 orang sesuai dengan bidang keahliannya yang akan dinilai. Mitra bestari
tersebut tidak harus anggota subkomite kredensial, bahkan dapat berasal dari luar rumah
sakit bila diperlukan.Para mitra bestari yang bertugas tersebutd dapat terdiri dari
beberapa bidang spesialisasi sesuai dengan kewenangan klinis yang diminta.Misalnya,
bila seorang dokter mengajukan permohonan untuk melkaukan tindakan tiroidektomi,
maka mitra bestari yang dipilih dapat terdiri dari para spesialis bedah umum, bedah
tumor, dan spesialis THT-KL.Dengan demikian kelompok mitra bestari tersebut dapat
berbeda untuk setiap tenaga medis yang mengajukan permohonan kewenangan klinis.
Mitra bestari mengkaji setiap tindakan medis yang diajukan oelh
pemohon.Pengkajian setiap tindakan medis yang diajukan oleh pemohon tersebut
dilakukan secara obyektif didasarkan pada suatu buku putih (white paper).Sebuah buku
putih untuk tindakan medis tertentu yang memuat syarat-syarat kapan seorang dokter
dianggap kompeten melakukan tindakan medis tersebut.Misalnya, dalam buku putih
untuk melakukan tiroidektomi, seorang dokter harus menjalani pendidikan bedah
dsar.Pelatihan – pelatihan tertentu dan telah menangani sejumlah kasus tertentu dalam
kurun waktu tertentu.Berdasarkan buku putih (white paper) tersebut mitra bestari dapat
merekomendasi atau menolak permohonan tindakan medis yang diajukan.
Selain melalui kompetensi, mitra bestari juga menilai kemampuan pemohon
bedasarkan kesehatan fisik dan mental untuk setiap tindakan medis yang
diajukan.Rumah sakit mempersiapkan sarana dan prasarana dan panel dokter untuk
melakukan uji kesehatan fisik dan mental tersebut.
Pada akhir proses kredensial, mitra bestari merekomendasikan sekelompok
tindakan medis tertentu yang boleh dilakukan oleh pemohon di rumah sakit tersebut.
Selanjutnya komite medis mengkaji kembali rekomendasi tersebut dan mengadakan
beberapa modifikasi bila diperlukan dan selanjutnya diserahkan kepada kepala rumah
sakit.

3.3. Tahap Ketiga : Penerbitan Surat Penugasan.


Kepala rumah sakit menerbitkan surat penugasan kepada tenaga medis pemohon
berdasarkan rekomendasi tesebut. Kepala rumah sakit dapat saja meminta komite medis
untuk mengkaji ulang rekomendasi tersebut bersama pihak manajemen rumah sakit bila
dianggap perlu.Surat penugasan tersebut memuat daftar sejumlah kewenangan klinis
untuk melakukan tindakan medis yang bagi tenaga medis pemohon. Setiap tenaga medis
dalam satu bidang spesialisasi tertentu dapat saja memiliki daftar kewenangan klinis
yang berbeda dengan sejawatnya dengan bidang spesialisasi yang sama. Suatu tindakan
medis tertentu di rumah sakit hanya boleh dilakukan oleh dokter yang telah memiliki
surat kewenangan klinis berdasarkan surat penugasan.
Daftar kewenangan klinis seorang tenaga medis dapat dimodifikasi setiap
saat.Seorang tenaga medis dapat saja mengajukan tambahan kewenangan klinis yang
tidak dimiliki sebelumnya dengan mengajukan permohonan kepada kepala rumah sakit.
Selanjutnya komite medis akan melakukan proses kredensial khusus untuk tindakan
tersebut, dan akan memberikan rekomendasinya kepada kepala rumah sakit. Namun
sebaliknya, kewenangan klinis tertentu dapat saja dicabut, baik untuk sementara atau
seterusnya karena alas an tertentu seperti akan diuraikan pada bab berakhirnya
kewenangan klinis.
Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan (clinical appointment)
habis masa berlakunya atau dicabut oleh kepala rumah sakit. Surat penugasan untuk
setiap tenaga medis memiliki masa berlaku untuk periode tertentu, misalnya dua
tahun.Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah sakit harus
melakukan rekredensial ini lebih sederhana dibandingkan dengan proses kredensial
awal sebagaimana diuraikan diatas karena rumah sakit telah memiliki informasi setiap
dokter yang melakukan tindakan medis dirumah sakit tersebut. Penerbitan ulang surat
penugasan (reappointment).
Surat penugasan dapat berakhir setiap saat bila tenaga medis tersebut dinyatakan
tidak kompeten untuk melakukan tindakan medis tertentu. Walaupun seorang tenaga
medis pada awalnya telah memperoleh kewenangan klinis untuk melakukan tindakan
meis tertentu, namun kewenangan itu dapat dicabut oleh rumah sakit berdasarkan
pertimbangan komite medis. Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu
tersebut didasarkan pada kinerja profesi dilapangan, misalnya tenaga medis yang
bersangkutan terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental.Selain itu, pencabutan
kewenangan klinis juga dapat dilakukan bila terjadi kecelakaan medis yang diduga
karena inkompetensi atau karena tindakan disiplin dari komite medis.
Namun demikian, kewenangan klinis yang dicabut tersebut dapat diberikan
kembali bila tenaga medis tersebut dianggap telah pulih kompetensinya.Dalam hal
kewenangan klinis tertentu eorang tenaga medis diakhiri, komite medis akan meminta
subkomite peningkatan mutu profesi untuk melakukan berbagai upaya pembinaan agar
merekomendasikan kepada kepala rumah sakit pemberian kembali kewenangan klinis
tertentu setelah melalui proses pembinaan.
Pada dasarnya kredensial tetap ditujukan untuk menjaga keselamatan pasien,
sambil tetap membina kompetensi seluruh tenaga medis di rumah sakit. Dengan
demikian jelaslah bahwa komite medis dan statute staf medis memegang peranan
penting dalam proses kredensial dan pemberian kewenangan klinis untuk setiap tenaga
medis.
BAB IV
DOKUMENTASI

Semua proses kredensial dan rekredensial harus tercatat dan di simpan dalam
file masing-masing tenaga medis.

Anda mungkin juga menyukai