Anda di halaman 1dari 9

Ratna Dwi Wulandari : Pengaruh Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas terhadap Kepuasan Pasien

Pengaruh Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas terhadap Kepuasan Pasien

The Influence of Primary Health Care Accreditation on Patient Satisfaction


Ratna Dwi Wulandari1*, Ilham Akhsanu Ridho1, S. Supriyanto1, M. Bagus Qomarrudin2,
Nyoman Anita Damayanti1, Agung Dwi Laksono3, Alida Nella Fedelina Rassa4
1
Departemen AKK Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
2
Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
3
Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Kesehatan RI
4
Program studi S2 AKK–Fakultas kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
(*ratna-d-w@fkm.unair.ac.id)

ABSTRAK
Sejak diberlakukannya kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), seluruh puskesmas di Indonesia
wajib mengikuti akreditasi. Melalui akreditasi, diharapkan kualitas pelayanan puskesmas semakin meningkat,
salah satu diantaranya dapat dilihat dari peningkatan kepuasan pasien. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
pengaruh akreditasi terhadap kepuasan pasien. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancang
bangun cross-sectional, yang dilakukan kepada 90 pasien puskesmas yang pernah berkunjung ke puskesmas
sebelum dan sesudah akreditasi. Sampel diambil secara accidental sampai memenuhi kuota yang ditetapkan untuk
tiap puskesmas. Uji Paired-Sample T Test dilakukan untuk melihat signifikansi perbedaan skor kepuasan sebelum
dengan sesudah akreditasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan skor kepuasan yang signifkan antara
sebelum dengan sesudah akreditasi untuk dimensi mutu responsiveness, credibility, competence, communication,
security, access, courtesy, understanding customer dan tangibles. Dimensi reliability tidak ditemukan perbedaan
yang signifikan. Sedangkan khusus untuk dimensi understanding cutomer terjadi penurunan skor kepuasan sesudah
akreditasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akreditasi berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Oleh
karena itu, penting bagi puskesmas memperbaiki sistem pelayanannya terutama terkait dengan pemenuhan janji
layanan yang telah ditetapkan sebagai sasaran mutu. Penyebaran informasi kepada masyarakat harus ditingkatkan,
agar masyarakat menjadi mengetahui adanya akreditasi yang dijalankan oleh puskesmas.
Kata kunci : Akreditasi, kepuasan, mutu, pasien, puskesmas

ABSTRACT
Since the enactment of the National Health Insurance (JKN) policy, all Primary Health Care in Indonesia
must follow accreditation. Through accreditation, it is expected that the quality of Primary Health Care services
will increase, one of which can be seen from the increase in patient satisfaction. This study was conducted to
analyze the effect of accreditation on patient satisfaction. The study was conducted on 90 Primary Health Care
patients who had visited the Primary Health Care before and after accreditation. Data retrieval has been done
crossectionally. The paired-sample T test was conducted to see the significance of differences in satisfaction
scores before and after accreditation. The results showed that there were significant differences in satisfaction
scores between before and after accreditation for the dimensions of responsiveness, credibility, competence,
communication, security, access, courtesy, understanding customer and tangibles. In the reliability dimension
no significant differences were found. While specifically for the cutomer understanding dimension there was a
decrease in satisfaction scores after accreditation. Therefore, it is important for Primary Health Care to improve
their service systems, especially related to fulfilling service promises that have been set as quality objectives.
Dissemination of information to the public must be improved, so that the public becomes aware of the existence of
programs run by the Primary Health Care, such as accreditation.
Keywords : Accreditation, satisfaction, quality, patient, primary health care

Copyright © 2019 by author. This is an open access article under the CC BY-NC-SA license
(https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/).
DOI : http://dx.doi.org/10.30597/mkmi.v15i3.6195

228
JURNAL MKMI, Vol. 15 No. 3, September 2019

PENDAHULUAN Devkaran dan Farrell menemukan bahwa meski-


Kualitas dapat diartikan sebagai tingkat pun akreditasi dilakukan dengan tujuan untuk
kepatuhan terhadap standar yang telah ditentu- meningkatkan kualitas organisasi pelayanan kese-
kan berdasarkan pengetahuan dan praktik yang hatan, tetapi peningkatan ini tidak mampu diper-
dijalankan.1 Pentingnya kualitas dalam pelayanan tahankan selama siklus akreditasi 3 tahun.7 Jika
kesehatan telah lama disadari oleh para pakar dan tidak dikelola dengan baik, penerapan akreditasi
praktisi kesehatan dunia. WHO sebagai badan kese- puskesmas di Indonesia juga akan mengalami ke-
hatan dunia mengatakan bahwa sampai kapanpun gagalan yang sama. Jika hal ini yang terjadi, maka
kualitas dalam pelayanan kesehatan akan tetap re- salah satu manfaat akreditasi yaitu meningkatkan
levan untuk dibahas, baik di negara maju maupun kepuasan pasien, akan sulit dicapai. Penelitian ter-
negara berkembang.2 dahulu oleh Yousefinezhadi et. al, pada tahun 2017
Upaya peningkatan kualitas salah satunya di Rumah Sakit Iran menemukan bahwa meskipun
dapat dilakukan melalui penerapan akreditasi, yai- rumah sakit mencapai nilai tinggi, tetapi masih
tu mekanisme penilaian eksternal yang digunakan memiliki masalah dengan kualitas dan keamanan
untuk mengukut standar perbaikan mutu dalam dan pasien tidak puas dengan mereka.8 Hal ini
pelayanan kesehatan.3 Proses akreditasi merupa- menunjukkan bahwa beberapa organisasi me-
kan sebuah proses Quality Assurance yang ber- ngalami kegagalan dalam meningkatkan kepuasan
kaitan dengan aktivitas perbaikan mutu pelayanan pasien meskipun telah melakukan beberapa peru-
kesehatan.4 Bagi industri pelayanan kesehatan bahan dalam sistem layanannya.
di Indonesia, sebenarnya implementasi standar Kondisi yang sama juga ditemui di puskes-
mutu bukan merupakan hal baru. Terhitung mulai mas di Kota Surabaya. Sejak tahun 2015, secara
tanggal 1 Januari 2014 pemerintah telah mem- bertahap Dinas Kesehatan Kota Surabaya mem-
berlakukan sistem Jaminan Kesehatan Nasional program beberapa puskesmasnya untuk mengikuti
(JKN) sebagai salah satu bentuk Sistem Jaminan akreditasi. Sampai dengan akhir tahun 2017 sudah
Sosial Nasional. Sistem Jaminan Sosial Nasional 46% puskesmas di Surabaya yang telah terakre-
ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi ditasi. Tetapi dari laporan survei Indeks Kepuasan
Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) Masyarakat diperoleh informasi bahwa kepuasan
berdasarkan Undang - Undang No. 40 Tahun 2004 masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Sura-
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Peraturan baya di tahun 2017 mengalami penurunan diban-
Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013 menyebut- dingkan tahun 2016. Terjadi penurunan Indeks
kan bahwa Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kepuasan dari 75.90 menjadi 71.76 atau menurun
Kesehatan Nasional bahkan disebutkan bahwa sebesar 4.14 poin, dari skor maksimal 100. Pada-
selain harus memenuhi berbagai persyaratan agar hal seiring dengan pertambahan tahun diharapkan
bisa bekerja sama dengan BPJS, fasilitas kese- kepuasan masyarakat terhadap pelayanan keseha-
hatan tingkat pertama juga harus telah terakredi- tan di Kota Surabaya dapat lebih ditingkatkan.
tasi. Belajar dari beberapa temuan penelitian ter-
Pelaksanaan akreditasi membawa banyak dahulu itulah, dirasakan penting untuk melakukan
perubahan di puskesmas. Perubahan organisasi pengukuran dampak akreditasi puskesmas terha-
bukanlah proses yang mudah karena anggota dap kepuasan pasien dan faktor yang mempe-
organisasi sudah terbiasa dengan kenyamanan da- ngaruhinya. Oleh karena iu penelitian ini dilakukan
lam sistem kerja turun temurun. Proses perubahan dengan tujuan menganalisis pengaruh pelaksanaan
dapat membawa dampak psikologis dan emosi akreditasi puskesmas terhadap kepuasan pasien.
karyawan yang akan mempengaruhi proses pe- Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
rubahan organisasi.4 Perubahan organisasi dapat informasi mengenai aspek yang perlu diwaspadai
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor inter- karena rentan akan memunculkan ketidak puasan
nal maupun eksternal.5 Elemen internal organisasi masyarakat.
yang berpengaruh diantaranya manajemen dan
budaya organisasi.6 BAHAN DAN METODE
Penelitian time series yang dilakukan oleh Penelitian dilakukan di puskesmas Kota

229
Ratna Dwi Wulandari : Pengaruh Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas terhadap Kepuasan Pasien

Surabaya Propinsi Jawa Timur yang dinyatakan memang layak untuk dipercaya karena mereka
telah lolos akreditasi. Penelitian dilakukan pada akan berusaha sebaik mungkin untuk pelanggan-
tahun 2016, yang mana pada awal tahun 2016 nya; h. Security: penilaian tentang adanya risiko
jumlah Puskesmas di Surabaya yang telah lolos yang dapat membahayakan dirinya dari proses
akreditasi adalah 3 Puskesmas. Sehingga pus- pelayanan di puskesmas; i. Understanding cus-
kesmas yang dipilih sebagai lokasi penelitian tomer: upaya yang dilakukan oleh pemberi pe-
adalah total puskesmas yang telah lolos akreditasi layanan untuk memahami kebutuhan pelanggan,
pada saat penelitian berlangsung. Penelitian ini j. Tangibles: kondisi gedung, kebersihan ruang,
merupakan penelitian observasional dengan ran- dan penampilan petugas.
cang bangun cross-sectional. Pengambilan sampel Untuk melihat ada atau tidaknya dampak
puskesmas dilakukan secara total populasi, yaitu akreditasi puskesmas terhadap tingkat kepuasan
puskesmas di Surabaya yang telah lolos akredita- pasien dilakukan uji beda T Sampel berpasangan,
si saat penelitian dilakukan, sedangkan responden sehingga dapat dilakukan perbandingan tingkat
pasien diambil secara accidental sampling. Krite- kepuasan pasien sebelum dan sesudah pelak-
ria inklusi adalah pasien puskesmas yang pernah sanaan akreditasi puskesmas. Disamping itu juga
berkunjung ke puskesmas minimal 2 kali, dengan dilakukan analisis terhadap berbagai dimensi
ketentuan 1 kunjungan saat puskesmas belum ter- mutu yang menurut pasien mengalami perubahan
akreditasi, dan 1 kunjungan saat puskesmas sudah antara kondisi sebelum dengan sesudah pelak-
terakreditasi. Pada pasien anak-anak atau lansia sanaan akreditasi.
yang tidak memungkinkan diajak komunikasi,
responden adalah pendamping pasien yang juga HASIL
harus pernah mendampingi pasien berobat ke Responden dalam penelitian ini sebanyak
puskesmas minimal 2 kali sebelum dan sesudah 90 pasien yang berkunjung ke puskesmas mini-
akreditasi. Besar sampel adalah 90 pasien. Wawan- mal 2 kali sebelum dan sesudah puskesmas terak-
cara dilakukan kepada pasien yang memenuhi kri-
teria tersebut dengan alat bantu kuesioner. Tabel 1. Karakteristik Responden
Pengukuran kepuasan pasien dalam pene- Karakteristik n (%)
litian ini menggunakan 10 dimensi mutu menurut Umur
Parasuraman et. al, tahun 1985 yaitu terdiri dari re- Remaja akhir (17-25 tahun) 7 (7,8)
liability, responsiveness, credibility, competence, Dewasa awal (26-35 tahun) 20 (22,2)
communication, security, access, courtesy, under- Dewasa akhir (36-45 tahun) 19 (21,1)
Lansia awal (46-55 tahun) 21 (23,2)
standing customer, dan tangibles.9 Adapun indi-
Lansia akhir / manula (>55 tahun) 23 (25,5)
kator yang digunakan untuk mengukur masing- Pendidikan
masing dimensi adalah sebagai berikut: a. Relia- SD/sederajat 20 (22,2)
bility: ketepatan jam buka dan kesesuaian proses SMP/sederajat 17 (18,9)
layanan dengan alur layanan dan persyaratan yang SMA/sederajat 38 (42,2)
ditetapkan; b. Responsiveness: kecepatan petugas Diploma 5 (5,6)
menanggapi keluhan pelanggan dan ketanggapan Sarjana 9 (10,0)
petugas saat pelanggan membutuhkan; c. Com- Magister 1 (1,1)
petence: keterampilan petugas dalam menangani Kepemilikan asuransi
pasien dan keluasan wawasan petugas tentang ma- Umum 32 (35,6)
BPJS PBI 35 (38,9)
salah yang dihadapi pasien; d. Access: kemudahan
BPJS non PBI 20 (22,2)
akses secara fisik, waktu, dan biaya; e. Courtesy: Lain-lain 3 (3,3)
kesopanan, penghargaan, dan keramahan petugas Frekuensi kunjungan
puskesmas dalam proses pelayanan; f. Commu- <10 kali 62 (68,9)
nication: kejelasan dan kelengkapan informasi ≥10 kali 28 (31,1)
yang disampaikan petugas, serta kemudahan Jenis kelamin
dalam memahami bahasa petugas; g. Credibility: Laki-laki 9 (10,0)
kepercayaan pelanggan bahwa petugas Puskesmas Perempuan 81 (90,0)

230
JURNAL MKMI, Vol. 15 No. 3, September 2019

Tabel 2. Penilaian Kepuasan pada Pelayanan Kesehatan Sebelum Akreditasi


Sangat Tidak
Tidak Puas Puas Sangat Puas
Pernyataan Puas Skor*
n % n % n % n %
Reliability 0 0 0 0 4 4,4 86 95,6 3.96
Responsiveness 0 0 14 15,6 73 81,1 3 33,3 2.88
Competence 0 0 1 1,1 8 8,9 81 90,0 3.89
Access 0 0 0 0 4 4,4 86 95,6 3.96
Courtesy 0 0 0 0 7 7,8 83 92,2 3.92
Communication 0 0 1 1,1 6 6,7 83 92,2 3.91
Credibility 0 0 6 6,7 83 92,2 1 1,1 2.94
Security 0 0 7 7,8 79 87,8 4 4,4 2.97
Understanding customer 0 0 0 0 9 10,0 81 90,0 3.90
Tangibles 0 0 0 0 4 4,4 86 95,6 3.96
Mean komposit 3,63
*Ket: 1-1,75: Sangat tidak puas; >1,75-2,5: Tidak puas; >2,5-3,25: Puas; >3,25-4: Sangat Puas
Tabel 3. Penilaian Kepuasan pada Pelayanan Kesehatan Setelah Akreditasi
Sangat Tidak
Tidak Puas Puas Sangat Puas
Pernyataan Puas Skor*
n % n % n % n %
Reliability 0 0 0 0 1 1.1 89 98,9 3.99
Responsiveness 0 0 6 6,7 48 53,3 36 40,0 3.33
Competence 0 0 0 0 0 0 90 100,0 4.00
Access 0 0 0 0 0 0 90 100,0 4.00
Courtesy 0 0 0 0 1 1,1 89 98,1 3.99
Communication 0 0 0 0 0 0 90 100,0 4.00
Credibility 0 0 0 0 74 82,2 16 17,8 3.18
Security 0 0 1 1,1 64 71,1 25 27,8 3.27
Understanding customer 0 0 2 2,2 69 76,7 19 21,1 3.19
Tangibles 0 0 0 0 0 0 90 100,0 4.00
Mean komposit 3,69
*Ket: 1-1,75: Sangat tidak puas; >1,75-2,5: Tidak puas; >2,5-3,25: Puas; >3,25-4: Sangat Puas
reditasi. Karakteristik responden dalam penelitian terkait pengetahuan tentang akreditasi puskesmas.
ini terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pen- Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas respon-
didikan, kepemilikan asuransi dan frekuensi kun- den (84,4%) tidak tahu tentang akreditasi pus-
jungan ke pelayanan kesehatan setelah adanya kesmas. Sedangkan sisanya sebanyak 14 orang
akreditasi. Data karakteristik responden disajikan (15,6%) tahu tentang akreditasi puskesmas. Data
dalam Tabel 1. Berdasarkan hasil penelitian, mayo- ini mengindikasikan bahwa akreditasi puskesmas
ritas responden tergolong dalam umur lansia akh- masih belum diketahui oleh banyak orang. Mengi-
ir/manula yaitu umur >55 tahun (25,5%). Jenis ngat masyarakat tidak paham tentang akreditasi,
kelamin responden paling banyak adalah perem- maka identifikasi kondisi sebelum dan sesudah
puan sejumlah 81 orang (90%). Mayoritas respon- akreditasi yang dilakukan dalam penelitian ini
den memiliki tingkat pendidikan SMA/sederajat menggunakan hitungan tahun pelaksanaan akre-
(42,2%). Kepemilikan asuransi responden mayor- ditasi. Oleh karena puskesmas yang menjadi lo-
itas be- rupa peserta BPJS PBI (38,9%). Setelah kasi penelitian seluruhnya mengikuti penilaian
akreditasi mayoritas responden melakukan kun- akreditasi pada tahun 2015, maka masyarakat di-
jungan ke puskesmas kurang dari 10 kali (68,9%). minta menilai kondisi puskesmas sebelum tahun
Sebelum dilakukan pengukuran tingkat 2015 dan sesudah tahun 2015.
kepuasaan, pasien diwawancarai terlebih dahulu Kepuasan pasien pada penelitian ini di-

231
Ratna Dwi Wulandari : Pengaruh Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas terhadap Kepuasan Pasien

Tabel 4. Hasil Uji Statistik Paired-Sample T Test Tiap Variabel


Skor kepuasan Skor kepuasan
Variabel Sig.
sebelum akreditasi sesudah akreditasi
Reliability 3.96 3.99 0.181
Responsiveness 2.88 3.33 0.000
Competence 3.89 4.00 0.003
Access 3.96 4.00 0.045
Courtesy 3.92 3.99 0.033
Communication 3.91 4.00 0.011
Credibility 2.94 3.18 0.000
Security 2.97 3.27 0.000
Understanding customer 3.90 3.19 0.000
Tangibles 3.96 4.00 0.045

ukur menggunakan kuesioner kepuasan pelayanan Tabel 3 dapat dilihat bahwa mean komposit kepua-
kesehatan dengan 10 dimensi, yaitu reliability, san pasien sesudah akreditasi sebesar 3,69, yang
responsiveness, credibility, competence, commu- artinya responden merasa sangat puas dengan
nication, security, access, courtesy, understan- pelayanan kesehatan di puskesmas sesudah akredi-
ding customer, dan tangibles9, yang selanjutya tasi. Variabel dengan nilai tertinggi adalah tangib-
direstrukturisasi menjadi 5 dimensi reliability, les. Mayoritas responden merasa puas terhadap
emphaty, tangibles, responsiveness, dan assurance variabel tangibles berupa kondisi ruangan dan
Hasil kepuasan pasien terhadap puskesmas sebe- penampilan petugas, sedangkan variabel dengan
lum melakukan akreditasi disajikan dalam Tabel 2. nilai terendah adalah credibility yang berkaitan
Tabel 2 menunjukkan hasil mean komposit dengan kesungguhan dan kemampuan petugas
kepuasan pasien sebelum akreditasi sebesar 3,63. dalam melayani pasien.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden Cara mengetahui perbedaan tingkat kepua-
merasa sangat puas dengan pelayanan kesehatan san pasien sebelum dengan sesudah akredita-
di puskesmas sebelum akreditasi. Variabel dengan si dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara
nilai tertinggi adalah communication, artinya ko- deskriptif dengan membandingkan skor kepuasan
munikasi yang terjadi antara petugas kesehatan sebelum dengan skor kepuasan sesudah akredi-
dan pasien puskesmas sebelum akreditasi sudah tasi, serta melalui uji statistik paired-sample T
sangat baik. Sedangkan variabel dengan nilai te- Test. Berdasarkan hasil perbandingan skor kepua-
rendah adalah responsivenes yang berkaitan san sebelum dengan sesudah akreditasi diperoleh
dengan kecepatan dan ketanggapan petugas kese- ada kesenjangan sebesar 0,07. Artinya, tingkat
hatan dalam melayani pasien. Responsiveness kepuasan pasien setelah akreditasi meningkat se-
memperoleh skor yang rendah karena masih ada besar 0,07 point atau meningkat 7%. Namun, jika
15,6% responden yang merasa kurang merasa dilihat per dimensi kepuasan, masih ada 1 dimen-
puas dengan kecepatan petugas menanggapi kebu- si yang mengalami penurunan kepuasan, yaitu
tuhan pasien. dimensi understanding customer, yaitu menurun
Pengukuran kepuasan responden setelah sebesar 0,71 point atau 7,1%. Dimensi kepuasan
puskesmas terakreditasi dilakukan untuk melihat yang mengalami peningkatan tertinggi adalah
perbedaan kepuasan sebelum dan sesudah akredi- responsiveness.
tasi. Tingkat kepuasan diukur dengan variabel dan Sementara itu dari hasil uji statistik
pertanyaan yang sama dengan sebelum akreditasi. paired-sample T Test diperoleh hasil bahwa semua
Namun, kepuasan yang dirasakan oleh responden dimensi kepuasan nilai signifikansinya <0,05 ke-
dapat berbeda antara sebelum dengan sesudah cuali untuk reliability. Dengan demikian, dapat
akreditasi. Penilaian kepuasan responden terhadap disimpulkan bahwa teerdapat perbedaan tingkat
pelayanan kesehatan pada puskesmas sesudah kepuasan responden antara sebelum dengan sesu-
akreditasi disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan dah puskesmas terakreditasi pada dimensi respon-

232
JURNAL MKMI, Vol. 15 No. 3, September 2019

siveness, competence, access, courtesy, commu- pada kepuasan pasien adalah indikator kualitas
nication, credibility, security, understanding cus- pelayanan kesehatan.13 Di dalam literatur tentang
tomer dan tangible. manajemen mutu disebutkan ada beberapa uku-
Hasil uji T test menunjukkan diantara 10 ran yang bisa menggambarkan kualitas pelayanan
dimensi mutu, hanya dimensi reliability yang kesehatan.11 Dimensi mutu pelayanan kesehatan
memperoleh nilai α>0.05. Hal ini menunjukkan yang banyak disitasi oleh para peneliti adalah 10
bahwa pada seluruh dimensi, kecuali reliabi- dimensi mutu layanan dari Parasuraman yang
lity, terdapat perbedaan tingkat kepuasan antara terdiri dari reliability, responsiveness, credibili-
sebelum akreditasi dengan sesudah akreditasi. Hal ty, competence, communication, security, access,
yang menarik adalah, ternyata ada satu dimensi courtesy, understanding customer, dan Tangibles.9
yang mengalami penurunan skor kepuasan setelah Menurut Yarimoglu9 sekalipun teknik pengukuran
akreditasi, yaitu pada dimensi understanding cus- mutu layanan yang dikembangkan oleh para ahli
tomer, dengan penurunan sebesar 0,71 point. Skor tersebut sudah terbilang cukup lama, tetapi masih
kepuasan sebelum akreditasi sebesar 3,90 yang terbukti efektif untuk digunakan hingga saat ini.
berarti sangat puas, menurun menjadi 3,19 dengan Fatima et. al, dalam studi literaturnya menemukan
kategori puas. Peningkatan skor kepuasan terting- hanya ada sedikit perbedaan dimensi kepuasan pa-
gi ada pada dimensi competence, yang meningkat sien terhadap pelayanan kesehatan antara negara
sebesar 0,11. maju dengan negara berkembang.14 Serqual sam-
pai saat ini masih menjadi metode pengukuran
PEMBAHASAN kepuasan yang paling banyak digunakan oleh para
Akreditasi dilaksanakan sebagai salah satu peneliti. Salah satu contoh, penelitian oleh Respati
upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan sebuah menemukan penilaian terhadap dimensi reliability,
organisasi. Kementerian Kesehatan RI menyebut- assurance, tangible, empathy dan responsiveness
kan akreditasi merupakan salah satu upaya dalam berhubungan dengan puas atau tidaknya pasien.15
menjamin peningkatan mutu pelayanan puskes- Pelaksanaan akreditasi puskesmas di Indo-
mas.10 Melalui pelaksanaan standar akreditasi nesia merupakan hal yang relatif baru. Kebija-
puskesmas, diharapkan memberikan manfaat ti- kan tentang wajib akreditasi puskesmas baru di-
dak hanya bagi kepuasan pasien karena pelayanan tetapkan pada tahun 2014, melalui Peraturan
yang diberikan sesuai standar sehingga aman, teta- Menteri Kesehatan Nomor 71 tahun 2013 tentang
pi juga bagi kepuasan dan keamanan petugas kese- Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan
hatan, karena pelayananan yang diberikan sesuai Nasional Pasal 6 ayat (2). Penelusuran terhadap
aspek legal dan pedoman tindakan medis, tetapi penelitian terdahulu didapatkan informasi umum
juga tetap memperhatikan kebutuhan dan ekspek- yang mengatakan bahwa kepuasan pasien dipe-
tasi masyarakat. Berdasarkan pernyataan tersebut, ngaruhi oleh akreditasi.16 Hasil yang sama diung-
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu kapkan oleh Yewen et. al, yang menemukan ada-
ukuran keberhasilan akreditasi adalah kepuasan nya hubungan antara status akreditasi puskesmas
pasien. dengan tingkat kepuasan pasien di Kota Sorong
Kepuasan pasien memberikan dampak pada Papua Barat.17 Hasil penelitian lainnya mengenai
keputusan pasien untuk menentukan pelayanan keuntungan dilaksanakannya akreditasi adalah
kesehatan yang akan digunakan.11 Kepuasan ada- adanya dokumentasi, adanya standar kualitas,
lah konsep yang dinamis, artinya tingkat kepuasan menguatkan hubungan antara 5 pelayanan kese-
masyarakat terhadap pelayanan puskesmas dari hatan dan stakeholder serta meningatkan kepuasan
waktu ke waktu akan terus mengalami perkem- staff dan pasien.18 Namun, ulasan yang lebih men-
bangan.12 Oleh karena itulah meskipun puskesmas dalam tentang dimensi kepuasan yang dirasakan
telah dinyatakan lolos akreditasi dan telah mene- oleh pasien belum banyak ditemukan.
rapkan standar pelayanan sesuai pedoman akredi- Hasil penelitian ini menemukan bahwa ter-
tasi, tetapi pengukuran kepuasan pasien tetap pen- dapat perbedaan tingkat kepuasan pasien sebelum
ting untuk dilakukan. dengan sesudah akreditasi untuk dimensi respon-
Faktor determinan yang paling bepengaruh siveness, credibility, competence, communication,

233
Ratna Dwi Wulandari : Pengaruh Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas terhadap Kepuasan Pasien

security, access, courtesy, understanding customer mutu pada bab II juga akan berpengaruh positif
dan tangibles. Namun, khusus untuk variabel pada competence dan credibility pegawai puskes-
understanding customer skor setelah akreditasi mas.
justru menurun. Hal ini menunjukkan bahwa pe- Dimensi reliability berkaitan dengan ke-
nerapan standar mutu akreditasi puskesmas ter- mampuan puskesmas memenuhi apa yang telah
bukti mampu meningkatkan ketanggapan petugas, dijanjikan, misalnya ketepatan jam buka dan kese-
kredibilitas, kompetensi, komunikasi, keamanan suaian proses layanan dengan dengan alur yang
pelayanan, keterjangkauan pelayanan, kesopanan, ditetapkan, termasuk didalamnya adalah pemenu-
dan bukti fisik. Namun, khusus untuk variabel re- han standar waktu layanan yang tertera sebagai
liability dan understanding customer harus lebih sasaran mutu. Salah satu fenomena yang banyak
diperhatikan karena dalam penelitian ini menun- ditemui pasca diberlakukannya kebijakan Jaminan
jukkan hasil yang kurang baik. Kesehatan Nasional (JKN) adalah meningkatnya
Terjadinya peningkatan skor kepuasan pa- jumlah pengunjung puskemas. Peningkatan jum-
sien pada dimensi responsiveness, credibility, com- lah pengunjung ini jika tidak diantisipasi dengan
petence, communication, security, access, courtesy, baik akan berdampak pada tidak terpenuhinya di-
dan tangibles setelah akreditasi merupakan bukti mensi reliability. Penelitian lain yang dilakukan
adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan oleh Hazfiarini dan Ernawaty juga menemukan
di puskesmas. Di dalam standar akreditasi pus- hal yang sama sehingga dalam penelitian tersebut
kesmas disebutkan bahwa akreditasi dilakukan disarankan perlunya memperbaiki sistem antrian
dengan tujuan memperbaiki kualitas pelayanan akibat meningkatnya jumlah pasien pada era BPJS
di puskesmas.10 Penerapan standar akreditasi de- kesehatan.19
ngan baik akan berdampak pada perbaikan seluruh Dimensi understanding customer dalam pe-
dimensi mutu. Tetapi secara khusus bisa ditelaah nelitian ini mengalami penurunan skor kepuasan.
adanya beberapa dimensi mutu yang terkait erat Salah satu penyebab yang diungkakan responden
dengan standar akreditasi tertentu. Misalnya, bab berkaitan dengan hal ini adalah adanya beberapa
IX standar akreditasi tentang peningkatan mutu aturan yang menyebabkan beberapa kebiasaan
klinis dan keselamatan pasien, yang di dalamnya yang sebelum era JKN dilakukan, tapi semenjak
mengatur tentang perencanaan, monitoring, dan JKN tidak bisa dilakukan oleh pasien, misaln-
evaluasi mutu layanan klinis, maka akan berpe- ya permintaan rujukan. Sudah banyak diketahui
ngaruh pada perbaikan dimensi responsiveness bahwa pada era sebelum JKN pelaksanaan ruju-
dan security. Demikian juga bab VII tentang kan pasien lebih leluasa dibanding setelah JKN.
layanan klinis yang berorientasi pasien dan bab Era JKN saat ini, BPJS kesehatan mengharuskan
VIII tentang manajemen penunjang layanan klinis, adanya rujukan berjenjang. Sebetulnya hal ini
berpengaruh positif pada dimensi responsiveness, bukan dampak dari akreditasi puskesmas, tetapi
access, security, dan competence. karena penerapan akreditasi puskesmas bersama-
Salah satu kriteria bab I tentang penye- an dengan penerapan kebijakan JKN, maka segala
lenggaraan pelayanan puskesmas berbunyi “akses hal yang diatur dalam JKN turut menjadi hal yang
masyarakat terhadap pengelola dan pelaksana pe- dinilai oleh pasien. Alasan ini cukup logis, mengi-
layanan dalam pelaksanaan kegiatan memadai dan ngat hasil pengukuran pengetahuan didapatkan
tepat waktu, serta terjadi komunikasi timbal balik bahwa sebagaian besar masyarakat tidak tahu ten-
antara pengelola dan pelaksana pelayanan Pus- tang akreditasi puskesmas.
kesmas dengan masyarakat”. Implementasi krite-
ria ini akan berdampak pada terjadinya perbaikan KESIMPULAN DAN SARAN
pada dimensi access, communication, dan cortesy. Pelaksanaan akreditasi puskesmas terbukti
Sementara itu untuk dimensi tangibles banyak di- mampu meningkatkan kepuasan pasien pada di-
bahas pada bab II kepemimpinan dan manajemen mensi responsiveness, credibility, competence,
puskesmas. Demikian juga tentang ketenagaan communication, security, access, courtesy, dan
puskesmas juga diatur secara mendalam pada bab tangibles. Namun, ada beberapa dimensi mutu
II. Sehingga implementasi secara baik standar yang perlu diperhatikan, terutama dimensi relia-

234
JURNAL MKMI, Vol. 15 No. 3, September 2019

bility dan understanding customer. Oleh karena Change? Impact of Psychological Capital and
itu, puskesmas harus berusaha menata sistem Emotions on Relevant Attitudes and Beha-
pelayanannya terutama terkait dengan pemenuhan viors. Journal of Applied Behavioral Science.
janji layanan sesuai dengan yang telah ditetapkan 2008;44(1):48–70.
sebagai sasaran mutu. Penyampaian informasi 7. Devkaran, S., O’Farrell P. The Impact of Hos-
kepada masyarakat juga perlu semakin ditingkat- pital Accreditation on Quality Measures: an
kan, agar masyarakat mengetahui adanya program Interrupted Time Series Analysis. BMJ Health
atau aktivitas tertentu yang dijalankan oleh pus- Services Research. 2015:15(137);1-14.
kesmas, seperti akreditasi. 8. Yousefinezhadi, Taraneh, Mosadeghrad, Ali
Mohammad, Arab, Mohammad, Ramezani,
UCAPAN TERIMA KASIH Mozhdeh, Sari AA. An Analysis of Hospital
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Accreditation Policy in Iran. Iranian Journal
Universitas Airlangga, yang telah mendukung pe- of Public Health. 2017;46(10):1347–1358.
nelitian ini melalui kegiatan hibah penelitian di 9. Yarimoglu, E.K. A Review on Dimensions of
lingkungan Universitas Airlangga. Ucapan terima Service Quality Models. Journal of Marketing
kasih juga disampaikan kepada Dinas Kesehatan Management. 2014:2(2);79-93.
Kota Surabaya yang telah memberikan kesempa- 10. Kementerian Kesehatan RI. Standar Akred-
tan kepada penulis untuk terlibat sebagai fasilita- itasi Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal
tor pada beberapa kegiatan persiapan akreditasi Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Keseha-
puskesmas di Kota Surabaya, sehingga memper- tan RI; 2014.
mudah akses peneliti dalam melakukan penelitian 11. Ferrand YB, Siemens J, Weathers D, Freden-
terkait akreditasi puskesmas di Surabaya. dall LD, Choi Y, Pirrallo RG, et al. Patient Satis-
faction with Healthcare Services a Criti-
DAFTAR PUSTAKA cal Review. Quality Management Journal.
1. Kapoor BP. Why Quality in Healthcare? Med- 2017;23(4):6–22.
ical Journal Armed Forces India [Online Jour- 12. Supriyanto, S., Wulandari RD. Manajemen
nal]. 2011;67(3):206–208. Available at:http:// Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Health
dx.doi.org/10.1016/S0377-1237(11)60040-3 Advocacy; 2011.
2. Gupta KS, Rokade V. Importance of Quality 13. Batbaatar E, Dorjdagva J, Luvsannyam A,
in Health Care Sector : A Review. Journal of Savino MM, Amenta P. Determinants of Pa-
Health Management. 2016;18(1):1–11. tient Satisfaction: A Systematic Review.
3. World Health Organization. Quality and Ac- SAGE Journals. 2016;137(2):89–101.
creditation in Health Care Services: a Glob- 14. Fatima I, Humayun A, Iqbal U, Shafiq M. Di-
al review [Online]. Geneva: World Health mensions of Service Quality in Healthcare: a
Organization; 2003. Available from: http:// Systematic Review of Literature. International
whqlibdoc.who.int/hq/2003/WHO_EIP_ OS- Journal Quality Health Care. 2019;31(1):11–
D_2003.1.pdf 29.
4. Desveaux L, Mitchell JI, Shaw J, Ivers N. Un- 15. Respati SA. Hubungan Mutu Pelayanan Kese-
derstanding the Impact of Accreditation on hatan dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat
Quality in Healthcare: A Grounded Theory Inap di puskesmas Halmahera Kota Semarang
Approach. International Journal for Quality Tahun 2014. [Skripsi]. Semarang Universitas
Health Care. 2017:29(7);1–7. Negeri Semarang; 2015. Available at: https://
5. Hoag BG, Ritschard H V., Cooper CL. Obsta- lib.unnes.ac.id/20257/1/6411411220-S.pdf
cles to Effective Organizational Change: The 16. Mirshanti F. Pengaruh Status Akreditasi Pusk-
Underlying Reasons. Leadership and Organi- esmas, Faktor Sosial Ekonomi dan Jenis Asu-
zation Development Journal. 2002;23(1):6– ransi Pasien terhadap Kualitas Pelayanan dan
15. Kepuasan Pasien di Puskesmas. [Skripsi].
6. Avey JB, Wernsing TS, Luthans F. Can Posi- Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2017.
tive Employees Help Positive Organizational [Online]. Available at: https://eprints.uns.

235
Ratna Dwi Wulandari : Pengaruh Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas terhadap Kepuasan Pasien

ac.id/39498/1/S021508013_pendahuluan.pdf ters: Successes, Challenges and Policy Impli-


17. Yewen MR, Korompis GEE, Kolibu FK. cations as Perceived by Healthcare Providers
Hubungan antara Status Akreditasi Puskesmas and Directors in Lebanon. BMC Health Ser-
dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Kota So- vices Research. 2014;14(86).
rong Provinsi Papua Barat. Jurnal Kesehatan 19. Hazfiarini A, Ernawaty. Indeks Kepuasan
Masyarakat. 2018;7(5). Pasien BPJS Kesehatan terhadap Pelayanan
18. El-Jardali F, Hemadeh R, Jaafar M, Sagherian Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur.
L, El-Skaff R, Mdeihly R, et al. The Impact Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia.
of Accreditation of Public Healthcare Cen- 2016;4(2):77–85.

236

Anda mungkin juga menyukai