ABSTRAK
Pembangunan kesehatan periode 2015-2019 merupakan Program Indonesia Sehat yang bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung oleh perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan
kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan merupakan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang ditetapkan sehingga memberikan
kepuasan bagi setiap pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas pelayanan
sebelum dan sesudah akreditasi di Puskesmas Sukajadi Kabupaten Banyuasin. Penelitian ini
merupakan studi banding dan menggunakan uji t berpasangan dengan jumlah 96 responden. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara tangible, reability, responsiveness,
assurance dan empathy dengan kualitas pelayanan sebelum dan sesudah akreditasi. Variabel yang
paling dominan mempengaruhi kualitas pelayanan sebelum akreditasi adalah jaminan (p-value:
0,001), dan variabel yang paling dominan mempengaruhi kualitas pelayanan setelah akreditasi adalah
variabel empiris (p-value: 0,00). Peningkatan mutu pelayanan setelah akreditasi diharapkan akan
meningkatkan jumlah kunjungan pasien yang datang berobat dan mutu pelayanan di puskesmas
semakin berkualitas.
ABSTRACT
Health development in the 2015-2019 period is the Healthy Indonesia Program with the aim of
improving the health status and nutritional status of the community through health and community
empowerment efforts supported by financial protection and equitable distribution of health services.
The quality of health services is the level of perfection of health services carried out in accordance with
the code of ethics and the standard of service determined, thus giving satisfaction to each patient. The
aim of the study was to determine the differences in service quality before and after accreditation at
the Sukajadi Health Center in Banyuasin Regency. This study was a comparative study and used
paired t-test with a total of 96 respondents. The results showed that there was a difference between
tangible, reability, responsiveness, assurance and empathy with the quality of services before and
after accreditation. The most dominant variable influencing service quality before accreditation is
assurance (p-value: 0,001), and the most dominant vari1able influencing service quality after
accreditation is the empirical variable (p-value: 0,00). It is expected that the increase in the quality of
services after accreditation will increase the number of visits of patients who come for treatment and
the quality of service in the health center is getting better quality.
Keywords:Service Quality, Accreditation, Tangible, Reability,Responsiveness, Assurance, Emphaty
63
64
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) 2012. denganmenggunakan paired t-test. Analisis data
Sampel penelitian sebanyak 192 responden di menggunakan derajat kemaknaansignifikan 0,05
ketahui bahwa ada pengaruh kepuasan pasien dimana bila p ≤ 0,05 artinya secara statistik
bermakna. Kemudian dilakukan juga uji
ditinjau dari mutu pelayanan. Ada pergeseran
regression logistic untuk melihat variabel yang
dimensi mutu sebelum dan setelah Rumah Sakit paling dominan.
Dr. Iskak Tulungagung mendapatkan predikat
terakreditasi paripurna versi Komisi Akreditasi
Rumah Sakit (KARS) 2012, yaitu variabel yang Hasil Penelitian
mempengaruhi pelayanan dari dimensi Analisis Univariat
responsiveness menjadi dimensi empathy Analisis univariat bertujuan untuk melihat
(Wardani, 2017). distribusi frekuensi dan persentase dari tiap-tiap
Berdasarkan hasil penelitian mengenai variabel baik variabel dependen (mutu pelayanan
hubungan mutu pelayanan kesehatan dengan kesehatan) dan variabel independen (tangible,
tingkat kepuasan pasien rawat inap di reability, responsiveness, assurance dan
Puskesmas Halmahera Kota Semarang tahun emphaty).
2014 diketahui bahwa ada hubungan antara
Tabel 1
mutu pelayanan kesehatan dimensi reliability
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
(dapat dipercaya), assurance (jaminan), tangible
(bukti langsung) dengan tingkat kepuasan pasien Variabel Frekuensi Persentasi
rawat inap di Puskesmas Halmahera Kota (N) (%)
Semarang tahun 2014 (Respati, 2015 ). Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Laki-Laki 32 33,3
hubungan status akreditasi puskesmas dengan Perempuan 64 66,7
tingkat kepuasan pasien di Puskesmas
Kabupaten Bantul diketahui bahwa tidak ada Usia
< 20 7 7,3
hubungan yang signifikan antara status akreditasi
20-29 12 12,5
dengan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas 38 39,6
30-39
(Riyadi, 2015 ). 13 13,5
40-50
Puskesmas Sukajadi adalah Puskesmas
Pendidikan
yang terletak di Kabupaten Banyuasin Provinsi
SMP 16 16,7
Sumatera Selatan. Puskesmas Sukajadi juga 78 81,3
SMA
merupakan puskesmas yang telah terakreditasi 2 2,1
S1
Madya dengan akreditasi ini akan menjadi
pembanding mutu pelayanan antara sebelum Pekerjaan Swasta 96 100
dilakukan akreditasi dan setelah dilakukan
akreditasi sehingga pada akhirnya nanti akan Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa dari
terlihat keadaan mutu pelayanan yang ada di 96 responden, terdapat 32 orang (33,3%) laki-
Puskesmas Sukajadi Kabupaten Banyuasin. laki, dan64 orang (66,7%) perempuan. Usia
responden yang paling banyak berada direntang
usia 30-39 tahun yaitu ada sebanyak 38 orang
Metode Penelitian (39,6%), kemudian responden yang selanjutnya
berada di usia > 50 tahun ada sebanyak 26
Penelitian ini merupakan penelitian
orang (27,1%), serta paling sedikit responden
komparatif, dimana penelitian ini bertujuan untuk
berada di usia < 20 tahun yaitu hanya ada 7
melihat perbandingan atau perbedaan rata-rata
(mean) dengan menggunakan uji paired t-test. orang (7,3%). Tingkat pendidikan SMA yaitu ada
sebanyak 78 orang (81,3%), kemudian
Penelitian dilakukan diPuskesmas Sukajadi
responden yang mempunyai pendidikan SMP
Kabupaten Banyuasin. Penelitian ini dilakukan
ada sebanyak 16 orang (16,7%) serta responden
pada Maret-April 2019. Populasi pada penelitian
yang memiliki tingkat pendidikan S1 yaitu hanya
iniadalah seluruh pasien yang datang berobat di
2 orang (2,1%). Responden yang terpilih dalam
Puskesmas Sukajadi. Adapun sampel penelitian
penelitian ini semuanya bekerja swasta atau
berjumlah 96 responden.
dengan kata lain tidak ada yang bekerja sebagai
Cara pengumpulan data dilakukan dengan
pegawai negeri sipil (PNS).
mewawancarai dan mengisi lembar kuesioner
yang telah dibagikan oleh peneliti, responden
mengisi kuesioner. Analisis hasil uji statistik
www.jurnalbadinusababel.ac.id
@2021, Jurnal SMART ANKES STIKES ABDI NUSA PANGKALPINANG
66
dapat dilihat pada nilai Exp (B) atau nilai Odd dari laki-laki. Jenis kelamin laki-laki memiliki
Ratio (OR). Dari model 3 ternyata variabel yang tuntutan dan harapan yang lebih besar terhadap
paling besar pengaruhnya terhadap mutu mutu pelayanan kesehatan.
pelayanan sebelum akreditasi adalah variabel Usia responden pada penelitian ini terdiri
assurance dengan Odd Ratio (OR) yaitu 6,470 dari 5 kategori yaitu usia < 20 tahun, 20-29
(95 % CI: 2,410-17,369) dan nilai p-value = tahun, 30-39 tahun, 40-50 tahun dan > 50 tahun.
0,001. Berdasarkan hasil penelitian diketahui masing-
Tabel 4 masing kelompok usia responden pada penelitian
Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik ini diketahui bahwa dari 96 responden, diketahui
Model Terakhir (Fit Model) Variabel bahwa responden yang paling banyak berada
Independen dengan Mutu Pelayanan direntang usia 30-39 tahun yaitu ada sebanyak
Sesudah Akreditasi 38 orang (39,6%), kemudian responden yang
selanjutnya berada di usia > 50 tahun ada
Variabel P-Value OR sebanyak 26 orang (27,1%), serta paling sedikit
Tangible 0,001 437,351 responden berada di usia < 20 tahun yaitu hanya
Reability 0,011 23,663 ada 7 orang (7,3%). Hal ini sesuai dengan hasil
Responsiveness 0,004 62,567 penelitian yang dilakukan oleh Sumanto Hatta
Assurance 0,018 15,825 (2001), Baiquni (2002) dan Suharmadji (2003)
Emphaty 0,001 628,468 serta Heriandi (2005), yang mengatakan ada
Constant 0,001 0,001 hubungan yang bermakna antara umur dengan
kepuasan. pasien yang berumur tua lebih mudah
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa puas dibandingkan yang berumur muda.
5 variabel independen tersebut semuanya Pendidikan responden pada penelitian ini
mempunyai nilai p-value < 0,05 sehingga tidak menunjukkan hasil bahwa bahwa dari 96
ada yang dikeluarkan dari model. Dengan responden, kebanyakan responden mempunyai
demikian ini berarti bahwa 5 variabel tersebut tingkat pendidikan SMA yaitu ada sebanyak 78
bermakna secara statistik hubunganya dengan orang (81,3%), kemudian responden yang
mutu pelayanan sesudah akreditasi. Kelima mempunyai pendidikan SMP ada sebanyak 16
variabel tersebut adalah variabel tangible, orang (16,7%) serta responden yang memiliki
reability, responsiveness, assurance dan tingkat pendidikan S1 yaitu hanya 2 orang
emphaty. Kemudian untuk mengetahui variabel (2,1%). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian
mana yang paling dominan pengaruhnya yang dilakukan Naibaho (2007) mengatakan
terhadap mutu pelayanan sesudah akreditasi bahwa ada kecenderungan pasien yang
dapat dilihat pada nilai Exp (B) atau nilai Odd mempunyai pendidikan ≤ SMP lebih puas dari
Ratio (OR). Dari model tersebut ternyata variabel pada pasien yang mempunyai pendidikan >
yang paling besar pengaruhnya terhadap mutu SMU. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
pelayanan sebelum akreditasi adalah variabel dilakukan oleh Budiharjo (2000) dan Mukhtiar
emphaty dengan nilai OR=628,468 dan p-value = (2004), yang mengatakan bahwa faktor
0,001. pendidikan berpengaruh terhadap kepuasan
dimana yang berpendidikan tinggi menuntut
Pembahasan pelayanan yang lebih baik. Lumenta (2009)
Karakteristik Responden dalam hasil penelitiannya mengatakan bahwa
Karakteristik responden pada penelitian ini ada hubungan pendidikan dengan kepuasan
berkaitan dengan jenis kelamin responden dimana pasien dengan pendidikan yang rendah
dibedakan menjadi dua yaitu laki-laki dan terhadap pelayanan kesehatan dasar cukup puas
perempuan. Berdasarkan hasil penelitian dibandingkan dengan pasien yang berpendidikan
diketahui bahwa dari 96 responden, terdapat 32 tinggi.
orang (33,3%) responden berjenis kelamin laki-
laki, da nada sebanyak 64 orang (66,7%) Perbandingan Mutu Pelayanan Sebelum dan
responden berjenis kelamin perempuan pada Sesudah Akreditasi
penelitian in di Puskesmas Sukajadi Kabupaten Berdasarkan hasil penelitian diketahui
Musi Banyuasin. Hasil penelitian yang dilakukan bahwa ada perbedaan antara mutu pelayanan
oleh Naibaho (2007) yang mengatakan bahwa sebelum dan sesudah akreditasi. Hal ini
jenis kelamin laki-laki cenderung lebih puas dibuktikan dengan nilai p-value (0,001) < 0,05 (α)
terhadap mutu pelayanan kesehatan daripada yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan
pasien dengan jenis kelamin perempuan. atau bermakna antara mutu pelayanan
Penelitian Lizarni (2000), Tristanto (2002), Rahmi kesehatan sebelum akreditasi dan sesudah
(2003) yang mengatakan bahwa terdapat akreditasi di Puskesmas Sukajadi Kabupaten
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin Banyuasin. Adapun selisih perbedaan nilai rata-
dan kepuasan pasien, dimana perempuan rata (mean) sebelum dan sesudah akreditas yaitu
mempuanyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi sebesar 26,247.
www.jurnalbadinusababel.ac.id
@2021, Jurnal SMART ANKES STIKES ABDI NUSA PANGKALPINANG
68
Adanya perbedaan antara mutu pelayanan Bahu Kecamatan Malalyang Kota Manado
sebelum dan sesudah akreditasi menunjukkan mengemukakan bahwa ketersediaan peralatan
bahwa adanya peningkatan mutu pelayanan medis di Puskesmas Bahu harus dimiliki oleh
kesehatan di puskesmas. Mutu adalah tersedia setiap puskesmas untuk memeriksa pasien.
dan terjangkau,tepat kebutuhan, tepat sumber Untuk mengetahui seberapa lengkap peralatan
daya, tepat standar profesi (etika profesi) , wajar medis yang dimiliki oleh Puskesmas Bahu, maka
dan amn, mutu memuaskan bagi pasien yang mewawancarai informan yakni masyarakat yang
dilayani ( sarbaguna 2005 ). Pelayanan adalah pernah memeriksakan diri di Puskesmas. Dari
suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang beberapa hasil wawancara di atas menunjukkan
bersifat kasat mata ( tidak dapat diraba ) yang bahwa ketersediaan peralatan medis di
terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara Puskesmas Bahu sudah baik. Peralatan yang
konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain memadai dapat mempermudah dan
yang disediakan oleh perusahaan pemberi mempercepat pelayanan bagi pasien.
pelayanan yang dimaksudkan untuk
memecahkan permasalahan pasien atau Perbandingan Responsiviness Sebelum dan
pelanggan (Ratminto 2013). Sesudah Akreditasi Terhadap Mutu Pelayanan
Berdasarkan hasi penelitian dapat
Perbandingan Tangible Sebelum dan diketahui bahwa rata-rata (mean) responsiviness
Sesudah Akreditasi Terhadap Mutu Pelayanan sebelum akreditasi adalah sebesar 17,16 dan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responsiviness sesudah akreditasi mengalami
bahwa rata-rata (mean) tangible sebelum peningkatan nilai rata-rata (mean) sebesar 5,344
akreditasi adalah sebesar 20,05 dan tangible menjadi 22,50. Hasil uji paired t-test pada tabel
sesudah akreditasi mengalami peningkatan nilai juga menunjukkan bahwa hasil analisis
rata-rata (mean) sebesar 6,802 menjadi 26,85. menunjukkan ada perbedaan antara
Hasil uji paired t-test menunjukkan bahwa hasil responsiviness sebelum dan sesudah akreditasi.
analisis menunjukkan ada perbedaan antara Hal ini dibuktikan dengan nilai p-value (0,004) <
tangible sebelum dan sesudah akreditasi. Hal ini 0,05 (α) yang artinya terdapat perbedaan yang
dibuktikan dengan nilai p-value (0,001) < 0,05 (α) signifikan atau bermakna antara responsiviness
yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan kesehatan sebelum akreditasi dan sesudah
atau bermakna antara tangible sebelum akreditasi di Puskesmas Sukajadi Kabupaten
akreditasi dan sesudah akreditasi di Puskesmas Banyuasin.
Sukajadi Kabupaten Banyuasin . Hasil penelitian ini sejalan dengan
Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian Panambunan (2015) mengenai
hasil penelitian yang di lakukan oleh Frasiska Kualitas Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas
(2003) mengenai pelaksanaan pelayanan prima Bahu Kecamatan Malalyang Kota Manado
dalam penyelenggaraan pendaftaran penduduk mengemukakan bahwa ketersediaan peralatan
dan pencatatan sipil pada dinas kependudukan medis di Puskesmas Bahu harus dimiliki oleh
dan pencatatan sipil Kota Tanjungpinang dengan setiap puskesmas untuk memeriksa pasien.
variabel berpenampilan rapih (pakaian bersih), Untuk mengetahui seberapa lengkap peralatan
peneliti mengemukakan bahwa pegawai sudah medis yang dimiliki oleh Puskesmas Bahu, maka
bekerja dengan berpakaian rapih dan bersih. mewawancarai informan yakni masyarakat yang
pernah memeriksakan diri di Puskesmas. Dari
Perbandingan Reability Sebelum dan beberapa hasil wawancara di atas menunjukkan
Sesudah Akreditasi Terhadap Mutu Pelayanan bahwa ketersediaan peralatan medis di
Berdasarkan hasil penelitian diketahui Puskesmas Bahu sudah baik. Peralatan yang
bahwa rata-rata (mean) reability sebelum memadai dapat mempermudah dan
akreditasi adalah sebesar 16,64 dan reability mempercepat pelayanan bagi pasien.
sesudah akreditasi mengalami peningkatan nilai
rata-rata (mean) sebesar 5,250 menjadi 21,89. Perbandingan Assurance Sebelum dan
Hasil uji paired t-test pada tabel juga Sesudah Akreditasi Terhadap Mutu Pelayanan
menunjukkan bahwa hasil analisis menunjukkan Hasil penelitian dapat diketahui bahwa
ada perbedaan antara reability sebelum dan rata-rata (mean) assurance sebelum akreditasi
sesudah akreditasi. Hal ini dibuktikan dengan adalah sebesar 17,54 dan assurance sesudah
nilai p-value (0,001) < 0,05 (α) yang artinya akreditasi mengalami peningkatan nilai rata-rata
terdapat perbedaan yang signifikan atau (mean) sebesar 5,104 menjadi 22,65. Hasil uji
bermakna antara reability sebelum akreditasi dan paired t-test pada tabel juga menunjukkan bahwa
sesudah akreditasi di Puskesmas Sukajadi hasil analisis menunjukkan ada perbedaan
Kabupaten Banyuasin. antara assurance sebelum dan sesudah
Hasil penelitian ini sejalan dengan akreditasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai p-value
penelitian Panambunan (2015) mengenai (0,001) < 0,05 (α) yang artinya terdapat
Kualitas Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas perbedaan yang signifikan atau bermakna antara
www.jurnalbadinusababel.ac.id
@2021, Jurnal SMART ANKES STIKES ABDI NUSA PANGKALPINANG
69
assurance sebelum akreditasi dan sesudah dijawab oleh petugas kesehatan secara jelas dan
akreditasi di Puskesmas Sukajadi Kabupaten mudah dimengerti.
Banyuasin.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Widowati (2013) mengenai Kualitas Kesimpulan
Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Rowosari Ada perbedaan antara tangible, reability,
Kecamatan Tembalang Kota Semarang responsiviness, assurance dan emphaty secara
mengemukakan bahwa secara umum simultan dengan mutu pelayanan kesehatan
Puskesmas Rowosari telah memberikan sebelum dan sesudah akreditasi di Puskesmas
pelayanan kesehatan yang baik kepada Sukajadi Kabupaten Banyuasin .
masyarakatnya, salah satunya adalah dimensi Variabel yang paling dominan
assurance dilihat dari jaminan keamanan dan mempengaruhi mutu pelayanan sebelum
keselamatan, kemampuan petugas dalam akreditasi yaitu variabel assurance (p-
memberikan pelayanan,dan jaminan kepastian value:0,001), sedangkan variabel yang paling
biaya dalam pelayanan adalah dinilai baik, dominan berhubungan dengan mutu pelayanan
dimana Puskesmas Rowosari telah mampu sesudah akreditasi yaitu variabel emphaty (p-
memberikan pelayanan yang baik, memberikan value:0,001).
jaminan keamanan dan keselamatan bagi pasien
dan bebasnya biaya pelayanan yang diberikan
untuk pasien terutama bagi pasien BPJS.