Anda di halaman 1dari 6

MANAJEMEN MUTU PELAYANAN DI FASILITAS KESEHATAN

TINGKAT PERTAMA (FKTP)

TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN MUTU RUMAH SAKIT


Drg. Nining Handayani, Sp. Prost., MM

Oleh :
YUNI SUSILAWATY
NIM : 71200047

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS


ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA BANDUNG
2020
MANAJEMEN MUTU PELAYANAN DI FASILITAS KESEHATAN
TINGKAT PERTAMA (FKTP)

PENDAHULUAN
Puskesmas merupakan garda depan dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan dasar dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. Kebijakan yang dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan RI dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama (FKTP) khususnya puskesmas adalah dengan
menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik
Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri
Dokter Gigi. Hal ini bertujuan untuk menjamin bahwa perbaikan mutu,
peningkatan kinerja, dan penerapan manajemen risiko dilaksanakan
secara berkesinambungan di puskesmas. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang
ditetapkan melalui mekanisme akreditasi.1
Kualitas pelayanan kesehatan sangat erat hubungannya dengan
kepuasan penerima jasa pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah
pasien, karena kebanyakan penilaian para pengguna jasa pelayanan lebih
mementingkan proses pelayanan kesehatan dibandingkan outcome. Atas
dasar itu menjaga kualitas sebuah pelayanan kesehatan sangat
ditentukan oleh kemampuan manajemen puskesmas, menjaga reputasi
institusinya dan kepercayaan masyarakat sebagai pengguna. Para dokter
dan paramedis wajib terus menjaga dan mengasah keterampilan dan
profesionalismenya sesuai dengan tingkat perkembangan teknologi
kedokteran dan ekspektasi masyarakat.2
Akreditasi puskesmas adalah pengakuan terhadap Puskesmas
1
Intan Nurjannah Pratiwi Trisna, Bambang Budi raharjo, “ Status Akreditasi Puskesmas dengan
Tingkat Kepuasan pasien”, Jurnal Higea, Vol. 3 No.2, Tahun 2019. Hlm. 325
yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang
ditetapkan oleh Menteri setelah dinilai bahwa Puskesmas telah memenuhi
standar pelayanan Puskesmas yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas secara
berkesinambungan. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan,
Puskesmas wajib diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga tahun
sekali (Kementerian Kesehatan RI, 2014).3
Tujuan diberlakukannya akreditasi puskesmas adalah untuk
membina puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan primer dalam
upaya untuk berkelanjutan memperbaiki sistem pelayanan dan kinerja
yang berfokus pada kebutuhan masyarakat, keselamatan, dan
manajemen risiko. Pelayanan kesehatan primer yang dimaksudkan
meliputi upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan,
maupun pemulihan penyakit.
Puskesmas sebagai fasiltas kesehatan tingkat pertama dituntut
untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien.
Akreditasi menjadi sebuah metode dalam meningkatkan pemerataan dan
kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas. Diperlukan adanya evaluasi
penerapan standar akreditasi pelayanan kesehatan di puskesmas untuk
menilai efektivitas akreditasi puskesmas, salah satunya dengan survei
kepuasan pasien.4
Pengukuran kepuasan merupakan elemen penting dalam proses
evaluasi kinerja dimana tujuan akhir yang hendak dicapai adalah
menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien, dan lebih efektif
berbasis dari kebutuhan masyarakat. Kepuasan masyarakat dapat juga
dijadikan acuan bagi berhasil atau tidaknya pelaksanaan program yang

2
Risky Ekaputri, Anwar, Nurhaedar Djafar, “Persepsi Pasien Tentang Kualitas Pelayanan di
PuskesmasAkreditasi dan Non Akreditasi Kabupaten Banggai”, Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis.
Vol. 14 No. 3 Tahun 2019, hal. 241
3
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014
4
Hafidz Amrullah, Satibi, Achmad Fudholi, “Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan
Kefarmasian Menggunakan Metode SErvqual Berdasarkan Statuts Akreditasi di Kabupaten Ogan
Komering Ilir”, Majalah Farmaseutik, Vol. 16 No.2, Tahun 2020. Hlm. 193
berjalan di Puskesmas.

PEMBAHASAN
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan
kesehatan yang memuaskan pemakai jasa pelayanan serta yang
diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika pelayanan profesi.
Mutu pelayanan kesehatan harus dipelihara dan ditingkatkan melalui
peningkatan kualitas tenaga kesehatan, ketersediaan obat, serta
peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan
(Depkes, 2004).
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul
sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah
pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya (Pohan,
2007).5

KESIMPULAN
Kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas sebelum dan sesudah
akreditasi sudah selayaknya mengalami peningkatan baik disegi mutu
layanan klinis maupun keselamatan pasien. Faktor-faktor yang dapat
meningkatkan mutu layanan kepada pasien antara lain adalah tingkat
kualitas peralatan, kerapihan petugas, kecepatan, kelancaran pelayanan,
ketanggapan petugas akan kebutuhan pasien, kemampuan dan
keterampilan petugas, keramahan, kesopanan, serta kemampuan petugas
untuk berkomunikasi secara efektif kepada pasien.
Tingkat kualitas kinerja pelayanan memiliki dampak (impact) yang
luas, oleh karena itu upaya penyempurnaan pelayanan harus dilakukan
secara terus menerus dan berkesinambungan. Upaya peningkatan
kualitas pelayanan harus dilaksanakan secara bersama-sama, terpadu,
terprogram, terarah dan konsisten dengan memperhatikan kebutuhan dan
5
Maria Rosita Yewen, Grace E. C. Korompis, Febi K. Kolibu, “ Hubungan Antara Status Akreditasi
Puskesmas dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Kota Sorong Provinsi Papua Barat”, Jurnal
Kesmas, Vol.7 no. 5, tahun 2018. Hlm
harapan masyarakat, sehingga pelayanan yang diberikan secara tepat,
cepat, terbuka, sederhana dan mudah dilaksanakan serta tidak
diskriminatif.

DAFTAR PUSTAKA

JURNAL
Risky Ekaputri, Anwar, Nurhaedar Djafar, “Persepsi Pasien Tentang
Kualitas Pelayanan di PuskesmasAkreditasi dan Non Akreditasi
Kabupaten Banggai”, Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Vol. 14 No. 3
Tahun 2019.

Maria Rosita Yewen, Grace E. C. Korompis, Febi K. Kolibu, “Hubungan


Antara Status Akreditasi Puskesmas Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di
Kota Sorong Provinsi Papua Barat”,Jurnal Kesmas, Vol. 7 No. 5, Tahun
2018.

Nabella, Ardia Putra, “Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan


Kesehatan Di Puskesmas Tersertifikasi Akreditasi Dasar”,Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Fakultas Keperawatan, Vol. 3 No. 4, Tahun 2018.

Vaykel Marshel Mokobimbing, Chreisye K. F. Mandagi, Grace E. C.


Korompis, “Analisis Tingkat Kepuasan Pasien di Tinjau Dari Perbedaan
Status Akreditasi Pelayanan Kesehatan Puskesmas Sario dan
Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado”, Jurnal kesmas, Vol. 8 No. 5,
Tahun 2019.

Intan Nurjannah Pratiwi Trisna, Bambang Budi raharjo, “ Status Akreditasi


Puskesmas dengan Tingkat Kepuasan Pasien”, Jurnal Higeia, Vol. 3 No.
2, Tahun 2019.

Ratna Dwi Wulandari, dkk, “ Pengaruh Pelaksanaan Akreditasi


Puskesmas terhadap Kepuasan Pasien”, Jurnal MKMI, Vol. 15 No. 3,
September 2019.

Hafizh Amrullah, Satibi, Achmad Fudholi, “Aanalisis Kepuasan Pasien


Terhadap Pelayanan Kefarmasian Menggunakan Metode SErvqual
Berdasarkan Status Akreditasi di kabupaten Ogan Komering Ilir”, Majalah
Farmaseutik, Vol. 16 No. 2, Tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai