Dosen pembimbing :
Dr. A. Rohendi, MM., MH
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Ujian
Akhir Semester Manajemen Pelayanan Prima. Penulisan tugas ini bertujuan untuk
menyelesaikan salah satu tugas dalam menempuh program strata-2 magister
manajemen rumah sakit di Universitas Adhirajasa Reswara Sanjaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. A. Rohendi, MM., MH
selaku dosen Adhirajasa Reswara Sanjaya yang senantiasa meluangkan waktunya
untuk membimbing dan memberikan ilmu kepada kami dalam proses belajar
mengajar di Adhirajasa Reswara Sanjaya .
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Pendahuluan
Mutu merupakan derajat dipenuhinya persyaratan yang ditentukan. Mutu
adalah kesesuaian terhadap kebutuhan, bila mutu rendah merupakan hasil dari
ketidaksesuaian. Mutu tidak sama dengan kemewahan. Suatu produk atau
pelayanan yang sesuai dengan segala spesifikasinya akan dikatakan bermutu,
apapun bentuk produknya. Mutu harus dapat dicapai, diukur, dapat memberi
keuntungan dan untuk mencapainya diperlukan kerja keras.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat.
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan
kode etik profesi. Mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan
kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan
standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan. Menurut Pohan, pelayanan
kesehatan yang bermutu adalah suatu pelayanan kesehatan yang dibutuhkan,
dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi layanan kesehatan dan sekaligus
diinginkan baik oleh pasien ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli
masyarakat, sedangkan jaminan mutu pelayanan kesehatan adalah upaya yang
sistematis dan berkesinambungan dalam memantau dan mengukur mutu serta
melakukan peningkatan mutu yang diperlukan agar mutu pelayanan kesehatan
senantisa sesuai dengan standar layanan kesehatan yang di sepakati. Mutu
pelayanan kesehatan menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna
kepuasaan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan.
Mutu pelayanan kesehatan merupakan prioritas baik bagi dan bagi pihak
penyedia jasa maupun masyarakat sebagai pungguna jasa. Pendekatan jaminan
mutu pelayanan kesehatan sebagai salah satu perangkat bagi pihak pengelola yang
melaksanakan pelayanan kesehatan merupakan sistemik yang harus dievaluasi dan
disempurnakan secara terus- menerus. Pendekatan tersebut merupakan
keterampilan yang mendasari pemberian pelayanan kesehatan kepada pengguna
jasa pelayanan. Depkes RI, (2008) menyebutkan salah satu indikator keberhasilan
pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien.
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien
membandingkannya dengan apa yang diharapkan. Untuk menimbulkan rasa puas
kepada diri setiap pasien, maka kesempurnaan mutu pelayanan harus diberikan
kepada setiap pengguna jasa, sehingga semakin sempurna kepuasan yang
dirasakan oleh sitiap pengguna jasa pelayanan maka semakin baik pula mutu
pelayanan yang diberikan oleh pihak pelaksana.
Berbagai upaya peningkatan mutu telah dikembangkan oleh Kementerian
Kesehatan, diantaranya adalah melalui mekanisme perijinan fasilitas pelayanan
kesehatan, total quality management dengan gugus kendali mutunya, quality
assurance, berbagai sertifikasi sistem manajemen mutu, serta akreditasi lembaga
pemberi pelayanan kesehatan. Implementasi cakupan kesehatan semesta di
Indonesia sejak tahun 2014 menjadi pendorong kuat pula agar seluruh masyarakat
dapat mengakses pelayanan yang bermutu. Secara nyata, Kementerian Kesehatan
membentuk Direktorat Mutu dan Akreditasi pada tahun 2016 dan menguatkan
strategi nasional mutu pelayanan kesehatan.
Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2007) yang dikutip dari buku
Manajemen Pemasaran mengatakan bahwa Kepuasan Konsumen adalah perasaan
senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja
(hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan. Jika kinerja
berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Hal ini dapat membawa dampak
negatif bagi perusahaan yaitu dapat menurunkan jumlah pelanggan dan
menyebabkan pelanggan tidak tertarik lagi menggunakan jasa perusahaan
sehingga akan menurunkan laba perusahaan.
Menurut Schanaar (2010) pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah
untuk menciptakan pelanggan yang merasa puas. Terciptanya kepuasan pelanggan
dapat memberikan beberapa manfaat antara lain, hubungan yang harmonis antara
perusahaan dan konsumennya, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang
dan terciptanya loyalitas pelanggan dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut
ke mulut (word-of-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan.
Banyak pakar mendefinisikan mengenai kepuasan pelanggan. Tjiptono
(2017) mendefinisikan kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan sebagai suatu
tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman pelanggan suatu produk
atau jasa. Senada dengan pendapat diatas Mohgan (2011) mengungkapkan bahwa
kepuasan adalah keseluruhan dari sikap atau perilaku pelanggan terhadap
pelayanan yang diberikan, atau sebuah reaksi emosional terhadap perbedaan
antara apa yang diharapkan pelanggan dengan apa yang diterima, mengenai
pemenuhan kebutuhan, keinginan, dan tujuan.
Dari berbagai definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan
kinerja atau hasil yang dirasakan. Penilaian kepuasan pelanggan mempunyai tiga
bentuk yang berbeda, yaitu:
1. Positive disconfirmation, dimana kinerja lebih baik dari harapan
2. Simple confirmation, dimana kinerja sama dengan harapan
3. Negative disconfirmation, dimana kinerja lebih buruk dari harapan.
Pada kuadaran ini terdapat faktor- faktor yang dianggap penting dan atau
diharapkan konsumen akan tetapi kinerja perusahaan dinilai belum memuaskan
sehingga pihak perusahaan perlu berkonsentrasi untuk mengalokasikan sumber
dayanya guna meningkatkan performa yang masuk pada kuadran ini.
b. Pertahankan Prestasi (Keep Up The Good Work)
Pada kuadaran ini terdapat faktor- faktor yang dianggap mempunyai tingkat
persepsi atau kinerja aktual yang rendah dan tidak terlalu penting dan atau
tidak terlalu diharapkan oleh konsumen sehingga perusahaan tidak perlu
memprioritaskan atau memberikan perhatian lebih pada faktor-faktor tersebut.
d. Berlebihan (Possibly Overkill)
Pada kuadaran ini terdapat faktor- faktor yang dianggap tidak terlalu penting
dan tidak terlalu diharapkan oleh pelanggan sehingga perusahaan lebih baik
mengalokasikan sumber daya yang terkait pada faktor tersebut kepada factor
lain yang lebih memiliki tingkat prioritas lebih tinggi.
Dari hasil penilaian terhadap tingkat kepentingan dan hasil penilaian dari
kinerja/penampilan maka akan dapat dilihat suatu perhitungan mengenai tingkat
kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja perusahaan. Tingkat
kesesuaian ini didapat dari hasil perbandingan skor kinerja dengan skor
kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan urutan prioritas
peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Pada
penelitian ini terdiri dari 2 buah variabel yang mewakili oleh huruf X dan Y,
dimana X merupakan tingkat kinerja perusahaan yang dapat memberikan
kepuasan bagi pelanggan, sedangkan Y merupakan tingkat kepentingan
pelanggan. Rumus yang digunakan ialah :
Pada sumbu (Y) diisi dengan skor tingkat kepentingan, dan pada sumbu
mendatar (X) akan diisi dengan skor tingkat kinerja. Untuk menyederhanakan
rumus, maka untuk setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
4,40
27
4,20 25
IMPORTANCE
20 8
4,00 19 3
18 15
514 7 24
10 2 17
3,80 3,80 3,80
2212 21 131 9 23
6
26
3,60
16
3,40
4
3,20 11
3,003,00
3,103,303,503,703,904,10 4,30 4,50 4,70
PERFORMANCE
4.2 Pembahasan
Analisis dilakukan dengan pemetaan menjadi 4 kuadran, yaitu sebagai berikut :
Kuadran A
Atribut kualitas layanan yang terletak pada kuadran A merupakan prioritas
utama untuk dilakukan perbaikan oleh rumah sakit.
Dari hasil yang telah didapatkan dari 27 atribut yang diujikan, sebanyak 5
atribut berada pada kuadran A. Adapun atribut-atribut tersebut antara lain; (1)
Staf rumah sakit bertata busana sesuai dan memiliki penampilan yang lebih baik,
(2) Layanan rumah sakit benar sejak awal, (3) Staf rumah sakit segera
menanggapi semua kebutuhan pasien, (4) Staf rumah sakit selalu siap bekerja
sama dengan pasien , (5) Pasien diberitahu tentang batas waktu untuk memberikan
dan melengkapi layanan. Dapatkan disimpulkan pada kuadran ini, kinerja perlu
ditingkatkan dan dipertahankan apa yang sudah dicapai, sebab kuadran inilah
yang harus diprioritaskan untuk perbaikan rumah sakit. Caranya adalah dengan
melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga kualitas atribut yang ada
yang dalam kuadran ini akan meningkat.
Kuadran B
Pada Kuadran B terdapat 10 atribut layanann yang menjadi kekuatan rumah sakit,
yaitu; (1) Kesiapan tiap bagian membantu respon cepat terhadap permintaan
pasien, (2) Fasilitas sesuai dengan pelayanan, (3) Kamar rawat inap rumah sakit
bersih, nyaman dan menarik, (4) rumah sakit berkomitmen memberikan
pelayanan pada waktu yang tepat, (5) File dan catatan medis rumah sakit akurat
dan bebas kesalahan (6) Staf rumah sakit memiliki pengetahuan yang cukup untuk
menjawab pertanyaan pasien (7) Staf rumah sakit dicirikan oleh manusiawi
responden , (8) Minat pasien rawat inap selalu menjadi yang terdepan, (9) Tim
medis ramah dan menyenangkan, (10) Staf klinik akrab dan mengetahui
kebutuhan pasien. Atribut – atribut harus tetap dipertahankan, karena semua
atribut ini menjadikan atribut tersebut unggul di mata konsumen. Kesimpulannya
kepentingan luar biasa, dan kinerja luar biasa, strategi perlu dipertahankan.
Kuadran C
Pada Kuadran C terdapat 7 atribut layanan yaitu; (1) rumah sakit dilengkapi
dengan perangkat teknologi dan peralatan medis terkini, (2) Lokasi rumah sakit
nyaman dan mudah diakses, (3) Semua spesialisasi medis yang diperlukan
tersedia di mess, (4) Saya bisa menaruh kepercayaan penuh pada semua staf
rumah sakit, (5) Saya merasa aman ketika berhadapan dengan staf rumah sakit (6)
Staf menangani informasi pasien secara rahasia, (7) Pekerjaan dan waktu yang
dialokasikan rumah sakit cocok untuk pasien rawat jalan. Peningkatan atribut –
atribut ini perlu dipertimbangkan kembali karena pengaruh terhadap manfaat yang
dirasakan oleh konsumen kecil. Kesimpulannya prioritas rendah, karena kinerja
rendah, kepentingan rendah.
Kuadran D
Dalam kuadran D terdapat 5 atribut, (1) Tata letak dan desain rumah sakit
memudahkan karyawan untuk mengakses layanan, (2) Staf rumah sakit tertarik
menyelesaikan masalah pasien dan menjawab pertanyaan mereka, (3) Staf rumah
sakit segera menanggapi pertanyaan dan keluhan pasien, (4) Staf rumah sakit terus
menerus memantau perkembangan penyakit, (5) Pekerja rumah sakit sangat
membantu dan bersimpati dengan pasien. Dalam hal ini mungkin apabila strategi
diabaikan karena kinerja bagus, kepentingan rendah.
BAB V
KESIMPULAN
Dari IPA rumah sakit siloam dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
pasien merasa sangat puas atas pelayanan yang diberikan rumah sakit siloam dengan
didapatkan hasil rata – rata (Kepentingan - Kinerja : 3,9 – 3,8 = 0,1), sebab X-Y> 0.
Penelitian yang dilakukan mengungkapkan bahwa keseluruhan 27 indikator
layanan menunjukkan gap yang positif yaitu skor mean persepsi yang lebih besar dari
skor mean harapan dari responden pada kelima variabel kualitas layanan yang ada di
rumah sakit siloam. Dengan kata lain rumah sakit mampu menyediakan kualitas
layanan yang sangat baik seperti yang diharapkan oleh responden.
Beberapa unsur pelayanan yang termasuk dalam skoring rendah perlu
ditingkatkan agar pelayanan dapat sesuai dengan harapan masyarakat, sedangkan
untuk unsur pelayanan yang termasuk dalam kategori tinggi harus dipertahankan dan
perlu ditingkatkan.