DESIGN FLOOD
BANJIR RANCANGAN
(DESIGN FLOOD)
• Analisis Frekuensi
(Software ANFREK & HAVARA)
• Pengalihragaman Hujan Aliran
(Software HAVARA)
• Model Simulasi Hujan Aliran
(Software HEC-HMS)
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN 1
1.1. Pengertian Umum Banjir Rancangan 1
1.2. Pertimbangan Umum Penetapan Banjir Rancangan 2
1.3. Penetapan Kala Ulang Banjir Rancangan 3
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN 46
I. PENDAHULUAN
Banjir rancangan (design flood) adalah salah satu besaran rancangan untuk
suatu rencana pembuatan bangunan air atau bangunan yang keberadaannya (fungsi
operasi dan stabilitas) dipengaruhi oleh karakteristik aliran banjir. Banjir rancangan
dapat diperoleh melalui kegiatan analisis hidrologi yang secara umum hasilnya dapat
berupa debit banjir maksimum, volume banjir, ataupun atau hidrograf banjir. Dalam
hal ini, banjir rancangan merupakan debit banjir yang ditetapkan sebagai dasar
penentuan kapasitas dan dimensi bangunan-bangunan air (termasuk bangunan di
sungai), sedemikian hingga kerusakan yang dapat ditimbulkan baik langsung
maupun tidak langsung oleh banjir tidak boleh terjadi selama besaran banjir tidak
terlampaui (Sri Harto, 1993).
Selain deskripsi diatas juga terdapat beberapa penjelasan terkait dengan istilah
banjir, debit banjir dan debit banjir rencana. Menurut buku Pedoman Cara
Menghitung Design Flood yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
(1980) terdapat beberapa pengertian berikut ini.
a. Banjir adalah suatu keadaan aliran sungai dimana permukaan airnya lebih tinggi
dari pada suatu ketinggian tertentu (pada umumnya ditetapkan sama dengan titik
tinggi bantaran sungai).
b. Debit banjir adalah besarnya aliran sungai yang diukur dalam satuan m3/detik
pada waktu banjir.
c. Debit banjir rencana adalah debit
d. banjir yang dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan kemampuan dan
ketahanan suatu bangunan pengairan yang akan dibangun pada alur sungai.
Pada bahan pelatihan ini tidak akan ada perbedaan pengertian dan pemahaman
antara istilah debit banjir rencana dan debit banjir rancangan, keduanya diartikan
sebagai besaran rancangan yang sama, terkait dengan rencana pembangunan suatu
bangunan air atau bengunan pengairan.
R = 1 − (1 − 1 / T ) L
Besarnya banjir rancangan dinyatakan dalam debit banjir sungai dengan kala
ulang tertentu. Kala ulang debit adalah suatu kurun waktu berulang dimana debit
yang terjadi menyamai atau melampaui besarnya debit banjir yang ditetapkan (banjir
rancangan). Sebagai contoh adalah apabila ditetapkan banjir rancangan dengan kala
ulang T tahun, maka dapat diartikan bahwa probabilitas kejadian debit banjir yang
sama atau melampaui dari debit banjir rancangan setiap tahunnya rata-rata adalah
sebesar 1/T. Pernyataan tersebut dapat pula dikatakan bahwa periode ulang rata-rata
kejadian debit banjir sama atau melampaui debit banjir rancangan adalah sekali
setiap T tahun.
Misal diketahui debit banjir rencana di lokasi tertentu pada sungai X untuk
kala ulang T tahun adalah QT m3/dt. Pernyataan ini berarti bahwa nilai rerata rentang
waktu perulangan kejadian kejadian dimana debit sungai X lebih besar atau sama
dengan QT m3/dt adalah T tahun. Secara grafis penjelasan tentang pengertian kala
ulang tersebut dapat dilukiskan dengan pada Gambar 1.1. Yang perlu dipahami
adalah bahwa pengertian tersebut tidak berarti debit banjir yang lebih besar atau
sama dengan QT akan terjadi setiap T tahun sekali.
1 2 3 2 2 1 3 1 2 1 1
QT QT = 50 m3/dt
1 2 3 . . . . 18 19 20
Tahun ke
QT = 50 m3/dt.
T = [ 1+2+3+2+2+1+3+1+2+1+1] / 11 = 1,73 tahun.
Gambar 1.1 menyajikan contoh grafik nilai debit banjir maksimum tahunan
pada suatu lokasi tertentu sebuah sungai X selama 20 tahun. Misal akan ditinjau nilai
kala ulang debit banjir sebesar 50 m3/dt, maka dapat ditarik garis mendatar pada nilai
debit banjir tersebut. Selanjutnya dapat dihitung/diamati rentang waktu kejadian
dimana debit banjir sama atau lebih dari 50 m3/dt. Dari gambar di atas dapat
dicermati bahwa probabilitas nilai rerata rentang waktu perulangan kejadian dimana
debit banjir sungai X sama atau melampaui 50 m3/dt adalah 1,73 tahun. Dengan kata
lain nilai debit banjir dengan kala ulang 1,73 tahun adalah sebesar 50 m3/dt.
Pemilihan besarnya kala ulang banjir rancangan untuk setiap jenis bangunan
tidak terdapat kriteria dan pedoman yang definitif. Kala ulang tersebut harus dapat
menghasilkan rancangan yang memuaskan (Sri Harto, 1993), dalam arti bahwa
bangunan hidraulik yang dibangun masih harus dapat berfungsi dengan baik minimal
selama waktu yang ditetapkan (umur efektif), baik struktural maupun fungsional.
Pengambilan keputusan dalam menetapkan kala ulang banjir rancangan paling tidak
harus didasarkan pada hasil analisis ekonomi (benefit cost analysis) sebagai salah
satu pertimbangan non-teknis. Untuk analisis yang lengkap dan rinci debit banjir
rancangan ditetapkan berdasarkan pertimbangan beberapa hal berikut:
a. ukuran dan jenis proyek,
b. ketersediaan data,
c. ketersediaan dana,
Total cost
Cost (Milyard)
Risk cost
T optimal T (tahun)
Gambar diatas menunjukkan prosedur penetapan nilai kala ulang banjir rancangan
(T) yang optimal, yaitu nilai kala ulang banjir yang menghasilkan jumlah biaya
pembangunan minimal. Dalam hal ini jumlah biaya pembangunan yang
diperhitungkan tidak hanya biaya konstruksi, tetapi juga biaya yang harus disediakan
akibat kegagalan fungsi bangunan dengan memperhitungkan resiko (probabilitas)
kejadian banjir yang melampaui nilai banjir rencana, dinatakan sebagai komponen
risk cost.
Dalam praktek analisis hidrologi terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh
untuk menetapkan debit banjir rancangan. Masing-masing cara akan sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut (Sri Harto, 1993):
a. ketersediaan data,
b. tingkat ketelitan yang dikehendaki,
c. kesesuaian cara dengan DAS yang ditinjau.
Keluaran analisis hidrologi untuk penentuan banjir rancangan tergantung dari
kasus yang ditinjau. Pada perancangan bendung irigasi atau sistem drainasi areal
pemukiman yang tidak terlalu luas, hasil analisis yang diinginkan berupa debit banjir
maksimum (peak discharge). Pada perancangan tanggul sungai atau bangunan
pelimpah waduk, hasil analisis tidak cukup debit maksimum dari banjir rancangan,
akan tetapi diperlukan pula hidrograf banjir rancangan. Untuk perancangan kantong
banjir (detention pond), selain hidrograf banjir juga dikehendaki nilai volume
hidrograf banjir rancangan.
Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa prosedur analisis hidrologi untuk
penetapan banjir rancangan tergantung dari keluaran analisis yang diinginkan
(peak discharge, flood hydrograph atau volume of flood hydrograf) dan ketersediaan
data yang dapat digunakan dalam proses hitungan. Mengingat kembali pengertian
konsep kala ulang, semua prosedur analisis tersebut akan selalu melalui tahap
pendekatan statistik, yaitu analisis frekuensi data hujan atau data debit. Prosedur
keseluruhan dalam analisis dapat dikelompokkan menjadi tiga metode pendekatan
(Gupta, 1967), yaitu:
a. cara empirik,
b. cara statistik,
1 Debit puncak Debit banjir maks. tahunan Analisis frekuensi data debit
2 Debit puncak Hujan harian dan karakteris- Analisis frekuensi data hujan dan
tik daerah tangkapan hujan pengalihragaman hujan-aliran
(Rational method)
3 Debit puncak Hujan jam-jaman, hidrograf Analisis frekuensi data hujan dan
banjir dan karakteristik DAS pengalihragaman hujan-aliran
(Unit hydrograph atau Rainfall
-runoff model)
4 Hidrograf banjir Hujan jam-jaman, karakteris- Analisis frekuensi data hujan dan
tik DAS, tidak ada data pengalihragaman hujan-aliran
hidrograf banjir (Synthetic unit hydrograph)
5 Hidrograf banjir Hujan jam-jaman dan hidro- Analisis frekuensi data hujan dan
graf banjir pengalihragaman hujan-aliran
(Unit hydrograph)
6 Hidrograf banjir Hujan jam-jaman, hidrograf banjir Analisis frekuensi data hujan dan
dan karakteristik DAS pengalihragaman hujan-aliran
(Unit hydrograph atau Rainfall
-runoff model)
tersedia data minimal 20 catatan debit banjir maksimum (20 tahun). Rangkaian data
ini disebut dengan annual maximum series. Namun kondisi tersebut umumnya
jarang dapat dijumpai, sehingga dapat ditempuh pendekatan dengan mengumpulkan
beberapa kejadian banjir ekstrim setiap tahunnya.
Memperhatikan distribusi nilai debit banjir, dapat pula dijumpai nilai debit
banjir maksimum suatu tahun tertentu jauh di bawah nilai debit banjir maksimum
kedua dari taahun yang lain. Hal ini juga dapat menimbulkan keraguan akan hasil
analisis statistic. Alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun data
partial duration series atau annual exeedence series.
Partial duration series didapat dengan menetapkan batas minimum nilai debit
banjir maksimum sebagai threshold. Selanjutnya debit banjir maksimum yang lebih
besar dari batas tersebut digunakan sebagai masukan prosedur anaalisis frekuensi.
Annual exeedence series didapat dengan cara yang sama dengan penetapan
partial duration series, hanya saja nilai threshold ditetapkan sedemekian hingga
data terpakai jumlahnya sama dengan jumlah tahun data.
Apabila data yang digunakan untuk analisis frekuensi bukan annual maximum
series, maka perlu diperhatikan bahwa sifat independency antar data sangat mungkin
tidak dipenuhi. Untuk itu rumus hubungan antara nilai kala ulang untuk data annual
maximum series (T) dan nilai kala ulang untuk data partial duration series atau
annual exceedence series (TE) di bawah ini dapat digunakan untuk menetapkan nilai
kala ulang yang seharusnya ditetapkan.
−1
⎡ ⎛ T ⎞⎤
TE = ⎢ln⎜ ⎟⎥
⎣ ⎝ T − 1 ⎠⎦
Pada kasus 2 prosedur analisis melalui dua tahap, yaitu analisis frekuensi data
hujan untuk mendapatkan data hujan harian maksimum dengan kala ulang sama
dengan kala ulang debit banjir maksimum yang diinginkan dan selanjutnya adalah
pengalihragaman hujan menjadi aliran. Prinsip mengacu pada asumsi bahwa kala
ulang hujan sama dengan kala ulang debit, yang sesungguhnya sampai saat ini secara
ilmiah belum dapat dibuktikan kepastian/kebenaarannya. Metode yang umum
dijumpai adalah dengan rumus empiris hubungan hujan-aliran seperti rumus
Rasional sbb. ini.
QT = C ⋅ I T ⋅ A
dengan:
2
⎛ R 24 ⎞ ⎛ 24 ⎞ 3
I = ⎜⎜ T
t
T
⎟⎟ × ⎜ ⎟
⎝ 24 ⎠ ⎝ t ⎠
dengan:
ItT : intensitas curah hujan pada durasi t untuk kala ulang T tahun (mm/jam),
t : durasi curah hujan (jam),
R24T : curah hujan harian maksimum dengan kala ulang T tahun (mm).
Nilai durasi hujan (t) yang memberikan debit maksimum dianggap sama dengan
nilai waktu konsentrasi (tc). Nilai tc tergantung dari karakteristik aliran permukaan
dan aliran di alur/sungai, yaitu merupakan nilai maksimum dari jumlah waktu aliran
air mulai dari ujung daerah tangkapan ke ujung alur dan waktu aliran sepanjang alur.
Beberapa rumus empiris perkiraan nilai tc dapat digunakan sesuai dengan kondisi
permukaan aliran dan topografi. Berikut disajikan contoh kurva IDF hasil
pengolahan data curah hujan di stasiun Duri, propinsi Riau.
Tabel 2.2. Contoh intensitas hujan dengan kala ulang 5, 10 dan 25 tahun
1000
Intensitas Hujan (mm/jam
800
600 5 tahun
10 tahun
400 25 tahun
200
0
150
250
350
500
600
700
0
50
100
200
300
400
450
550
650
Gambar 2.1. Kurva IDF di Duri dengan kala ulang 5, 10 dan 25 tahun.
Data hujan yang digunakan disusun dengan cara partial duration series seperti
ditunjukkan pada table 2.3.
I = Itc
I
Qp
Q
tc tc
Dalam hal tertentu, besaran rancangan yang diinginkan terkait dengan rencana
pengendalian banjir bukan hanya nilai debit maksimum, akan tetapi besarnya volume
tampungan aliran banjir. Sebagai contoh adalah perancangan bangunan pengendali
banjir berupa tampungan daerah retensi banjir (detention storage) yang berfungsi
sebagai peredam aliran banjir. Perubahan tataguna lahan suatu DAS akibat proses
pembangunan yang kurang atau tidak terencana dengan baik dapat menyebabkan
perubahan bentuk hydrograph yang berarti juga perubahan nilai debit maksimum.
Untuk melakukan antisipasi dampak negatif di areal hilir DAS akibat perubahan
debit maksimum tersebut, salah satu cara yang mungkin adalah dengan membangun
detention storage yang dilengkapi bangunan outlet untuk mengendalikan aliran
keluar dari tampungan banjir ini. Dalam kasus ini dapat dirancang misalnya dengan
ketentuan bahwa debit maksimum yang keluar dari detention storage tidak boleh
lebih besar dari nilai debit maksimum sebelum terjadinya perubahan tataguna lahan.
Untuk keperluan perancangan sebuah detention storage diperlukan besaran
rancangan berupa kapasitas volume tampungan yang nilainya tergantung dari
hidrograf banjir pada kedua kondisi (sesudah ada perubahan tataguna lahan dan
kondisi yang diinginkan dengan tingkat peredaman debit puncak tertentu). Pada
prinsipnya, volume tampungan yang diperlukan merupakan selisih volume kedua
hidrograf tersebut. Untuk itu perlu dihitung durasi hujan kritik, yaitu durasi hujan
yang memberikan nilai volume tampungan maksimum. Nilai durasi hujan kritik
dapat ditentukan dengan menggunakan modifikasi rumus Rasional.
Prosedur analisis penetapan banjir rancangan untuk kasus 3 mirip dengan kasus
2, yaitu melalui dua tahap: analisis frekuensi data hujan untuk mendapatkan data
hujan harian maksimum dengan kala ulang sama dengan kala ulang debit banjir
maksimum yang diinginkan dan selanjutnya adalah pengalihragaman hujan menjadi
aliran. Perbedaan dengan kasus 2 adalah dalam hal ini tersedia data hujan jam-jaman
dan hidrograf banjir yang akibat hujan jam-jaman tersebut, yang berarti rumusan
hubungan antara hujan dan aliran dapat ditentukan dengan memanfaatkan pasangan
data hidrologi ini (hujan dan hidrograf banjir). Dengan prinsip ini hasil perkiraan
debit banjir akan lebih teliti dibandingkan pada kasus 2.
Untuk kondisi ini, tersedia 2 macam metode pengalihragaman hujan menjadi
aliran, yaitu menggunakan pendekatan teori hidrograf satuan atau model hujan aliran
yang dirumuskan secara konseptual berdasarkan kaidah proses daur hidrologi dan
mengikuti proses detil di dalamnya (evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, limpasan
permukaan, interlow dan baseflow). Pendekatan hidrograf satuan lebih sederhana,
karena tidak memerlukan data fisik DAS dan hitungan rinci pada semua proses daur
hidrologi.
Penggunaan model hidrologi memerlukan data yang kompleks dan prosedur
kalibrasi yang seringkali menjadi rumit. Akan tetapi penggunaan model juga ada
keuntungannya, yaitu apabila diinginkan perkiraan perubahan debit banjir akibat
perubahan sifat fisik DAS, misal perubahan tataguna lahan. Dengan model hidrologi
masukan data yang digunakan dapat disesuaikan dengan perubahan kondisi DAS
tersebut, yang berarti keluaran model berupa debit banjir tentunya juga akan mampu
menunjukkan perubahan besarnya puncak banjir.
Apabila digunakan cara hidrograf satuan, maka penentuan hidrograf satuan
yang dilakukan adalah cara analitis. Algoritme yang mungkin digunakan adalah cara
persamaan polynomial, Collins (successive approximation) dan cara matriks. Ketiga
cara tersebut menggunakan prinsip sama, yaitu mencari hidrograf aliran langsung
(direct runoff) akibat hujan efektif (hujan yang telah dikurangi losses) merata di
DAS dengan durasi dan tinggi/kedalaman tertentu (satu satuan, missal 1 mm/jam).
Cara analitis diilustrasikan pada Gambar 2.3. Jika digunakan metode persamaan
polynomial maka hitungan hidrograf satuan cara analitis dapat ditempuh dengan
urutan sebagai berikut ini.
1. Pilih data hujan jam-jaman dan hidrograf aliran terukur di sungai.
2. Pisahkan baseflow dan hidrograf limpasan langsung (HLL).
3. Tetapkan nilai losses tetap (Φ indeks) dan hujan efektif jam-jaman.
4. Dengan prinsip superposisi, linear time invariant dan constant base time, dapat
disusun persamaan polinomial untuk menentukan hidrograf satuan.
P efektif
Q (m3/dt)
I (mm/jam)
HLL
Base flow
t (jam) A
t (jam)
tp
Hujan
Hidrograf di A
P (mm/jam)
V1 = V2
Aliran dasar
t (jam)
P (mm/jam)
P (mm/jam)
5 20
Q (m /dt)
3
1 t (jam) 2 t (jam)
P (mm/jam)
P (mm/jam)
1
10 HLL-3 akibat Peff-3
UH akibat Peff 1 mm/jam
Q (m /dt)
Q (m /dt)
3
3
3 t (jam) 1 t (jam)
Pada ketiga kasus sebelumnya, keluaran analisis adalah debit banjir maksimum.
Pada kasus ini hasil analisis banjir rancangan yang diinginkan tidak hanya nilai debit
banjir maksimum, tetapi juga debit pada jam-jam yang lain yang dinyatakan dlam
hidrograf banjir rancangan (design flood hydrograph). Data tersedia hanya hujan
jam-jaman dan karakteristik DAS, sehingga prosedur analisis melalui dua tahap,
yaitu analisis frekuensi data hujan dan pengalihragaman hujan menjadi aliran dengan
mengunakan metode hidrograf satuan sintetik (synthetic unit hydrograph).
Beberapa teori hidrograf satuan sintetik yang dikenal adalah cara Snyder, SCS,
Nakayasu, Clark, Modified Clark dan Hidrograf Satuan Sintetik Gama I (HSS Gama
I). Menegaskan kembali uraian terdahulu tentang validitas metode empiris dalam
analisis banjir, maka penulis menyarankan apabila tidak ada dukungan informasi atau
studi yang mendukung keyakinan pengunaan beberapa metode tersebut, sebaiknya
digunakan cara HSS Gama I yang memang dikembangkan dan telah diuji
keberlakuannya untuk beberapa DAS di Indonesia, khususnya di Jawa dan Sumatera
oleh penemunya (Prof.Dr.Ir. Sri Harto Br., Dip.H).
Perbedaan dengan kasus 3, untuk kondisi tidak ada data debit terukur adalah
penentuan hidrograf satuan menggunakan pendekatan empiris dengan hidrograf
satuan sintetik. Pada Gambar 2.4 disajikan bagan prosedur analisis hitungan banjir
rancangan menggunakan metode hidrograf satuan. Prosedur pada tahap 2A berlaku
untuk kasus 4 dimana digunakan cara hidrograf satuan sintetik. Untuk kasus 3, 5 atau
6 berlaku prosedur tahap 2B, yaitu menggunakan pasangan data hujan jam-jaman
dan debit banjir jam-jaman tercatat untuk menurunkan hidroraf satuan secara
analistis (cara Collins). Contoh prosedur tahap 2A dan 2B diberikan pada uraian dan
atau tentang contoh hitungan pada Bab III.
Pada proses pengalihragaman hujan menjadi aliran diperlukan data hujan jam-jaman.
Untuk hitungan banjir rancangan seharusnya distribusi hujan jam-jaman yang
digunakan didasarkan pada pola distribusi hujan yang berlaku pada DAS yang
ditinjau. Akan tetapi umumnya pola distribusi hujan jam-jaman ini sulit didapatkan,
dimana hitungan untuk mendapatkannya memerlukan data hujan jam-jaman terukur
yang cukup panjang dengan kualitas yang memadai. Untuk mengatasi persoalan
tersebut dapat digunakan beberapa pendekatan empiris dalam menetapkan durasi dan
distribusi hujan jam-jaman pada suatu DAS. Beberapa metode yang dapat digunakan
antara lain adalah cara Tadashi Tanimoto dan metode Alternating Block Method
(ABM). Kedua metode tersebut memerlukan nilai durasi hujan rancangan yang dapat
didekati dengan nilai waktu konsentrasi (tc). Tabel 2.4 menyajikan beberapa rumus
empiris untuk perkiraan nilai tc berdasarkan karakteristik DAS dari sumber Applied
1 2B
2A Rating curve
Analisis
frekuensi
Hidrograf
banjir
Pada kasus ini prosedur analisis sama dengan pada kasus tiga, hanya saja
keluaran yang diinginkan adalah hidrograf banjir rancangan bukan hanya debit banjir
maksimumnya saja. Karena tidak tersedia data karakteristik DAS maka penggunaan
model hidrologi hujan-aliran tidak memungkinkan. Untuk itu pendekatan yang
mungkin dilakukan adalah dengan cara hidrograf satuan analitis.
Apabila data hujan jam-jaman tersedia cukup panjang dapat dilakukan analisis
distribusi hujan jam-jaman. Hasil analisis ini adalah pola distribusi hujan jam-jaman
yang berlaku pada DAS yang ditinjau, sebagai dasar penetapan distribusi hujan
jam-jaman untuk input hitungan hidrograf banjir rancangan. Setelah analisis
frekeunsi data hujan dilakukan akan diperoleh hujan harian maksimum dengan kala
ulang sesuai dengan kala ulang banjir rancangan yang akan dicari. Hujan harian
rancangan ini selanjutnya didsitribusikan kedalam hujan jam-jaman dengan pola atau
prosentase ditetapkan berdasarkan pola distribusi hujan jam-jaman hasil analisis
sebelumnya.
Pada kasus ini data tersedia lebih lengkap dari pada kasus 5, yaitu juga tersedia
data karakteristik DAS. Dengan demikian model hidrologi hujan-aliran dapat
digunakan untuk melakukan simulasi hidrograf banjir dengan masukan hujan
jam-jaman pada kala ulang banjir rancangan yang diinginkan. Dalam hal ini yang
dimaksudkan dengan model hidrologi hujan-aliran adalah model mateatik yang
mampu merepresentasikan proses alam yang terjadi di DAS akibat masukan berupa
hujan.
Model hujan-aliran selalu memerlukan data masukan. Dalam pembuatan model
hujan-aliran sebagian besar telah dilaksanakan dengan ujud model digital untuk
kemudahan proses hitungan simulasi hujan-aliran. Beberapa model yang umum
digunakan adalah: Tank Model dari Jepang, HEC-1 dari Corps of Engineers USA,
TR-20 dari Soil Conservation Service USA, API dari USA, SWM-IV dari Uniersitas
Standford, KWM dari USA, SSARR dari Corps of Engineers USA, HEC-HMS dan
masih banyak model yang lain.
Pada pelatihan ini akan diberikan uraian singkat tentang model HEC-HMS
dengan contoh sederhana penggunaannya. Mengingat keterbatasan waktu yan
tersedia, maka materi yang diberikan lebih bersifat untuk pengenalan model
HEC-HMS.
1
• Mean atau harga tengah, X= n
n∑ Xi
i =1
⎧⎛ n ⎞
2 ⎫
n
⎪⎜ ⎪
∑ X i2 − ⎨⎜ ∑ X i ⎟⎟ / n ⎬
⎩⎪⎝ ⎠ ⎪⎭
i =1 i =1
• Simpangan baku, S=
(n − 1)
S
• Koefisien variansi, Cv =
X
( )
n
n
•
3
Asimetri (skewness), C s = ∑ Xi − X
(n − 1)(n − 2 )S 3
i =1
n2
( )
n
•
4
Kurtosis, Ck = ∑ Xi − X
(n − 1)(n − 2 )(n − 3)S 4
i =1
Berikut disajikan uraian singkat tentang sifat-sifat khas dari setiap macam
distribusi frekuensi tersebut.
a. Distribusi Normal
Ciri khas distribusi Normal adalah:
• Skewness Cs ≅ 0,00
• Kurtosis Ck = 3,00
• Prob X ≤ (⎯X – S ) = 15,87 %
• Prob X ≤ ⎯X = 50,00 %
• Prob X ≤ (⎯X + S ) = 84,14 %
Nilai Y untuk beberapa harga T (kala ulang) dapat dilihat pada Tabel 3.1,
sedangkan harga Yn dan σn untuk beberapa nilai n dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 3.1. Nilai Reduced Variate (Y) untuk beberapa nilai kala ulang (T)
X T = X + S .K T
dengan: XT = besaran (dapat debit atau hujan) dengan kala ulang T tahun,
⎯X = besaran rata-rata,
S = simpangan baku,
KT = faktor frekuensi untuk kala ulang T tahun.
Lampiran 3 menyajikan nilai KT untuk distribusi Log Pearson tipe III. Untuk
menetapkan distribusi terpilih sesuai dengan sebaran data, digunakan uji Chi-kuadrat
dan uji Smirnov-Kolmogorov sebagai berikut ini.
e. Uji Chi-Kuadrat
K ⎡ (Ef − Of )2 ⎤
χ2 = ∑⎢ ⎥
⎢
i =1 ⎣ Ef ⎦⎥ i
Harga χ2 harus lebih kecil dari harga χ2 kritik yang dapat diambil dari tabel di
Lampiran 4 untuk derajat nyata (α) tertentu dan derajat kebebasan (DK) tertentu.
Umumnya digunakan derajat nyata 5 % dan untuk distribusi Chi-Kuadrat. Nilai DK
ditetapkan berdasarkan K dan jumlah parameter distribusi (p) dengan rumus berikut:
DK = K – p - 1
f. Uji Smirnov-Kolmogorov
Pengujian dilakukan dengan mencari nilai selisih probabilitas tiap variat X
menurut distribusi empiris dan teoritik, yaitu Δi. Harga Δi maksimum harus lebih
kecil dari Δ kritik yang dapat dicari dari Tabel 3.2 sebagai berikut ini.
2. Contoh hitungan
Berikut disajikan contoh analisis frekuensi untuk mencari besarnya debit banjir
rancangan berdasarkan data debit yang tersedia dari suatu setasiun pengukuran
hidrometri. Contoh ini diambil dari buku: Mengenal Dasar Hidrologi Terapan (Sri
Harto, 1984). Data tersedia adalah catatan data debit banjir maksimum tahunan
sebanyak 40 (catatan selama 40 tahun), yang setelah diurutkan diperolh hasil seperti
pada Tabel 3.3.
Dari data di table tersebut dapat dihitung nilai parameter statistik yang hasilnya
adalah sebagai berikut:
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai Cs sangat kecil, maka dipilih distribusi
Normal. Dari pengujian terhadap nilai variat Q didapat hasil sebagai berikut:
⎯Q + S = 1405,7 m3/det,
⎯Q – S = 770,5 m3/det.
pada Gambar 3.1. Dari gambar tersebut didapatkan Δ maksimum sebesar 0,10.
Untuk n = 40 dan α = 0,05 berdasarkan Tabel 3.2 didapat nilai Δ kritik sebesar 0,21.
t (jam) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Q (m3/dt) 5,0 11,0 27,0 47,0 56,5 48,5 33,5 18,5 8,0 5,0
Penyelesaian
VLL = ∑ Pef . A
P efektif
I (mm/jam)
Q (m3/dt)
HLL
Φ index
Base flow
t (jam) A
t (jam)
tp
Hujan
Hidrograf di A
Dengan menetapkan base flow tetap sebesar 5 m3/dt, volume limpasan langsung
dapat dihitung sbb.:
Keterangan:
Prosedur umum
1) Dipilih kasus hujan dan rekaman AWLR (hidrograf tinggi muka air tunggal)
yang terkait. Selanjutnya ditetapkan hidrografnya dengan menggunakan liku
kalibrasi yang berlaku.
2) Hidrograf limpasan langsung diperoleh dengan memisahkan aliran dasar dari
hidrograf tersebut. Selanjutnya hujan efektif ditetapkan dengan (misalnya)
indeks Φ, sedemikian sehingga volume hujan efektif (mangkus) sama dengan
volume hidrograf limpasan langsung.
3) Hidrograf satuan hipotetik ditetapkan tidak dengan ordinat – ordinat yang belum
diketahui, akan tetapi ordibat–ordinat hidrograf satuan hipotetik ditetapkan
nilainya secara sembarang (trial). Tidak ditemukan prosedur atau pedoman
tentang penetapan hidrograf satuan hipotetik ini, akan tetapi pengalaman
menunjukkan bahwa sebaiknya hidrograf satuan ini paling tidak mempunyai
bentuk yang mirip dengan karakter hidrograf satuan yang sebenarnya.
4) Semua hujan efektif yang terjadi, kecuali bagian hujan efektif maksimum,
ditransformasikan dengan hidrograf satuan hipotetik tersebut, dengan demikian
akan diperoleh sebuah hidrograf.
5) Apabila hidrograf terukur dikurangi dengan hidrograf yang diperoleh dari butir
(4), maka yang akan diperoleh adalah hidrograf yang ditimbulkan oleh hujan
maksimum. Dengan demikian, maka hidrograf satuan 1 mm/jam baru dapat
diperoleh dengan membagi semua ordinat hidrograf ini dengan intensitas hujan
maksimum. Hidrograf satuan yang diperoleh terakhir ini dibandingkan dengan
hidrograf satuan hipotetik. Apabial perbedaan keduanya telah lebih kecil dari
patokan (kriteria) yang ditetapkan, maka hidrograf satuan ini telah dianggap
benar. Akan tetapi apabila perbedaannya masih lebih besar dari patokan yang
ditetapkan, maka prosedur pada butir (4) diulangi lagi, dengan menggunakan
hidrograf satuan yang yang diperoleh dari butir (5) ini.
6) Prosedur ini diulang – ulang terus sampai akhirnya hidrograf satuan terakhir
yang tidak berbeda banyak (tidak melebihi patokan perbedaan yang telah
ditetapkan).
Contoh hitungan
Pada tanggal 23 Pebruari 1976 di DAS Progo di Kranggan seluas 411,67 km2
terjadi hujan selama 5 jam masing – masing 15,00 mm; 15,00 mm; 11,70 mm; 0,45
mm dan 0,15 mm. Hujan tersebut menimbulkan hidrograf banjir seperti pada Tabel
3.7. Untuk keperluan perancangan diperlukan hidrograf satuan. Urutan yang
dilakukan adalah merujuk pada cara Collins. Hitunglah hidrograf satuan pada DAS
tersebut dengan menggunakan cara Collins.
Penyelesaian
5.113.746
Re = = 12,422 mm
411.67 *1000
- Menentukan curah hujan efektif untuk masing – masing jam dengan cara
coba – ulang. Diambil 2 curah hujan terbesar yaitu 15,00 mm dan 15,00 mm,
selisih dengan curah hujan terbesar berikutnya adalah (15,00 – 11,70) = 3,30
mm.*2 = 6,60 mm.
- Selisih = 12,422 mm – 6,60 mm = 5,822 mm, terdistribusi pada 3 jam
sehingga angka selisih tersebut dibagi 3 = 5,822 mm /3 = 1,941 mm.
- Dengan demikian curah hujan efektif yang diperoleh untuk masing – masing
jam adalah sbb. :
Re1 = 3,30 mm + 1,941 mm = 5,241 mm
Re2 = 3,30 mm + 1,941 mm = 5,241 mm
Re3 = 1,941 mm
- Angka Phi Index (Φ) = 15,00 – 5,241 = 9,759 mm
Hidrograf Terukur
250 0
Intensitas hujan 5
200
Hidrograf terukur
Aliran dasar 10
Intensitas hujan (mm/jam)
150
Debit (m3/det)
15
20
100
25
50
30
0 35
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (Jam)
Tabel 3.9. Hitungan hidrograf satuan cara Collins untuk Re max = 5,241 mm
Hidrograf Satuan pada Kolom 8 diperoleh dengan cara Trial nilai sembarang pada kolom 3
(UHH), sedemikian sehingga hasil pada kolom 8 sama dengan nilai pada kolom 3.
Tabel 3.10. Hitungan koefisien korelasi antara HLL terukur dengan HLL terhitung
Hidrograf Satuan
250 0
Hujan terukur
5
200 Hidrograf terukur
150 15
100 20
25
50
30
0 35
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (Jam)
250
150
100
50
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (Jam)
Bentuk tipikal HSS Gama-I ditandai dengan parameter waktu naik (time of rise),
waktu dasar (base time) dan debit puncak (peak discharge) seperti pada gambar di
bawah.
Qt
TR t (jam)
TB
Gambar 3.6. Bentuk tipikal HSS Gama I.
Parameter HSS Gama-I tersebut nilainya sangat dipengaruhi oleh beberapa sifat DAS
berikut ini.
a. Faktor-sumber (SF), yaitu perbandingan antara jumlah panjang sungai-sungai
tingkat satu dengan jumlah panjang sungai semua tingkat.
b. Frekuensi-sumber (SN), yaitu perbandingan antara jumlah pangsa sungai-sungai
tingkat satu dengan jumlah pangsa sungai semua tingkat.
c. Faktor-simetri (SIM), ditetapkan sebagai hasil kali antara factor lebar (WF)
dengan luas relatif DAS sebelah hulu (RUA).
d. Faktor-lebar (WF) adalah perbandingan antara lebar DAS yang diukur dari titik
di sungai yang berjarak 0,75 L dan lebar DAS yang diukur dari titik di sungai
yang berjarak 0,25 L dari tempat pengukuran.
e. Luas relatif DAS sebelah hulu (RUA) adalah perbandingan antara luas DAS
sebelah hulu garis yang ditarik melalui titik di sungai terdekat dengan titik berat
DAS dan tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan titik tersebut dengan
tempat pengukuran, dengan luas DAS total (A).
f. Jumlah pertemuan sungai (JN) yang besarnya sama dengan jumlah pangsa
sungai tingkat satu dikurangi satu.
g. Kerapatan jaringan kuras (D), yaitu panjang sungai persatuan luas DAS
(km/km2).
3
⎛ L ⎞
TR = 0,43 ⎜⎜ ⎟⎟ + 1,0665 SIM + 1,2775
⎝ 100 SF ⎠
Tabel 3.11 menunjukkan contoh hasil hitungan beberapa parameter DAS dan
parameter pokok HSS Gama I pada DAS Bojongloa dan DAS Leowigoong di Jawa
Barat. Grafik HSS Gama I yang diperoleh setelah dilakukan koreksi disajikan pada
Gambar 3.7 dan 3.8.
Tabel 3.11. Contoh data parameter DAS untuk hitungan HSS Gama I
10
UH Bojongloa
UH koreksi
Debit (m3/s)
0
0 10 20 30
Waktu (jam)
40
UH Leuwigoong
UH koreksi
30
Debit (m3/s)
20
10
0
0 10 20 30
Waktu (jam)
Sebuah waduk serbaguna akan dibangun pada suatu lokasi terpilih. Berdasarkan
data hujan jam-jaman dan data aliran sungai di bagian hulu daerah genangan waduk
telah dilakukan analisis hidrologi untuk menetapkan hidrograf satuan di lokasi
tersebut yang hasilnya disajikan pada tabel di bawah. Hasil analisis frekuensi data
hujan memberikan nilai hujan rancangan untuk perkiraan hidrograf banjir 10,000
tahunan yang terdistribusi selama 5 jam berturut-turut sebesar 40 mm, 70 mm, 50
mm, 30 mm dan 20 mm. Untuk maksud pengendalian banjir, diinginkan 60% volume
banjir 10.000 tahunan dapat ditampung di waduk. Apabila aliran dasar sungai
dianggap sebesar 10 m3/dt dan nilai Φ index 10 mm/jam, tentukan hidrograf banjir
rancangan tersebut dan berapakah volume tampungan banjir (flood control storage)
yang diperlukan.
t (jam) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Qt (m3/dt) 0,0 1,5 3,0 4,5 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0
Penyelesaian
Qt (m3/dt)
Q (m3/dt)
I (mm/jam)
Pefektif HLL
UH
Φ index Base flow
t (jam) t (jam) t (jam)
tp
Hujan 10,000 Hidrograf
tahunan Hidrograf banjir
satuan
10,000 th.
Q (m3/dt)
t (jam) Q (m3/dt)
Gambar 3.9. Skema hitungan flood control storage dengan cara hidrograf satuan
Pt efektif = Pt - Φ index
Hitungan hidrograf banjir rancangan untuk kala ulang 10,000 tahuanan cara
cara hidrograf satuan dapat disederhakan dengan menggunakan tabel seperti
ditunjukkan pada Tabel 3.13.
t (jam) U1(t) U30(t) U60(t-1) U40(t-2) U20(t-3) U10(t-4) HLL10000 QBF Q10000
0 0.0 0.0 - - - - 0.0 10.0 10.0
1 1.5 45.0 0.0 - - - 45.0 10.0 55.0
2 3.0 90.0 90.0 0.0 - - 180.0 10.0 190.0
3 4.5 135.0 180.0 60.0 0.0 - 375.0 10.0 385.0
4 6.0 180.0 270.0 120.0 30.0 0.0 600.0 10.0 610.0
5 5.0 150.0 360.0 180.0 60.0 15.0 765.0 10.0 775.0
6 4.0 120.0 300.0 240.0 90.0 30.0 780.0 10.0 790.0
7 3.0 90.0 240.0 200.0 120.0 45.0 695.0 10.0 705.0
8 2.0 60.0 180.0 160.0 100.0 60.0 560.0 10.0 570.0
9 1.0 30.0 120.0 120.0 80.0 50.0 400.0 10.0 410.0
10 0.0 0.0 60.0 80.0 60.0 40.0 240.0 10.0 250.0
11 0.0 40.0 40.0 30.0 110.0 10.0 120.0
12 0.0 20.0 20.0 40.0 10.0 50.0
13 0.0 10.0 10.0 10.0 20.0
14 0.0 0.0 10.0 10.0
Jadi volume tampungan banjir yang harus dicdangkan di bagian tampungan atas dari
waduk adalah sebesar 10.670.400 m3.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
Lampiran 2
Tabel nilai mean dan simpangan baku untuk beberapa nilai reduced variate
n Yn σn n Yn σn
8 0,4843 0,9043 26 0,5320 1,0961
9 0,4902 0,9288 27 0,5332 1,1004
10 0,4952 0,9497 28 0,5343 1,1047
11 0,4996 0,9676 29
12 0,5053 0,9833 30 0,5362 1,1124
13 0,5070 0,9972 31 0,5371 1,1159
14 0,5100 1,0095 32 0,5380 1,1193
15 0,5128 1,0206 33 0,5388 1,1226
16 0,5157 1,0316 34 0,5396 1,1255
17 0,5181 1,0411 35 0,5403 1,1285
18 0,5202 1,0493 36 0,5410 1,1313
19 0,5220 1,0566 37 0,5418 1,1339
20 0,5235 1,0629 38 0,5424 1,1388
21 0,5252 1,0696 39 0,5436 1,1413
22 0,5268 1,0754 40 0,5436 1,1413
23 0,5283 1,0811 41 0,5442 1,1436
24 0,5296 1,0864 42 0,5448 1,1458
25 0,5309 1,0914 43 0,5453 1,1480
Lampiran 3
Lampiran 3
(lanjutan)
Lampiran 4
Distribusi χ2
DK
0.99 0.95 0.90 0.80 0.70 0.50 0.30 0.20 0.10 0.05 0.01 0.001
1 .0016 .004 .0158 .0642 .148 0.455 1.074 1.642 2.706 3.841 6.635 10.827
2 .0201 .103 .211 .446 .713 1.386 2.408 3.219 4.604 5.991 9.210 13.815
3 .115 .352 .584 1.005 1.424 2.366 3.665 4.642 6.251 7.815 11.345 16.268
4 .297 .711 1.084 1.649 2.195 3.357 4.878 5.989 7.779 9.488 13.277 18.465
5 .554 1.145 1.610 2.343 3.000 4.351 6.064 7.289 9.236 11.070 15.089 20.517
6 .872 1.635 2.204 3.070 3.828 5.348 7.231 8.558 10.645 12.592 16.812 22.457
7 1.239 2.167 2.833 3.822 4.671 6.346 8.383 9.803 12.017 14.067 18.475 24.322
8 1.646 2.733 3.290 4.594 5.527 7.344 9.524 11.030 13.362 15.507 20.090 26.425
9 2.038 3.325 4.168 5.380 6.393 8.343 10.656 12.242 14.684 16.919 21.666 27.877
10 2.558 3.940 4.791 6.179 7.267 9.342 11.781 13.442 15.987 18.307 23.209 29.588
11 3.053 4.575 5.578 6.989 8.148 10.341 12.899 14.641 17.275 19.675 24.725 31.264
12 3.571 5.226 6.304 7.807 9.034 11.340 14.011 15.812 18.549 21.026 26.217 32.909
13 4.107 5.892 7.042 8.634 9.926 12.340 15.119 16.985 19.812 22.362 27.688 34.528
14 4.660 6.571 7.790 9.467 10.821 13.339 16.222 18.151 21.064 23.685 29.141 36.123
15 5.229 7.261 8.547 10.307 11.721 14.339 17.322 19.311 22.307 24.996 30.578 37.697
16 5.812 7.962 9.312 11.152 12.624 15.338 18.418 20.465 23.542 26.296 32.000 39.252
17 6.408 8.672 10.085 12.002 13.531 16.338 19.511 21.615 24.769 27.587 33.409 40.790
18 7.005 9.390 10.865 12.857 14.440 17.338 20.601 22.760 25.989 28.869 34.809 42.312
19 7.635 10.117 11.651 13.716 15.352 18.338 21.689 23.900 27.204 30.141 36.191 43.820
20 8.260 10.851 12.443 14.578 16.266 19.337 22.775 25.038 28.412 31.410 37.566 45.315
21 8.897 11.501 13.240 15.445 17.182 20.337 23.858 26.171 29.615 32.671 38.932 46.797
22 9.542 12.338 14.041 16.314 18.101 21.337 24.939 27.301 30.823 33.924 40.289 48.268
23 10.196 13.091 14.848 17.187 19.021 22.337 26.018 28.429 32.007 35.175 41.638 49.728
24 10.856 13.848 15.659 18.062 19.943 23.337 27.096 29.553 33.196 36.415 42.980 51.179
25 11.524 14.611 16.473 18.940 20.867 24.337 28.172 30.675 34.382 37.652 44.314 52.620
26 12.198 15.379 17.292 19.820 21.792 25.336 19.246 31.795 35.563 38.885 45.642 54.052
27 12.879 16.151 18.114 20.703 22.719 26.336 30.319 32.912 36.741 40.113 46.963 55.476
28 13.565 16.928 18.939 21.588 23.647 27.336 31.391 34.027 37.916 41.337 48.278 56.893
29 14.256 17.708 19.768 22.457 14.577 28.336 32.461 35.139 39.087 42.557 49.588 58.302
30 15.953 18.493 20.599 23.364 25.508 29.336 33.530 36.250 40.256 43.773 50.892 59.703