Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Masa Lansia Perkembangan Psikososial dan Umur Lanjut Usia

Pengertian Masa lansia adalah tahap terakhir dari masa dewasa, sehingga masa lansia sering juga
disebut sebagai masa dewasa akhir sebelum memasuki tahap terakhir dari perkembangan manusia
yaitu kematian. Masa lansia, yang biasanya dimulai pada usia 65 tahun, ditandai dengan banyaknya
perubahan dalam hidup individu lansia secara fisik, kognitif, dan psikososial (Feldman, 2012). Dari
ketiga perubahan tersebut, perubahan yang paling dirasakan dan dapat dilihat oleh individu lain
adalah perubahan fisik, yang disebut juga sebagai proses penuaan (aging).

Proses penuaan (aging) ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu penuaan primer (senescence) dan
penuaan sekunder. Penuaan primer, atau yang lebih dikenal dengan istilah senescence, adalah
proses penuaan fisik individu lansia yang terjadi pada semua manusia yang tidak dapat dicegah
karena bersifat genetik dan tidak dapat dicegah. Sebaliknya, penuaan sekunder merupakan
perubahan pada fisik lansia yang disebabkan oleh penyakit, kebiasaan hidup sehat, dan berbagai
faktor lainnya yang sebenarnya dapat dicegah oleh individu bersangkutan. Sebagai contoh, hanya
beberapa individu lansia yang mengalami penyakit kencing manis (diabetes mellitus) karena sering
mengkonsumsi makanan yang manis dan jarang berolahraga.

Secara fisik, individu yang telah berusia 65 tahun ke atas tentunya mengalami perubahan bertahap
dari kondisi tubuhnya yang sehat menuju kondisi yang memprihatinkan seperti rasa sakit dan
penyakit. Namun, ada beberapa individu lansia masih dapat bertahan dalam kondisi sehat dan tetap
menikmati banyak kegiatan yang dilakukannya ketika masih muda dulu. Secara kognitif, individu
lansia mengalami kemunduran dalam proses penalarannya, namun dapat mencari strategi untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut. Secara psikososial, individu lansia menyesuaikan
diri dalam menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungannya, seperti kematian orang yang
dikasihinya dan waktunya untuk pensiun dari pekerjaannya (Feldman, 2012).

Usia Lanjut Usia (Lansia)

Feldman (2012) menyatakan bahwa masa lansia dimulai dari usia 65 tahun ke atas. Santrock (2011)
menyebut masa lansia dimulai dari 60 tahun ke atas sampai sekitar 120 tahun atau 125 tahun yang
merupakan perkiraan masa hidup terlama manusia zaman sekarang. Lansia merupakan individu yang
telah memasuki usia 65 tahun atau lebih (Papalia, Olds, & Feldman, 2007). Menurut PBB atau United
Nations (UN), lansia adalah individu yang berusia 60 tahun ke atas (Blackburn & Dulmus, 2007).

Secara spesifik, Charness dan Bosman membagi usia lansia menjadi beberapa tahap (Santrock,
2011), yaitu:

- Tahap young-old (usia 65 sampai 74 tahun)


- Tahap old-old (usia 75 tahun ke atas)

Seorang ahli lain bernama Dunkle membagi usia lansia menjadi beberapa tahapan (Santrock, 2011).
Tahapan tersebut meliputi:
- Tahap young old adult (usia 65 sampai 74 tahun)
- Tahap old-old adult (usia 75 sampai 84 tahun)
- Tahap oldest-old adult (usia 85 tahun ke atas)

Dari beberapa definisi ahli di atas, seorang individu telah memasuki kategori lansia apabila berusia
60 atau 65 tahun ke atas, terlepas dari bagaimana para ahli membagi usia lansia sendiri menjadi
beberapa tahap.

Perkembangan Psikososial Lansia

Aspek psikososial pada masa lansia menentukan proses penuaan yang sukses dalam kehidupan
lansia yang bersangkutan. Berikut ini adalah paparan beberapa teori tentang proses penuaan yang
sukses pada masa lansia, yaitu:

a. Disengagement theory

Cummings dan Henry menyatakan bahwa individu lansia secara perlahan-lahan mulai menarik diri
dari dunia secara fisik, psikologis, dan sosial (Feldman, 2012). Secara fisik, lansia mengalami
penurunan stamina tubuh sehingga aktivitas fisiknya mengalami perlambatan secara bertahap.
Secara psikologis, lansia mulai menarik diri dari dunia luar dan lebih berfokus pada dunia
psikologisnya sendiri. Secara sosial, Quinnan berpendapat bahwa lansia menarik diri dari pergaulan
sosial dan jarang bertemu dengan orang lain lagi (Feldman, 2012).

Teori ini tidak banyak didukung dengan hasil penelitian. Di samping itu, teori ini menerima
penolakan dari masyarakat karena teori ini memberikan gambaran masyarakat yang tidak mampu
menyediakan pelayanan bagi lansia. Teori ini juga menyalahkan lansia karena menarik diri dari
masyarakat. Menurut Crosnoe & Elder, para ahli gerontologi pada zaman sekarang juga menolak
disengagement theory ini karena tidak semua lansia menarik diri dari masyarakat (Feldman, 2012).

b. Activity theory

Teori ini merupakan kebalikan dari disengagement theory. Teori ini menyatakan bahwa proses
penuaan yang sukses terjadi apabila individu lansia tetap berhubungan dengan teman-temannya
dan aktif dalam pergaulan sosial.

Hutchinson & Wexler menyatakan bahwa kebahagiaan individu berasal dari keterlibatannya dalam
pergaulan masyarakat (Feldman, 2012).

Teori ini juga tidak terlalu banyak mendapat dukungan karena tidak semua aktivitas dapat
memberikan kepuasan yang sama bagi lansia. Adams menyatakan bahwa yang memberikan
kepuasan dalam kehidupan individu adalah sifat dasar aktivitas tersebut, bukan frekuensi mengikuti
aktivitas (Feldman, 2012).
c. Continuity theory

Pushkar berpendapat bahwa individu yang mengetahui kapan waktunya untuk menarik diri dan
kapan bergaul dengan masyarakatlah yang dapat menjalani proses penuaan dengan sukses
(Feldman, 2012). Menurut Holahan dan Chapman, individu yang senang bergaul dengan masyarakat
akan memperoleh lebih banyak kesenangan ketika bergaul dengan teman-temannya, sebaliknya
individu yang senang menikmati waktunya sendirian akan menemukan lebih banyak kepuasan
dengan aktivitas membaca atau berjalan-jalan sendiri di taman (Feldman, 2012).

d. Selective optimization

Paul Baltes dan Margaret Baltes mengemukakan model selective optimization sebagai kunci bagi
lansia untuk menjalani proses penuaan yang sukses. Selective optimization adalah sebuah proses
yang dilakukan individu dengan berfokus pada kemampuannya yang lain sebagai kompensasi atas
kekurangannya pada keterampilan lain (Feldman, 2012). Proses ini dilakukan untuk memperkuat
sumber daya kognitif, motivasi dan fisik secara umum.

Proses ini juga dilakukan untuk mengatasi kekurangan yang ditimbulkan oleh proses penuaan.
Sebagai contoh, pianis profesional Arthur Rubinstein tetap menggalang konser pianonya dengan
mengurangi jumlah lagu yang dimainkannya sebagai bentuk selektif dan berfokus pada beberapa
lagu yang dimainkannya sebagai bentuk optimisasi (Feldman, 2012).

Aspek psikososial dalam kehidupan individu lansia tidak hanya berupa proses penuaan yang sukses,
tetapi juga hubungan sosialnya dengan orang lain. Pertemanan merupakan salah satu hubungan
yang sangat penting dan berarti dalam kehidupan lansia. Dalam pertemanan, individu memilih siapa
yang mereka sukai dan tidak disukai. Teman juga dapat menjadi pengganti ikatan yang hilang karena
ditinggal mati pasangan. Namun, teman sendiri juga dapat meninggal dunia. Persepsi lansia
terhadap pertemanan juga menentukan bagaimana lansia berekasi terhadap kematian temannya.
Hartshorne menyatakan bahwa lansia yang memandang pertemanan sebagai hubungan yang tidak
tergantikan akan mengalami kesulitan yang lebih besar dalam menghadapi kematian temannya
dibandingkan dengan lansia yang memandang temannya sebagai satu di antara sejumlah teman
lainnya (Feldman, 2012).

Hubungan pertemanan juga dapat menjadi dukungan sosial (social support) bagi lansia. Dukungan
sosial adalah pemberian bantuan dan rasa nyaman oleh suatu jaringan yang terdiri dari orang-orang
yang tertarik dan mengasihi (Feldman, 2012). Memiliki dukungan sosial dapat memberikan manfaat
bagi lansia, yaitu sebagai tempat menceritakan permasalahan hidup lansia terutama bila orang yang
memberikan dukungan sosial juga memiliki pengalaman yang serupa dengan individu yang sedang
didukungnya, memberikan bantuan material seperti mengurus rumah tangga, dan memberikan
solusi untuk mengatasi permasalahan hidup sehari-hari (Feldman, 2012). Memberikan dukungan
sosial kepada orang lain ternyata juga dapat meningkatkan rasa percaya diri (self-esteem) dan
merasa berguna pada lansia karena telah berkontribusi dalam kehidupan orang lain (Feldman, 2012).

Daftar Pustaka Makalah Masa Lansia

1. Santrock, J. (2011). Life-Span Development (13th ed.). New York: McGraw Hill International
Edition.
2. Feldman, R. (2012). Discovering the Life Span (2nd ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc.
3. Blackburn, J., & Dulmus, C. (Eds.). (2011). Handbook of Gerontology: Evidence Based
Approach to Theories, Practice, and Policy. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
4. Papalia, D., Olds, S., & Feldman, R. (2007). Human Development (10th ed). New York:
McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai