Anda di halaman 1dari 18

Kepada Yth.

dr. Neni Sumarni, Sp.A


REFLEKSI KASUS
Seorang Anak 17 Bulan dengan TB Paru dan Infeksi Saluran Kemih
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang

Disusun oleh:
Kharisma Fatwasari
30101206651

Pembimbing :
dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A, M.Si. Med
dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A, M.Si. Med
dr. Neni Sumarni, Sp. A
dr. Adriana Lukmasari, Sp. A
dr. Harancang Pandih Kahayana, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD KOTA SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Kharisma Fatwasari


NIM : 30101206651
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung ( UNISSULA )
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Judul : Seorang Anak 17 Bulan dengan TB Paru dan Infeksi Saluran Kemih
Pembimbing : dr. Neni Sumarni, Sp.A
Semarang, Oktober 2017
Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota Semarang

Pembimbing

dr. Neni Sumarni, Sp.A

BAB I
PENDAHULUAN

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang umum ditemukan dan pada banyak
kasus dapat mematikan. Hampir sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman M.bc, dan
setiap detik diperkirakan terjadi infeksi baru. Indonesia menempati urutan ke-2 di dunia
untuk jumlah kasus TB. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus TB dan sekitar 140.000
kematian akibat TB. Di indonesia tuberculosis adalah pembunuh nomor satu diantara
penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung
dan pernafasan akut di kalangan usia (Depkes, 2008). Gambaran klinis, diagnosis dan
penatalaksanaan antara usia dewasa dan anak berbeda. Masalah utama TB pada anak adalah
masalah diagnosis karena prosedur diagnostik yang menjadi baku emas sulit dilaksanakan,
sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan. Masalah tersebut terletak di prosedur untuk
mendapatkan specimen pemeriksaan mikroskopis dan biakan sering kali negatif karena sifat
TB pada anak adalah pausibasiler, yaiitu jumlah kuman biasanya hanya sedikit
(Kemenkes,2012).
Anak sangat rentan terinfeksi TB terutama kontak erat dengan pasien TB BTA positif.
Akan tetapi, gejala klinis pada anak tidak spesifik , uji tuberkulin, dan gambaran radiologis
tidak selalu mudah untuk diintepretasi, serta pemeriksaan laboratorium tidak banyak berguna
dalam mendiagnosis TB pada anak. Masalah lain adalah terapi, yaitu saat menghentikan
pengobatan OAT. Pada pasien TB dengan BTA positif, pasien dinyatakan sembuh bila setelah
waktu tertentu pengobatan, terjadi konversi BTA sputum menjadi negatif. Berdasarkan dua
masalah tersebut yaitu masalah diagnosis dan terapi, maka dalam menangani TB pada anak
selama praktek sehari-hari kita sering mengalami kesulitan dan keraguan dalam masalah
diagnosis, terapi dan penghentiannya ( Cruz R,. et all 2006).
Tuberkulosis disebabkan oleh kuman M.tbc dan biasanya mengenai paru-paru, namun
dapat menyerang seluruh organ tubuh. Sebagian besar infeksi M.tbc bersifat asimptomatik
atau infeksi laten, hanya 10% yang berkembang menjadi penyakit aktif. Respon imun
terhadap M.tbc merupakan faktor yang sangat mendasar dalam menentukan perjalanan
infeksi M.tbc. Paru paru merupakan pintu masuk utama basil M.bc ke dalam tubuh manusia
dimana akan menyebabkan infeksi lokal primer. Apabila infeksi tidak dapat dikendalikan
sistem imun , maka basil M.tbc akan menyebar baik secara perkontanium maupun limfogen
( Fauci AS., et all 2008).
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. N. N. A
Umur : 1 tahun 5 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Kauman II, Mranggen, Demak

Nama Ayah : Tn. K


Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA

Nama Ibu : Ny. E


Umur : 24 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA

Bangsal : Nakula IV
No. CM : 356xxx
Masuk RS : 12 September 2017
II. DATA DASAR

1. ANAMNESIS ( ALLOANAMNESIS )
Alloanamnesis dengan ibu kandung penderita pada tanggal 13 September 2017 di
ruang Nakula IV dan didukung dengan catatan medis.
a. Keluhan Utama
Batuk
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk pada pasien sudah dialami sejak 3 minggu SMRS. Batuk
dirasakan berdahak namun sulit untuk dikeluarkan. Ibu pasien mengatakan
bahwa dahak pernah keluar sedikit dan berwarna hijau kekuningan
dan tidak pernah disertai darah. Batuk dirasakan terus-menerus. Selain itu juga
terdapat sesak, sesak dirasakan jika pasien batuk. Sejak kurang lebih 2 hari
yang lalu timbul panas, panas dirasakan terus menerus sepanjang hari.
Keluhan lain berupa pilek (+). Tidak menggigil maupun keringat malam.
Semenjak sakit ini nafsu makan menjadi berkurang. Ibu pasien tidak pernah
secara rutin mengontrol berat badan pasien, namun ibu pasien merasakan
bahwa pasien tampak lebih kurus dari biasanya. Ibu pasien mengatakan tidak
terdapat keluhan pusing, nyeri menelan, mimisan, gusi berdarah, riwayat
perdarahan lain, mual, muntah, nyeri perut, serta tidak terdapat benjolan
dileher, ketiak, maupun selangkangan. Buang air besar 1x sehari, konsistensi
lunak. Buang air kecil lancar, tidak terdapat rasa nyeri dan perih saat
berkemih. Ayah serta kakek pasien merupakan perokok aktif. Sebelumnya ibu
pasien sudah membawa anaknya berobat ke BKPM-BP4 tetapi tidak ada
perbaikan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat demam : (+)
- Riwayat diare : (-)
- Riwayat batuk : (+) kurang lebih 5 bulan
- Riwayat sakit telinga : (-)
- Riwayat sesak nafas : (-)
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat kejang pada keluarga disangkal
- Riwayat batuk lama pada keluarga (+)
- Riwayat epilepsi pada keluarga disangkal
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan merupakan anak kedua. Ayah
seorang wirasawasta dan ibu seorang ibu rumah tangga. Sehari-hari pasien
diasuh oleh ibu. Keadaan rumah pasien cukup luas dan memiliki ventilasi yang
cukup. Biaya pengobatan ditanggung BPJS non PBI.
Kesan : Sosial ekonomi cukup
f. Riwayat Persalinan dan Kehamilan :
Saat hamil, ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan
dan dokter. Pasien merupakan anak perempuan yang lahir dari ibu G2P1A0,
Usia 22 tahun, hamil 39 minggu, lahir secara spontan ditolong oleh bidan,
langsung menangis, berat badan lahir 3100 gram, panjang badan 49 cm,
lingkar kepala dan lingkar dada saat lahir ibu tidak ingat, tidak ada kelainan
bawaan.
Kesan : neonatus aterm, vigorous baby, lahir secara spontan.
g. Riwayat Pemeliharaan Prenatal :
Ibu memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan dan dokter.
Mulai saat mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan 8 minggu
pemeriksaan dilakukan 1x/bulan. Saat usia kehamilan memasuki usia
kandungan ke-8 bulan, pemeriksaan rutin dilakukan 2x/bulan hingga lahir.
Selama hamil ibu telah mendapat suntikan TT 2x Ibu mengaku tidak pernah
menderita penyakit selama kehamilan. Riwayat perdarahan dan trauma saat
hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep dokter ataupun minum jamu
disangkal.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik
h. Riwayat Pemeliharaan Postnatal :
Pemeliharaan postnatal dilakukan di dokter kandungan dan anak dalam
keadaan sehat.
Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal baik
i. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak :
Perkembangan :
- Senyum : 1 bulan
- Miring : 3 bulan
- Tengkurap : 5 bulan
- Duduk : 7 bulan
- Merangkak : 8 bulan
- Berdiri : 10 bulan
- Berjalan : 12 bulan
- Berbicara 1 kata : 12 bulan
Saat ini anak berusia 17 bulan, menurut ibu sudah mampu berjalan, mulai
mencoret-coret, sudah mampu menggunakan sendok dan garpu, dapat
mengucapkan 3-6 kata, mampu memasukkan barang ke cangkir dan dapat
minum dari gelas sendiri.
Pertumbuhan
Lahir : Berat badan 3100 gram.
Panjang badan 49 cm.
Sekarang : Berat badan 9,5 kg.
Tinggi badan 72,5 cm.

j. Riwayat Imunisasi :
Hepatitis B : 4 kali, usia 0,2,3,4 bulan
Polio : 4 kali, usia 0,2,3,4 bulan
BCG : 1 kali, usia 0 bulan
DPT : 3 kali, usia 2,3,4 bulan
Campak : 1 kali, usia 9 bulan
Kesan : Imunisasi
dasar lengkap dilakukan di posyandu, hanya
berdasarkan aloanamnesa dengan ibu pasien. Buku KMS tidak dibawa.
k. Riwayat Makan dan Minum Anak :
ASI diberikan sejak lahir sampai usia sekarang berdampingan dengan
susu formula. Setelah usia 5 bulan, selain ASI anak juga mendapat diberikan
makanan pendamping ASI berupa bubur susu, nasi tim, dan buah yang
diahaluskan. Mulai usia 1 tahun sampai sekarang, anak diberikan makanan
padat seperti anggota keluarga yang lain. Sebelum sakit anak mengkonsumsi
nasi, ikan, tahu, tempe, telur, sayur, dan buah-buahan dengan frekuensi makan
3 kali sehari. Beberapa minggu sejak sering batuk nafsu makan pasien
menurun frekuensinya menjadi 1x sehari.
Kesan : kualitas dan kuantitas makanan cukup.

2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 13 September 2017, di ruang Nakula IV
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro, Semarang
Keadaan Umum : tampak sakit sedang, kompos mentis, sesak nafas,
kejang (-) rewel

a. Tanda Vital
i. Nadi : 110 x/menit, reguler, isi tegangan cukup
ii. Pernapasan : 28 x/menit,
: 37,9 C (Axilla)
0
iii. Suhu

b. Status Gizi
Anak perempuan, usia 17 bulan
Berat Badan : 9,5 kg
Panjang Badan : 72,5 cm
Pemeriksaan status gizi ( Z-score )
Z-score = (BB saat ini - BB median rujukan) / (nilai simpang baku)
Nilai simpang baku : selisih kasus dengan standar +1SD atau -1SD. (BB anak
bila lebih besar dari median berarti nilai +1SD dikurangi median, BB anak bila
kurang dari median berarti nilai median dikurangi -1SD)
Kesan : Satus gizi baik, perawakan tubuh tinggi

c. Status Internus
- Kepala : Normocephale, ubun-ubun besar tidak menonjol, kulit
kepala tidak ada kelainan, rambut hitam dan distribusi merata, tidak ada
kaku kuduk
- Kulit : Tidak sianosis, turgor agak melambat, petechie (-)
- Mata : Cekung (-), Pupil bulat, isokor, 4mm/ 4mm, refleks cahaya
(+/+) normal, konjungtiva bulbi anemis (+/+),injeksi konjungtiva (-/-)
- Hidung : Bentuk normal, sekret (-/-) serous berwarna bening, nafas
cuping hidung (-)
- Telinga : Bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)
- Mulut : Bibir kering (-) berdarah (-), sianosis (-), pendarahan gusi (-),
lidah kotor (-), tidak tremor
- Tenggorok: tonsil ukuran T1-T1, permukaan rata, kripte tonsil tidak melebar,
hiperemis (-)
- Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe mandibula (-).

- Thorax
1. Paru
Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan
statis maupun dinamis, retraksi suprasternal, intercostal dan
epigastrial (-).
Palpasi : sterm fremitus dextra et sinistra simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar : vesikuler suara tambahan : ronkhi
(+/+), wheezing (-/-)
2. Jantung
Inspeksi : pulsasi Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial linea mid
clavicula sinistra, tidak melebar, tidak kuat angkat
Perkusi batas jantung: Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
- Abdomen :
Inspeksi : datar
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi :supel, defense muscular (-), nyeri tekan regio
epigastrium (-)
- Genitalia : perempuan, tidak ada kelainan
- Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Petechie -/- -/-

Capillary Refill Time <2" <2"

3. DIAGNOSA BANDING
Observasi Demam Febris
TB Paru
ISK
Demam Typhoid

IRA
Atas :
o ISPA
o Tonsilofaringitis
o Rhinitis
Status Gizi
Gizi lebih
Gizi normal
Gizi Buruk

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan hematologi, kimia klinik, urin rutin, dan widal:
Pemeriksaan 12/9/17 14/9/17 15/9/17 Satuan Nilai Normal
Hematologi
- Hemoglobin 8,9 10,0 g/dL 11-15
- Hematokrit 31,40 35,90 % 35-47
- Jumlah Leukosit 14,3 7,7 /uL 3.6-11.0
- Jumlah trombosit 619 346 /uL 150-400
LED 22 mm 0-20
Kimia Klinik
- Natrium 135,0 135 mmol/L 135.0-147.0
- Kalium 3,60 5,20 mmol/L 3.50-5.0
- Calsium 1,24 1,25 mmol/L 1.12-1.32
WIDAL
- S typhi O (-)
- S typhi H (-)
Urin Rutin
Makroskopis
- Warna Kuning
- Kekeruhan Agak keruh
- pH 6,5
- Jamur Negatif
- Protein Negatif
- Reduksi Negatif
Makroskopis
- Leukosit 3-5
- Eritrosit 1-3
- Silinder Negatif
- Epithel 10-13
- Kristal Negatif
- Amorf Negatif
- Bakteri POS (+1)
- Trikomonas Negatif
- Lain lain
*Benang mukus (+1)

b. Hasil pemeriksaan Radiologi


X Foto Thorax
o Cor tak membesar
o Suspek gambaran Bronkopneumonia
c. Mantoux test
(+) Diameter 1,3cm

d. Skoring TB
Parameter 0 1 2 3 skor
Kontak TB
P 2
Uji tuberkulin + (13 mm) 3
Berat
Badan/keadaaan P 0
gizi
Demam yg tidak 0
diketahui P
penyebabnya
Batuk kronik P 1
Pembesaran P
kelenjar koli 0
Pembengkakan P
tulang atau 0
sendi
Foto Thorax P 0
Total skor 6
III. RESUME
Seorang anak perempuan usia 17 bulan datang diantar ibunya ke IGD RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang dengan keluhan utama batuk yang sudah dialami sejak 3
minggu SMRS. Batuk dirasakan terus-menerus. Keluhan lain berupa batuk berdahak
(+), sesak (+), panas (+), pilek (+). Batuk berdahak namun sulit untuk dikeluarkan,
kadang keluar sedikit berwarna hijau kekuningan dan tidak pernah disertai darah. Sesak
dirasakan jika pasien batuk, panas dirasakan terus menerus sepanjang hari. Semenjak
sakit ini nafsu makan menjadi berkurang. Ibu pasien tidak pernah secara rutin
mengontrol berat badan pasien, namun ibu pasien merasakan bahwa pasien tampak
mengurus. Ibu pasien mengatakan tidak terdapat keluhan pusing, nyeri menelan,
mimisan, gusi berdarah, riwayat perdarahan lain, mual, muntah, nyeri perut, serta tidak
terdapat benjolan dileher, ketiak, maupun selangkangan. Tidak menggigil maupun
keringat malam. Buang air besar 1x sehari, konsistensi lunak. Buang air kecil lancar,
tidak terdapat rasa nyeri dan perih saat berkemih. Ayah serta kakek pasien merupakan
perokok aktif. Sebelumnya ibu pasien sudah membawa anaknya berobat ke BP4 tetapi
tidak ada perbaikan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi 110x/menit, pernapasan 28 x/menit, dan suhu
0
37,9 C (Axilla). Pada pemeriksaan status internus didapatkan anak tampak rewel, pada
auskultasi paru ronkhi (+/+)
Pada pemeriksaan kimia klinik didapatkan:
Pemeriksaan 12/9/17 14/9/17 15/9/17 Satuan Nilai Normal
Hematologi
- Hemoglobin 8,9 10,0 g/dL 11-15
- Hematokrit 31,40 35,90 % 35-47
- Jumlah Leukosit 14,3 /uL 3.6-11.0
- Jumlah trombosit 619 /uL 150-400
LED 22 mm 0-20
WIDAL
- S typhi O (-)
- S typhi H (-)
Urin Rutin
Makroskopis
- Leukosit 3-5
- Eritrosit 1-3
- Epithel 10-13
- Bakteri POS (+1)
- Lain lain
*Benang mukus (+1)

Mantoux test
(+) Diameter 1,3cm
Total Skoring TB: 6

IIII. DIAGNOSIS KERJA


1. Diagnosis utama : TB Paru
2. Diagnosis komorbid : ISK
3. Diagnosis komplikasi : -
4. Diagnosis gizi : Gizi baik
5. Diagnosis sosial ekonomi : cukup.
6. Diagnosis Imunisasi : imunisasi dasar lengkap.
7. Diagnosis Pertumbuhan : normal.
8. Diagnosis Perkembangan : normal.
V. TERAPI
o Infus KAEN 3A 10 tpm
o PCT syr 3x1 cth.
o Ambroxol syr 3 x 1 cth
o Salbutamol syr 3 x 1 /2 cth
o Rhinofed syr 3 x 1 cth
o Cefadroxil syr 3 x 1 cth
o Nebul: Pulmicort 0,5 mg + Ventoline 0,15 mg/kgBB diencerkan dalam NaCl
0,9%
o OAT Fase intensif (Awal 2 bulan): RHZ (isoniazid 5-15mg/kgbb/hari, rifampisin 10-
20 mg/kgbb/hari, pirazinamid 30-40 mg/kgbb/hari).
Non medikamentosa
- Cukup minum
- Makan makanan yang bergizi
- Istirahat cukup.
- Menggunakan masker

VI. EDUKASI

Pengobatan TB berlangsung lama, minimal 6 bulan, tidak boleh terputus dan harus
kontrol teratur tiap bulan.

Hindari kontak dengan penderita TB.

Obat rimfapisin dapat menyebabkan cairan tubuh (air seni, air mata, keringat,
ludah) bewarna merah.

Secara umum obat sebaiknya diminum dalam keadaan perut kosong yaitu 1 jam
sebelum makan / minum susu, atau 2 jam setelah makan. Khusus untuk rifampisin
harus diminum dalam keadaan perut kosong.

Bila timbul keluhan kuning pada mata, mual, dan muntah segera periksa ke dokter
walau belum waktunya.

Konseling feeding rules untuk pasien karena mengalami susah makan atau nafsu
makan menurun

VII. PROGNOSIS
Qua ad vitam = ad bonam
Qua ad sanam = ad bonam
Qua ad fungsional = ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang umum ditemukan dan pada banyak
kasus dapat mematikan. Hampir sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman M.bc,
dan setiap detik diperkirakan terjadi infeksi baru. Indonesia menempati urutan ke-2 di
dunia untuk jumlah kasus TB. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus TB dan sekitar 140.000
kematian akibat TB. Di indonesia tuberculosis adalah pembunuh nomor satu diantara
penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung
dan pernafasan akut di kalangan usia (Depkes, 2008). Gambaran klinis, diagnosis dan
penatalaksanaan antara usia dewasa dan anak berbeda. Masalah utama TB pada anak
adalah masalah diagnosis karena prosedur diagnostik yang menjadi baku emas sulit
dilaksanakan, sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan. Masalah tersebut terletak di
prosedur untuk mendapatkan specimen pemeriksaan mikroskopis dan biakan sering kali
negatif karena sifat TB pada anak adalah pausibasiler, yaiitu jumlah kuman biasanya
hanya sedikit (Kemenkes,2012).
2. ETIOLOGI
Mycobacterium Tuberculosis adalah sejenis kuman berbentuk batang, berukuran
panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M.Tuberculosis
adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta tahan
terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni
menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu M. Tuberculosis senang tinggal di
daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi
tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis.

Kuman ini mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan,
oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapatdorman, tertidur lama selama
beberapa tahun (Jawetz., et al 2008).

Karakteristik Mycobacterium Tuberculosis adalah sebagai berikut :

1. Merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3
0,6mm.

2. Bakteri tidak berspora dan tidak berkapsul.

3. Pewarnaan Ziehl- Nellse tampak berwarna merah dengan latar belakang biru.

4. Bakteri sulit diwarnai dengan Gram tapi jika berhasil hasilnya Gram positif.

5. Pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron dinding sel tebal, mesosom


mengandung lemak (lipid) dengan kandungan 25%, kandungan lipid memberi sifat
yang khas pada bakteri yaitu tahan terhadap kekeringan, alkohol, zat asam, alkalis dan
germisida tertentu.

2. Sifat tahan asam karena adanya perangkap fuksin intrasel, suatu pertahanan yang
dihasilkan dari komplek mikolat fuksin yang terbentuk di dinding.

3. Pertumbuhan sangat lambat, dengan waktu pembelahan 12-18 jam dengan suhu
optimum 37Oc. Kuman kering dapat hidup di tempat gelap berbulan-bulan dan tetap
virulen.

4. Kuman mati dengan penyinaran langsung matahari (Jawetz., et al 2008).

3. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS


Terdapat perbedaan antara infeksi TB dengan sakit TB. Seorang anak yang positif
terinfeksi TB belum tentu menderita sakit TB. Untuk menegakkan diagnosis TB Anak,
dimulai dari gejala klinis dan dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang . Gejala klnis
yang secara klasik sering dihubungkan dengan TB dalah batuk, keringat malam, bb
menurun atau sulit naik, demam berulang, nafsu makan kurang dan pembesaran kelenjar
limfe terutama di daerah leher (Pudjiaji AH., et all 2011).
Batuk
Merupakan gejala utama pada orang dewasa, tetapi bukan gejala utama pada anak. Batuk
kronik berulang adalah batuk yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih dan atau
berulang tiga episode atau lebih dalam 3 bulan berturut-turut.
Gejala tidak spesifik
Berat badan menetap, sulit naik atau malah menurun tanpa penyebab yang jelas, nafsu
makan berkurang, demam berulang hingga 2 minggu, dan pembesaran kelenjar superfisial
di daerah leher, aksila, inguinal atau tempat lain. Gejala-geja tersebut di atas merupakan
gejala klinis yang tidak spesifik TB pada anak, dapat disebabkan oleh berbagai penyakit
lain. (Rahajoe.,et al 2010).
Pemeriksaan fisik
Pada sebagian besar kasus tidak dijumpai kelainan yang khas dalam pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan anthopometri menunjukan status gizi kurang dan pembesaran kelenjar getah
bening di daerah leher, aksila dan inguinal
Pemeriksaan penunjang
Uji tuberkulin cara mantoux merupakan alat diagnostic utama TB pada anak. Uji
tuberkulin positif menunjukan adanya infeksi TB pada pasien. Penilaian hasil uji
tuberkulin mantoux adalah berdasarkan indurasi yang timbul bukan eritemanya. Secara
umum uji tuberkulin dinyatakan positif bila ukuran indurasinya > 10 mm diameter
tranversal. Untuk menjadi sakit TB, seseorang harus mengalami infeksi TB terlebih
dahulu. Foto thorax AP dan lateral kanan pada aspek TB memiliki dua kemungkinan,
yaitu Sugestif TB non sugestif TB . Gambaran sugestif TB diantarabta berupa kelenjar
limfe hilus/ paratrachea dengan/ tanpa infiltrar, ateletaksis lobus medius, konsolidasi
lobar/segmental, gambaran milier, efusi pleura, kavitas, kalsifikasi (proses lama), dan
destroyed lung. Gambaran non sugestif TB adalah infiltrate pada paru oleh sebab apapun
akan memberikan bercak-bercak putih (Rahajoe.,et al 2010).
4. SKORING TB
5. PENATALAKSANAAN
Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan pertama)
dan sisanya sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3
macam obat pada fase awal/intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan 2
macam obat pada fase lanjutan (4 bulan, kecuali pada TB berat). OAT pada anak
diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan.
Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk setiap pasien, OAT disediakan dalam
bentuk paket. Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket
OAT anak berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H),
Pirazinamid (Z); sedangkan untuk tahap lanjutan, yaitu Rifampisin (R) dan Isoniasid
(H).
Dosis
INH: 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari
Rifampisin: 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari
Pirazinamid: 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2 000 mg/hari
Etambutol: 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 250 mg/hari
Streptomisin: 1540 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 000 mg/hari
Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang relatif
lama dengan jumlah obat yang banyak, paduan OAT disediakan dalam bentuk
Kombinasi Dosis Tetap = KDT (Fixed Dose Combination = FDC). Tablet KDT untuk
anak tersedia dalam 2 macam tablet, yaitu:
Tablet RHZ yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin), H (Isoniazid) dan
Z (Pirazinamid) yang digunakan pada tahap intensif.
Tablet RH yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin) dan H (Isoniazid)
yang digunakan pada tahap lanjutan.
Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak
dan komposisi dari tablet KDT tersebut.
Tabel berikut ini adalah contoh dari dosis KDT yang komposisi tablet RHZ
adalah R = 75 mg, H = 50 mg, Z = 150 mg dan komposisi tablet RH adalah R = 75
mg dan H = 50 mg,
Tabel 14. Dosis KDT (R75/H50/Z150 dan R75/H50) pada anak
2 BULAN TIAP HARI 4 BULAN TIAP HARI
BERAT BADAN (KG)
RHZ (75/50/150) RH (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-14 2 tablet 2 tablet
15-19 3 tablet 3 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet
Keterangan:
Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
Anak dengan BB 33 kg , disesuaikan dengan dosis dewasa
Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau digerus
sesaat sebelum diminum.
Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak.
Dosisnya seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 15a. Dosis OAT Kombipak-fase-awal/intensif pada anak
BB 10-20 KG
JENIS OBAT BB<10 KG BB 20-32 KG
(KOMBIPAK)
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg
Tabel 15b. Dosis OAT Kombipak-fase-lanjutan pada anak
BB 10-20 KG
JENIS OBAT BB<10 KG BB 20-32 KG
(KOMBIPAK)
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Pada keadaan TB berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti TB milier,
meningitis TB, TB sendi dan tulang, dan lain-lain:
Pada tahap intensif diberikan minimal 4 macam obat (INH, Rifampisin,
Pirazinamid, Etambutol atau Streptomisin).
Pada tahap lanjutan diberikan INH dan Rifampisin selama 10 bulan.
Untuk kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB
endobronkial, meningitis TB dan peritonitis TB diberikan kortikosteroid
(prednison) dengan dosis 12 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama
pemberian kortikosteroid adalah 24 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan
tappering off dalam jangka waktu 26 minggu. Tujuan pemberian steroid ini
untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan jaringan
(WHO,2008).
DAFTAR PUSTAKA
1. Cruz R, Fletcher E, Jones A, Praksh N. History of tuberculosis . diunduh dari : http ://
www. Arches.uga.edu/~efletch/history.htm. diakses pada 7 agustus 2006.
2. Fauci AS, Kasper DL, Longo D, Braunwald E, Hauser SL, Loscalzo J, et al. Harrison's
Principles of Internal Medicine, 17th Edition.United States of America: Mcgraw-hil;
2008: 1901
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Jakarta; Depkes 2008.
4. WHO 2008, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
http://www.ichrc.org/sites/default/files/tabel%2013.PNG.
5. Jawetz, Melnick, Adelberg. 2008. Mikrobiologi Kedokteran.(H. Hartanto, C.Rachman,
A. Dimanti, A. Diani). Jakarta : EGC.p.199 200 : 233.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia : Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakkan,
Identifikasi dan Uji Kepekaan Mycobacteriuk tuberculosis pada media padat. 2012.
7. Rahajoe, N.N., Supriyatno, B., dan Setyanto, D.B., 2008.Respirologi Anak Jakarta : EGC
8. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, HarmoniatiED (2010).
Pedoman pelayanan medis IDAI dalam jilid I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, pp: 263-8

Anda mungkin juga menyukai