Disusun oleh:
Kharisma Fatwasari
30101206651
Pembimbing :
dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A, M.Si. Med
dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A, M.Si. Med
dr. Neni Sumarni, Sp. A
dr. Adriana Lukmasari, Sp. A
dr. Harancang Pandih Kahayana, Sp. A
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang umum ditemukan dan pada banyak
kasus dapat mematikan. Hampir sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman M.bc, dan
setiap detik diperkirakan terjadi infeksi baru. Indonesia menempati urutan ke-2 di dunia
untuk jumlah kasus TB. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus TB dan sekitar 140.000
kematian akibat TB. Di indonesia tuberculosis adalah pembunuh nomor satu diantara
penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung
dan pernafasan akut di kalangan usia (Depkes, 2008). Gambaran klinis, diagnosis dan
penatalaksanaan antara usia dewasa dan anak berbeda. Masalah utama TB pada anak adalah
masalah diagnosis karena prosedur diagnostik yang menjadi baku emas sulit dilaksanakan,
sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan. Masalah tersebut terletak di prosedur untuk
mendapatkan specimen pemeriksaan mikroskopis dan biakan sering kali negatif karena sifat
TB pada anak adalah pausibasiler, yaiitu jumlah kuman biasanya hanya sedikit
(Kemenkes,2012).
Anak sangat rentan terinfeksi TB terutama kontak erat dengan pasien TB BTA positif.
Akan tetapi, gejala klinis pada anak tidak spesifik , uji tuberkulin, dan gambaran radiologis
tidak selalu mudah untuk diintepretasi, serta pemeriksaan laboratorium tidak banyak berguna
dalam mendiagnosis TB pada anak. Masalah lain adalah terapi, yaitu saat menghentikan
pengobatan OAT. Pada pasien TB dengan BTA positif, pasien dinyatakan sembuh bila setelah
waktu tertentu pengobatan, terjadi konversi BTA sputum menjadi negatif. Berdasarkan dua
masalah tersebut yaitu masalah diagnosis dan terapi, maka dalam menangani TB pada anak
selama praktek sehari-hari kita sering mengalami kesulitan dan keraguan dalam masalah
diagnosis, terapi dan penghentiannya ( Cruz R,. et all 2006).
Tuberkulosis disebabkan oleh kuman M.tbc dan biasanya mengenai paru-paru, namun
dapat menyerang seluruh organ tubuh. Sebagian besar infeksi M.tbc bersifat asimptomatik
atau infeksi laten, hanya 10% yang berkembang menjadi penyakit aktif. Respon imun
terhadap M.tbc merupakan faktor yang sangat mendasar dalam menentukan perjalanan
infeksi M.tbc. Paru paru merupakan pintu masuk utama basil M.bc ke dalam tubuh manusia
dimana akan menyebabkan infeksi lokal primer. Apabila infeksi tidak dapat dikendalikan
sistem imun , maka basil M.tbc akan menyebar baik secara perkontanium maupun limfogen
( Fauci AS., et all 2008).
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. N. N. A
Umur : 1 tahun 5 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Kauman II, Mranggen, Demak
Bangsal : Nakula IV
No. CM : 356xxx
Masuk RS : 12 September 2017
II. DATA DASAR
1. ANAMNESIS ( ALLOANAMNESIS )
Alloanamnesis dengan ibu kandung penderita pada tanggal 13 September 2017 di
ruang Nakula IV dan didukung dengan catatan medis.
a. Keluhan Utama
Batuk
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk pada pasien sudah dialami sejak 3 minggu SMRS. Batuk
dirasakan berdahak namun sulit untuk dikeluarkan. Ibu pasien mengatakan
bahwa dahak pernah keluar sedikit dan berwarna hijau kekuningan
dan tidak pernah disertai darah. Batuk dirasakan terus-menerus. Selain itu juga
terdapat sesak, sesak dirasakan jika pasien batuk. Sejak kurang lebih 2 hari
yang lalu timbul panas, panas dirasakan terus menerus sepanjang hari.
Keluhan lain berupa pilek (+). Tidak menggigil maupun keringat malam.
Semenjak sakit ini nafsu makan menjadi berkurang. Ibu pasien tidak pernah
secara rutin mengontrol berat badan pasien, namun ibu pasien merasakan
bahwa pasien tampak lebih kurus dari biasanya. Ibu pasien mengatakan tidak
terdapat keluhan pusing, nyeri menelan, mimisan, gusi berdarah, riwayat
perdarahan lain, mual, muntah, nyeri perut, serta tidak terdapat benjolan
dileher, ketiak, maupun selangkangan. Buang air besar 1x sehari, konsistensi
lunak. Buang air kecil lancar, tidak terdapat rasa nyeri dan perih saat
berkemih. Ayah serta kakek pasien merupakan perokok aktif. Sebelumnya ibu
pasien sudah membawa anaknya berobat ke BKPM-BP4 tetapi tidak ada
perbaikan.
j. Riwayat Imunisasi :
Hepatitis B : 4 kali, usia 0,2,3,4 bulan
Polio : 4 kali, usia 0,2,3,4 bulan
BCG : 1 kali, usia 0 bulan
DPT : 3 kali, usia 2,3,4 bulan
Campak : 1 kali, usia 9 bulan
Kesan : Imunisasi
dasar lengkap dilakukan di posyandu, hanya
berdasarkan aloanamnesa dengan ibu pasien. Buku KMS tidak dibawa.
k. Riwayat Makan dan Minum Anak :
ASI diberikan sejak lahir sampai usia sekarang berdampingan dengan
susu formula. Setelah usia 5 bulan, selain ASI anak juga mendapat diberikan
makanan pendamping ASI berupa bubur susu, nasi tim, dan buah yang
diahaluskan. Mulai usia 1 tahun sampai sekarang, anak diberikan makanan
padat seperti anggota keluarga yang lain. Sebelum sakit anak mengkonsumsi
nasi, ikan, tahu, tempe, telur, sayur, dan buah-buahan dengan frekuensi makan
3 kali sehari. Beberapa minggu sejak sering batuk nafsu makan pasien
menurun frekuensinya menjadi 1x sehari.
Kesan : kualitas dan kuantitas makanan cukup.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 13 September 2017, di ruang Nakula IV
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro, Semarang
Keadaan Umum : tampak sakit sedang, kompos mentis, sesak nafas,
kejang (-) rewel
a. Tanda Vital
i. Nadi : 110 x/menit, reguler, isi tegangan cukup
ii. Pernapasan : 28 x/menit,
: 37,9 C (Axilla)
0
iii. Suhu
b. Status Gizi
Anak perempuan, usia 17 bulan
Berat Badan : 9,5 kg
Panjang Badan : 72,5 cm
Pemeriksaan status gizi ( Z-score )
Z-score = (BB saat ini - BB median rujukan) / (nilai simpang baku)
Nilai simpang baku : selisih kasus dengan standar +1SD atau -1SD. (BB anak
bila lebih besar dari median berarti nilai +1SD dikurangi median, BB anak bila
kurang dari median berarti nilai median dikurangi -1SD)
Kesan : Satus gizi baik, perawakan tubuh tinggi
c. Status Internus
- Kepala : Normocephale, ubun-ubun besar tidak menonjol, kulit
kepala tidak ada kelainan, rambut hitam dan distribusi merata, tidak ada
kaku kuduk
- Kulit : Tidak sianosis, turgor agak melambat, petechie (-)
- Mata : Cekung (-), Pupil bulat, isokor, 4mm/ 4mm, refleks cahaya
(+/+) normal, konjungtiva bulbi anemis (+/+),injeksi konjungtiva (-/-)
- Hidung : Bentuk normal, sekret (-/-) serous berwarna bening, nafas
cuping hidung (-)
- Telinga : Bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)
- Mulut : Bibir kering (-) berdarah (-), sianosis (-), pendarahan gusi (-),
lidah kotor (-), tidak tremor
- Tenggorok: tonsil ukuran T1-T1, permukaan rata, kripte tonsil tidak melebar,
hiperemis (-)
- Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe mandibula (-).
- Thorax
1. Paru
Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan
statis maupun dinamis, retraksi suprasternal, intercostal dan
epigastrial (-).
Palpasi : sterm fremitus dextra et sinistra simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar : vesikuler suara tambahan : ronkhi
(+/+), wheezing (-/-)
2. Jantung
Inspeksi : pulsasi Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial linea mid
clavicula sinistra, tidak melebar, tidak kuat angkat
Perkusi batas jantung: Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
- Abdomen :
Inspeksi : datar
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi :supel, defense muscular (-), nyeri tekan regio
epigastrium (-)
- Genitalia : perempuan, tidak ada kelainan
- Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Petechie -/- -/-
3. DIAGNOSA BANDING
Observasi Demam Febris
TB Paru
ISK
Demam Typhoid
IRA
Atas :
o ISPA
o Tonsilofaringitis
o Rhinitis
Status Gizi
Gizi lebih
Gizi normal
Gizi Buruk
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan hematologi, kimia klinik, urin rutin, dan widal:
Pemeriksaan 12/9/17 14/9/17 15/9/17 Satuan Nilai Normal
Hematologi
- Hemoglobin 8,9 10,0 g/dL 11-15
- Hematokrit 31,40 35,90 % 35-47
- Jumlah Leukosit 14,3 7,7 /uL 3.6-11.0
- Jumlah trombosit 619 346 /uL 150-400
LED 22 mm 0-20
Kimia Klinik
- Natrium 135,0 135 mmol/L 135.0-147.0
- Kalium 3,60 5,20 mmol/L 3.50-5.0
- Calsium 1,24 1,25 mmol/L 1.12-1.32
WIDAL
- S typhi O (-)
- S typhi H (-)
Urin Rutin
Makroskopis
- Warna Kuning
- Kekeruhan Agak keruh
- pH 6,5
- Jamur Negatif
- Protein Negatif
- Reduksi Negatif
Makroskopis
- Leukosit 3-5
- Eritrosit 1-3
- Silinder Negatif
- Epithel 10-13
- Kristal Negatif
- Amorf Negatif
- Bakteri POS (+1)
- Trikomonas Negatif
- Lain lain
*Benang mukus (+1)
d. Skoring TB
Parameter 0 1 2 3 skor
Kontak TB
P 2
Uji tuberkulin + (13 mm) 3
Berat
Badan/keadaaan P 0
gizi
Demam yg tidak 0
diketahui P
penyebabnya
Batuk kronik P 1
Pembesaran P
kelenjar koli 0
Pembengkakan P
tulang atau 0
sendi
Foto Thorax P 0
Total skor 6
III. RESUME
Seorang anak perempuan usia 17 bulan datang diantar ibunya ke IGD RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang dengan keluhan utama batuk yang sudah dialami sejak 3
minggu SMRS. Batuk dirasakan terus-menerus. Keluhan lain berupa batuk berdahak
(+), sesak (+), panas (+), pilek (+). Batuk berdahak namun sulit untuk dikeluarkan,
kadang keluar sedikit berwarna hijau kekuningan dan tidak pernah disertai darah. Sesak
dirasakan jika pasien batuk, panas dirasakan terus menerus sepanjang hari. Semenjak
sakit ini nafsu makan menjadi berkurang. Ibu pasien tidak pernah secara rutin
mengontrol berat badan pasien, namun ibu pasien merasakan bahwa pasien tampak
mengurus. Ibu pasien mengatakan tidak terdapat keluhan pusing, nyeri menelan,
mimisan, gusi berdarah, riwayat perdarahan lain, mual, muntah, nyeri perut, serta tidak
terdapat benjolan dileher, ketiak, maupun selangkangan. Tidak menggigil maupun
keringat malam. Buang air besar 1x sehari, konsistensi lunak. Buang air kecil lancar,
tidak terdapat rasa nyeri dan perih saat berkemih. Ayah serta kakek pasien merupakan
perokok aktif. Sebelumnya ibu pasien sudah membawa anaknya berobat ke BP4 tetapi
tidak ada perbaikan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi 110x/menit, pernapasan 28 x/menit, dan suhu
0
37,9 C (Axilla). Pada pemeriksaan status internus didapatkan anak tampak rewel, pada
auskultasi paru ronkhi (+/+)
Pada pemeriksaan kimia klinik didapatkan:
Pemeriksaan 12/9/17 14/9/17 15/9/17 Satuan Nilai Normal
Hematologi
- Hemoglobin 8,9 10,0 g/dL 11-15
- Hematokrit 31,40 35,90 % 35-47
- Jumlah Leukosit 14,3 /uL 3.6-11.0
- Jumlah trombosit 619 /uL 150-400
LED 22 mm 0-20
WIDAL
- S typhi O (-)
- S typhi H (-)
Urin Rutin
Makroskopis
- Leukosit 3-5
- Eritrosit 1-3
- Epithel 10-13
- Bakteri POS (+1)
- Lain lain
*Benang mukus (+1)
Mantoux test
(+) Diameter 1,3cm
Total Skoring TB: 6
VI. EDUKASI
Pengobatan TB berlangsung lama, minimal 6 bulan, tidak boleh terputus dan harus
kontrol teratur tiap bulan.
Hindari kontak dengan penderita TB.
Obat rimfapisin dapat menyebabkan cairan tubuh (air seni, air mata, keringat,
ludah) bewarna merah.
Secara umum obat sebaiknya diminum dalam keadaan perut kosong yaitu 1 jam
sebelum makan / minum susu, atau 2 jam setelah makan. Khusus untuk rifampisin
harus diminum dalam keadaan perut kosong.
Bila timbul keluhan kuning pada mata, mual, dan muntah segera periksa ke dokter
walau belum waktunya.
Konseling feeding rules untuk pasien karena mengalami susah makan atau nafsu
makan menurun
VII. PROGNOSIS
Qua ad vitam = ad bonam
Qua ad sanam = ad bonam
Qua ad fungsional = ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. PENDAHULUAN
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang umum ditemukan dan pada banyak
kasus dapat mematikan. Hampir sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman M.bc,
dan setiap detik diperkirakan terjadi infeksi baru. Indonesia menempati urutan ke-2 di
dunia untuk jumlah kasus TB. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus TB dan sekitar 140.000
kematian akibat TB. Di indonesia tuberculosis adalah pembunuh nomor satu diantara
penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung
dan pernafasan akut di kalangan usia (Depkes, 2008). Gambaran klinis, diagnosis dan
penatalaksanaan antara usia dewasa dan anak berbeda. Masalah utama TB pada anak
adalah masalah diagnosis karena prosedur diagnostik yang menjadi baku emas sulit
dilaksanakan, sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan. Masalah tersebut terletak di
prosedur untuk mendapatkan specimen pemeriksaan mikroskopis dan biakan sering kali
negatif karena sifat TB pada anak adalah pausibasiler, yaiitu jumlah kuman biasanya
hanya sedikit (Kemenkes,2012).
2. ETIOLOGI
Mycobacterium Tuberculosis adalah sejenis kuman berbentuk batang, berukuran
panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M.Tuberculosis
adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta tahan
terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni
menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu M. Tuberculosis senang tinggal di
daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi
tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis.
Kuman ini mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan,
oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapatdorman, tertidur lama selama
beberapa tahun (Jawetz., et al 2008).
1. Merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3
0,6mm.
3. Pewarnaan Ziehl- Nellse tampak berwarna merah dengan latar belakang biru.
4. Bakteri sulit diwarnai dengan Gram tapi jika berhasil hasilnya Gram positif.
2. Sifat tahan asam karena adanya perangkap fuksin intrasel, suatu pertahanan yang
dihasilkan dari komplek mikolat fuksin yang terbentuk di dinding.
3. Pertumbuhan sangat lambat, dengan waktu pembelahan 12-18 jam dengan suhu
optimum 37Oc. Kuman kering dapat hidup di tempat gelap berbulan-bulan dan tetap
virulen.