Dispepsia Ked. Kel
Dispepsia Ked. Kel
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluhan dyspepsia merupakan keadaan clinis yang sering dijumpai dalam
praktek praktis sehari-hari. Diperkirakan 1yspep 30% kasus pada praktek umum
dan 60% praktek gastroenterologis merupakan kasus dyspepsia. Istilah dyspepsia
mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 80-an yang menggambarkan keluhan
atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di
epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh di perut,
sendawa, regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada. Sindrom atau keluhan
ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit tentunya termasuk pula
penyakit lambung, yang diasumsikan oleh orang awam seperti penyakit
maag/lambung, Penyakit hepatitis, pancreatitis kronik, kolesistitis kronik)
merupakan penyakit tersering setelah penyakit yang melibatkan gangguan
patologis pada tukak peptic dan gastritis. Beberapa penyakit di luar system
gastrointestinal dapat pula bermanifestasi dalam bentuk sindrom dyspepsia,
seperti gangguan infark miokard, penyakit tiroid, obat-obat dan sebagainya.1
\
Gejala yang esensial adalah selalu adanya komponen dari nyeri atau
gangguan abdomen bagian atas. Untuk membedakannya dari ICS (Irritable Colon
Syndrome) dikatakan bahwa dyspepsia meliputi gejala-gejala yang
berpredominasi pada abdomen bagian atas. Sejak pemakaian istilah dyspepsia
hingga sekarang banyak timbul bermacam-macam batasan mengenai dyspepsia.1
1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien Dispepsia
dan keluarganya di Jalan Sao-Sao lr Damai No.07
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan
siklus keluarga) keluarga pasien dispepsia.
b. Mengetahui 2yspep-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
kesehatan pada pasien dispepsia dan keluarganya.
c. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien dispepsia dan
keluarganya
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
penatalaksanaan Dispepsia dengan pendekatan kedokteran keluarga.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap
memberikan penatalaksanaan kepada pasien dispepsia dilakukan secara
2yspepsi dan komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga
dalam proses penyembuhan
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Memberikan informasi kepada pasien dan keluargamya bahwa keluarga
juga memiliki peranan yang cukup penting dalam kesembuhan pasien.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
3
Manifestasi Klinis
ETIOLOGI
Gangguan atau penyakit dalam lumen saluran cerna; tukak gaster atau
duodenum, gastritis, tumor, infeksi Helicobacter pylori.
Bersifat fungsional, yaitu dispepsia yang terdapat pada kasus yang tidak
terbukti adanya kelainan atau gangguan organic atau structural biokimia, yaitu
dispepsia fungsional atau dispepsia non ulkus.1
4
Klasifikasi Dispepsia Berdasarkan Etiologi
A. Organik
1. Obat-obatan
5
Ulkus gaster dan duodenum
Karsinoma gaster
c. Penyakit saluran empedu
Kholelitiasis dan Kholedokolitiasis
Kholesistitis
d. Penyakit pankreas
Pankreatitis
Karsinoma pankreas
e. Penyakit usus
Malabsorbsi
Obstruksi intestinal intermiten
Sindrom kolon iritatif
Angina abdominal
Karsinoma kolon
4. Penyakit metabolik / sistemik
a. Tuberculosis
b. Gagal ginjal
c. Hepatitis, sirosis hepatis, tumor hepar
d. Diabetes melitius
e. Hipertiroid, hipotiroid, hiperparatiroid
f. Ketidakseimbangan elektrolit
g. Penyakit jantung kongestif
5. Lain-lain
a. Penyakit jantung iskemik
b. Penyakit kolagen5-11
6
motilitas diantaranya; waktu pengosongan lambung yang lambat, abnormalitas
kontraktil, abnormalitas mioelektrik lambung, refluks gastroduodenal. Penderita
dengan dispepsia fungsional biasanya sensitif terhadap produksi asam lambung
yaitu kenaikan asam lambung.
Kelainan psikis, stress dan faktor lingkungan juga dapat menimbulkan
dispepsia fungsional.12
Kelainan non organik saluran cerna:
o Gastralgia
o Dispepsia karena asam lambung
o Dispepsia flatulen
o Dispepsia alergik
o Dispepsia essensial
o Pseudoobstruksi intestinal kronik
o Kelainan susunan saraf pusat (CVD, epilepsi).
o Psikogen : Histeria, psikosomatik
7
dapat ditemukan untuk menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus
untuk membawa nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel-sel
tersebut. Muscularis adalah lapisan otot yang membantu perut dalam pencernaan
mekanis. Lapisan ini dibagi menjadi 3 lapisan otot, yakni otot melingkar,
memanjang, dan menyerong. Kontraksi dari ketiga macam lapisan otot tersebut
mengakibatkan gerak peristaltik (gerak menggelombang). Gerak peristaltik
menyebabkan makanan di dalam lambung diaduk-aduk. Lapisan terluar yaitu
serosa berfungsi sebagai lapisan pelindung perut. Sel-sel di lapisan ini
mengeluarkan sejenis cairan untuk mengurangi gaya gesekan yang terjadi antara
perut dengan anggota tubuh lainnya.13
8
terluar sel agar tidak rusak karena enzim pepsin dan asam lambung. Sel parietal
berfungsi untuk memproduksi asam lambung [Hydrochloric acid] yang berguna
dalam pengaktifan enzim pepsin. Diperkirakan bahwa sel parietal memproduksi
1.5 mol dm-3 asam lambung yang membuat tingkat keasaman dalam lambung
mencapai pH 2 yang bersifat sangat asam. Sel chief berfungsi untuk memproduksi
pepsinogen, yaitu enzim pepsin dalam bentuk tidak aktif. Sel chief memproduksi
dalam bentuk tidak aktif agar enzim tersebut tidak mencerna protein yang dimiliki
oleh sel tersebut yang dapat menyebabkan kematian pada sel tersebut.13
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi
lembut seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung
bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum.
Caranya, otot pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika
tersentuh kim yang bersifat asam. Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke
duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika tersentuh kim. Jadi, misalnya kim
yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan membuka, sehingga
makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang, pilorus
menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamannya menurun. Makanan
yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka.
Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian
9
seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi
segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5 jam,
lambung kosong kembali.13
Pengaturan peristiwa ini terjadi baik melalui saraf maupun hormon. Impuls
parasimpatikus yang disampaikan melalui nervus vagus akan meningkatkan
motilitas, secara reflektoris melalui vagus juga akan terjadi pengosongan
lambung. Refleks pengosongan lambung ini akan dihambat oleh isi yang penuh,
kadar lemak yang tinggi dan reaksi asam pada awal duodenum. Keasaman ini
disebabkan oleh hormon saluran cerna terutama sekretin dan kholesistokinin-
pankreo-zimin, yang dibentuk dalam mukosa duodenum dan dibawa bersama
aliran darah ke lambung. Dengan demikian proses pengosongan lambung
merupakan proses umpan balik humoral.13
Kelenjar di lambung tiap hari membentuk sekitar 2-3 liter getah lambung,
yang merupakan larutan asam klorida yang hampir isotonis dengan pH antara 0,8-
1,5, yang mengandung pula enzim pencemaan, lendir dan faktor intrinsik yang
dibutuhkan untuk absorpsi vitamin B12. Asam klorida menyebabkan denaturasi
protein makanan dan menyebabkan penguraian enzimatik lebih mudah. Asam
klorida juga menyediakan pH yang cocok bagi enzim lambung dan mengubah
pepsinogen yang tak aktif menjadi pepsin. 13
10
langsung pada sel parietal dan sel epitel serta akan membebaskan gastrin dari sel
G antrum. Melalui aliran darah, gastrin akan sampai pada sel parietal dan akan
menstimulasinya sehingga sel itu membebaskan asam klorida. Pada sekresi asam
klorida ini, histamin juga ikut berperan. Histamin ini dibebaskan oleh mastosit
karena stimulasi vagus (gambar 3). Secara tak langsung dengan pembebasan
histamin ini gastrin dapat bekerja.13
Fase Usus mula-mula akan terjadi peningkatan dan kemudian akan diikuti
dengan penurunan sekresi getah lambung. Jika kim yang asam masuk ke usus
duabelas jari akan dibebaskan sekretin. Ini akan menekan sekresi asam klorida
dan merangsang pengeluaran pepsinogen. Hambatan sekresi getah lambung
lainnya dilakukan oleh kholesistokinin-pankreozimin, terutama jika kim yang
banyak mengandung lemak sampai pada usus halus bagian atas.13
11
Rangsang bau dan
Rangsang n. Vagus
rangsang kecap
Degranulasi mastosit
Pembebasan
Stimulasi sel G
asethilkolin
Pembebasan HCl
2.4 PATOFISIOLOGI
12
terhadap sindrom dispepsia. Pada keadaan normal seharusnya fundus
relaksasi, baik saat mencerna makanan maupun bila terjadi distensi
duodenum. Pengosongan makanan bertahap dari corpus gaster menuju ke
bagian fundus dan duodenum diatur oleh refleks vagal. Pada beberapa
pasien dyspepsia non ulkus, refleks ini tidak berfungsi dengan baik
sehingga pengisian bagian antrum terlalu cepat.2
13
Gastritis Helicobacter pylori
14
kardiak dan nyeri ulu hati fungsional. Lebih dari 80% dengan Sindrom
Kolon Iritatif menderita dispepsia dan lebih dari sepertiga pasien dengan
dispepsia kronis juga mempunyai gejala Sindrom Kolon Iritatif. Pasien
dengan kelainan seperti ini sering ada gejala extra GI seperti migrain,
myalgia dan disfungsi kencing dan ginekologi. Pada anamnesis dispepsia
jangan lupa menanyakan gejala Sindrom Kolon Iritatif seperti nyeri
abdomen mereda setelah defikasi, perubahan frekuensi buang air besar
atau bentuknya mengalami perubahan, perut tegang, tidak dapat menahan
buang air besar dan perut kembung. Beberapa pasien juga mengalami
aerophagia, lingkaran setan dari perut kembung diikuti oleh masuknya
udara untuk menginduksi sendawa, diikuti oleh kembung yang lebih
darah. Ini memerlukan perbaikan tingkah laku.Abnormalitas di atas belum
semua diidentifikasi oleh semua peneliti dan tidak selalu muncul pada
semua penderita. Hasil yang kurang konsisten dari bermacam terapi yang
digunakan untuk terapi dispepsia non ulkus mendukung keanekaragaman
kelompok ini. 2,12,14.
15
fosfolipid yang menutup mukosa lambung. H. Pylori juga mengeluarkan toksin
yang beperan dalam peradangan dan reaksi imun local.13
Aspirin, alkohol, garam empedu dan zat – zat lain yang merosak mukosa
lambung mengubah permeabilitas sawar epitel, sehingga memungkinkan difusi
balik asam klorida yang mengakibatkan kerosakan jaringan, terutama pembuluh
darah. Histamin dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin lebih lanjut dan
meningkatkan permeabilitas kapiler terhadap protein. Mukosa menjadi edema dan
16
sejumlah besar protein plasma dapat hilang. Mukosa kapiler dapat rusak,
mengakibatkan terjadinya hemoragi interstitial dan perdarahan. Sawar mukosa
tidak dipengaruhi oleh penghambatan vagus atau atropine, tetapi difusi balik
dihambat oleh gastrin.13
Daya tahan duodenum yang kuat terhadap ulkus peptikum diduga akibat
fungsi kelenjar Brunner (kelenjar duodenum submukosa dalam dinding usus)
yang memproduksi sekret mukoid yang sangat alkali, pH 8 dan kental untuk
menetralkan kimus asam. Penderita ulkus peptikum sering mengalami sekresi
asam berlebihan. Faktor penurunan daya tahan jaringan juga terlibat dalam ulkus
peptikum. Daya tahan jaringan juga bergantung pada banyaknya suplai darah dan
cepatnya regenerasi sel epitel (dalam keadaan normal diganti setiap 3 hari).
kegagalan mekanisme ini juga berperan dalam patogenesis ulkus peptikum. 13
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat
akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan
kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai
dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa
penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa
mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual,
sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).6
17
Dispepsia Organik
a. Dispepsia Ulkus
Gejala utama dari ulkus peptikum adalah hunger pain food relief.
Untuk ulkus duodeni nyeri umumnya terjadi 1 sampai 3 jam setelah makan,
dan penderita sering terbangun di tengah malam karena nyeri. Tetapi banyak
juga kasus kasus yang gejalanya tidak jelas dan bahkan tanpa gejala. Pada
ulkus lambung seringkali gejala hunger pain food relief tidak jelas, bahkan
kadang kadang penderita justru merasa nyeri setelah makan.15
b. GERD
Dahulu GERD dimasukkan dalam dispepsia fungsional tetapi setelah
ditemukan dasar-dasar organik maka GERD dimasukan kedalam dispepsia
organik. Penyakit ini disebabkan Inkompetensi/relaksasi sphincter cardia
yang menyebabkan regurgitasi asam lambung ke dalam esofagus.
18
Gejala GERD :
o “Heart Burn”
o Rasa panas di epigastrium
o Rasa nyeri retrosternal
o Regurgitasi asam
o Pada kasus berat : ada gangguan menelan
o Nafas pendek
o Wheezing
o Batuk-batuk
Gambaran Endoskopi:
Didapatkan lesi berupa robekan pada daerah spinter esophagus yang dibagi
menjadi 4 derajat (Pembagian Los Angeles) :
Grade A :
Grade B :
Ada robekan mukosa yang lebih dari 5 mm dan kalau ada robekan mukosa di
tempat lain tidak berhubungan dengan robekan mukosa yang pertama.
Grade C :
19
Grade D :
Dispepsia Fungsional
2.6 ANAMNESIS
20
atau esophagus, penyakit ulkus, pankreatitis kronis atau keganasan pankreas
empedu.11
21
Kemudian, lakukan pemeriksaan sistem tubuh badan lainnya. Perlu
ditanyakan perubahan tertentu yang dirasai pasien, keadaan umum dan kesadaran
pasien diperhatikan. Auskultasi bunyi gallop atau murmur di jantung. Perkusi paru
untuk mengetahui konsolidasi. Perhatikan dan lakukan pemeriksaan terhadap
ektremitas, adakah terdapat perifer edema dan dirasakan adakah akral hangat atau
dingin. Lakukan juga perabaan terhadap kelenjar limfa.6-11
2. Barium enema untuk memeriksa esophagus, Lambung atau usus halus dapat
dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah,
penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk
bila penderita makan. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi kelainan
struktural dinding/mukosa saluran cerna bagian atas seperti adanya tukak atau
gambaran ke arah tumor.1,3,15
22
apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan
pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.2,3,7
Pemeriksaan ini sangat dianjurkan untuk dikerjakan bila dispepsia tersebut
disertai oleh keadaan yang disebut alarm symptoms, yaitu adanya penurunan
berat badan, anemia, muntah hebat dengan dugaan adanya obstruksi, muntah
darah, melena, atau keluhan sudah berlangsung lama, dan terjadi pada usia
lebih dari 45tahun.1
23
5. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi esofagus
atau respon esofagus terhadap asam.
2.9 DIAGNOSIS
2. cepat kenyang
3. nyeri epigastrik
Kriteria haruslah terjadi dalam masa 3 bulan terakhir dengan onset gejala
klinis sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum diagnosis.3
24
Dispepsia adalah merupakan suatu simptom atau kelompok keluhan atau
gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis. Diferensial diagnosis dyspepsia
adalah seperti box 1. Sangat penting mencari clue atau penanda akan gejala dan
keluhan yang merupakan etiologi yang bisa ditemukan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. 50%–60% kasus, didapati tidak ada penyebab yang terdeteksi
di mana pasien dikatakan merupakan dispepsia fungsional. Prevalensi ulkus
peptikum adalah 15%- 25% dan prevalensi esofagitis adalah 5%-15%. Kanker
digestif bagian atas < 2%. Disebabkan kanker digestif bagian atas jarang pada
umur <50 tahun, pemeriksaan endoskopi direkomendasi pada pasien yang berusia
> 50 tahun. Juga direkomendasi pada pasien yang mangalami penurunan berat
badan yang signifikan, terjadi pendarahan, dan muntah yang terlalu teruk.2
Ulkus peptikum.
Cholelithiasis or choledocholithiasis.
Pankreatitis Kronik.
2.11 PENATALAKSANAAN
25
kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas
endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat.
1. Antasid
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir
sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandungi Na bikarbonat, Al(OH)3,
Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus- menerus, sifatnya
hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam
waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik,
namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa
MgCl2. Sering digunakan adalah gabungan Aluminium hidroksida dan magnesium
hidroksida.Aluminum hidroksida boleh menyebabkan konstipasi dan penurunan
fosfat; magnesium hidroksida bisa menyebabkan BAB encer. Antacid yang sering
digunakan adalah seperti Mylanta, Maalox, merupakan kombinasi Aluminium
hidroksida dan magnesium hidroksida. Magnesium kontraindikasi kepada pasien
gagal ginjal kronik karena bisa menyebabkan hipermagnesemia, dan aluminium
bisa menyebabkan kronik neurotoksik pada pasien tersebut.15
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat
menekan seksresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.10
3. Antagonis reseptor H2
26
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik
atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis
reseptor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.10,15
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari
proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah
omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol. Waktu paruh PPI adalah ~18jam ; jadi,
bisa dimakan antara 2 dan 5 hari supaya sekresi asid gastrik kembali kepada
ukuran normal. Supaya terjadi penghasilan maksimal, digunakan sebelum makan
yaitu sebelum sarapan pagi kecuali omeprazol.15
5. Sitoprotektif
6. Golongan prokinetik
27
Eradikasi bakteri Helicobacter pylori membantu mengurangi simptom pada
sebagian pasien dan biasanya digunakan kombinasi antibiotik seperti amoxicillin
(Amoxil), clarithromycin (Biaxin), metronidazole (Flagyl) dan tetracycline
(Sumycin).6
Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmakoterapi (obat anti-
depresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang
keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan
depresi.2,6-12
1. Farmakologis
2. Psikoterapi
Reassurance
Edukasi mengenai penyakitnya
Dianjurkan makan dalam porsi yang lebih kecil tetapi lebih sering.
Makanan tinggi lemak dihindarkan
28
Pasien dengan keluhan dismotility – like symptom bisa diobati dengan
sama ada dengan acid suppressive therapy, prokinetic agents, atau 5-HT1 agonists.
Metoclopramide dan domperidone menunjukkan antara obat placebo dalam
pengobatan dispepsia fungsional.16
2.12 PENCEGAHAN
29
effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga
teratur dan relaksasi yang cukup.
Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan
OAINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan
dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti
dengan penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.
Ikuti rekomendasi dokter.6-11
2.13 PROGNOSIS
30
BAB III
A. Tinjauan Kasus
Waktu kunjungan : Kamis, 7 Desember 2017 (Kunjungan I)
Selasa, 12 Desember 2017 (Kunjungan II)
Tempat kunjungan : BTN. Magaga Blok.B No.12
B. Identitas Pasien
Nama : Nn. Eka
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : BTN Magaga Blok B no. 12
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku : Bugis
Agama : Islam
Tabel 4. Daftar Anggota Keluarga
No Nama Hub. Umur/ Pekerjaan Pendidikan Ket.
Keluarga JK Terakhir
1. Kepala 57 Wiraswasta SMA Sehat
Ramli
Keluarga thn/L
2. 52 IRT SMA Sehat
Hasdia Istri
thn/P
3. Eka 25 Mahasiswa SMA Sakit
Anak
thn/P
4. Anni Safitri 15 Pelajar SMP Sehat
Anak
thn/P
Sumber : data primer, tahun 2017
31
C. Genogram Keluarga
Keterangan :
: Ibu/Perempuan
: Bapak/Laki-laki
: Penderita
: Saudara/perempuan
D. Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri ulu hati
Pasien sudah sejak lama merasakan tidak nyaman pada daerah uluhatinya tetapi
pasien menganggap hal yang biasa dan tidak memeriksakan kedokter.
32
Riwayat keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mengeluh hal serupa seperti pasien, akan tetapi
suami pasien memiliki riwayat penyakit jantung dan sering mengontrol
kesehatannya di rumah sakit.
Riwayat psikososial
a. Pekerjaan
b. Pernikahan
c. Sosial
d. Gaya hidup
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Compos mentis, sakit ringan
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekwensi nadi : 80 x/mnt
Frekwensi nafas : 20 x/mnt
Suhu : 36,8oC
Kepala : Normal
Kulit : Normal
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Telinga : Serumen (-), Otore (-), Perdarahan (-)
33
Hidung : Sekret (-), Epistaksis (-)
Tenggorok : T1T1 , hiperemis (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax :
Pulmo
Inspeksi : simetris ki = ka
Palpasi : vokal fremitus ki = ka
Perkusi : sonor (+)
Auskultasi : vesikuler (+/+) , BT : (-/-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : pekak (+)
Auskultasi : BJ I/II reguler, bising (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar, ikut gerak napas (-), deformitas (-)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), massa (-)
Perkusi : timpani (+)
Auskultasi : bising usus (+), 8 x/ menit
Genito Urinaria : tidak diperiksa
Ekstremitas :
Edema : (-)
Akral dingin : (-)
Cap refill : <2 detik
1. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan
- Endoskopi
- USG
2. Alasan mengapa diperlukan pemeriksaan penunjang tersebut
- Endoskopi: Untuk mengindentifikasi kelainan struktural dan mukosa.
- USG: Untuk menilai kelainan pankreatobilier.
34
3 Diagnosis kerja :Dispepsia
5 Penyelesaian masalah yang dihadapi pasien, ditulis dengan lengkap
- Meminum obat yang didapat dari Puskesmas
- Mengkonsumsi makanan secara teratur 3 x sehari
- Melakukan olahraga
- Melakukan kontrol kesehatan secara teratur
6 Kapan menurut anda pasien ini perlu dirujuk, ditulis dengan lengkap
Pasien ini dirujuk apabila terdapat satu atau beberapa komplikasi.
7 Penjelasan yang anda sampaikan pada pasien dan keluarganya tentang
penyakit yang di derita
- Penjelasan mengenai gastritis merupakan penyakit tidak menular yang
disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain, pola makan yang
tidak teratur.
- Penjelasan mengenai bahaya/komplikasi dari dispepsia apabila tidak
diobati gejala bisa menjadi lebih berat.
8 Penjelasan yang anda sampaikan tentang peranan pasien dan keluarganya
dalam proses penyembuhan penyakit yang diderita
- Edukasi dan motivasi pasien akan pentingnya kepatuhan minum obat
- Motivasi pasien untuk perilaku hidup sehat dengan berolahraga serta
atur pola makan
- Menjelaskan faktor-faktor risiko yang berperan menimbulkan
penyakit dispepsia, sehingga bisa dilakukan pencegahan terutama bagi
keluarga lainnya.
- Peran keluarga sangat besar dalam memberikan perhatian dan
dukungan untuk penyembuhan pasien.
- Pemberian motivasi terhadap keluarga untuk memperhatikan pasien
terutama agar selalu mengingatkan pasien untuk meminum obat dan
periksa kesehatan secara teratur ke puskesmas atau pelayanan
kesehatan lainnya.
- Penjelasan tentang pentingnya usaha untuk perbaikan kesehatan dan
35
mencegah gejala yang lebih berat lagi
9 Penyuluhan yang anda lakukan pada pasien dan keluarganya.
- Edukasi pasien dan keluarganyaa tentang Dispepsia
- Istirahat yang cukup dan atur pola makan serta makan buah jika perlu
- Perilaku hidup sehat dengan olahraga untuk mencegah penyakit
lainnya muncul
- Mengonsumsi obat-obatan secara teratur sesuai indikasi
10 Upaya pencegahan yang anda sampaikan pada keluarganya (pencegahan
primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier)
Primordial prevention
- Pendidikan kesehatan, penyuluhan
- Gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan
- Penyedian rumah yang sehat
- Pemeriksaan kesehatan berkala
- Perbanyak aktivitas fisik
- Menghindari obesitas
Primer:
- Edukasi kepada keluarga bahwa mencegah terjadinya penyakit
lebih baik daripada mengobati.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga agar rajin mengkonsumsi
makanan yang mengandung gizi seimbang dan menghindari
makanan cepat saji.
- Menjaga badan agar tidak terlalu gemuk:
- Menghindari rokok.
Sekunder:
- Mencegah timbulnya komplikasi dengan memotivasi pasien untuk
rajin berobat dan kontrol ke pelayanan kesehatan
- Penyuluhan kepada pasien tentang gejala, penatalaksanaan dan
pencegahan komplikasi.
Tersier:
36
- Jika ada keluhan segera melakukan konsultasi
F. Diagnosis holistik
1 Aspek personal
Alasan kedatangan: Nyeri ulu hati
Kekhawatiran: Pasien khawatir tidak dapat sembuh dan penyakitnya
semakin memburuk.
Harapan : Penyakit tidak semakin memburuk dan masih dapat beraktifitas
sebagai mana biasanya.
2 Aspek risiko internal
Pasien adalah seorang wanita, mengalami dispepsia tentang pola makan
yang salah. Pasien masih sering makan makanan yang tidak sesuai dengan
ketentuan.
3 Aspek psikososial keluarga
- Hubungan antar anggota keluarga baik, terutama orang tua pasien yang
sangat peduli untuk kesembuhan pasien. Semua masalah yang ada selalu
dibicarakan dengan baik-baik dan keputusan diambil berdasarkan hasil
musyawarah atau kesepakatan bersama
37
G. Diagnosis sosial, ekonomi, pencarian pelayanan kesehatan dan
perilaku
1 Sosial Hubungan dengan keluarga dan
Adalah sikap dan perilaku keluarga masyarakat sekitar sangat baik.
selama ini dalam mempersiapkan
anggota keluarga untuk terjun ke
tengah masyarakat termasuk di
dalamnya pendidikan formal dan
informal untuk dapat mandiri.
2 Ekonomi Pasien : sebagai mahasiswa
Adalah sikap dan perilaku keluarga dengan ayah seorang wiraswasta
selama ini dalam usaha pemenuhan dan ibunya IRT
kebutuhan primer, sekunder dan
tertier.
3 Penggunaan pelayanan kesehatan Pasien saat sakit baru control ke
Perilaku keluarga apakah datang ke puskesmas.
posyandu, puskesmas dsb untuk Anggota keluarga lain ke
preventif atau hanya kuratif, atau puskesmas hanya apabila sakit.
kuratif ke pengobatan komplementer
dan alternatif, sebutkan jenisnya dan
keseringannya.
4 Perilaku yang tidak menunjang Perilaku yang tidak menunjang
kesehatan. kesehatan pada keluarga ini
Merokok, alkohol, begadang, narkoba, adalah pola makan yang belum
dll sehat, serta kurang aktivitas
olahraga
38
H. Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungan kehidupan keluarga
Kesimpulan tentang
Faktor Keterangan faktor pelayanan
kesehatan
Sarana pelayanan Puskesmas Memuaskan
kesehatan yang
digunakan oleh keluarga
Cara mencapai sarana Mengguanakan motor Memuaskan
pelayanan kesehatan tsb
Tarif pelayanan (sangat mahal,mahal, Terjangkau
kesehatan yang dirasakan terjangkau, murah, gratis)
Kualitas pelayanan (sangat baik, baik, biasa, Baik
kesehatan yang dirasakan kurang baik, buruk)
39
J. Intervensi pada keluarga
Hari / tanggal Intervensi yang dilakukan dan rencana tindak lanjut
Kunjungan - Anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
pertama, Kamis - Edukasi ke pasien tentang dispepsia mulai dari penyebab,
/ 07 Desember gejala klinis, dan manajemen penatalaksanaan dan
2017 pencegahan.
- Edukasi tentang pentingnya pengobatan gastritis
- Metode edukasi yang diberikan berupa penyuluhan dan
diskusi dengan pasien
Tindak lanjut, - Menyarankan kepada pasien untuk selalu memeriksakan diri
Selasa /12 ke pelayanan kesehatan secara berkala.
Desember 2017 - Edukasi kepada keluarga pasien untuk menghindari faktor
risiko.
- Kontrol kesehatan setelah edukasi pengobatan kepada pasien
40
6. Upaya pengobatan dasar dalam keluarga
Dalam upaya pengobatan dasar maka pasien dianjurkan selalu ke
puskesmas untuk kontrol kesehatan dan mengkonsumsi obat untuk
kesembuhan serta menghimbau keluarga pasien agar ke puskesmas
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, terutama
ketika sakit.
41
Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa saat ini semua
anggota keluarga dalam keadaan sehat kecuali pasien dan suami pasien
2. Fungsi psikologis
Hubungan dengan keluarga baik. Waktu luang digunakan untuk
menonton tv, acara kumpul keluarga lebih sering pada malam hari
3. Fungsi pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMA. Anak pertama membuka
kios depan rumah serta anak ketiga sedang menempuh pendidikan di
SMK.
4. Fungsi sosial
Penderita tinggal di kawasan pemukiman yang padat penduduk.
Hubungan dengan lingkungan sekitar pasien baik.
5. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Suami pasien: Bekerja sebagai tukang ojek
Pasien : Kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga sekaligus
membantu anak pertama di kios kecil di depan rumah.
42
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Masalah kesehatan yang dialami keluarga disebabkan karena akibat faktor
kurangnya aktivitas, pola makan yang salah
2. Pasien masih sering makan makanan yang tidak sesuai dengan ketentuan
dan ketidakteraturan pola makan.
A. Saran
1. Petugas Kesehatan
Meningkatkan peranan dokter puskesmas dalam fungsinya sebagai dokter
keluarga untuk lebih meningkatkan pengetahuannya. Dokter puskesmas
harus memberikan terutama berkaitan dengan penyakit yang terbanyak
dilingkungan puskesmas tersebut.
2. Kader Kesehatan
Lebih meningkatkan wawasan dan kerjasama yang baik dengan
masyarakat dan petugas kesehatan sehingga mampu memberikan
pelayanan yang baik bagi masyarakat dan mampu memotifasi masyarakat
untuk menuju kearah yang lebih baik.
3. Keluarga
- Meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan kepada
keluarga pasien khususnya terkait faktor resiko yang ada dalam
keluarga
- Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mencegah
memperhatikan pola hidup dengan memperhatikan pola makanannya
dan membiasakan kontrol tekanan darah, gula darah, dan berat badan
di tempat pelayanan kesehatan
- Memberikan konseling pentingnya mematuhi anjuran dokter untuk
kepentingan terapi.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Citra JT. Perbedaan depresi pada pasien dispepsia organik dan fungsional.
Bagian Psikiatri FK USU 2003.
2. David JB. Test and Treat or PPI Therapy for Dyspepsia? Journal Watch
Gastroenterology. 2008 april;
8. Fauci AS, Braunwald, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson LJ et
al. Peptic ulcer disease in Harrison’s Principle of Internal Medicine, 17th
ed, Vol.II.2008. USA: Mc Graw Hill Medical, p.287
10. Greenburger NJ. Dyspepsia. The Merck Manuals Online Medical Library.
2008 March. Available from:
http://www.merck.com/mmpe/sec02/ch007/ch007c.html.
44
11. Indigestion (Dyspepsia, Upset Stomach). Edition 2010. Available from:
http://www.medicinenet.com/dyspepsia/article.htm, 5 Juni 2010.
12. Jones MP. Evaluation and treatment of dyspepsia. Post Graduate Medical
Journal. 2003;79:25-29.
15. Riza TC, Bushra S. Dyspepsia. Prim Care Clinical Office Pract 34
2007;1:99–108.
45
LAMPIRAN DOKUMENTASI KUNJUNGAN
46