Anda di halaman 1dari 12

1. Dalam mendiagnosa PAK harus dilakukan 7 langkah diagnosis yang menjadi pedoman.

Langkah langkah tersebut adalah :

Menentukan diagnosis klinis


Dalam mendiagnosis suatu penyakit harus melalui beberapa tahapan yaitu:
• Anamnesis, yang terdiri dari keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit saat ini, riwayat
penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat reproduksi wanita ditanyakan
kepada pasien secara lengkap dan mendetail. Suatu anamnesis dapat dilakukan secara
autoanamnesis (secara langsung pada pasien) atau pada keluarga, teman kerja dll
(alloanamnesis).
• Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk menentukan kelainan suatu sistem atau organ tubuh
dengan menggunakan 4 cara yaitu inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi
(mengetuk) dan auskultasi ( mendengar menggunakan alat stetoskop). Pemeriksaan fisik
khusus juga dilakukan pemeriksaan tanda vital seperti nadi, pernafasan, tekanan darah,
suhu tubuh, status gizi dan tingkat kesadaran juga diperiksa secara detail.
• Pemeriksaan penunjang, juga dilakuakn untuk memperkuat diagnosis yang dihasilkan dari
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan
laboratorium (darah, urin, feses dll) spirometri, audiometri, rontgen, USG, EKG dll.

Menentukan Pajanan
Merupakan faktor risiko atau bahaya yang ada di tempat kerja. Bahaya potensial yang dapat
menyebabkan PAK dibagi menjadi :
Faktor Fisik
• Kebisingan (>85db)
• Suhu panas
• Suhu dingin
• Radiasi bukan pengion yang termasuk didalamnya adalah gelombang mikro, infra red, medan
listrik , dll
• Getaran lokal
• Getaran seluruh tubuh
• Ketinggian
Faktor Kimia
• Debu anorganik (contoh debu silika, debu semen, dll)
• Debu organik seperti kapas, textil, gandum
• Asap
• Bahan kimia berbahaya seperti logam berta, pelarut organik, iritan asam/basa, pestisida, uap
logam, dan cairan pembersih seperti amonia, klor, kaporit dll.
Faktor Biologi
• Bakteri / virus/ jamur/ parasit
• Darah dan cairan tubuh lain
• Nyamuk / serangga lainnya
• Limbah / kotoran manusia atau hewan
Faktor Ergonomi
• Gerakan berulang dengan tangan
• Angkat / angkut berat
• Duduk lama > 4 jam terus menerus
• Berdiri lama > 4 jam terus menerus
• Posisi tubuh tidak ergonomis
• Pencahayaan tidak sesuai
• Bekerja dengan layar/ monitor 4 jam / lebih dalam sehari
Faktor Psikososial
• Beban kerja yang tidak sesuai dengan waktu dan jumlah pekerjaan
• Pekerjaan tidak sesuai dengan penegtahuan dan keterampilan
• Ketidakjelasan tugas
• Hambatan jenajang karir
• Bekerja gilir (shift)
• Konflik dengan teman sekerja
• Konflik dalam keluarga

Menentukan hubungan antara pajanan dengan penyakit


Menentukan hubungan antara pajanan dengan penyakit dapat dilakukan berdasarkan evidence
based dan ditunjang dengan bukti yang ada.

Menentukan besarnya pajanan


Penentuan besarnya pajanan dapat dilakukan secara kuantitatif dengan melihat data pengukuran
lingkungan dan masa kerja atau secara kualitatif dengan mengamati cara kerja pekerja.

Menentukan faktor peranan individu


Peranan individu yang dimaksud adalah faktor yang mempercepat terjadinya penyakit akibat
kerja atau juga menurunkan kemungkinan penyakit akibat hubungan kerja yang seperti genetik
atau juga kurang tertib dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

Menentukan faktor lain diluar pekerjaan


Faktor lain yang dimaksud adakah pajanan selain di tempat kerja, faktor gaya hidup yang dapat
menunjang terjadinya penyakit dll.

Menentukan diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK)


Melalui beberapa tahapan diatas dapat dibuktikan bahwa minimal ada satu faktor pekerjaan yang
berperan sebagai penyebab penyakit yang termasuk kategori PAK.
Tanpa 7 langkah diagnosis diatas, Penyakit Akibat Kerja tidak dapat ditegakkan. Sehingga
pemeriksaan dari segala aspek lingkungan, penderita dan pajanan dapat saling berhubungan
hingga dapat didiagnosis sebagai penyakit akibat kerja (PAK).

2. Melakukan komunikasi interpersonal yang efektif dan professional dengan pasien pekerja
Komunikasi interpersonal yang disebut juga komunikasi terapeutik, merupakan komunikasi yang
dilakukan secara sadar, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kegiatannya dipusatkan untuk
penyembuhan pasien. (Wijaya, dkk, 1996:53)

Adapun fungsi komunikasi interpersonal yang dilakukan dengan pasien adalah mendorong dan
menganjurkan untuk menjalin kerjasama antara dokter dengan pasien. Dokter berusaha
mengungkapkan perasaan, menjalankan tugas, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.

Adapun tujuan komunikasi interpersonal yaitu membantu pasien, mengurangi beban perasaan,
fikiran dan sakit yang dideritanya. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien,
membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

3. Mengidentifikasi masalah okupasi dengan anamnesis riwayat penyakit, anamnesis


pekerjaan, pemeriksaan fisik dan merujuk pemeriksaan penunjang yang diperlukan.

Identifikasi penyakit akibat kerja

Pendekatan epidemiologis (komunitas)


Untuk identifikasi hubungan kausal antara pajanan dan penyakit: Kekuatan asosiasi,
konsistensi, spesifisitas, hubungan waktu, hubungan dosis
Pendekatan klinis (individu)

Untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja: diagnosis klinis, pajanan yang dialami, hubungan
pajanan dengan penyakit, pajanan yang dialami cukup besar, peranan faktor individu, faktor
lain di luar pekerjaan, diagnosis PAK atau bukan PAK

4. Mengidentifikasi data perusahaan/lingkungan kerja yang dibutuhkan

Menurut pusat departemen kesehatan kerja Departemen kesehatan Republik Indonesia,


pengertian Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaan mereka. Sasaran ilmu tersebut berkaitan dengan peralatan dan tempat
kerja serta lingkungannya. Menurut pusat kesehatan RI upaya ergonomi antara lain
adalah penyesuaian peralatan dan tempat kerja dengan dimensi tubuh manusia, agar
manusia sebagai pelaksanaan tidak mengalami cepat lelah, dapat mengatur suhu ruangan
kerja, pengaturan pencahayaan sesuai dengan kebutuhan kondisi dan kebutuhan manusia.
Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
- Tehnik
- Fisik
- Pengalaman psikis
- Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
- Anthropometri
- Sosiologi
- Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols,dan aktivitas
otot.
- Desain, dan sebagainya

Contoh ergonomik dalam aplikasi kerja seperti, dalam penerapan Ergonomik:


1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani engan berat
tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang
belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerjalah
dengan posisi tegak ke depan.

- Usahakan pekerjaan terlihat dengan kepala dan badan tegak,kepala agak ke depan.
- Usahakan benda yang akan anda jangkau berada maksimal 15 cm di atas landasan kerja
- Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur turun dan naik

2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai
dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan
timur. Kurangi gerakan yang tidak perlu, gunakan sepatu yang senyaman mungkin.
¨ Hindari postur tubuh yang tidak berubah/statis, sesekali regangkan otot-otot anda
¨ Jika pekerjaan anda menuntut adanya koordinasi tangan atau mata (contoh: mengetik
dengan komputer) maka posisi pekerjaan perlu di dekat daerah mata, sedikit di bawah ketinggian
bahu, untuk menstabilkan tangan diberi bantalan siku/pergelangan yang nyaman dengan tujuan
mengurangi beban otot bahu
Didalam proses kerja terdapat tatacara pengaturan Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi
- Jarak mengangkat beban dikurangi
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan

gbr 2. posisi kerja & jangkauan kerja

3. Tata letak tempat kerja


Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang
berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
¨ letakkan barang-barang tersebut dalam posisi yang minimal atau terdekat dan mudah
dijangkau dan mudah terlihat
¨ Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi rileks dari bahu,
dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun. (Duduk dengan posisi
bersandar).
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, angan, punggung
dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,
jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. Beban yang diangkat
tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:

Kemampuan beban yang dapat diangkat


- Laki-laki dewasa 40 kg
- Wanita dewasa 15-20 kg
- Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
- Wanita (16-18 th) 12-15 kg
Gbr.3 Beban yang dapat diangkat

Metode mengangkat beban


Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan
harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
o Posisi kaki yang benar
o Punggung kuat dan kekar
o Posisi lengan dekat dengan tubuh
o Mengangkat dengan benar
o Menggunakan berat badan
Perlunya pelatihan bidang ergonomi, dengan adanya tuntunan dalam pelatihan yang terus menerus,
akan menjadi pembiasaan dalam waktu bekerja. Sudah barang tentu pelatihan yang harus diikuti
oleh semua pengguna fasilitas baik di bengkel maupun di laboratorium menjadi bagian
pembelajaran yang tidak terpisahkan dengan kesehatan dan keselamatan kerja, kesemuanya
ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja
Kelelahan/Fatique
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita
harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli
membedakan/membaginya sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki
performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang
setelah istirahat dan tidur yang cukup.
a.Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual), Mata merupakan indera yang
mempunyai peranan penting dalam penyelesaian pekerjaan.
b.Kebisingan.Pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah Kerusakan pada indera
pendengaran. Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian·

2. Kelelahan yang patologis


Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat
gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan
diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan
motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
4. Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas
ketahanan, akan tetapi beberapa hal dibawah ini akan mengurangi kelelahan yang
tidak seharusnya terjadi :
· Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan
tidak ada gangguan bising
· Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan
siang.
· Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
· Tempo kegiatan tidak harus terus menerus
· Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau
memungkinkan.
· Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalampeningkatan semangat kerja.
· Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
· Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
· Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
o Pekerja remaja
o Wanita hamil dan menyusui
o Pekerja yang telah berumur
o Pekerja shift
o Migrant.
· Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif
lainnya perlu diawasi.

Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata
dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada
serabut otot secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah
ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.
Kasus Ergonomi
Terdapat beberapa kasus dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Kasus-kasus tersebut antara lain:
1. Dalam pengukuran performansi atlet. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan
saat kerja. Contohnya: jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja, yang
dilakukan dengan berdiri atu duduk.
2. Pengukuran variabilitas kerja. Contohnya: analisis kinematika dan kemampuan jari-jari
tangan dari seseorang juru ketik atau operator komputer.
3. Antropometri dan Aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas Kerja
 Anthropometri secara
luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam
memerlukan interaksi manusia.
4. Kasus bekerja sambil duduk: Seorang pekerja yang setiap hari menggunakan komputer
dalam bekerja dengan posisi yang tidak nyaman, maka sering kali ia merasakan
keluhan bahwa tubuhnya sering mengalami rasa sakit/nyeri, terutama pada
bagian bahu, pergelangan tangan, dan pinggang.
5. Kasus manual material handling: Kuli panggul di pasar sering sekali mengalami
penyakit herniadan juga low back pain akibat mengangkut beban di
luar recommended weighting limit (RWL).
6. Kasus information ergonomic atau kognitive ergonomic: Operator reaktor sulit untuk
membedakan beraneka macam informasi yang disampaikan
oleh display terutama pada saat situasi darurat/emergency. Hal ini disebabkan
karena informasi tersebut sulit dimengerti oleh operator tersebut. Kejadian yang
serupa sering juga dialami oleh pilot, dimana harus menghadapi
banyak display pada waktu yang bersamaan
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut,
perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam
hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan
masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja
serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.
Ergonomi secara tehnis merupakan bagian dari hygiene kesehatan dan keselamatan kerja,
namun sampai saat ini pengembangannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan
masyarakat untuk menerima ergonomi dan penerapannya. Untuk mendapat manfaat dari
ergonomi perlu dibuat suatu program untuk menggerakkan baik masyarakat industry maupun
tradisional agar ergonomic diterapkan secara luas

5. Melakukan walk through survey

Pengenalan dari berbagai bahaya dan resiko kesehatan di lingkungan kerja biasanya
dilakukan pada waktu survey pendahuluan dengan cara melihat dan mengenal (walk through
survey), yang merupakan suatu langkah dasar yang pertama – tama harus dilakukan dalam upaya
program kesehatan lingkungan kerja. walk through survey diperlukan karena upaya ini harus bisa
dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, paling lama satu sampai dua jam saja. Jika
perusahaannya sangat besar maka dipilih satu atau dua bagian saja. Dalam panduan harus terlihat
bahaya apa yang paling menonjol, paling nyata dan potensial akan menimbulkan dampak
gangguan kesehatan dan kerugian material.1,2
Walk Through survey adalah survei untuk mendapatkan informasi yang relatif sederhana
tapi cukup lengkap dalam waktu yang relatif singkat sehingga diperlukan upaya pengumpulan data
untuk kepentingan penilaian secara umum dan analisa sederhana. Walk Through Survey dan
Check list Walk through survey merupakan teknik utama yang penting untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi potensi bahaya di lingkungan kerja yang dapat memberikan efek atau gangguan
pada kesehatan pekerja yang terpajan.3,4,5
Tujuan dari survei ini sendiri adalah agar sebagai seorang pakar kesehatan lingkungan kerja
kita dapat memahami proses produksi, denah tempat kerja. Kemudian dapat mendengarkan
pandangan pekerja dan pengawas kesehatan dan keselamatan kerja (K3) mengenai lingkungan
kerjanya, memahami pekerja dan tugas pekerja, memahami dan mengenal bahaya lingkungan kerja
serta menginventarisir upaya K3 terhadap kebijakan, pengendalian dan pemenuhan perundang –
undangan.3,4,5
Walk through survey adalah salah satu upaya untuk mengenal bahaya di tempat kerja.
Upaya lainnya adalah pemeriksaan ditempat kerja, misalnya dengan kamera fotografi, video
kamera, termometer, higrometer, light meter, sound level meter dll. Berbeda dengan penggunaan
alat-alat itu Walk through survey mengandalkan kemampuan indra penglihatan dan intra
pendenagaran sekali-sekali dilakukan wawancara dengan pekerja.1
Sebelum melakukan walk through survey perlu diperhatikan masalah kerahasiaan
perusahaan (trade secrecy) dan konfidensialitas pekerja. Sebelum melakukan pemotretan perlu
dimintakan ijin terlebih dahulu kepada pimpinan perusahaan. Ada dua lasan untuk melarang
pemotretan : Pertama trade secrecy dan kedua adalah safety. Ada beberapa sensor pemadam apai
yang bekerja dengan adanya cahaya.1
Keuntungan dari melakukan survey ini termasuk6:
Memperoleh satu pandangan umum tentang seluruh operasional
Dapat mengidentifikasi kunci dari kebahayaan di area tempat kerja
Mengakses keefektifitas terhadap metode control pada tempat
Pada saat ‘walk-through’, pihak okupasi kesehatan dapat menanyakan hal-hal seperti berikut6:
- Apakah suatu tindakan pengukuran diperlukan di area ini?
- Jika iya, bahaya (hazard) apa yang perlu diukur?
- Dimana sebaiknya diukur?
- Pekerja mana yang sering terpapar?
- Kapan seharusnya pengukuran tersebut dibuat?
- Kesimpulan apa yang dapat diambil setelah hasil didapatkan?
Secara umum survei ini bermula pada pengenalan akan fasilitas manajemen pada
lingkungan kerja tersebut dan diskusi tentang tujuan survei tersebut. Hal ini dikarenakan
pemahaman yang jelas tentang manejemen pekerja – pekerja serta hubungannya dengan fasilitas
di lingkungan pekerja tersebut sangat penting. Sebelum survei, terlebih dahulu ada lobi dengan
manajemen perusahan tentang rencana survei guna menerangkan maksud dan tujuan survei
sehingga kita dapat memperoleh dukungan atas pelaksanaan survei tersebut. Setelah itu dapat
dilakukan diskusi untuk mendapatkan informasi riwayat singkat tentang industri atau rumah sakit
tersebut dan proses yang terlibat dalamnya seperti denah perusahaan, bagaimana pengaturan dan
populasi pekerja, kebijakan perusahan atau rumah sakit tentang K3, tanyakan pula pandangan atau
pemahaman pimpinan dan pekerja tentang K3, gambaran penerapan K3 yang dilakukan di
lingkungan pekerja tersebut serta diskusi menyeluruh tentang masalah – masalah yang pernah
timbul di lingkungan kerja tersebut.3,4,5
Kunjungan ke lapangan sebaiknya ditemani petugas setempat. Survei tersebut harus
dimulai dari awal proses atau tempat penyimpanan bahan baku atau bahan mentah yang akan
digunakan dalam kegiatan industri. Hal tersebut dibuat dalam daftar periksa mengenai bahan baku
selama proses dengan melihat potensi misalnya label peringatan tentang komposisi bahan
bakunya, debu yang beterbangan, uap atau gas yang tercium, sumber panas radiasi, temperatur dan
kelembaban, kebisingan, dan penerangan radiasi. 3,4,5
Dari sisi pekerja sendiri, pada setiap survei akan proses pembuatan bahan pakar kesehatan
lingkungan kerja harus mengobservasi juga prosedur penanganan bahan yang digunakan pekerja
dan segala sesuatu tindakan proteksi diri yang harus digunakan oleh pekerja. Kemudian meninjau
fasilitas yang menunjang kesejahteraan pekerja sendiri seperti kelengkapan obat – obatan, kondisi
sanitasi lingkunan, penyediaan air minum, tempat sampah dan penerangan, letak sumber bahaya,
pola paparannya, serta alat penegendali sumber bahaya dan letak alat – alat keselamatnnya. Jumlah
pekerja pada setiap tingkat proses pembuatan bahan harus diperhatiakan pula dengan data – data
yang relevan mengenai jenis kelamin, etnik, ataupun umur yang mungkin akan memberi efek
sensivitas terhadap bahan kimia di lingkungan kerja tersebut. Jika ada kesempatan pakar kesehatan
lingkungan kerja harus berdiskusi dengan para pekerja secara langsung untuk menerangkan tata
cara bekerja misalnya menyangkut sebab akibat jika tidak menggunakan alat proteksi diri agar
pekerja dapat mengetahui dan mencegah terjadinya bahaya.3,4,5
Survei diakhiri dengan klarifikasi semua informasi yang telah diperoleh dengan
menjelaskan potensi bahaya yang ditemukan, laporkan hasil pengamatan, evaluasi dan berikanan
saran – saran atau rekomendasi untuk perbaikan. 3,4,5

6. Melakukan penatalaksanaan medis dan okupasi pada pasien pekerja dengan terapi medis

Terapi okupasi adalah ilmu dan seni untuk mengarahkan seseorang partisipasi dalam
melaksanakan suatu aktivitas/kegiatan/ pekerjaan terpilih yang telah ditentukan, terorganisir dan
memiliki nilai, agar pasien/ anak dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin.
Terapi okupasi adalah prosedur rehabilitasi yang di dalam aturan medis sebagai suatu upaya
pemulihan/ penyembuhan atau pengobatan yang bertujuan untuk memperbaiki otot-otot secara
fisik, pekerjaan membuat seseorang akanmenggerakkan seluruh otot tubuhnya, sehingga
tubuhnya akan tetap sehat, mengurangi atau memperbaiki ketidaknormalan (kecacatan), serta
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya.

Pasien tidak merasa dipaksa, tetapi memahami aktivitas/ kegiatan atau pekerjaan ini sebagai
suatu kebutuhan dan akhir suatu keahlian yang dapat dijadikan bekal hidup. Pada terapi okupasi,
pasien/ anak tidak sadar bahwa ia sedang melakukan aktivitas/ kegiatan atau pekerjaan untuk
suatu tujuan, karena dilakukan dengan cara yang menyenangkan, bermain sambil belajar.
7. Mengetahui indikator penilaian program K3 yang dilakukan perusahaan

KESEHATAN, KESELAMATAN DAN KEAMANAN KERJA


• Pengertian Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja
• Keamanan Kerja
Pengertian keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja, baik didarat, didalam
tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun diudara. Tempat-tempat demikian tersebar pada
segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan
umum, jasa dan lain-lain. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja mengingat resiko
bahanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan mutakhir.
Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari, oleh,
untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masyarakat pada umumnya. Keamanan
kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik
berupa materil maupun nonmateril.
Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya sebagai berikut.
• Baju kerja
• Helm
• Kaca mata
• Sarung tangan
• Sepatu
Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial adalah sebagai berikut.
• Buku petunjuk penggunaan alat
• Rambu-rambu dan isyarat bahaya.
• Himbauan-himbauan
• Petugas keamanan
Tujuan Keselamatan Kerja :
• Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja.
• Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan effisien.
• Menjamin proses produksi berjalan secara aman
• Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan
usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan
oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.
Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja tidak hanya
diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan
RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan
jasmani, rohani, dan kemasyarakatan.
3 Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan
pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah sau faktor yang harus dilakukan
selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan.
Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu
dilaksanakan.
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1 Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah dijelaskan diatas.
2 Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
3 Teliti dalam bekerja
4 Melaksanakan Prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.
Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan
(Suma’mur).Sasaran Segala tempat kerja (darat, di dalam tanah, permukaan dan dalam air,
udara) :
• Industri
• Pertanian
• Purtambangan
• Perhubungan
• Pekerjaan umum
• Jas
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja
adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama
bekerja di tempat kerja. Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber
bahaya.
Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi kecelakaan yang disebabkan oleh :
1 Mesin
2 Alat angkutan
3 Peralatan kerja yang lain
4 Bahan kimia
5 Lingkungan kerja
Penyebab yang lain

Anda mungkin juga menyukai