Tugas KAKAO IKK
Tugas KAKAO IKK
Menentukan Pajanan
Merupakan faktor risiko atau bahaya yang ada di tempat kerja. Bahaya potensial yang dapat
menyebabkan PAK dibagi menjadi :
Faktor Fisik
• Kebisingan (>85db)
• Suhu panas
• Suhu dingin
• Radiasi bukan pengion yang termasuk didalamnya adalah gelombang mikro, infra red, medan
listrik , dll
• Getaran lokal
• Getaran seluruh tubuh
• Ketinggian
Faktor Kimia
• Debu anorganik (contoh debu silika, debu semen, dll)
• Debu organik seperti kapas, textil, gandum
• Asap
• Bahan kimia berbahaya seperti logam berta, pelarut organik, iritan asam/basa, pestisida, uap
logam, dan cairan pembersih seperti amonia, klor, kaporit dll.
Faktor Biologi
• Bakteri / virus/ jamur/ parasit
• Darah dan cairan tubuh lain
• Nyamuk / serangga lainnya
• Limbah / kotoran manusia atau hewan
Faktor Ergonomi
• Gerakan berulang dengan tangan
• Angkat / angkut berat
• Duduk lama > 4 jam terus menerus
• Berdiri lama > 4 jam terus menerus
• Posisi tubuh tidak ergonomis
• Pencahayaan tidak sesuai
• Bekerja dengan layar/ monitor 4 jam / lebih dalam sehari
Faktor Psikososial
• Beban kerja yang tidak sesuai dengan waktu dan jumlah pekerjaan
• Pekerjaan tidak sesuai dengan penegtahuan dan keterampilan
• Ketidakjelasan tugas
• Hambatan jenajang karir
• Bekerja gilir (shift)
• Konflik dengan teman sekerja
• Konflik dalam keluarga
2. Melakukan komunikasi interpersonal yang efektif dan professional dengan pasien pekerja
Komunikasi interpersonal yang disebut juga komunikasi terapeutik, merupakan komunikasi yang
dilakukan secara sadar, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kegiatannya dipusatkan untuk
penyembuhan pasien. (Wijaya, dkk, 1996:53)
Adapun fungsi komunikasi interpersonal yang dilakukan dengan pasien adalah mendorong dan
menganjurkan untuk menjalin kerjasama antara dokter dengan pasien. Dokter berusaha
mengungkapkan perasaan, menjalankan tugas, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.
Adapun tujuan komunikasi interpersonal yaitu membantu pasien, mengurangi beban perasaan,
fikiran dan sakit yang dideritanya. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien,
membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
Untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja: diagnosis klinis, pajanan yang dialami, hubungan
pajanan dengan penyakit, pajanan yang dialami cukup besar, peranan faktor individu, faktor
lain di luar pekerjaan, diagnosis PAK atau bukan PAK
- Usahakan pekerjaan terlihat dengan kepala dan badan tegak,kepala agak ke depan.
- Usahakan benda yang akan anda jangkau berada maksimal 15 cm di atas landasan kerja
- Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur turun dan naik
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai
dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan
timur. Kurangi gerakan yang tidak perlu, gunakan sepatu yang senyaman mungkin.
¨ Hindari postur tubuh yang tidak berubah/statis, sesekali regangkan otot-otot anda
¨ Jika pekerjaan anda menuntut adanya koordinasi tangan atau mata (contoh: mengetik
dengan komputer) maka posisi pekerjaan perlu di dekat daerah mata, sedikit di bawah ketinggian
bahu, untuk menstabilkan tangan diberi bantalan siku/pergelangan yang nyaman dengan tujuan
mengurangi beban otot bahu
Didalam proses kerja terdapat tatacara pengaturan Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi
- Jarak mengangkat beban dikurangi
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata
dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada
serabut otot secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah
ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.
Kasus Ergonomi
Terdapat beberapa kasus dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Kasus-kasus tersebut antara lain:
1. Dalam pengukuran performansi atlet. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan
saat kerja. Contohnya: jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja, yang
dilakukan dengan berdiri atu duduk.
2. Pengukuran variabilitas kerja. Contohnya: analisis kinematika dan kemampuan jari-jari
tangan dari seseorang juru ketik atau operator komputer.
3. Antropometri dan Aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas Kerja
Anthropometri secara
luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam
memerlukan interaksi manusia.
4. Kasus bekerja sambil duduk: Seorang pekerja yang setiap hari menggunakan komputer
dalam bekerja dengan posisi yang tidak nyaman, maka sering kali ia merasakan
keluhan bahwa tubuhnya sering mengalami rasa sakit/nyeri, terutama pada
bagian bahu, pergelangan tangan, dan pinggang.
5. Kasus manual material handling: Kuli panggul di pasar sering sekali mengalami
penyakit herniadan juga low back pain akibat mengangkut beban di
luar recommended weighting limit (RWL).
6. Kasus information ergonomic atau kognitive ergonomic: Operator reaktor sulit untuk
membedakan beraneka macam informasi yang disampaikan
oleh display terutama pada saat situasi darurat/emergency. Hal ini disebabkan
karena informasi tersebut sulit dimengerti oleh operator tersebut. Kejadian yang
serupa sering juga dialami oleh pilot, dimana harus menghadapi
banyak display pada waktu yang bersamaan
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut,
perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam
hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan
masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja
serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.
Ergonomi secara tehnis merupakan bagian dari hygiene kesehatan dan keselamatan kerja,
namun sampai saat ini pengembangannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan
masyarakat untuk menerima ergonomi dan penerapannya. Untuk mendapat manfaat dari
ergonomi perlu dibuat suatu program untuk menggerakkan baik masyarakat industry maupun
tradisional agar ergonomic diterapkan secara luas
Pengenalan dari berbagai bahaya dan resiko kesehatan di lingkungan kerja biasanya
dilakukan pada waktu survey pendahuluan dengan cara melihat dan mengenal (walk through
survey), yang merupakan suatu langkah dasar yang pertama – tama harus dilakukan dalam upaya
program kesehatan lingkungan kerja. walk through survey diperlukan karena upaya ini harus bisa
dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, paling lama satu sampai dua jam saja. Jika
perusahaannya sangat besar maka dipilih satu atau dua bagian saja. Dalam panduan harus terlihat
bahaya apa yang paling menonjol, paling nyata dan potensial akan menimbulkan dampak
gangguan kesehatan dan kerugian material.1,2
Walk Through survey adalah survei untuk mendapatkan informasi yang relatif sederhana
tapi cukup lengkap dalam waktu yang relatif singkat sehingga diperlukan upaya pengumpulan data
untuk kepentingan penilaian secara umum dan analisa sederhana. Walk Through Survey dan
Check list Walk through survey merupakan teknik utama yang penting untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi potensi bahaya di lingkungan kerja yang dapat memberikan efek atau gangguan
pada kesehatan pekerja yang terpajan.3,4,5
Tujuan dari survei ini sendiri adalah agar sebagai seorang pakar kesehatan lingkungan kerja
kita dapat memahami proses produksi, denah tempat kerja. Kemudian dapat mendengarkan
pandangan pekerja dan pengawas kesehatan dan keselamatan kerja (K3) mengenai lingkungan
kerjanya, memahami pekerja dan tugas pekerja, memahami dan mengenal bahaya lingkungan kerja
serta menginventarisir upaya K3 terhadap kebijakan, pengendalian dan pemenuhan perundang –
undangan.3,4,5
Walk through survey adalah salah satu upaya untuk mengenal bahaya di tempat kerja.
Upaya lainnya adalah pemeriksaan ditempat kerja, misalnya dengan kamera fotografi, video
kamera, termometer, higrometer, light meter, sound level meter dll. Berbeda dengan penggunaan
alat-alat itu Walk through survey mengandalkan kemampuan indra penglihatan dan intra
pendenagaran sekali-sekali dilakukan wawancara dengan pekerja.1
Sebelum melakukan walk through survey perlu diperhatikan masalah kerahasiaan
perusahaan (trade secrecy) dan konfidensialitas pekerja. Sebelum melakukan pemotretan perlu
dimintakan ijin terlebih dahulu kepada pimpinan perusahaan. Ada dua lasan untuk melarang
pemotretan : Pertama trade secrecy dan kedua adalah safety. Ada beberapa sensor pemadam apai
yang bekerja dengan adanya cahaya.1
Keuntungan dari melakukan survey ini termasuk6:
Memperoleh satu pandangan umum tentang seluruh operasional
Dapat mengidentifikasi kunci dari kebahayaan di area tempat kerja
Mengakses keefektifitas terhadap metode control pada tempat
Pada saat ‘walk-through’, pihak okupasi kesehatan dapat menanyakan hal-hal seperti berikut6:
- Apakah suatu tindakan pengukuran diperlukan di area ini?
- Jika iya, bahaya (hazard) apa yang perlu diukur?
- Dimana sebaiknya diukur?
- Pekerja mana yang sering terpapar?
- Kapan seharusnya pengukuran tersebut dibuat?
- Kesimpulan apa yang dapat diambil setelah hasil didapatkan?
Secara umum survei ini bermula pada pengenalan akan fasilitas manajemen pada
lingkungan kerja tersebut dan diskusi tentang tujuan survei tersebut. Hal ini dikarenakan
pemahaman yang jelas tentang manejemen pekerja – pekerja serta hubungannya dengan fasilitas
di lingkungan pekerja tersebut sangat penting. Sebelum survei, terlebih dahulu ada lobi dengan
manajemen perusahan tentang rencana survei guna menerangkan maksud dan tujuan survei
sehingga kita dapat memperoleh dukungan atas pelaksanaan survei tersebut. Setelah itu dapat
dilakukan diskusi untuk mendapatkan informasi riwayat singkat tentang industri atau rumah sakit
tersebut dan proses yang terlibat dalamnya seperti denah perusahaan, bagaimana pengaturan dan
populasi pekerja, kebijakan perusahan atau rumah sakit tentang K3, tanyakan pula pandangan atau
pemahaman pimpinan dan pekerja tentang K3, gambaran penerapan K3 yang dilakukan di
lingkungan pekerja tersebut serta diskusi menyeluruh tentang masalah – masalah yang pernah
timbul di lingkungan kerja tersebut.3,4,5
Kunjungan ke lapangan sebaiknya ditemani petugas setempat. Survei tersebut harus
dimulai dari awal proses atau tempat penyimpanan bahan baku atau bahan mentah yang akan
digunakan dalam kegiatan industri. Hal tersebut dibuat dalam daftar periksa mengenai bahan baku
selama proses dengan melihat potensi misalnya label peringatan tentang komposisi bahan
bakunya, debu yang beterbangan, uap atau gas yang tercium, sumber panas radiasi, temperatur dan
kelembaban, kebisingan, dan penerangan radiasi. 3,4,5
Dari sisi pekerja sendiri, pada setiap survei akan proses pembuatan bahan pakar kesehatan
lingkungan kerja harus mengobservasi juga prosedur penanganan bahan yang digunakan pekerja
dan segala sesuatu tindakan proteksi diri yang harus digunakan oleh pekerja. Kemudian meninjau
fasilitas yang menunjang kesejahteraan pekerja sendiri seperti kelengkapan obat – obatan, kondisi
sanitasi lingkunan, penyediaan air minum, tempat sampah dan penerangan, letak sumber bahaya,
pola paparannya, serta alat penegendali sumber bahaya dan letak alat – alat keselamatnnya. Jumlah
pekerja pada setiap tingkat proses pembuatan bahan harus diperhatiakan pula dengan data – data
yang relevan mengenai jenis kelamin, etnik, ataupun umur yang mungkin akan memberi efek
sensivitas terhadap bahan kimia di lingkungan kerja tersebut. Jika ada kesempatan pakar kesehatan
lingkungan kerja harus berdiskusi dengan para pekerja secara langsung untuk menerangkan tata
cara bekerja misalnya menyangkut sebab akibat jika tidak menggunakan alat proteksi diri agar
pekerja dapat mengetahui dan mencegah terjadinya bahaya.3,4,5
Survei diakhiri dengan klarifikasi semua informasi yang telah diperoleh dengan
menjelaskan potensi bahaya yang ditemukan, laporkan hasil pengamatan, evaluasi dan berikanan
saran – saran atau rekomendasi untuk perbaikan. 3,4,5
6. Melakukan penatalaksanaan medis dan okupasi pada pasien pekerja dengan terapi medis
Terapi okupasi adalah ilmu dan seni untuk mengarahkan seseorang partisipasi dalam
melaksanakan suatu aktivitas/kegiatan/ pekerjaan terpilih yang telah ditentukan, terorganisir dan
memiliki nilai, agar pasien/ anak dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin.
Terapi okupasi adalah prosedur rehabilitasi yang di dalam aturan medis sebagai suatu upaya
pemulihan/ penyembuhan atau pengobatan yang bertujuan untuk memperbaiki otot-otot secara
fisik, pekerjaan membuat seseorang akanmenggerakkan seluruh otot tubuhnya, sehingga
tubuhnya akan tetap sehat, mengurangi atau memperbaiki ketidaknormalan (kecacatan), serta
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya.
Pasien tidak merasa dipaksa, tetapi memahami aktivitas/ kegiatan atau pekerjaan ini sebagai
suatu kebutuhan dan akhir suatu keahlian yang dapat dijadikan bekal hidup. Pada terapi okupasi,
pasien/ anak tidak sadar bahwa ia sedang melakukan aktivitas/ kegiatan atau pekerjaan untuk
suatu tujuan, karena dilakukan dengan cara yang menyenangkan, bermain sambil belajar.
7. Mengetahui indikator penilaian program K3 yang dilakukan perusahaan