Anda di halaman 1dari 5

2

Jumlah total penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun.

Dari jumlah penderita itu sekitar 2,5% / 250.000 orang meninggal, dan

sisanya cacat ringan maupun lumpuh berat (Japardi dan Iskandar, 2013).

Berdasarkan studi pendahuluan pada pasien di RSUD Blambangan

Banyuwangi pada tanggal 23-24 Februari 2017 oleh peneliti terdapat 111

pasien yang mengalami stroke aktif di Ruang rawat inap RSUD Blambangan.

Stroke sebagai salah satu penyakit gangguan pembuluh darah otak dapat

mengakibatkan cacat fisik yang disebut hemiplegy (kelumpuhan separo), 80-

85% penderita stroke adalah stroke tipe iskemik yang terjadi akibat obstruksi

atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sel-sel

saraf yang mengalami iskemik, 80% (CBF 10 ml/100 gr jaringan otak/menit)

akan mengalami kerusakan irreversible dalam beberapa menit. Otak tidak

bisa menyimpan darah atau oksigen dan membutuhkan pasokan konstan

untuk berfungsi secara normal. Otak membutuhkan arteri yang membawa

darah dan oksigen. Ketika arteri diblokir sel-sel otak tidak berfungsi dan mati

dengan cepat. Itu sebabnya sebuah stroke iskemik mengarah kebeberapa

komplikasi seperti gangguan fisik misalnya kehilangan fungsi motorik berupa

hemiplegic, dan hemiparese. Kehilangan fungsi komunikasi berupa disartria,

afasia, aprasia. Gangguan persepsi visual, gangguan visual spasial,

kehilangan fungsi sensori, dan masih banyak lagi (Harun, 2008).

Pertolongan dan pengobatan pasien stroke ditujukan untuk meningkatkan

aliran darah otak, mencegah kematian dan meminimalkan kecacatan yang

ditimbulkan (Harun, 2008). Untuk penanganan pasien stroke yang akut

biasanya diberikan microplasmin, dipasang infus untuk memasukkan cairan


3

dan zat makanan, kemudian diberikan manitol atau kortikosteroid untuk

mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak, akibat infiltrasi sel

darah putih. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala

lainnya bisa dicegah atau dipulihkan jika recombinan tissue plasminogen

activator (rtPA) atau streptokinase yang berfungsi menghancurkan emboli

diberikan dalam waktu 3 jam.

Rehabilitasi dan latihan ROM (Range Of Motion) merupakan salah satu

terapi lanjutan pada pasien stroke setelah fase akut telah lewat dan memasuki

fase penyembuhan. Latihan ini diharapkan bisa menstabilkan neurologis

hemodinamik yang dapat mempengaruhi neuroplastik sehingga

memungkinkan perbaikan fungsi sensorimotorik untuk melakukan pemetaan

ulang di area otak yang mengalami kerusakan. Dengan stimuli dari latihan

ROM ini bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah ke otak bisa

terpecah dan area otak yang mengalami peri-infark bisa pulih kembali serta

pemetaan ulang di area otak ini bisa mengembalikan fungsi otak walaupun

tidak kembali secara normal. Dengan serangkaian latihan yang ditingkatkan

diharapkan dapat menghasilkan hasil yang lebih baik. (Carpenito, 2008).

Proses kontraksi otot terjadi akibat dari interaksi antara actin dan myosin,

sehingga otot mampu berkontraksi. Otot bekerja dengan cara berkontraksi

sehingga otot akan memendek, mengeras dan bagian tengahnya

menggelembung (membesar). Karena memendek maka tulang yang dilekati

oleh otot tersebut akan tertarik atau terangkat. Keadaan ini dikenal dengan

kekuatan otot. Strength otot atau kekuatan otot merupakan sumber dasar

dalam melakukan semua kegiatan aktivitas kehidupan pasien (Lily, 2007).


4

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “ pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) terhadap

perubahanActivity Daily Living (ADL) pada pasien stroke aktif di RSUD

Blambangan Banyuwangi tahun 2017 “

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang maka dapat dirumuskan

permasalahannya sebagai berikut:

Adakah pengaruh LatihanRange Of Motion(ROM) terhadap perubahan

Activity Daily Living (ADL) pada pasien stroke aktif di RSUD Blambangan

Banyuwangi tahun 2017 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) terhadap

perubahanActivity Daily Living (ADL) pada pasien stroke aktif di RSUD

Blambangan Banyuwangi tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Teridentifikasinya Activity Daily Living(ADL) pada pasien stroke

sebelum dilakukan latihanRange Of Motion (ROM) di RSUD

Blambangan Banyuwangi tahun 2017.


5

2. Teridentifikasinya Activity Daily Living(ADL) pada pasien stroke

sesudah dilakukan latihanRange Of Motion (ROM) di RSUD

Blambangan Banyuwangi tahun 2017.

3. Teranalisisnya pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) terhadap

perubahan Acyivity Daily Living (ADL) pada pasien stroke di RSUD

Blambangan Banyuwangi tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini sangat relevan sekali terhadap kasus kejadian stroke

khususnya pada lansia saat ini, untuk itu kami berharap bisa memberikan

manfaat kepada semua pihak.

1.4.1 Teoritis

Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya dibidang keperawatan. Mendapatkan informasi

mengenai perawatan stroke aktif.

1.4.2 Praktis

1. Bagi Responden

Memberikan informasi mengenai tindakan yang harus diterapkan

pasien yang mengalami stroke aktif.

2. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi pihak peneliti mengenai latihan

Range Of Motion (ROM), sebagai penanganan dini untuk mengurangi

stroke pada pasien di RSUD Blambangan Banyuwangi.


6

3. Bagi Keperawatan

Sebagai sumber informasi tentang tata cara bagi petugas kesehatan

agar dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pengobatan masa

kini baik dalam ilmu keperawatan maupun juga digunakan sebagai

pilihan pengobatan bagi pasien yang mengalami stroke.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberikan informasi dan referensi tentang penatalaksanaan pada

lansia yang mengalami stroke untuk dijadikan pertimbangan dalam

penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai