Anda di halaman 1dari 19

Laporan kasus

Stroke Iskemik
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Disusun oleh:
Sando Putra Kopertino Malau
1707101030008

Dokter Pembimbing:
dr. Elsa Susanti, Sp.S

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha ESA atas
karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan kasus
ini dengan tepat waktu.
Penyusunan laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian
pembelajaran dalam kepaniteraan klinik senior Bagian/SMF Neurologi RSUD dr.
Zainoel Abidin Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala terutama mengenai
Stroke Iskemik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih memiliki
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kemampuan
penulis. Oleh karenanya, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun, untuk kesempurnaan laporan ini.

Banda Aceh, 08 Desember 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke merupakan setiap kelainan
otak akibat proses patologik pada sistem pembuluh darah otak, sehingga terjadi
penurunan aliran darah ke otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen
pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah
otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan viskositas
maupun kualitas darah sendiri. Perubahan dinding pembuluh darah otak serta
komponen lainnya dapat bersifat primer karena kelainan kongenital maupun
degeneratif, atau sekunder akibat proses lain, seperti peradangan, arteriosklerosis,
hipertensi dan diabetes melitus. Karena itu penyebab stroke sangat kompleks.
Proses primer yang terjadi mungkin tidak menimbulkan gejala (silent) dan akan
muncul secara klinis jika aliran darah ke otak (CBF=cerebral blood flow) turun
sampai ke tingkat melampaui batas toleransi jaringan otak, yang disebut ambang
aktivitas fungsi otak (threshold of brain functional activity).1
Data dari AHA (American Heart Assosiation) menyatakan bahwa pada
tahun 2010 prevalensi stroke di dunia adalah sebanyak 33 juta kasus, dengan 16,9
juta orang mengalami stroke serangan pertama. Setiap tahunnya, terdapat sekitar
795.000 orang mengalami stroke, yang mana 610.000 orang di antaranya
mengalami stroke serangan pertama dan 185.000 orang lainnya mengalami stroke
serangan berulang. Stroke adalah penyebab kematian kedua di dunia setelah
penyakit jantung, terhitung total 11,13% dari angka kematian dunia disebabkan
oleh penyakit ini. Dari semua jenis stroke, 87% merupakan stroke iskemik dan
13% merupakan stroke hemoragik dengan 10% adalah perdarahan intrakranial dan
3% adalah perdarahan subaraknoid. Mulai tahun 2012 hingga 2030, diperkirakan
angka prevalensi stroke akan meningkat hingga 20,5% dengan total sekitar 3,4
juta orang yang berusia lebih dari 18 tahun akan mengalami stroke.2
Pada tahun 2013, stroke merupakan penyebab kematian kelima di Amerika
Serikat setelah penyakit jantung, kanker, penyakit paru kronis, dan trauma
nonintensional dan membunuh hampir 129.000 orang setiap tahunnya. Stroke
menyebabkan 1 dari 20 kematian di Amerika Serikat dan rata-rata setiap 4 menit
satu orang meninggal karena stroke.2
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI)
dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), pada tahun 2013 angka prevalensi
stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah sebesar 7‰
(1.236.825 orang). Prevalensi stroke tertinggi terdapat di Sulawesi Utara (10,8‰),
diikuti DI Yogyakarta (10,3‰), DKI Jakarta dan Bangka Belitung (masing-
masing 9,7%).3
Data dari Kemenkes RI dalam Rahajeng menyatakan bahwa stroke
merupakan penyebab utama kematian pada semua umur. Di Indonesia, angka
kematian akibat stroke mencapai 15,4%. Angka kematian akibat stroke pada
kelompok usia 45-54 tahun adalah 15,9% dan sebanyak 26,8% pada kelompok
usia 55-64 tahun.4 Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia, maka
angka kejadian stroke semakin meningkat.2
Kejadian stroke di Aceh berdasarkan diagnosis nakes mencapai angka
6,6‰ (47.339 orang), setara dengan angka kejadian stroke di Jawa Barat dan
menempati peringkat ke-15 se Indonesia. Angka kejadian stroke di kota Banda
Aceh berdasarkan diagnosis nakes adalah sebesar 6,7‰3
Menurut penelitian deskriptif yang dilakukan oleh Alfanshuri pada bulan
Juni hingga Agustus 2014 di RSUD dr. Zainoel Abidin didapatkan 110 orang
penderita stroke dengan rincian 79 orang (71,8%) mengalami stroke iskemik dan
31 orang (28,2%) mengalami stroke hemoragik.5
Stroke dapat berakhir kepada kecacatan jangka panjang dan
mempengaruhi hampir seluruh fungsi kehidupan manusia. Awitan stroke bersifat
mendadak dan selalu meninggalkan akibat yang buruk bagi diri pasien dan
keluarga.6 Stroke merupakan penyebab kecacatan ketiga di dunia yang mana
sekitar 5 juta orang mengalami kecacatan permanen karenanya. Selama 2 dekade
terakhir, angka kejadian, kecacatan, dan kematian akibat stroke terus meningkat.
Hal ini dapat berakibat buruk bagi kehidupan bermasyarakat.7,8 Empat juta orang
Amerika yang selamat dari stroke hidup dengan gangguan fungsi dan 15-30%
mengalami kecacatan permanen.2
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik senior di Bagian/SMF Neurologi RSUD dr. Zainoel Abidin dan
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dokter muda tentang stroke iskemik.

1.3. Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai sarana untuk mengetahui
dan mempelajari lebih dalam mengenai stroke iskemik berdasarkan teori dan
kasus yang ada.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Mawardiati
Usia : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Abu Syek Saman, Peuniti, Banda Aceh
Suku : Aceh
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No RM : 0-82-45-77
Tanggal Pemeriksaan : 05 Desember 2017

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Penurunan kesadaran
Keluhan Tambahan:
Nyeri kepala

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien bawa keluarganya ke RSUDZA dengan keluhan penurunan
kesadaran yang dialami 4 jam SMRS. Keluhan dirasakan secara tiba-tiba saat
sedang istirahat. Riwayat kejang dan trauma disangkal. Tekanan darah pasien saat
masuk IGD adalah 180/90 mmHg.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat DM 10 tahun yang lalu dengan menggunakan insulin.
Riwayat sakit jantung.
Riwayat Penyakit Keluarga:
HT (-) stroke (-)
Riwayat Penggunaan Obat-obatan: amlodipin 1x5mg, insulin
Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan Sosial:
Pasien seorang ibu rumah tangga.

Status Internus

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : E4M6V5
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Pernafasan : 21 kali/menit
Suhu : 36,70C
Keadaan Gizi : Gizi Lebih (IMT: 23,43 over weight)

2.3 Pemeriksaan Fisik


a. Kulit
Warna : Kuning langsat
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Oedema : tidak ada
Anemia : tidak ada
b. Kepala
Bentuk : normocephali
Wajah : simetris (+), edema (-) dan deformitas (-)
Mata : konjungtiva pucat (-/-), ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3
mm/3 mm, refleks cahaya langsung (+/+), dan reflex cahaya
tidak langsung (+/+),edema kelopak mata (-/-),sekret (-/-),
ptosis (-/-), lagoftalmus (-/-)
Telinga : serumen (-/-)
Hidung : sekret (-/-)
Mulut : bibir pucat tidak ada, sianosis tidak dijumpai, lidah tremor
dan hiperemis tidak dijumpai.
c. Leher
- Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba membesar
- Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar
- Trakhea : Lurus, tidak ada deviasi
- JVP : TVJ (N) R-2 cm H2O.
d. Thoraks
Inspeksi
Statis : simetris, bentuk normochest
Dinamis : simetris, pernafasan abdominothorakal, retraksi
suprasternal dan retraksi interkostal tidak dijumpai
e. Paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, tidak ada jejas di dada
Kanan Kiri
Palpasi Simetris, nyeri tekan Simetris, nyeri tekan
tidak ada tidak ada
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Ronki (-) wheezing (-) Ronki (-) wheezing (-)

f. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS VI linea midclavikula sinistra.
Perkusi : Atas : ICS II sinistra
Kiri : ICS V satu jari di dalam linea midklavikula
sinistra.
Kanan : ICS IV di linea parasternal dextra
Auskultasi : BJ I > BJ II normal, reguler, murmur tidak dijumpai

g. Abdomen
Inspeksi : Bentuk tampak simetris dan tidak tampak pembesaran,
keadaan di dinding perut: sikatrik, striae alba, kaput medusa,
pelebaran vena, kulit kuning, gerakan peristaltik usus,
dinding perut tegang, darm steifung, darm kontur, dan
pulsasi pada dinding perut tidak dijumpai.
Auskultasi : Peristaltik usus meningkat, bising pembuluh darah tidak
dijumpai
Palpasi : Nyeri tekan dan defans muskular tidak dijumpai. Simfisis
teraba keras dan tegang.
- Hepar : Tidak teraba
- Lien : Tidak teraba
- Ginjal : Ballotement tidak di jumpai
Perkusi : Batas paru-hati relatif di ICS V, batas paru-hati absolut di
ICS VI, suara timpani di semua lapangan abdomen.

h. Tulang Belakang : Simetris, nyeri tekan (-)


i. Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB tidak dijumpai
j. Ekstremitas : Kesan lateralisasi (-)

Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Oedema Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Fraktur Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

2.4 Status Neurologis


A. G C S : E4M6V5
Pupil : Bulat isokor (3 mm/3 mm)
Reflek Cahaya Langsung : (+/+)
Reflek Cahaya Tidak Langsung : (+/+)
N. Cranialis : parese N.VII, XII sinistra
Motorik : kesan hemiparese sinistra
Sensoris : sulit dinilai
Tanda Rangsang Meningeal
- Kaku kuduk : (-)
- Babinski : (-/-)
- Brudzinski I : (-)
- Brudzinski II : (-)

B. Nervus Craniales
Nervus II (otonom) :
Kanan Kiri
1. Ukuran pupil 3 mm 3 mm

2. Bentuk pupil bulat bulat


+ +
3. Refleks cahaya langsung
4. Refleks cahaya tidak langsung
+ +

- -
5. Nistagmus
- -
6. Strabismus
- -
7. Eksoftalmus
Nervus III, IV, VI (gerakan Kanan Kiri
okuler)
Pergerakan bola mata : + +
1. Lateral + +
2. Atas + +
3. Bawah + +
4. Medial + +
5. Diplopia
- -
Kelompok Motorik
Nervus V (fungsi motorik)
1. Membuka mulut Dalam batas normal
2. Menggigit dan mengunyah Dalam batas normal
Nervus VII (fungsi motorik) Kanan Kiri
1. Mengerutkan dahi Dalam batas normal parese
2. Menutup mata Dalam batas normal parese
3. Menggembungkan pipi Dalam batas normal parese

4. Memperlihatkan gigi Dalam batas normal parese

5. Sudut bibir Dalam batas normal parese

Nervus IX & X (fungsi motorik) Kanan Kiri


1. Bicara Dalam batas normal Dalam batas normal
2. Menelan Dalam batas normal Dalam batas normal

Nervus XI (fungsi motorik)


1. Mengangkat bahu Dalam batas normal Dalam batas normal
2. Memutar kepala Dalam batas normal Dalam batas normal
Nervus XII (fungsi motorik)
1. Fasikulasi lingualis Tidak ada
2. Menjulurkan lidah Deviasi ke kiri
Kelompok Sensoris
1. Nervus I (fungsi penciuman) Dalam batas normal
2. Nervus V
(fungsi sensasi wajah) Dalam batas normal
3. Nervus VII
(fungsi pengecapan) Sulit dinilai
4. Nervus VIII
(fungsi pendengaran) Dalam batas normal

C. Badan
Motorik
1. Gerakan respirasi : Abdomino Thorakalis
2. Bentuk columna vertebralis : Simetris
3. Gerakan columna vertebralis : Kesan simetris
Sensibilitas
1. Rasa suhu : Dalam batas normal
2. Rasa nyeri : Dalam batas normal
3. Rasa raba : Dalam batas normal
D. Anggota Gerak Atas
Motorik
1. Pergerakan : (+/+)
2. Kekuatan : 5555 / 2222
3. Tonus : N/N
4. Trofi : N/N
Refleks
1. Biceps : (+/+)
2. Triceps : (+/+)
E. Anggota Gerak Bawah
Motorik
1. Pergerakan : (+/+)
2. Kekuatan : 5555 / 2222
3. Trofi : N/N
Refleks
1. Patella : (+/+)
2. Achilles : (+/+)
3. Babinski : (-/-)
4. Chaddok : (-/-)
5. Gordon : (-/-)
6. Oppenheim : (-/-)
Klonus
1. Paha : (-/-)
2. Kaki : (-/-)
Sensibilitas
1. Rasa suhu : dalam batas normal
2. Rasa nyeri : dalam batas normal
3. Rasa raba : dalam batas normal
F. Gerakan Involunter
1. Tremor : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
2. Chorea : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
3. Atetosis : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
4. Myocloni : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
5. Spasme : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
G. Fungsi Vegetatif
1. Miksi : dalam batas normal
2. Defekasi : dalam batas normal

H. Koordinasi dan Keseimbangan


1. Cara berjalan : tidak dilakukan pemeriksaan
2. Romberg test : tidak dilakukan pemeriksaan
3. Tes Finger to finger : tidak dilakukan pemeriksaan
4. Tes finger to nose : tidak dilakukan pemeriksaan
5. Pronasi-supinasi : tidak dilakukan pemeriksaan
1.6. Diagnosis
Diagnosis Klinis : Penurunan kesadaran + hemiparese sinistra +
parese N VII & XII
Diagnosis Topis : Cerebral
Diagnosis Etiologis : infark
Diagnosis Patologis : stroke iskemik
1.7 Terapi
Citicholin 500 mg / 12 jam
Omeprazole 40 mg / 24 jam
Ketorolac 3% 1 amp / 8 jam
Clopidogrel 75mg / 24 jam
Atorvastatin 40 mg / 24 jam

Kardio
Amlodipin 10 mg / 24 jam
Valsatran 80 mg / 24 jam
1.8. Pemeriksaan Penunjang
- Head CT-Scan
- Foto Thorax
- EKG
- Laboratorium darah
- NGT

1.9 Prognosis
Qou ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
BAB III
PEMBAHASAN
Telah diperiksa seorang perempuan di ruang rawat inap Mina 2 RSUDZA
dengan penurunan kesadaran. Pasien dibawa oleh keluarganya ke RSUDZA dari
dengan keluhan penurunan kesadaran yang dialami 4 jam SMRS. Keluhan terjadi
tiba-tiba saat istirahat. Riwayat kejang disangkal.
Pasien dilakukan CT Scan dengan gambaran infark cerebral hemisfer kanan.
Pasien juga mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kiri. Diagnosa pasien ini
adalah stroke iskemik.
Stroke berasal dari bahasa inggris yang berarti serangan berat yang
mendadak.20 Stroke didefinisikan sebagai suatu defisit neurologis yang dikaitkan
dengan cedera fokal akut dari SSP yang disebabkan oleh kelainan vaskular dan
merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian di dunia. Menurut World
Health Organization (WHO) dalam Sacco, et al, stroke adalah suatu sindrom
klinis gangguan fungsional otak yang bersifat fokal atau global secara mendadak
dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian tanpa
sebab yang jelas selain vaskular.(1,9)

Stroke iskemik pada dasarnya disebabkan oleh oklusi pembuluh darah otak
yang kemudian menyebabkan terhentinya pasokan oksigen dan glukosa ke otak.
Stroke ini sering diakibatkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis arteri otak atau
suatu emboli dari pembuluh darah di luar otak yang tersangkut di arteri otak. Jenis
stroke ini merupakan jenis stroke yang tersering didapatkan, sekitar 80% dari semua
stroke. Stroke jenis ini juga bisa disebabkan oleh berbagai hal yang menyebabkan
terhentinya aliran darah otak antara lain, syok, hipovolemia, dan berbagai penyakit
lain.

2.1 Gejala Klinis Stroke

Gejala dan tanda stroke perlu dikenali dengan cepat. Ada suatu penilaian
sederhana untuk mengenali gejala stroke yang disingkat menjadi FAST (Facial
weakness, Arm weakness, slurring of Speech, Time to call emergency assistance).
Gejala stroke yang muncul sangat tergantung pada bagian otak yang
terganggu. Secara umum, gejala stroke adalah sebagai berikut:
- Rasa lemas secara tiba-tiba pada wajah, lengan, atau kaki, seringkali terjadi
pada salah satu sisi tubuh
- Mati rasa pada wajah, lengan atau kaki, terutama pada satu sisi tubuh
- Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan
- Kesulitan melihat dengan satu mata atau kedua mata
- Kesulitan berjalan, pusing, hilang keseimbangan
- Sakit kepala parah tanpa penyebab jelas, dan hilang kesadaran atau pingsan

Berdasarkan gejala dan tanda serta waktu terjadinya serangan, dapat


diperkirakan letak kerusakan jaringan otak serta jenis stroke yang menyerang,
yaitu:
- Kesemutan atau kelemahan otot pada sisi kanan tubuh menunjukkan terjadi
gangguan pada hemisfer kiri otak, begitu pula sebaliknya.
- Kehilangan keseimbangan menunjukkan gangguan di pusat keseimbangan,
yaitu serebellum.
- Stroke iskemik biasanya terjadi saat sedang istirahat atau tidur, gejala
muncul secara bertahap dan kesadaran umumnya baik. Pada stroke iskemik
yang terjadi karena sumbatan embolus yang berasal dari jantung gejala
muncul mendadak dan sering disertai nyeri kepala.
- Stroke hemoragik biasanya terjadi saat sedang beraktivitas atau emosi yang
meningkat. Gejala berupa nyeri kepala yang sangat hebat disertai muntah,
kaku kuduk, dan gangguan kesadaran.

2.2 Diagnosis Stroke


Diagnosis stroke dapat ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis perlu ditanyakan berupa
keluhan yang dirasakan pasien, awal mula timbulnya gejala, gejala penyerta,
riwayat penyakit sekarang dan penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga,
dan kebiasaan atau pola hidup pasien. Pada pemeriksaan fisik umum dan
neurologis, dokter dapat mengetahui derajat kesadaran pasien, saraf yang
mengalami gangguan, kelumpuhan otot atau derajat kelumpuhan otot, dan lain-
lain yang menunjukkan gejala stroke. 23
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis, diagnosis banding, faktor risiko, komplikasi, prognosis, dan
pengobatan. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi:
1. Laboratorium darah:
- Hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit, hitung jenis, trombosit, dan
laju endap darah
- Gula darah, elektrolit, ureum
- Profil lipid dan kolesterol.
2. Elektrokardiografi (EKG) dan ekokardiografi: mencari pencetus stroke
akibat penyakit jantung.
3. Punksi lumbal (sesuai indikasi).
4. Foto toraks: melihat ada/tidaknya kelainan jantung maupun tanda infeksi
paru.
5. CT Scan kepala: merupakan Gold Standard untuk mendiagnosis stroke,
bertujuan untuk membedakan stroke iskemik atau stroke hemoragik yang
berguna dalam menentukan tata laksana awal. Pemeriksaan ini juga
menyingkirkan diagnosis banding seperti tumor intrakranial, hematoma
subdural, dan lain-lain.

Pasca serangan stroke, pasien akan mengalami pemulihan secara perlahan


dan bertahap. Pemulihan ini dibagi menjadi dua tahapan, yaitu pemulihan
neurologis spontan terhadap kelemahan (impairment) dan pemulihan fungsional
atau adaptif terhadap kecacatan (disability).

1. Pemulihan Neurologis Spontan


Pemulihan neurologis spontan umunya terjadi selama 3 hingga 6 bulan
pertama pasca serangan stroke. Defisit neurologis yang terjadi pasca
serangan stroke ini disebut sebagai kelemahan atau impairments yang
bergantung pada lokasi dan luas lesi.

2. Pemulihan Fungsional atau Adaptif


Pemulihan fungsional mengacu pada peningkatan kemandirian pasien
terhadap perawatan diri dan mobilitas. Pemulihan jenis ini dipengaruhi oleh
intervensi yang diberikan kepada pasien dan tidak bergantung pada
pemulihan neurologis. Defisit fungsional yang terjadi pasca serangan stroke
ini disebut sebagai kecacatan atau disabilities dan diukur sebagai
kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari. 24

BAB IV
KESIMPULAN
Telah dilaporkan seorang pasien perempuan berusia 57 tahun dengan
diagnosa penurunan kesadaran + hemiparese sinistra + parese N. VII, XII ec
Stroke Iskemik. Dilakukan pemeriksaan fisik terdapat adanya riwayat penurunan
kesadaran serta kelemahan pada anggota gerak sebelah kiri, bicara pelo, dan
penyakit jantung. Pada kasus ini telah diberikan medikamentosa untuk
memperbaiki klinis pasien.
Karena pada pasien ini terdapat beberapa faktor risiko mayor stroke dan
minor (Dislipedimia, DM dan penyakit jantung), maka kita harus memberikan
edukasi kepada pasien tentang gaya hidup sehat yang harus dijalankan oleh
pasien, yaitu : menjaga pola makan dengan menghindari kolesterol, olahraga
teratur misalnya dengan lebih memperbanyak gerak dan jalan, menhindari stress
dan istirahat yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sacco RL, Kasner SE, Broderick JP, Caplan LR, Culebras A, Elkind MS, et
al. An Updated Definition of Stroke for The 21st Century A Statement for
Healthcare Professionals from The American Heart Association/American
Stroke Association. Stroke. 2013;44(7):2064-89.
2. Mozaffarian D, Benjamin EJ, Go AS, Arnett DK, Blaha MJ, Cushman M, et
al. Heart Disease and Stroke Statistics-2016 Update: A Report From the
American Heart Association. Circulation. 2016;133(4):e38-e360.
3. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2013.
4. Rahajeng E. Upaya Pengendalian PTM di Indonesia. Jendela Data dan
Informasi Kesehatan: Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2012. p. 23.
5. Alfanshuri MS. Gambaran Faktor Risiko Pada Penderita Stroke di RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Banda Aceh: Fakultas Kedokteran Unsyiah;
2015.
6. Singhpoo K, Charerntanyarak L, Ngamroop R, Hadee N, Chantachume W,
Lekbunyasin O, et al. Factors Related to Quality of Life of Stroke Survivors.
Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases. 2012;21(8):776-81.
7. Mattishent K, Kwok CS, Ashkir L, Pelpola K, Myint PK, Loke YK.
Prognostic Tools for Early Mortality in Hemorrhagic Stroke: Systematic
Review and Meta-Analysis. Journal of clinical neurology. 2015;11(4):339-
48.
8. Ullberg T, Zia E, Petersson J, Norrving B. Changes in Functional Outcome
Over The First Year After Stroke: An Observational Study from The
Swedish Stroke Register. Stroke. 2015;46(2):389-94.
9. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
6th ed. Jakarta: EGC; 2005.
10. Dorland WAN. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 28 ed. Hartanto YB,
editor. Jakarta: EGC; 2011.
11. Gorelick PB. Stroke Risk Factors. In: Daroff RB, editor. Encyclopedia of
the Neurological Sciences (Second Edition). Oxford: Academic Press; 2014.
p. 326-8.
12. Mohr JP, Wolf PA, Grotta JC, Moskowitz MA, Mayberg MR, Kummer Rv.
Stroke: Pathophysiology, Diagnosis, and Management. 5th ed. Philadelphia:
Saunders; 2011.
13. Netter FH. The Netter Collection Of Medical Illustrations: Nervous System,
Part I: Brain. 2nd ed. Philadelphia: Saunders; 2013.
14. Budiman RY. Pedoman Standar Pelayanan Medik dan Standar Prosedur
Operasional Neurologi. Bandung: Refika Aditama; 2013.
15. Shang TT, Yavagal DR, Romano JG, Sacco RL. Acute Stroke Evaluation
and Management. Emergency Neurology. 2012:143-60.
16. Powers WJ, Jordan JD. Stroke; Overview. In: Daroff RB, editor.
Encyclopedia of the Neurological Sciences (Second Edition). Oxford:
Academic Press; 2014. p. 323-5.
17. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 5 ed. Jakarta: InternaPublishing; 2009.
18. Indrawati L, Sari W, Dewi CS. Care Yourself Stroke Cegah dan Obati
Sendiri. Jakarta: Penebar Plus; 2016.
19. Wilkinson I, Lennox G. Essential Neurology. 4th ed. Australia: Blackwell
Publishing; 2005.
20. Gibson CL, Attwood L. The Impact of Gender on Stroke Pathology and
Treatment. Neuroscience & Biobehavioral Reviews. 2015.
21. Kemenkes RI. Infodatin: Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI; 2014.
22. Ginsberg L. Lecture Notes: Neurologi. 8th ed. Jakarta: Erlangga; 2008.
23. Dewanto G, Riyanto B. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana
Penyakit Saraf. Jakarta: EGC; 2009.
24. Hadidi N. Poststroke Depression and Functional Outcome: A Pattern of
Change. Minneapolis: University of Minnesota; 2008.
25. Neurology in Practice: Stroke. Gross RA, Mink JW, editors. Oxford: Wiley-
Blackwell; 2013.

Anda mungkin juga menyukai