Disusun oleh :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
DAFTAR ISI
Kesimpulan........................................................................................................................... 10
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang menjadi keputusannya sendiri (bukan keputusan organisasi) dengan tujuan
mencapai apa yang diinginkannya. Politik dijalankan untuk menyeimbangkan
kepentingan individu karyawan dan kepentingan manajer, kepentingan bawahan
dengan atasannya, serta kepentingan organisasi. Ketika keseimbangan tersebut
tercapai, kepentingan individu akan mendorong pencapaian kepentingan organisasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pada dua cara mendefinisikan politik. Pertama, selaku perilaku melayani diri sendiri.
Kedua, sebagai proses pembuatan keputusan organisasi yang sifatnya alamiah. Dalam
definisi ini, politik dilihat sebagai proses organisasi yang alamiah demi
menyelesaikan perbedaan di antara kelompok kepentingan di dalam organisasi. Politik
adalah proses tawar-menawar dan negosiasi yang digunakan untuk mengatasi konflik
dan perbedaan pendapat. Dalam cara pandang ini, politik sama dengan pembangunan
koalisi dalam proses-proses pembuatan keputusan. Politik bersifat netral dan tidak
perlu membahayakan organisasi.
2.1.2 Politik Organisasi
Richard L. Daft mendefinisikan politik organisasi sebagai “ kegiatan yang
melibatkan aktivitas memperoleh, mengembangkan dan menggunakan kekuasaan
(power) dan sumber daya lainnya guna mempengaruhi pihak lain serta menambah
hasil yang diharapkan tatkala terdapat ketidakmenentuan ataupun ketidaksetujuan
seputar pilihan-pilihan yang tersedia.” Dengan definisi ini, perilaku politik dapat
menjadi kekuatan positif ataupun negatif. Sedangkan menurut Mc Shane dan Von
Glinow (2009) bahwa politik organisasi adalah upaya untuk mempengaruhi pihak
lainnya dengan perilaku-perilaku yang menjadi keputusannya sendiri (bukan
keputusan organisasi) dengan tujuan mencapai apa yang diinginkannya.
Fairholm mendefinisikan politik keorganisasian sebagai “ ... meliputi
tindakan-tindakan yang diambil untuk memperoleh dan menggunakan power
(kekuasaan) dalam hal pengendalian sumber daya organisasi demi mencapai hasil
yang diharapkan oleh satu pihak diperhadapkan dengan pihak lainnya.” Jeffrey
Pfeffer, perintis riset politik dalam organisasi, mendefinisikan politik keorganisasian
sebagai “ ... penerapan atau penggunaan power (kekuasaan), dengan mana kekuasaan
sendiri didefinisikan sebagai kekuatan potensial.”
Definisi politik dan politik organisasi kiranya saling bersinggungan.
Konsep-konsep kekuasaan, influence (pengaruh), resources (sumberdaya), interest
(kepentingan), merupakan sejumlah konsep inheren (melekat) di dalam definisi politik
maupun politik organisasi. Juga telah dikatakan bahwa politik tidak selalu berarti
buruk. Politik adalah media kompetisi gagasan antar sejumlah pihak yang berbeda
guna mencapai tujuan masing-masing.
4
2.2 Munculnya Politik dalam Organisasi
Mc Shane dan Von Glinow (2009) mengidentifikasi 4 wilayah dimana
politik organisasi terangsang untuk muncul. Wilayah-wilayah tersebut adalah :
a. Personalitas Pribadi (Personal Characteristics)
Karakteristik kepribadian tertentu memungkinkan orang menunjukkan
perilaku politik. Contohnya, orang yang punya kebutuhan kekuasaan (nPow)
tinggi dalam istilah Charles McClelland. Orang ini terdorong hasrat politik dari
dalam dirinya sendiri guna mencari pengaruh atas orang lain, yang juga
memotivasinya untuk menggunakan kekuasaan demi hasil-hasil politik.
Penelitian lain juga menunjukkan orang yang menunjukkan karakteristik
Machiavellianisme cenderung mengendalikan orang lain lewat tindak oportunistik
dan perilaku yang manipulatif. Mereka cenderung terbuka untuk terlibat dalam
politik. Sebagai tambahan, di dalam penelitian tersebut mengindikasikan bahwa
kesadaran-diri orang tidak sama dengan lainnya untuk terlibat dalam politik kantor
karena mereka takut menjadi perhatian publik dan dinilai negatif karena terlibat
dalam politik.
b. Alokasi Sumberdaya (Scarce Resources)
Alokasi sumberdaya memotong seluruh sumberdaya yang dibutuhkan bagi
kinerja organisasi, termasuk gaji, anggaran, pekerja, fasilitas kantor,
perlengkapan, penggunaan transportasi kantor, dan sebagainya. Sumber daya
adalah vital sehingga bahwa ketidaksetujuan untuk memprioritaskan salah satu
sumber daya mungkin mengemuka. Dalam konteks ini, proses-proses politik
membantu menyelesaikan dilema ini.
c. Keputusan yang Kompleks dan Keragu-raguan dalam Pengambilan Keputusan
(Complex and Ambiguous Decisions)
Informasi yang beredar bersifat ambigu (tidak jelas) atau lebih dari satu
versi. Selain itu, adanya ketidakjelasan peraturan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan siapa yang harus buat keputusan, bagaimana keputusan dicapai, atau
bilamana pembuatan keputusan harus dilakukan maka akan memunculkan proses
politik dalam organisasi tersebut.
d. Toleransi Politik (Tolerance of Politics)
Budaya politik dimana pemikiran berpusat pada masalah atau ide yang
harus dinilai, berusaha mencari konsensus yang wajar yang mana selalu membuka
5
pintu untuk bekerja sama. Sikap netral atau kritis terhadap ide orang, tetapi bukan
curiga terhadap orang.
Jika pernyataan umum dari pimpinan masyarakat bernada sangat militan,
maka hal itu dapat menciptakan ketegangan dan menumbuhkan konflik.
Kesemuanya itu menutup jalan bagi pertumbuhan kerja sama. Pernyataan dengan
jiwa tolerasi hampir selalu mengundang kerja sama.
6
dan menjaga hubungan baik dengan semua orang, menciptakan kesan bahwa
mereka dekat dengan orang-orang penting dan hal yang sejenisnya.
7
Anda, namun jangan mencoba untuk memaksakan sesuatu pada siapapun. Dan
saat keadaan memungkinkan, beritahukanlah orang-orang mengenai pencapaian
tim kita tanpa mengundang terlalu banyak perhatian pada usaha yang tengah
dilakukan.
5. Identifikasi yang Menjadi Sumber Masalah, Namun Tetap Dekati Mereka
Hampir di semua tempat kerja selalu ada orang-orang yang ingin menjadi yang
terdepan tak peduli bagaimanapun caranya. Perhatikan mereka, bicara dengan
mereka, pahami mereka tetapi jangan menjaga jarak dengannya. Pada akhirnya,
kita akan belajar bagaimana harus bersikap. Atau, bahkan bukan tidak mungkin
jika kita bisa mengurangi dampak negatif mereka pada orang lain di tim.
6. Di atas semuanya, Kendalikan Diri.
Diharapkan, dengan semua yang didengar dan diperhatikan, kita telah belajar
untuk berpikir sebelum bertindak. Pikirkan dengan hati-hati mengenai kredibilitas
atas apa yang akan disampaikan. Dan saat situasi menjadi benar-benar tidak fair
dan tak seperti yang diinginkan, jangan menjadi orang yang terus komplain dan
menggerutu. Lebih baik diam dan perhatikan kondisi sekitar. Dengan demikian,
mungkin saja kita menjadi orang terfavorit di kantor.
8
organisasi tertentu dan seseorang berupaya agar tujuan organisasi tercapai, maka
orang tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Kekuasaan yang dimiliki
oleh para petinggi Lapindo Brantas juga mempengaruhi jalannya kasus dan tuntutan
yang mengarah pada kasus lumpur lapindo. Hal tersebut merupakan gambaran
kekuasaan dan poliitk dalam kaitannya dengan elemen lingkungan di luar organisasi.
Adapun hubungan dominant coalition dengan anggota dalam organisasi pasti sangat
ditentukan oleh direktur dan pemegang saham di Lapindo Brantas sebagai pihak yang
menguasai sumber daya dari Lapindo Brantas Inc.
Kesimpulan
Penggunaan kekuasaan dan politik untuk mengelola suatu organisasi sangat
menentukan arah dari organisasi yang bersangkutan.
Kaitan antara organisasi, politik, dan kekuasaan dalam kasus Lapindo menunjukkan
adanya pengaruh kuat dari politik, kekuasaan dari dominant coalition di Lapindo
Brantas Inc yang menjadikan kasus dan masalah yang menghalangi Lapindo Brantas
terkait lumpur lapindo sulit untuk dapat diatasi.
9
BAB III
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
Steven L. Mc Shane dan Mary Ann Von Glinow. Organizational Behaviour : Emerging
Realities for the Workplace Revolution, 2nd Edition (New York: Mc Graw-Hill Irwin, 2009)
Richard L. Daft, Organization Theory and Design, 10th Edition (Mason : Cengage Learning,
2010) p. 497.Michael Beer. Organizational Behavior and Development. Harvard Business
Review. 115. 1998.
Jeffrey Pfeiffer, Managing with Power: Politics and Influence in Organizations (New York:
Harvard Business School Press, 1992) p.30.
http://www.regus.co.id/blog/latest-news/cara-menghadapi-politik-kantor/
http://penelitianpasar.blogspot.co.id/2013/12/merancang-strategi-politik-kantor.html
http://setabasri01.blogspot.co.id/2011/01/kekuasaan-dan-politik-dalam-organisasi.html
http://tutisriendrawati.blogspot.co.id/2015/06/tugas-perilaku-organisasi-perilaku.html
https://globalmanagement.wordpress.com/2009/03/09/kekuasaan-dan-politik-dalam-
organisasi/
11