Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL

MENYIKAPI POLITIK ORGANISASI PADA SEBUAH ORGANISASI

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Perilaku Organisasi

Disusun oleh :

RENDRA KURNIA WARDANA


NPM : 120820160030

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ......................................................................................... 2

1.4 Metode Penulisan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Politik dan Politik Organisasi ......................................................................... 3

2.1.1 Politik ........................................................................................................................ 3

2.1.2 Politik Organisasi ...................................................................................................... 4

2.2 Munculnya Politik dalam Organisasi ............................................................................... 5

2.3 Strategi Memainkan Politik Organisasi ............................................................................ 6

2.4 Menyikapi Politik Organisasi dalam Organisasi .............................................................. 7

2.5 Contoh Kasus ................................................................................................................... 8

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................ 10

Kesimpulan........................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan semakin berkembangnya zaman menuntut individu untuk saling
berinteraksi dengan individu yang lainnya. Secara hakikat memang manusia adalah
makhluk sosial, dimana selalu bergantung dan tidak bisa lepas dari peran individu
yang lainnya. Hal ini yang mendasari individu-individu untuk bergabung membentuk
sebuah organisasi. Baik organisasi di sekitar lingkungan tempat tinggal, organisasi
yang bertujuan untuk mencari keuntungan, yang disebut dengan Perusahaan, maupun
organisasi yang dibentuk oleh Pemerintah yang meiliki tujuan pelayanan terhadap
masyarakat.
Pada saat setiap individu yang mengadakan hubungan atau interaksi antar
individu satu dengan individu yang lainnya dalam konteks untuk mempengaruhi
tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah
pertukaran kekuasaan. Menurut Mc Shane dan Von Glinow (2009) bahwa kekuasaan
adalah kapasitas dari individu, tim ataupun organisasi untuk mempengaruhi pihak
lainnya. Sedangkan menurut Gilbert W. Fairholm (2009) mendefinisikan kekuasaan
sebagai “... kemampuan individu untuk mencapai tujuannya saat berhubungan dengan
orang lain, bahkan ketika dihadapkan pada penolakan mereka.” Esensi kekuasaan
adalah kendali atas perilaku orang lain. Kekuasaan adalah kekuatan yang kita gunakan
agar sesuatu hal terjadi dengan cara disengaja, di mana pengaruh adalah apa yang kita
gunakan saat kita menggunakan kekuasaan. Seorang manajer membiakkan kekuasaan
dari aneka sumber, baik dari organisasi yang disebut sebagai “power position”
ataupun dari personalitasnya sendiri yang disebut “personal power.”
Politik tidak hanya terjadi pada sistem pemerintahan saja, tetapi juga
menyentuh sendi-sendi lainnya, politik juga bisa terjadi pada pada organisasi formal,
non formal, badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok, bahkan pada unit terkecil
seperti keluarga. Politik dalam organisasi adalah sesuatu yang sulit dihindarkan
tatkala organisasi terdiri atas 2 orang atau lebih. Terdapat banyak kepentingan di
dalam organisasi, langkanya sumber daya, dan tarik-menarik suatu ide maupun
gagasan. Seluruhnya membuat politik dalam organisasi menjadi konsekuensi logis
aktivitas di dalam organisasi. Menurut Mc Shane dan Von Glinow (2009) bahwa
politik adalah upaya untuk mempengaruhi pihak lainnya dengan perilaku-perilaku

1
yang menjadi keputusannya sendiri (bukan keputusan organisasi) dengan tujuan
mencapai apa yang diinginkannya. Politik dijalankan untuk menyeimbangkan
kepentingan individu karyawan dan kepentingan manajer, kepentingan bawahan
dengan atasannya, serta kepentingan organisasi. Ketika keseimbangan tersebut
tercapai, kepentingan individu akan mendorong pencapaian kepentingan organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


Apa dan Bagaimana menyikapi politik organisasi dalam suatu organisasi?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengerti, memahami dan menyikapi arti
dari politik organisasi dalam suatu organisasi. Manfaat dari penulisan ini adalah untuk
memperkaya pemahaman tentang politik organisasi dalam suatu organisasi.

1.4 Metode Penulisan


Sistematika Penulisan dimulai dengan Bab I Pendahuluan berisi Latar Belakang,
Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan, dan
Sistematika. Bab II. Pembahasan terdiri dari Pengertian Politik dan Politik Organisasi,
Munculnya Politik dalam Organisasi, Strategi memainkan Politik Organisasi, dan
Menyikapi Politik Organisasi dalam Organisasi. Bab III berisi Penutup dan Saran

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Politik dan Politik Organisasi


2.1.1 Politik
Politik tidak sama dengan kekuasaan dan pengaruh (influence). Ketiganya
adalah konsep berbeda dan berdiri sendiri. Power atau kekuasaan mengekspresikan
kapasitas individu untuk secara sengaja menimbulkan dampak pada orang lain.
Pengaruh (influence) adalah kemampuan membuat orang menuruti kehendak pemberi
pengaruh. Politik mendasarkan diri pada kekuasaan (kekuasaan), dan kekuasaan ini
tidak terdistribusi secara merata di dalam organisasi. Sebab itu, siapa pun yang
menggenggam kekuasaan di dalam organisasi akan menggunakannya guna
mempengaruhi (to influence) orang lain. Dengan kata lain, kekuasaan adalah sumber
daya sosial yang ditujukan demi melancarkan pengaruh, yaitu proses sosial, dan
keduanya merupakan pilar dari politik.
Politik dapat didefinisikan sebagai kegiatan dimana individu atau kelompok
terlibat sedemikian rupa guna memperoleh dan menggunakan kekuasaan untuk
mencapai kepentingannya sendiri. Kendati politik punya kans merusak, politik
sesungguhnya tidaklah buruk. Faktanya, kendatipun para manajer atau atasan dan
pekerja atau pegawai kerap menolak bahwa politik mempengaruhi kegiatan
organisasi, sebuah penelitian mengindikasikan bahwa politik di dalam suatu kantor
muncul dan mempunyai dampak terukur dalam perilaku organisasi. Dalam definisi
politik disini, bahwa politik melibatkan kecurangan dan ketidakjujuran yang ditujukan
demi kepentingan diri sendiri dan memicu konflik dan ketidakharmonisan di dalam
lingkungan kerja. Pandangan suram atas politik ini umum dianut masyarakat awam.
Dalam masalah ini menyuguhkan bahwa pekerja atau pegawai yang menganggap
kegiatan politik dalam jenis ini di perusahaan kerap dihubungkan dengan perasaan
gelisah dan ketidakpuasan kerja. Selain itu juga mendukung keyakinan tidak
proporsionalnya penggunaan politik berhubungan dengan rendahnya moral pekerja,
kinerja organisasi yang rendah, dan pembuatan keputusan yang buruk. Politik dalam
cara pandang ini menjelaskan kenapa manajer tidak menyetujui perilaku politik.
Definisi lain politik diajukan oleh Richard L. Daft, yang menurutnya adalah
“... penggunaan kekuasaan guna mempengaruhi keputusan dalam rangka
memperoleh hasil yang diharapkan." Penggunaan kekuasaan dan pengaruh membawa

3
pada dua cara mendefinisikan politik. Pertama, selaku perilaku melayani diri sendiri.
Kedua, sebagai proses pembuatan keputusan organisasi yang sifatnya alamiah. Dalam
definisi ini, politik dilihat sebagai proses organisasi yang alamiah demi
menyelesaikan perbedaan di antara kelompok kepentingan di dalam organisasi. Politik
adalah proses tawar-menawar dan negosiasi yang digunakan untuk mengatasi konflik
dan perbedaan pendapat. Dalam cara pandang ini, politik sama dengan pembangunan
koalisi dalam proses-proses pembuatan keputusan. Politik bersifat netral dan tidak
perlu membahayakan organisasi.
2.1.2 Politik Organisasi
Richard L. Daft mendefinisikan politik organisasi sebagai “ kegiatan yang
melibatkan aktivitas memperoleh, mengembangkan dan menggunakan kekuasaan
(power) dan sumber daya lainnya guna mempengaruhi pihak lain serta menambah
hasil yang diharapkan tatkala terdapat ketidakmenentuan ataupun ketidaksetujuan
seputar pilihan-pilihan yang tersedia.” Dengan definisi ini, perilaku politik dapat
menjadi kekuatan positif ataupun negatif. Sedangkan menurut Mc Shane dan Von
Glinow (2009) bahwa politik organisasi adalah upaya untuk mempengaruhi pihak
lainnya dengan perilaku-perilaku yang menjadi keputusannya sendiri (bukan
keputusan organisasi) dengan tujuan mencapai apa yang diinginkannya.
Fairholm mendefinisikan politik keorganisasian sebagai “ ... meliputi
tindakan-tindakan yang diambil untuk memperoleh dan menggunakan power
(kekuasaan) dalam hal pengendalian sumber daya organisasi demi mencapai hasil
yang diharapkan oleh satu pihak diperhadapkan dengan pihak lainnya.” Jeffrey
Pfeffer, perintis riset politik dalam organisasi, mendefinisikan politik keorganisasian
sebagai “ ... penerapan atau penggunaan power (kekuasaan), dengan mana kekuasaan
sendiri didefinisikan sebagai kekuatan potensial.”
Definisi politik dan politik organisasi kiranya saling bersinggungan.
Konsep-konsep kekuasaan, influence (pengaruh), resources (sumberdaya), interest
(kepentingan), merupakan sejumlah konsep inheren (melekat) di dalam definisi politik
maupun politik organisasi. Juga telah dikatakan bahwa politik tidak selalu berarti
buruk. Politik adalah media kompetisi gagasan antar sejumlah pihak yang berbeda
guna mencapai tujuan masing-masing.

4
2.2 Munculnya Politik dalam Organisasi
Mc Shane dan Von Glinow (2009) mengidentifikasi 4 wilayah dimana
politik organisasi terangsang untuk muncul. Wilayah-wilayah tersebut adalah :
a. Personalitas Pribadi (Personal Characteristics)
Karakteristik kepribadian tertentu memungkinkan orang menunjukkan
perilaku politik. Contohnya, orang yang punya kebutuhan kekuasaan (nPow)
tinggi dalam istilah Charles McClelland. Orang ini terdorong hasrat politik dari
dalam dirinya sendiri guna mencari pengaruh atas orang lain, yang juga
memotivasinya untuk menggunakan kekuasaan demi hasil-hasil politik.
Penelitian lain juga menunjukkan orang yang menunjukkan karakteristik
Machiavellianisme cenderung mengendalikan orang lain lewat tindak oportunistik
dan perilaku yang manipulatif. Mereka cenderung terbuka untuk terlibat dalam
politik. Sebagai tambahan, di dalam penelitian tersebut mengindikasikan bahwa
kesadaran-diri orang tidak sama dengan lainnya untuk terlibat dalam politik kantor
karena mereka takut menjadi perhatian publik dan dinilai negatif karena terlibat
dalam politik.
b. Alokasi Sumberdaya (Scarce Resources)
Alokasi sumberdaya memotong seluruh sumberdaya yang dibutuhkan bagi
kinerja organisasi, termasuk gaji, anggaran, pekerja, fasilitas kantor,
perlengkapan, penggunaan transportasi kantor, dan sebagainya. Sumber daya
adalah vital sehingga bahwa ketidaksetujuan untuk memprioritaskan salah satu
sumber daya mungkin mengemuka. Dalam konteks ini, proses-proses politik
membantu menyelesaikan dilema ini.
c. Keputusan yang Kompleks dan Keragu-raguan dalam Pengambilan Keputusan
(Complex and Ambiguous Decisions)
Informasi yang beredar bersifat ambigu (tidak jelas) atau lebih dari satu
versi. Selain itu, adanya ketidakjelasan peraturan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan siapa yang harus buat keputusan, bagaimana keputusan dicapai, atau
bilamana pembuatan keputusan harus dilakukan maka akan memunculkan proses
politik dalam organisasi tersebut.
d. Toleransi Politik (Tolerance of Politics)
Budaya politik dimana pemikiran berpusat pada masalah atau ide yang
harus dinilai, berusaha mencari konsensus yang wajar yang mana selalu membuka

5
pintu untuk bekerja sama. Sikap netral atau kritis terhadap ide orang, tetapi bukan
curiga terhadap orang.
Jika pernyataan umum dari pimpinan masyarakat bernada sangat militan,
maka hal itu dapat menciptakan ketegangan dan menumbuhkan konflik.
Kesemuanya itu menutup jalan bagi pertumbuhan kerja sama. Pernyataan dengan
jiwa tolerasi hampir selalu mengundang kerja sama.

2.3 Strategi memainkan Politik Organisasi


Menurut Mc Shane dan Von Glinow (2009) Strategi memainkan politik
dalam organisasi adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan kondisi ketidakmampuan dalam penggantian (Creating Obligations).
Jika dalam suatu organisasi hanya ada satu-satunya orang, individu atau unit yang
mampu melakukan tugas yang dibutuhkan oleh unit atau organisasi tersebut,
maka ia atau unit tersebut dikatakan sebagai memiliki ketidakmampuan
mengganti. Dengan kata lain, hanya dia yang mampu melaksanakan pekerjaan.
2. Dekat dengan manajer yang berkuasa (Cultivating Networks).
Cara lain untuk memperoleh kekuasaan adalah dengan mengadakan pendekatan
dengan manajer yang sedang berkuasa.
3. Membangun koalisi (Forming Coalitions).
Melakukan koalisi dengan individu atau unit lain yang memiliki kepentingan yang
berbeda merupakan taktik politik yang dipakai oleh manajer untuk memperoleh
kekuasaan untuk mengatasi konflik sesuai dengan keinginanya.
4. Menyalahkan atau menyerang pihak lain (Attacking and Blaming).
Manajer atau Atasan biasanya melakukan ini jika ada sesuatu yang tidak beres
atau mereka tidak dapat menerima kegagalannya dengan cara menyalahkan pihak
lain yang mereka anggap sebagai pesaingnya.
5. Memanipulasi informasi (Controlling Information).
Taktik lain yang sering dilakukan adalah manipulasi informasi. Manajer atau
Atasan menahan informasi, menyampaikan informasi kepada pihak lain secara
selektif, mengubah informasi untuk melindungi dirinya.
6. Menciptakan dan menjaga image yang baik (Managing Impressions).
Taktik positif yang sering dilakukan adalah menjaga citra yang baik dalam
organisasi tersebut. Hal ini meliputi penampilan yang baik, sopan, berinteraksi

6
dan menjaga hubungan baik dengan semua orang, menciptakan kesan bahwa
mereka dekat dengan orang-orang penting dan hal yang sejenisnya.

2.4 Menyikapi Politik Organisasi dalam Organisasi


Entah apakah kita adalah seorang pemain yang cerdik atau ahli dalam
mengelak, satu hal yang pasti, politik dalam suatu organisasi adalah realitas dalam
kehidupan kerja kita sehari-hari. Banyak orang yang memainkan politik dalam
organisasi akan dengan senang hati untuk memanipulasi rekan sekerja hanya demi
kesempatan untuk menaikkan pangkat dan jabatan dalam perusahaan. Namun, masih
banyak dari kita yang akan berjuang dengan cara yang fair untuk mendapatkan
kesuksesan. Dengan cara yang lebih positif tentunya. Berikut ini cara-cara yang bisa
menghindari hal-hal negatif dan menjauhi konflik, selagi Anda masih tetap bisa
mendapatkan apa yang Anda mau tanpa harus terjebak dilema moral, meliputi :
1. Memutuskan apa yang akan kita capai
Sebelum bisa mulai berpikir tentang bagaimana seharusnya bersikap atas politik
kantor yang terjadi di sekitar kita, sangat penting untuk terlebih dahulu
menetapkan tujuan. Hasil yang kita inginkan akan membuat perbedaan saat
memulai dan menghadapi masalah.
2. Amati Orang-Orang di Sekitar
Kenali kawan atau lawan yang ada, begitu pula orang-orang yang kurang cocok
dengan kita. Dengan memahami dasar tentang bagaimana hal-hal berbeda di
perusahaan bisa saling mengisi, maka akan lebih mudah memahami bagaimana
kita bisa mengambil bagian terbaik dari politik dalam organisasi yang sedang
terjadi saat ini.
3. Membangun Hubungan yang Berdasarkan Kepercayaan dan Kejujuran
Bangunlah hubungan dengan orang-orang dari berbagai level di organisasi, semua
yang ada di atas atau di bawah kita. Ketika sudah memiliki hubungan dengan
banyak orang, janganlah mencari perhatian atasan dengan cara-cara yang tidak
patut. Menjadi pribadi yang jujur, santai dan jadilah orang yang mudah didekati
serta memiliki kendali dan kemampuan untuk mengatasi berbagai hal.
4. Memanfaatkan Hubungan-Hubungan tersebut
Jika telah sukses bermain di area tengah, dengan menjaga semua pihak yang
sedang saling berkompetisi, sekaranglah waktunya untuk mengambil keuntungan
dari posisi kita. Kumpulkan semua informasi dan opini yang bermanfaat bagi

7
Anda, namun jangan mencoba untuk memaksakan sesuatu pada siapapun. Dan
saat keadaan memungkinkan, beritahukanlah orang-orang mengenai pencapaian
tim kita tanpa mengundang terlalu banyak perhatian pada usaha yang tengah
dilakukan.
5. Identifikasi yang Menjadi Sumber Masalah, Namun Tetap Dekati Mereka
Hampir di semua tempat kerja selalu ada orang-orang yang ingin menjadi yang
terdepan tak peduli bagaimanapun caranya. Perhatikan mereka, bicara dengan
mereka, pahami mereka tetapi jangan menjaga jarak dengannya. Pada akhirnya,
kita akan belajar bagaimana harus bersikap. Atau, bahkan bukan tidak mungkin
jika kita bisa mengurangi dampak negatif mereka pada orang lain di tim.
6. Di atas semuanya, Kendalikan Diri.
Diharapkan, dengan semua yang didengar dan diperhatikan, kita telah belajar
untuk berpikir sebelum bertindak. Pikirkan dengan hati-hati mengenai kredibilitas
atas apa yang akan disampaikan. Dan saat situasi menjadi benar-benar tidak fair
dan tak seperti yang diinginkan, jangan menjadi orang yang terus komplain dan
menggerutu. Lebih baik diam dan perhatikan kondisi sekitar. Dengan demikian,
mungkin saja kita menjadi orang terfavorit di kantor.

2.5 Contoh Kasus


Lapindo Brantas Inc. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan. Perusahaan ini memperoleh izin dari negara untuk melakukan
penambangan minyak dan gas di daratan (onshore) di Desa Porong, Kabupaten
Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Pada saat melakukan pengeboran yang
dikoordinasikan oleh pemenang tender yaitu PT TMMJ (Tiga Musim Masa Jaya) di
tempat tersebut terjadi keadaan yang tidak diinginkan berupa semburan lumpur cair
yang menyembur ke permukaan daratan (loss). Berdasarkan berita dari Harian Surya
edisi 30/06/2006, sehari sebelum semburan gas terjadi, salah satu pekerja pengeboran
telah melaporkan bahwa terdapat kemungkinan kebocoran lumpur apabila pengeboran
tetap dipaksakan kepada Lapindo brantas tapi hal tersebut diabaikan. Kerugian yang
dialami ditaksir mencapai puluhan triliun rupiah (Antara News.com).
Kekuasaan dan Politik Dalam Kasus Lapindo Brantas
Dalam situasi dan kondisi bagaimana pun, jika seseorang berusaha untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, maka aktivitas seperti itu telah melibatkannya ke
dalam aktivitas kepemimpinan. Jika kepemimpinan tersebut terjadi dalam suatu

8
organisasi tertentu dan seseorang berupaya agar tujuan organisasi tercapai, maka
orang tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Kekuasaan yang dimiliki
oleh para petinggi Lapindo Brantas juga mempengaruhi jalannya kasus dan tuntutan
yang mengarah pada kasus lumpur lapindo. Hal tersebut merupakan gambaran
kekuasaan dan poliitk dalam kaitannya dengan elemen lingkungan di luar organisasi.
Adapun hubungan dominant coalition dengan anggota dalam organisasi pasti sangat
ditentukan oleh direktur dan pemegang saham di Lapindo Brantas sebagai pihak yang
menguasai sumber daya dari Lapindo Brantas Inc.
Kesimpulan
Penggunaan kekuasaan dan politik untuk mengelola suatu organisasi sangat
menentukan arah dari organisasi yang bersangkutan.
Kaitan antara organisasi, politik, dan kekuasaan dalam kasus Lapindo menunjukkan
adanya pengaruh kuat dari politik, kekuasaan dari dominant coalition di Lapindo
Brantas Inc yang menjadikan kasus dan masalah yang menghalangi Lapindo Brantas
terkait lumpur lapindo sulit untuk dapat diatasi.

9
BAB III
KESIMPULAN

Pada saat setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi


tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah
pertukaran kekuasaan. Kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi
antara dua atau lebih individu. Kekuasaan dan Politik dijalankan untuk
menyeimbangkan kepentingan individu karyawan dan kepentingan manajer, serta
kepentingan organisasi. Ketika keseimbangan tersebut tercapai, kepentingan individu
akan mendorong pencapaian kepentingan organisasi.
Politik di dalam organisasi adalah fakta dalam kehidupan. Berpolitik yang
bijaksana akan membantu untuk mendapatkan apa yang diinginkan dalam dunia kerja
tanpa harus mengorbankan orang lain. Mempelajari dan menggunakan kekuatan
secara positif sekaligus meredakan upaya dari orang-orang yang
menyalahgunakannya adalah stategi dan etika menggunakan politik di dalam suatu
organisasi secara arif dan bijaksana.

10
DAFTAR PUSTAKA

Steven L. Mc Shane dan Mary Ann Von Glinow. Organizational Behaviour : Emerging
Realities for the Workplace Revolution, 2nd Edition (New York: Mc Graw-Hill Irwin, 2009)

Gilbert W. Fairholm, Organizational Power Politics: Tactics in Organizational Leadership,


2nd Edition (Santa Barbara: Praeger, 2009) , p.5.

Richard L. Daft, Organization Theory and Design, 10th Edition (Mason : Cengage Learning,
2010) p. 497.Michael Beer. Organizational Behavior and Development. Harvard Business
Review. 115. 1998.

Jeffrey Pfeiffer, Managing with Power: Politics and Influence in Organizations (New York:
Harvard Business School Press, 1992) p.30.

http://www.regus.co.id/blog/latest-news/cara-menghadapi-politik-kantor/
http://penelitianpasar.blogspot.co.id/2013/12/merancang-strategi-politik-kantor.html
http://setabasri01.blogspot.co.id/2011/01/kekuasaan-dan-politik-dalam-organisasi.html
http://tutisriendrawati.blogspot.co.id/2015/06/tugas-perilaku-organisasi-perilaku.html
https://globalmanagement.wordpress.com/2009/03/09/kekuasaan-dan-politik-dalam-
organisasi/

11

Anda mungkin juga menyukai