int/mediacentre/factsheets/en/
Padangkota.bps.go.id
Baru
Komunitas
Beranda
MAKALAH PEMBELAJARAN
Disusun Oleh:
Kelompok 11
PROGRAM S1-KEPERAWATAN
SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Dengan nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Komunitas III yang membahas tentang Asuhan
Keperawatan Komunitas.
Dalam menyusun makalah ini, penyusun menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki adalah
sangat terbatas, akan tetapi penyusun sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah
mata kuliah ini dengan sebaik-baiknya, sehingga penulis berharap ini dapat berguna bagi mahasiswa
yang membaca makalah ini, masyarakat pada umumnya serta bagi penulis sendiri pada khususnya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini.
Akhirnya Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun akan penulis terima. Dan akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penambahan ilmu pengetahuan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi mengacu kepada penilaian,
tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses
keperawatan dapat berhasil atau gagal. Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi
keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan
dapat diterima. Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses evaluasi
memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan., termasuk
pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan
keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
1.3 Tujuan
c. Mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan peka budaya (menurut teori Madeleine
Leininger)
1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan maka makalah pembelajaran ini diharapkan dapat memberi manfaat.
1. Dari segi akademis, merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam asuhan
keperawatan komunitas dalam bidang sistem Komunitas III.
2. Dari segi praktis, makalah pembelajaran ini bermanfaaat bagi :
a. Bagi mahasiswa Stikes Hang Tuah Surabaya
Hasil makalah pembelajaran ini dapat menjadi masukkan bagi mahasiswa Stikes Hang Tuah Surabaya
lainnya dalam asuhan keperawatan komunitas
b. Untuk Penulis
Hasil penulisan makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis berikutnya, yang akan
melakukan penulisan asuhan keperawatan komunitas dalam bidang sistem Komunitas III.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan. Tujuan analisis
data :
1. Menetapkan kebutuhan community
2. Menetapkan kekuatan
3. Mengidentifikasi pola respon community
4. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
4. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian
masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena itu diperlukan
prioritas masalah.
5. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria, diantaranya adalah :
1. Perhatian masyarakat
2. Prevalensi kejadian
3. Berat ringannya masalah
4. Kemungkinan masalah untuk diatasi
5. Tersedianya sumber daya masyarakat
6. Aspek politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Abraham H.
Maslow yaitu :
1. Keadaan yang mengancam kehidupan
2. Keadaan yang mengancam kesehatan
3. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai dengan prioritas
(penapisan) yang digunakan dalam keperawatan komunitas adalah format penapisan menurut Meuke
dan Stanhope, Lancaster 1988 :
1. Format A (Meuke) : Seleksi atau penapisan diagnosa kesehatan komunitas
2. Format B (Stanhope dan Lancaster 1988)
Format B : Prioritas masalah (Stanhope dan Lancaster 1988)
2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun
potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. (American Nurses of Association ) jadi
diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat, dan pasti tentang status dan masalah
kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) dan
yang mungkin terjadi (potensial). Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu :
1) Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
seharusnya terjadi
2) Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yang meliputi :
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social
c. Interaksi perilaku dan lingkungan
3) Symptom atau gejala :
a. Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose
b. Serangkaian petunjuk timbulnya masalah
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1) Dengan rumus PES
Rumus : DK = P + E + S
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
S : Symptom atau gejala
2) Dengan rumus PE
Rumus : DK = P + E
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
Jadi, menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus mengandung 2 komponen tersebut
diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1) Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
2) Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3) Partisipasi dan peran serta masyarakat
Sedangkan diagnosis keperawatan komunitas menurut Mueke, 1984 terdiri dari :
1) Masalah…………sehat………..sakit
2) Karakteristik populasi
3) Karakteristik lingkungan (epidemiologi triangle)
Logan & Dawkins, 1986. Dalam bukunya : Family centered Nursing in the COMMUNITY
Diagnosis resiko :………………………….(masalah)
Diantara :………………………….(community)
Sehubungan dengan :………………………….(karakteristik community dan lingkungan)
Yang dimanifestasikan oleh/didemonstrasikan oleh :…………………(indikator kesehatan/analisa data)
1) Resiko terjadinya diare di RW 02 Ds. Somowinangun Lamongan sehubungan dengan:
a. Sumber air tidak memenuhi syarat
b. Kebersihan perorangan kurang
c. Lingkungan yang buruk dimanifestasikan oleh : banyaknya sampah yang berserakan, penggunaan sungai
sebagai tempat mencuci, mandi, dan pembuangan kotoran (buang air besar)
2) Tingginya kejadian karies gigi SDN Somowinangun Lamongan sehubungan dengan :
a. Kurangnya pemeriksaan gigi
b. Kurangnya fluor pada air minum dimanifestasikan : 62% kariies dengan inspeksi pada murid-murid SDN
Somowinangun Lamongan
3) Kurangnya gizi pada balita di desa Somowinangun khusunya di RW.1 sehubungan dengan :
a. Banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan
b. Kurangnya jumlah kader
c. Kurangnya jumlah posyandu
d. Kurangnya jumlah pengetahuan masyarakat tentang gizi
4) Resiko terjadinya penyakit dapat dicegah dengan imunisasi (PD3 I) di desa Somowinangun RW.2
sehubungan dengan :
a. Cakupan imunisasi rendah
b. Kader kurang
c. Banyaknya drop out imunisasi
5) Terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (diare, ISPA, DBD) di desa X, RW.Y sehubungan
dengan :
a. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan
b. Terpaparnya lingkungan oleh bermacam polusi
c. Kurangnya kader kesehatan
6) Resiko terjadi penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut di RW.1 Ds. Somowinangun sehubungan
dengan :
a. Tidak adanya pembinaan pada usia lanjut
b. Tidak adanya wadah pada usia lanjut untuk meningkatkan kesehatan usila
c. Kurangnya informasi tentang kesehtan usia lanjut yang dimanifestasikan dengan : jumlah usia lanjut :
200 orang, penyakit yang diderita usia lanjut : rematik 52,8%, hipertensi 32,42%, katarak 7%, diabetes
mellitus 5,2%, dan lain-lain 3,29% dan usia lanjut yang memeriksakan kesehatannya tidak teratur 45,4%
7) Resiko peningkatan kenakalan remaja di RT.01 RW.6 sehubungan dengan :
a. Kurangnya pengetahuan remaja dan keluarga tentang tugas perkembangan
b. Wadah organisasi pemuda tidak aktif lagi : karang taruna dan remaja masjid ditandai dengan : jumlah
remaja RW.6 83, remaja dengan kegiatan negatif : merokok 2,69%, minum-minuman keras 0,19%, dan
main kartu 0,28%. Banyak remaja mengisi waktu luang berkumpul dengan teman sebaya 38,8%, hasil
observasi banyak ditemukan remaja berkumpul di gang-gang jalan , dan hasil wawancara didapatkan
cukup banyak remaja yang mengisi waktu dengan minum-minuman keras dan merokok
8) Anemia ibu hamil di RW.1 Somowinangun Luntas Kab. Lamongan sehubungan dengan kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenal kebutuhan gizi ibu selama hamil yang dimanifestasikan dengan :
a. 35,5% ibu hamil mengeluh pusing
b. 25% ibu hamil pucat dan lemah
c. 71,5% menyatakan kebutuhan makanan sel;ama hamil sama dengan saat tidak hamil, jumlah kader yang
aktif hanya 5 orang, kader tidak tersebar di semua RT, ada RT yang tidak mau menjadi kader, 60%
keluarga mengolah sayur dipotong dulu baru dicuci, 90% ibu hamil tidak mempunyai KMS, 75% ibu
hamil tidak memperoleh informasi tentang kebutuhan gizi ibu hamil, dan 20% ibu hamil menyatakan
kebutuhan gizinya kurang dari biasanya
9) Resiko timbulnya penyakit : diare, DHF, typhoid, ISPA, dan lain-lain sehubungan dengan kurangnya
pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan ditandai
dengan :
a. Letak kandangdi dalam rumah 1,41%
b. System pembuangan air limbah sembarangan 5,71%
c. Jarak pembuangan sampah dengan rumah 30,29%
d. Tidak mempunyai temapt pembuangan sampah sementara 29,14%
e. Membuang sampah di sembarang tempat 18,86%
f. Tempat penampungan sampah terbuka 58,29%
g. Penampungan air dalam kondisi terbuka 4%
h. Kondisi air berwarna 1,14%
i. Jarak sumber air dengan septik tank kurang dari 10 meter 10,8%
j. Rumah yang tidak mempunyai jendela 4,57%
k. Rumah yang pencahayaanya remang-remang 10,28%
l. Kasus penyakit yang paling sering diderita batuk pilek 67,42%
m. Tidak mempunyai tempat penampungan sampah sementara 29,14%
n. Tempat penampungan sampah terbuka 58,29%
10) Potensi masyarakat RW.4 Ds. Somowinangun Lamongan dalam meningkatkan kesehatan balita
berhubungan dengan tingginys kesadaran ibu terhadap kesehatan balita yang ditunjang keaktifan kader
kesehatan dan petugas yang ditandai dengan :
a. Hampir seluruhnya balita dibawa ke posyandu setiap bulan 91,14%
b. Hampir seluruhnya balita telah mendapat imunisasi lengkap 86,08%
c. Hampir seluruhnya balita memiliki KMS 92,41%
d. Sebagian besar balita dalam garis hijau 71,23%
11) Resiko terjadi peningkatan angka kesakitan pada lansia di RW.4 berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan masyarakat dalam memelihara kesehatan lansia, yang ditandai dengan :
a. Jumlah lanjut usia 51 orang
b. Lansia yang mengalami keluhan penyakit 70,59%
c. Jenis penyakit yang diderita lansia : asma 5,88%, TB paru 3,92%, hipertensi 27,45%, DM 3,92%, reumatik
31,37%, katarak 1,95%, dan lain-lain 8,33%
d. Upaya lansia untuk mencegah penyakit : non medis 13,88% dan diobati sendiri 8,33%
e. Lansia yang tidak mengisi waktu luang dengan kegiatan tertentu 23,5%
f. Belum adanya posyandu lansia
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. (Pusdiklat DJJ Keperawatan) jadi perencanaan asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnose keperawatan yang telah ditetapkan
dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup : 1) Perumusan tujuan, 2) Rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan, dan 3) Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
1) Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi criteria sebagai berikut :
a. Berfokus pada masyarakat
b. Jelas dan singkat
c. Dapat diukur dan diobservasi
d. Realistic
e. Ada target waktu
f. Melibatkan peran serta masyarakat
Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi criteria yang mencakup :
T = S + P + K.1 + K.2
Keterangan :
S : Subyek
P : Predikat
K.1 : Kondisi
K.2 : Kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan :
1) Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan
2) Perilaku yang diharapkan berubah
3) S : Specific
4) M : Measurable atau dapat diukur
5) A : Attainable atau dapat dicapai
6) R : Relevant/Realistic atau sesuai
7) T : Time-Bound atau waktu tertentu
8) S : Sustainable atau berkelanjutan
Contoh :
Goal dan Tujuan
Nama komuniti :
Masalah :
Goal :
Contoh kasus :
Mahasiswa Akper Gresik melaksanakan praktek keperawatan komunitas di desa Kandangan Cerme
Kabupaten Gresik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong-royong dalam
waktu 1,5 bulan.
Jadi dikaitkan dengan rumus diatas dapat diketahui bahwa :
Subyek : Mahasiswa Akper Gresik
Predikat : Membuat jamban umum
Kondisi : Swadaya dan gotong-royong
Kriteria : Waktu 1,5 bulan
2) Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat :
a. Identifikasi alternative tindakan keperawatan
b. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
c. Melibatkan peran serta masyarakat dalm menyusun perencanaan melalui kegiatan musyawarah
masyarakat desa atau lokakarya mini
d. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
e. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat
f. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
g. Tindakan harus bersifat realistic
h. Disusun secara berurutan
3) Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Penentuan criteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :
a. Menggunakan kata kerja yang tepat
b. Dapat dimodifikasikan
c. Bersifat spesifik
Siapa yang melakukan?
Apa yang dilakukan?
Di mana dilakukan?
Kapan dilakukan?
Bagaimana melakukan?
Frekuensi melakukan?
Contoh kasus :
Mahasiswa Akper Gresik melaksanakan praktek keperawatan komunitas di desa Kandangan Cerme
Kabupaten Gresik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong-royong dalam
waktu 1,5 bulan.
Dari contoh diatas, maka rencana tindakan yang dibaut adalah :
a. Mahasiswa memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan topik “Pentingnya jamban bagi
kesehatan masyarakat” sebanyak 4 kali sesuai dengan schedule kegiatan (setiap hari senin di Balai Desa)
b. Mahasiswa melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun informal
untuk menggalang dukungan
c. Mahasiswa melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menggalang dana untuk
pembuatan jamban umum melalui dana upaya kesehtan masyarakat (DUKM) yang ada atau iuran desa
d. Mahasiswa menetapkan waktu peresmian pembuatan jamban umum oleh kepala Desa dan tokoh-tokoh
masyarakat yang lain
e. Melalui tokoh-tokoh masyarakat formal maupun informal menghimbau dan mengajak masyarakat
secara gotong-royong membangun jamban umum
f. Kerjasama dengan instansi terkait untuk mendapatkan bantuan teknis pembuatan jamban umum yang
memenuhi syarat kesehatan (tenaga sanitarian)
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerja sama dengan
anggota tim kesehatan lainnya dalam hal ini melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota
masyarakat. Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan
komunitas :
1) Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa ( IMTAQ)
2) Integrated
Perawat kesehtan masyarakat harus mampu bekerja sama dengan sesame profesi, tim kesehtan lain,
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat berdasarkan azaz kemitraan.
3) Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan
pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun.
4) Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten
5) Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak dengan
sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi focus adalah program kesehatan komunitas dengan strategi komuniti
organisasi dan parthnerships in community. (Model for nursing parthnerships).
Prinsip lain yang perlu diperhatikan :
1) Berdasarkan respon masyarakat
2) Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada masyarakat
3) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri sendiri serta lingkungannya
4) Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
5) Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan perawatan masyarakat secara esensial
6) Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat
7) Melibatkan partispasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan perawatan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan :
1) Keterpaduan antara biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana, dan prasarana dengan pelayanan kesehatan
maupun sektor lainnya
2) Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader, dan tokoh masyarakat dalam rangka alih peran
3) Tindakan keperawatan yang dilakukan di catat dan didokumentasikan
5. Evaluasi Atau Penilaian
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian
masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat
komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan
dalam penilaian menurut Nasrul Effendy, 1998 :
1) Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
2) Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan pelaksanaan
3) Hasil penelitian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum
teratasi
Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi dilakukan dengan
melihat respon komunitas terhadap program kesehatan. Macam evaluasi : 1) formatif dan sumatif, 2)
input, proses, dan output.
Focus evalausi :
1) Relevansi
Apakah program diperlukan ?
Yang ada atau yang baru.
2) Perkembangan atau kemajuan
Apakah dilaksanakan sesuai dengan rencana ?
Bagaimana staf, fasilitas, jumlah peserta ?
3) Cost efficiency (efisiensi biaya)
Bagaimana biaya ?
Apa keuntungan program ?
4) Efektifitas
Apakah tujuan tercapai ?
Apakah klien puas ?
Apakah fokus pada formatif dan hasil jangka pendek
5) Impact
Apakah dampak jangka panjang?
Apa perubahan perilaku dalam 6 minggu atau 6 bulan atau 1 tahun?
Apakah status kesehatan meningkat?
Kegunaan evaluasi :
1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
2) Menilai hasil guna, daya guna, dan produktifitas asuhan keperawatan yang diberikan
3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun rencana baru
dalam proses keperawatan
Hasil evaluasi :
Terdapat tiga kemungkinan dalam hasil evaluasi :
1) Tujuan tercapai
Apabial individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat telah menunjukkan kemajuan sesuai dengan
criteria yang telah ditetapkan
2) Tujuan tercapai sebagaian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara
memperbaikinya atau mengatasinya
3) Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak menunjukkan perubahan kemajuan sama
sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perlu dikaji secara mendalam apakah terdapat
problem dalam data, analisis, diagnosis, tindakan, dan faktor-faktor yang lain tidak sesuai sehingga
menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan
b. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang telah di tentukan.Perawat mengetahui keadaan klien pada
tahap perubahan kearah pemecahan masalah.Penambahan waktu,resources,dan intervensi mungkin di
perlukan sebelum tujuan tercapai.
c. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah di tentukan.Pada situasi ini,perawata harus mencoba untuk
mengidentifikasi alasan mengapa keadaan atau masalah ini timbul.
2.2.6 Komponen Evaluasi
Ada 2 (dua ) komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan, yaitu :
1) Proses (formatif)
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan
keperawatan.Evaluasi proses harus di lakukan segera setelah perencanaan keperawatan di laksanakan
untuk membantu keefektifitasan terhadap tindakan.Evaluasi formatif terus menerus di laksanakan
sampai tujuan yang telah di tentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi formatif
terdiri dari analisa rencana tindakan keperawatan, open-chart audit, pertemuan kelompok, interview,
dan observasi dengan klien, dan menggunakan form evaluasi. Sistem penulisan pada tahap evaluasi ini
bisa menggunakan sitem SOAP atau model dokumentasi lainnya.
2) Hasil (sumatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan
perawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara paripurna.
Sumatif evaluasi adalah obyektif, fleksibel, dan efisien. Adapun metode penatalaksanaan evaluasi
sumatif terdiri dari closed-chart audit, interview akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan
pertanyaan kepada klien dan keluarga. Meskipun informasi pada tahap ini tidak secara langsung
berpengaruh terhadap klien yang dievaluasi, sumatif evaluasi bisa menjadi suatu metode dalam
memonitor kualitas dan evisiensi tindakan yang telah diberikan.
Komponen evaluasi dapat di bagi menjadi 5 komponen menurut (Pinnell & Meneses,1986) :
1. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
2. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
3. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standart
4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
5. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
4. Stereotip
Stereotip atau sesuatu yang bersifat statis / tetap merupakan kepercayaan yang dibesar –
besarkan dan gambaran yang dilukiskan dengan populer dalam media massa dan ilmu kebangsaan. Sifat
ini juga menyebabkan tidak bekembangnya pemikiran seseorang.
5. Nilai – nilai Budaya
Sistem budaya mengandung berbagai orientasi nilai. Nilai merupakan bentuk kepercayaan
bagaimana seseorang harus berperilaku , kepercayaan adalah sesuatu pertanyaan yang tujuannya
berpegang kepada kebenaran tapi mungkin boleh atau tidak boleh berlandaskan kenyataan empiris.
Salah satu elemen yang paling penting terbangun dalam budaya dan nilainya. Nilai ini bersama – sama
memiliki budaya yang paling penting terbangun dalam budaya dan nilainya. Nilai ini bersama
memberikan stabilitas dan keamanan budaya, menyajikan standart perilaku. Bila dua orang bersama –
sama memiliki budaya yang serupa dan pengalamanya cenderung serupa nilai – nilai mereka akan
serupa , walaupun dua orang tersebut tidak mungkin pola nilai yang tetap serupa , namun mereka cukup
serupa untuk mengenal kesamaan dan utuk mengidentifkasi” yang lain sama sepeti saya” (Gooenough,
1966) .
Konsep budaya menurut Linton adalah : suatu tatanan pola perilaku yang dipelajari, diciptakan,
serta ditularkan di antara suatu anggota masyarakat tertentu . Batasan budaya menurut
Koentjaraningrat adalah : keseluruhan system gagasan , tindakan dan Hasil karyamanusia, dalam rangka
kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.Karakteristik budaya
menurut TO. Ihromi adalah :
1. Budaya diciptakan dan ditransmisikan lewat proses belajar .
2. Budaya dimiliki bersama oleh sekelompok manusia dan merupakan pola kelakuan umum.
3. Budaya merupakan mental blue print.
4. Penilaian terhadap budaya bersifat relatif.
Budaya bersifat dinamis, adaptif dan integratif.Pemahaman akan konsep budaya, membawa kita
pada kesimpulan bahwa gagasan, perasaan dan perilakumanusia dalam kehidupan sosialnya sangat
dipengaruhi oleh budaya yang berlaku di masyarakat. Demikianpula pergeseran ataupun perubahan
pada tatanan budaya dalam suatu masyarakat akan diiringi denganperubahan perilaku dari individu
yang hidup di dalamnya.Budaya tercipta sebagai upaya manusia untuk beradaptasi terhadap masalah -
masalah yang timbul dari lingkungan hidupnya. Selanjutnya budaya mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan kepribadian manusia dalam kelompoknya. Interaksi keduanya membentuk suatu pola
spesifik perilaku, proses pikir,emosi dan persepsi individu atau kelompok dalam bereaksi terhadap
tekanan-tekanan kehidupan. Dengan demikian dapat dimengerti peranan budaya dalam masalah
kesehatan jiwa.
2.3.1 Perbedaan Budaya
Sesungguhnya karena tradisi berbeda budaya dan peningkatan mobilitas dan memiliki standart
perilaku yang sama. Individu yang dibesarkan dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh norma-
norma yang menentukan jalan pikiran dan perilaku mereka.
a. Kolektifitas Etnis adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas dan memiliki standart
perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh
norma-norma yang menentukan jalan ikiran dan perilaku mereka ( Harwood, 1981).
b. Shok Budaya adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar belakang kulturnya
berbeda. Shock budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang menolong ketidaknyamanan dan kondisi
disoirentasi yang dialami oleh orang luar yang berusaha beradaptasi secara komprehensif atau secara
efektif dengan kelompok yang berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan kepercayaan.( Leininger,
1976).
Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari tentang perpedaan kelompok budaya
dimana ia terlibat. Pemting untuk perawat mengembangkan hormat kepada orang lain yang berbeda
budaya sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik perawatan kesehatan memerlukan toleransi
kepercayaan yang bertentangan dengan perawat.
c. Pola Komunikasi
Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan bahasa ang berbeda.
Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk melihat isi dari budaya. Menurut
Kluckhohn,1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk meneropong dan
interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari
tetang dunia dan penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun individu berbicara
dengan bahasa yang sama. Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang
sederhana, bebas dari bahasa yang jlimet yang klien bisa menagkap. Sangat penting untuk menentukan
ahwa pesan kita bisa diterima dan dimengerti maksudnya .
d. Jarak Pribadi dan Kontak
Jarak pribadi adalah ikatan yang tidak terlihat dan fleksibel. Pengertian tentang jarak pribadi bagi
perawat kesehatan masyarakat memungkinkan proses pengkajian dan peningkatan interaksi perawat
klien. Profesional kesehatan merasa bahwa mereka mempunyai ijin keseluruh daerah badan klien.
Kontak yang dekat sering diperlukan perawat saat pemeriksaan fisik, perawat hendaknya berusaha
untuk mengurangi kecemasan dengan mengenal kebutuhan individu akan jarak dan berbuat yang sesuai
untuk melindungi hak privasi.
3.2 Saran
1. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat bekerja sama dengan komunitas dan populasi
untuk memperbaiki kembali kesehatan.
2. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat memperhatikan standar evaluasi atau penilaian
dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas.
3. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat terlibat dalam koordinasi dan organisasi dalam
merespons isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Reaksi:
Posting Komentar
Blogroll
My Social Media
Kontributor
Aira Kanya
Nursing.community
Popular
Kelompok 11- Asuhan Keperawatan Komunitas
KELOMPOK 9 : TERAPI MEDIK DAN TERAPI KOMPLEMENTER YANG LAZIM DIGUNAKAN PADA
LANSIA
MAKALAH KOMUNITAS TERAPI MEDIK DAN TERAPI KOMPLEMENTER YANG LAZIM DIGUNAKAN
PADA LANSIA Disusun Oleh : Kelompok 9 1. L...
Blogger templates
Blogger news
Blog Archive
▼ 2013 (12)
o ▼ Juni (5)
Kelompok 12- PENGORGANISASIAN DAN MODEL
Labels KEMITRAAN ...
Kelompok 11- Asuhan Keperawatan Komunitas
Keperawatan Kelompok 11- Asuhan Keperawatan Komunitas
Gerontik KELOMPOK 9 : TERAPI MEDIK DAN TERAPI
KOMPLEMENTER ...
MAKALAHKEPERAWATAN KOMUNITAS
III“KESEHATANKOMUNITA...
o ► April (5)
o ► Maret (2)