Anda di halaman 1dari 2

Fraktur Cruris

oleh: Badali Pengarang : Akademi Fisioterapi


 Summary rating: 2 stars (20 Tinjauan)
 Kunjungan : 2125

 kata:900

More About : askep fraktur cruris terbuka


Summarize It

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa (Sjamsuhidajat, 2004). Sedangkan cruris adalah tungkai bawah
yang terdiri dari dua tulang panjang yaitu tulang tibia dan fibula. Lalu 1/3 distal dextra adalah
letak suatu patahan terjadi pada 1/3 bawah dari tungkai sebelah kanan. Jadi pengertian dari
fraktur cruris 1/3 distal dextra adalah patah tulang yang terjadi pada tulang tibia dan fibula
yang terletak pada 1/3 bagian bawah sebelah kanan.

Pada fraktur cruris 1/3 distal dextra disebabkan karena adanya trauma pada tungkai bawah
kanan akibat benturan dengan benda yang keras, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Dalam kasus fraktur cruris 1/3 distal dextra, tindakan yang biasa dilakukan untuk reposisi
antar fragmen adalah dengan reduksi terbuka atau operasi. Ini dilakukan karena pada kasus
ini memerlukan pemasangan internal fiksasi untuk mencegah pergeseran antar fragmen pada
waktu proses penyambungan tulang (Apley, 1995).
Pada operasi ini dilakukan incisi untuk pemasangan internal fiksasi yang dapat berupa intra
medullary nail sehingga akan terjadi kerusakan pada kulit, jaringan lunak dan luka pada otot
yang menyebabkan terjadinya oedema, nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi serta
gangguan fungsional pada tungkai bawah.

Setelah fraktur dapat terjadi kerusakan pada sumsum tulang, endosteum dan jaringan otot.
Pada fraktur cruris 1/3 distal dextra upaya penanganan dilakukan tindakan operasi dengan
menggunakan internal fiksasi. Pada kasus ini, hal pertama yang dapat dilakukan adalah
dengan incisi. Dengan incisi maka akan terjadi kerusakan pada jaringan lunak dan saraf
sensoris. Apabila pembuluh darah terpotong dan rusak maka cairan dalam sel akan menuju
jaringan dan menyebabkan oedema. Oedema ini akan menekan saraf sensoris sehingga akan
menimbulkan nyeri pada sekitar luka incisi. Bila terasa nyeri biasanya pasien cenderung
untuk malas bergerak. Hal ini akan menimbulkan perlengketan jaringan otot sehingga terjadi
fibrotik dan menyebabkan penurunan lingkup gerak sendi (LGS) yang dekat dengan
perpatahan dan penurunan nilai kekuatan otot.
Waktu penyembuhan pada fraktur sangat bervariasi antara individu satu dengan individu
lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur antara lain : usia pasien,
jenis fraktur, banyaknya displacement, lokasi fraktur, pasokan darah pada fraktur dan kondisi
medis yang menyertai (Garrison, 1996). Dan yang paling penting adalah stabilitas fragmen
pada tulang yang mengalami perpatahan. Apabila stabilitas antar fragmen baik maka
penyembuhan akan sesuai dengan target waktu yang dibutuhkan atau diperlukan.
Secara fisiologis, tulang mempunyai kemampuan untuk menyambung kembali setelah terjadi
perpatahan pada tulang. Pada fraktur, proses penyambungan tulang dibagi dalam 5 tahap
yaitu :

a. Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma di sekitar dan di dalam fraktur (Apley, 1995).
Hal ini mengakibatkan gangguan suplay darah pada tulang yang berdekatan dengan fraktur
dan mematikannya (Maurice King, 2001).
b. Proliferasi
Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel di bawah
periosteum dan di dalam saluran medulla yang tertembus. Hematoma yang membeku
perlahan-lahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke dalam daerah itu
(Apley, 1995).
c. Pembentukan callus
Selama beberapa minggu berikutnya, periosteum dan endosteum menghasilkan callus yang
penuh dengan sel kumparan yang aktif. Dengan pergerakan yang lembut dapat merangsang
pembentukan callus pada fraktur tersebut (Maurice King, 2001).
d. Konsolidasi
Selam¬a stadium ini tulang mengalami penyembuhan terus-menerus. Fragmen yang patah
tetap dipertahankan oleh callus sedangkan tulang mati pada ujung dari masing-masing
fragmen dihilangkan secara perlahan, dan ujungnya mendapat lebih banyak callus yang
akhirnya menjadi tulang padat (Maurice King, 2001). Ini adalah proses yang lambat dan
mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk membawa beban yang
normal (Apley, 1995).
e. Remodeling
Tulang yang baru terbentuk, dibentuk kembali sehingga mirip dengan struktur normal
(Appley, 1995). Semakin sering pasien menggunakan anggota geraknya, semakin kuat tulang
baru tersebut (Maurice King, 2001).

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/orthopedic-surgery/1993247-fraktur-
cruris/#ixzz1T1hPmfRw

Anda mungkin juga menyukai