PENDAHULUAN
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di
negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare (Salwan, 2008). Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih
banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak
menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya,
kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti.
Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau
Menurut data World Health Organization(WHO) pada tahun 2009, diare adalah
penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada
sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara
berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun.
Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk
tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008,
penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian akibat diare
adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah
1
penderita diare adalah 3.661 orang. Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah
ementara dari data Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Utara tahun 2008, diare
menduduki urutan kedua dari sepuluh penyebab terbanyak kunjungan ke puskesmas setelah
dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2008 Case Fatality Rate (CFR) akibat diare sebesar
4.78% dengan 10 penderita meninggal dari 209 kasus. Angka ini naik dari tahun sebelumnya
yaitu dengan CFR 1.31% dengan 4 penderita meninggal dari 304 kasus.
Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals/ MDG’s
(Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai
pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan
Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab
utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata
laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan
kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes, 2011).
pada pasien penderita diare. Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan.
Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan
merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces,
dan Finger. Pada balita, kejadian diare lebih berbahaya dibanding pada orang dewasa
dikarenakan komposisi tubuh balita yang lebih banyak mengandung air dibanding dewasa.
Jika terjadi diare, balita lebih rentan mengalami dehidrasi dan komplikasi lainnya yang dapat
2
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai
penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare
baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di
saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di
makanan.
Dari uraian latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
3
1.4 Manfaat
Sebagai tambahan informasi dan bahan pustaka bagi Sekolah Tinggi Ilmu
Makalah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 3 bab, yaitu :
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut WHO (2012) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi
(buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan
konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam
sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten.
Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan
tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam
sehari .
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), serta pada
kandungan air dan volume kotoran itu. Para Odha sering mengalami diare. Diare dapat
menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat pulih dalam beberapa hari. Namun, diare
yang berat dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah gizi yang berat
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih
cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan
5
anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-
rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari
dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan
kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh
tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan
2.2 Klasifikasi
1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut
didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak
dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut biasanya sembuh sendiri,
lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika
b) Mekanisme patofisiologik
6
5) Motilitas dan waktu transport usus abnormal.
banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi :
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare masih
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang
muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas
sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung,
turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata
berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin
7
d) Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya
pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah,
hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-
ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum
dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler
8
2.3 Etiologi
a. Virus :
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 – 80%). Beberapa jenis virus
1) Rotavirus serotype 1,2,8,dan 9: pada manusia. Serotype 3 dan 4 didapati pada hewan
dan manusia. Dan serotype 5,6, dan 7 didapati hanya pada hewan.
2) Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne atau water
6) Cytomegalovirus
b. Bakteri
menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus halus dan enterotoksin
(heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan
epitel usus menyebabkan kerusakan dari membrane mikro vili yang akan
9
3) Enteroaggregative E.coli (EAggEC)
Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus halus dan menyebabkan perubahan
morfologi yang khas. Bagaimana mekanisme timbulnya diare masih belum jelas,
Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella. Seperti Shigella, EIEC
EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin
yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse di kolon. Pada anak sering
6) Shigella spp
kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk kedalam alian
mempunyai aktifitas endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin (Shiga toxin
dan Shiga-like toxin) yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin
Manusia terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing,
domba dan babi) atau dengan feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi
seperti daging ayam dan air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak
10
langsung person to person. C.jejuni mungkin menyebabkan diare melalui invasi
kedalam usus halus dan usus besar.Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan, yaitu cytotoxin
dan heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip dengan proses
ulcerative colitis.
Air atau makanan yang terkontaminasi oleh bakteri ini akan menularkan kolera.
V.cholerae melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus dan menghasilkan
enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat mirip dengan heat-
labile toxin (LT) dari ETEC. Penemuan terakhir adanya enterotoksin yang lain yang
zonular occludens toxin (ZOT). Kedua toksin ini menyebabkan sekresi cairan
menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan mukosa yang menimbulkan ulkus, akan
c. Protozoa
1) Giardia lamblia
Parasit ini menginfeksi usus halus, Mekanisme patogensis masih belum jelas, tapi
11
giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau tanpa
hari setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri
2) Entamoeba histolytica
Insiden nya mningkat dengan bertambahnya umur,dan teranak pada laki-laki dewasa.
Kira-kira 90% infksi asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik
(E.dispar). Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten
3) Cryptosporidium
Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 – 15% dari kasus diare pada anak.
Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan asimtomatik pada anak yang lebih besar
dan dewasa. Gejala klinis berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan
biasanya self-limited. Pada penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti
d. Helminths
1) Strongyloides stercoralis
Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan larva, menimbulkan diare.
2) Schistosoma spp
12
Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ termasuk intestinal
3) Capilaria philippinensis
Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama jejunu, menyebabkan inflamasi dan
atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri abdomen.
4) Trichuris trichuria
Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan appendix. Infeksi berat dapat
1) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
2) Kram perut
3) Demam
4) Mual
5) Muntah
6) Kembung
7) Anoreksia
8) Lemah
9) Pucat
13
14) Membran mukosa kering
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau demam,
nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa
biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang
merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini
sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha
tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada
keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah,
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien
mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena
kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul
anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus
ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan
14
asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan
pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat
menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa
alkali.
2.5 Patofisiologi
Fungsi utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan untuk keperluan hidup
sel, pembatasan sekresi empedu dari hepar dan pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak
dicerna. Fungsi tadi memerlukan berbagai proses fisiologi pencernaan yang majemuk,
aktivitas pencernaan itu dapat berupa: (Sommers,1994; Noerasid, 1999 cit Sinthamurniwaty
2006).
f. Peristaltik: gerakan dinding usus secara ritmik berupa gelombang kontraksi sehingga
menghasilkan ampas tinja sebanyak 50-100 gr sehari dan mengandung air sebanyak 60-
15
80%. Dalam saluran gastrointestinal cairan mengikuti secara pasif gerakan bidireksional
transmukosal atau longitudinal intraluminal bersama elektrolit dan zat zat padat lainnya
yang memiliki sifat aktif osmotik. Cairan yang berada dalam saluran gastrointestinal terdiri
dari cairan yang masuk secara per oral, saliva, sekresi lambung, empedu, sekresi pankreas
serta sekresi usus halus. Cairan tersebut diserap usus halus, dan selanjutnya usus besar
menyerap kembali cairan intestinal, sehingga tersisa kurang lebih 50-100 gr sebagai tinja.
Faktor-faktor fisiologi yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu dengan
usus secara mekanis, sehingga meningkatkan gerakan peristaltik usus dan akan
mempercepat waktu lintas khim dalam usus. Keadaan ini akan memperpendek waktu
sentuhan khim dengan selaput lendir usus, sehingga penyerapan air, elektrolit dan zat lain
Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran cerna dan macam penyebab dari
diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam 3 macam kelainan pokok yang berupa :
Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat menyebabkan diare,
misalnya pada kejadian infeksi. Faktor lain yang juga cukup penting dalam diare adalah
empedu. Ada 4 macam garam empedu yang terdapat di dalam cairan empedu yang keluar
16
cairan di jejunum dan kolon, serta akan menghambat absorpsi cairan di dalam kolon. Ini
terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara langsung pada permukaan
mukosa usus. Diduga bakteri mikroflora usus turut memegang peranan dalam
pembentukan asam dioksi kholik tersebut. Hormon-hormon saluran cerna diduga juga
dapat mempengaruhi absorpsi air pada mukosa. usus manusia, antara lain adalah: gastrin,
sekretin, kholesistokinin dan glukogen. Suatu perubahan PH cairan usus juga. dapat
menyebabkan terjadinya diare, seperti terjadi pada Sindroma Zollinger Ellison atau pada
Jejunitis.
b. Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus (invasive diarrhea)
Suatu proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal bila bolus makanan
tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan berada dalam keadaan yang cukup
tercerna. Juga waktu sentuhan yang adekuat antara khim dan permukaan mukosa usus
halus diperlukan untuk absorpsi yang normal. Permukaan mukosa usus halus
kemampuannya berfungsi sangat kompensatif, ini terbukti pada penderita yang masih
dapat hidup setelah reseksi usus, walaupun waktu lintas menjadi sangat singkat. Motilitas
usus merupakan faktor yang berperanan penting dalam ketahanan local mukosa usus.
Hipomotilitas dan stasis dapat menyebabkan mikro organisme berkembang biak secara
berlebihan (tumbuh lampau atau overgrowth) yang kemudian dapat merusak mukosa
usus, menimbulkan gangguan digesti dan absorpsi, yang kemudian menimbulkan diare.
pankreosimin; dalam hal ini dapat memberikan efek langsung sebagai diare. Selain itu
kholera atau karena ulkus mikro yang invasif o1eh Shigella atau Salmonella.Selain uraian
17
di atas haruslah diingat bahwa hubungan antara aktivitas otot polos usus,gerakan isi
lumen usus dan absorpsi mukosa usus merupakan suatu mekanisme yang sangat
kompleks.
Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi kapasitas dari
pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan diare. Adanya malabsorpsi dari hidrat
arang, lemak dan zat putih telur akan menimbulkan kenaikan daya tekanan osmotik intra
luminal, sehingga akan dapat menimbulkan gangguan absorpsi air. Malabsorpsi hidrat
arang pada umumnya sebagai malabsorpsi laktosa yang terjadi karena defesiensi enzim
laktase. Dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam susu tidak sempurna mengalami
hidrolisis dan kurang di absorpsi oleh usus halus. Kemudian bakteri-bakteri dalam usus
gugusan asam organik dengan rantai atom karbon yang lebih pendek yang terdiri atas 2-4
atom karbon. Molekul-molekul inilah yang secara aktif dapat menahan air dalam lumen
kolon hingga terjadi diare. Defisiensi laktase sekunder atau dalam pengertian yang lebih
luas sebagai defisiensi disakharidase (meliputi sukrase, maltase, isomaltase dan trehalase)
dapat terjadi pada setiap kelainan pada mukosa usus halus. Hal tersebut dapat terjadi
karena enzim-enzim tadi terdapat pada brush border epitel mukosa usus. Asam-asam
lemak berantai panjang tidak dapat menyebabkan tingginya tekanan osmotik dalam
18
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan
adanya inflamasi intestinal. Kultur Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk
sekali kultur organisma yang tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium
Intracellulare. Pada pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle harus
diperiksa.
b. Volume Feses
Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau imfalasi sedikit
mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat (>250 ml/day), kemudian perlu juga
c. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat feses
mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses
malabsorbstif.
d. Lemak Feses
Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu steatore, lemak feses
kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per ½ lapang pandang dari
sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah
lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya dilakukan
19
pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat disebabkan malabsorbsi mukosa
e. Osmolalitas Feses
Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau diare sekretori.
Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah –
290 mosm. Osmotic gap feses adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit
faeces (Na&K) dimana nilai normalnya <50 mosm. Anion organic yang tidak dapat
diukur, metabolit karbohidrat primer (asetat,propionat dan butirat) yang bernilai untuk
anion gap, terjadi dari degradasi bakteri terhadap karbohidrat di kolon kedalam asam
lemak rantai pendek. Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul dalam
suatu tempat. Jika feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas diperiksa, osmotic
gap seperti tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah biasanya
menunjukkan diare sekretori. Sebalinya osmotic gap tinggi menunjukkan suatu diare
osmotik.
g. Pemeriksaan darah
Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang meningkat dan hipoproteinemia.
Albumin dan globulin rendah akan mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat
inflamasi intestinal. Skrining awal CBC,protrombin time, kalsium dan karotin akan
menunjukkan abnormalitas absorbsi. Fe,VitB12, asam folat dan vitamin yang larut
dalam lemak (ADK). Pemeriksaan darah tepi menjadi penunjuk defak absorbsi lemak
20
pada stadium luminal, apakah pada mukosa, atau hasil dari obstruksi limfatik
postmukosa. Protombin time,karotin dan kolesterol mungkin turun tetapi Fe,folat dan
albumin mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah mukosa primer dan normal jika
h. Tes Laboratorium
Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat diperiksa seperti serum VIP (VIPoma),
i. Diare Factitia
Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi feses dengan NaOH yang kan
berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif feses terhadap penyebab lain dapat
dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya. Diantaranya Mg,SO4 dan PO4 dapat
mendeteksi katartik osmotic seperti MgSO4,mgcitrat Na2 SO4 dan Na2 PO4.
kalsium.
21
Memerlukan keterampilan khusus yang dapat membantu menidentifikasi lesi pada usus
halus.
Pemeriksaan ini dapat membantu dalam mendeteksi IBD termasuk colitus mikroskopik,
Pemeriksaan yang optimal diperlukan bagi klinisi untuk mengetahui segala sesuatu yang
keseluruhan bagian usus halus atau enteroclysis yang dapat menjelaskan dalam 6 jam
ligamentum treitz, kemudian diijeksikan suspensi barium melalui tube dan sesudah itu 1-
e. Imaging
Penyebab diare dapat secara tepat dan jelas melalui pemeriksaan imaging jika
pankreatitis kronis. Studi Seri Gastrointestinal aatas atau enterokolosis dapat membantu
dapat membantu mengevaluasi IBD. Endoskopi dengan biopsy usus halus berguna dalam
aspirasi duodenum dan biopsy usus halus berguna pada pasien AIDS, Cryptosporidium,
22
2.7 Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE
(Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia
dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.
a. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan
memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah
tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran
sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa
mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :
b) Mata : Normal
23
a) Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
b) Mata : Cekung
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
b) Mata : Cekung
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di
infus.
24
b. Berikan obat Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan
dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta
diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc
mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 % (Hidayat 1998 dan Soenarto 2007).
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak
mengalami diare.
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum
susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih
termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang
25
mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada
balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare
karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah
berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak,
bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat
fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba,
giardia).
e. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang :
b) Muntah berulang
c) Sangat haus
d) Makan/minum sedikit
e) Timbul demam
f) Tinja berdarah
26
g) Tidak membaik dalam 3 hari.
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan
a. Perilaku Sehat
1) Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal
oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan.
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau
cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam
botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain
yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui secara penuh
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6
dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap
diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya
27
lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai
dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya
bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana
yaitu:
a) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan
pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan atau
lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun,
berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan
b) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian untuk
c) Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak
d) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan
28
3) Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman
atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang
mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai
b) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus
c) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
e) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan
cukup.
4) Mencuci Tangan
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
29
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
sebesar 47%).
5) Menggunakan Jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak
benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar
bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare,
sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu
b. Penyehatan Lingkungan
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air
antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata, dan
berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan
30
untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit
tersebut, penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia.
2) Pengelolaan Sampah
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat mencemari
tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak
sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu pengelolaan
sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana pembuangan
air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau, mengganggu
estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus,
untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran pembuangan air limbah di
halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air limbah dapat mengalir, sehingga
tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan
nyamuk.
31
2.9 Komplikasi
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama pada
usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secara mendadak
sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses
al, 2003)
hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular Nekrosis
Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga
terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi
yang optimal. (Nelwan, 2001; Soewondo, 2002; Thielman & Guerrant, 2004).
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak RSUD Wates
c. Kejang g. Malnutrisi
32
2.10 Patway
33
BAB 3
3.1 Pengkajian
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan
penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau
lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya
infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
b. Keluhan Utama
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
34
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi
pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,
tempat tinggal.
h. Pemeriksaan Fisik
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau
tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa
minum
35
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
10) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
terakhir yang dimakan, makan makanan yang tidak biasa / belum pernah dimakan,
alergi, minum ASI atau susu formula, baru saja ganti susu, salah makan, makan
berlebihan, efek samping obat, jumlah cairan yang masuk selama diare, makan /
minum di warung ?
3) Pola eleminasi
36
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
kognitif.
3.3 Intervensi
a. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
Criteria :
2) Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah, haluaran
urine terkontrol, mata tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak cekung.
batas normal.
37
Intervensi :
metabolisme.
cairan.
Penatalaksanaan rehidrasi :
1) Anjurkan keluarga bersama klien untuk meinum yang banyak (LGG, oralit atau
Rasional : Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit
mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula
2) Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit (penyakit
penyerta)
38
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang
kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat melalui IV
Kolaborasi :
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
Tujuan :
Criteria :
Intrvensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat tinggi,
39
2) Timbang BB setiap hari
3) Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu sesuai
dengan kebutuhan.
Rasional : Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan menyenangkan.
metabolisme dan katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh terutama dalam
keadaan sakit. Penjelasan yang diterima dapat membuka jalan pikiran untuk
Kolaborasi :
Dietetik
1) Anak , 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula rendah
Rasional : Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif sehingga
intoleransi laktose.
2) Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat
40
3) Rehidrasi parenteral (IV line)
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang
kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat melalui IV
Rasional : Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan
Intervensi :
1) Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal
selanjutnya
2) Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
4) Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan
perawatan kulit
41
5) Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
Rasional : Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan
Tujuan :
Kecemasan berkurang
Intervensi :
1) Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik
pemecahan masalah.
2) Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua
3) Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam
membantu klien.
kecamasan.
42
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
kognitif.
Intervensi
3) Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta
pengobatan.
43
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih
banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak
menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya,
kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti.
Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau
Menurut data World Health Organization(WHO) pada tahun 2009, diare adalah
penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada
sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara
berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun.
Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk
tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
4.2 Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
Wiyadi, N. 2007. Book 2 Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat (K3M).FK UGM. Yogyakarta.
45