Disusun oleh :
30101206788
Pembimbing :
SEMARANG
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
Pembahasan
2.1. Definisi
Penyakit Paru Obstrutif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif
nonreversibel atau reversibel parsial., bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh
proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat
memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat
diobati. Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan
partikel gas berbahaya.
Pertambahan penduduk
Industrialisasi
(PDPI,2010)
3
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang
terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya.
a) Riwayat merokok
Perokok aktif
Perokok pasif
Bekas perokok
Ringan : 0-200
Sedang : 200-600
Berat : >600
3. Hipereaktiviti bronkus
2.3 Patogenesis
4
Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan sel-sel silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus
kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Mukus
berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan
menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema dan
pembengkakan jaringan. Ventilasi, terutama ekspirasi terhambat. Timbul
hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat
mukus yang kental dan adanya peradangan.(Antonio et all, 2007)
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi
sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas seperti
pada gambar 1.
5
(lumen saluran nafas, dinding saluran nafas, dan parenkim), limfosit CD 8+
(dinding saluran nafas dan parenkim). Yang mana hal ini dapat dibedakan dengan
inflamasi yang terjadi pada penderita asma.(Corwin EJ, 2001)
(Sumber : PDPI,2010)
2.4 Klasifikasi
6
2.4.4 Derajat IV: PPOK sangat berat
Keterbatasan / hambatan aliran udara yang berat (VEP1 / KVP < 70%; VEP1 <
30% prediksi) atau VEP1 < 50% prediksi ditambah dengan adanya gagal nafas
kronik dan gagal jantung kanan.
Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP1 dan gejala penderita, oleh
sebab itu perlu diperhatikan kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak bisa
diprediksi dengan VEP1
2.5 Diagnosis
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala
ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan
tanda inflasi paru
A. Gambaran klinis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
7
Inspeksi
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis
leher dan edema tungkai
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
pada ekspirasi paksa ekspirasi memanjang bunyi jantung terdengar
jauh
Pink puffer
8
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan
pernapasan pursed – lips breathing
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema
tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang
memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan
retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.
a. Pemeriksaan rutin
Faal paru
Uji bronkodilator
9
Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan
APE meter.
Darah rutin
Radiologi
Hiperinflasi
Hiperlusen
Diafragma mendatar
Normal
b. Pemeriksaan khusus
10
Faal paru
Sgaw meningkat
Jentera (treadmill)
11
Gagal napas kronik stabil
Radiologi
Elektrokardiografi
Ekokardiografi
Bakteriologi
12
Diagnosis Banding PPOK Adalah
Asma
Pneumotoraks
13
(Sumber : PDPI,2010)
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
1. Edukasi
2. Obat – obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
2.8.1 Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK
stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK
adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah
menyesuaikan keterbatasan aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan fungsi
14
paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel, menghindari pencetus
dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi atau tujuan pengobatan dari
asma.
Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat
penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan kondisi ekonomi
penderita.
15
5. Penyesuaian aktiviti
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan ditentukan
skala prioriti bahan edukasi sebagai berikut :
1. Berhenti merokok
3. Penggunaan oksigen
Berapa dosisnya
5. Tanda eksaserbasi :
Sputum bertambah
16
6. Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi
Ringan
Sedang
Berat
17
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit ( lihat tabel 2 ). Pemilihan
bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan
jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (
slow release ) atau obat berefek panjang ( long acting ).
- Golongan antikolinergik
- Golongan xantin
18
mengatasi sesak ( pelega napas ), bentuk suntikan bolus atau drip untuk
mengatasi eksaserbasi akut.
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka
panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat
perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
c. Antibiotika
- Lini I : amoksisilin
makrolid
Sefalosporin
Kuinolon
Makrolid baru
d. Antioksidan
e. Mukolitik
19
viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak
dianjurkan sebagai pemberian rutin.
f. Antitusif
20
(Sumber : PDPI,2010)
3 Terapi Oksigen
a. Manfaat oksigen :
- Mengurangi sesak
21
- Memperbaiki aktiviti
- Mengurangi vasokonstriksi
- Mengurangi hematokrit
b. Indikasi
- Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal,
perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan,
sleep apnea, penyakit paru lain
22
- Pemberian oksigen jangka panjang ( Long Term Oxygen Therapy =
LTOT )
- Nasal kanul
- Sungkup venturi
- Sungkup rebreathing
- Sungkup nonrebreathing
Pemilihan alat bantu ini disesuaikan dengan tujuan terapi oksigen dan kondisi
analisis gas darah pada waktu tersebut.
4 Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas
akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat
berat dengan napas kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di
ruang ICU atau di rumah.
23
a. Ventilasi mekanik dapat dilakukan dengan cara :
- Volume control
- Pressure control
NIPPV bila digunakan bersamaan dengan terapi oksigen terus menerus (LTOT
/ Long Tern Oxygen Theraphy) akan memberikan perbaikan yang signifikan
pada :
- Kualiti hidup
24
- Asidosis sedang sampai berat pH < 7,30 - 7, 35
NPV tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan obstruksi saluran napas atas,
disamping harus menggunakan perlengkapan yang tidak sederhana.
2.8.5 Nutrisi
- Antropometri
25
terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi pada PPOK dengan gagal napas
kelebihan pemasukan protein dapat menyebabkan kelelahan.
- Hipofosfatemi
- Hiperkalemi
- Hipokalsemi
- Hipomagnesemi
Bertujuan untuk :
1. Bulektomi
3. Transplantasi paru
26
Tabel 4. Algoritma PPOK
(Sumber : PDPI,2010)
2.9 Komplikasi
1. Gagal napas
2. Infeksi berulang
27
3. Kor pulmonal
- Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan pH
normal, penatalaksanaan :
- Bronkodilator adekuat
- Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur
- Antioksidan
Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing Gagal napas akut pada gagal
napas kronik, ditandai oleh :
- Demam
- Kesadaran menurun
- Infeksi berulang
Kor pulmonal :
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai gagal
jantung kanan
2.10 Pencegahan
28
1. Mencegah terjadinya PPOK
- Berhenti merokok
29
DAFTAR PUSTAKA
30
12. Roberto RR et all 2007. Pocket Guide to COPD Diagnosis,
Management and Prevention. USA. Tersedia di
http://www.goldcopd.com/Guidelineitem.asp
13. Sin DD, McAlister FA, Paul SF, et all 2003. Management of chronic
obstructive pulmonary disease (COPD). Journal of American Medical
Association, p 2302-2312.
14. Slamet H 2006. PPOK Pedoman Praktis Diagnosis & Penatalaksanaan
di Indonesia. Jakarta:. p. 1-18.
15. Wedzicha JA, 2011. Beonchodilator therapy for COPD. New England
Journal Medicine. Diakses tgl 6 Agustus 2011.
31