Anda di halaman 1dari 7

M.

Aufar Isytahar

04011281419086

BETA 2014

1. Tn. Ambu 42 tahun pernah dirawat di RSUD kabupaten Singaraju karena penyakit
kencing manis. Pasien kontrol ke RSUD tersebut 1 buan yang lalu, kemudian dirujuk
balik ke Puskesmas Merpati di desanya. Pusekesmas merpati adalah puskesmas
kecamatan dengan tenaga kesehatan dan peralata yang lengkap dan sudah
terakreditasi, dr. Amri adalah dokter fungsional di puskesmas Merpati yang menerima
rujukan balik Tn. Ambu dan menanganinya secara baik sesuai dengan Sop yang ada di
Puskesmas tersebut. Setelah melakukan pemeriksaan terhadap Puskesmas Merpati dr.
Amri melaporkan kasus Tn. Ambu pada Mirna (pimpinan Puskesmas Merpati). Dr.
Mirna meminta dr. Amri untuk melakukan tatalaksanan terhadap kasus Tn. Ambu
dengan menggunakan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga.
a. Bagaimana kriteria puskesmas dengan tenaga kesehatan dan peralatan yang sudah
terakreditasi? (1,5,9)

BAB III PERSYARATAN (Permenkes No 75 Th 2014 ttg Puskesmas)


Pasal 13
(1) Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri atas:

a. sistem penghawaan (ventilasi); h. sistem proteksi kebakaran;


b. sistem pencahayaan; i. sistem pengendalian kebisingan;
c. sistem sanitasi; j. sistem transportasi vertikal untuk
d. sistem kelistrikan; bangunan lebih dari 1 (satu) lantai;
e. sistem komunikasi; k. kendaraan Puskesmas keliling;
f. sistem gas medik; dan
g. sistem proteksi petir; l. kendaraan ambulans.

Pasal 16
(1) Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non
kesehatan.
(2) Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan
persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu
kerja.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
sedikit terdiri atas:

a. dokter atau dokter layanan f. tenaga kesehatan lingkungan;


primer; g. ahli teknologi laboratorium
b. dokter gigi; medik;
c. perawat; h. tenaga gizi; dan
d. bidan; i. tenaga kefarmasian
e. tenaga kesehatan masyarakat;
(4) Tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat
mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan
kegiatan operasional lain di Puskesmas.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan jumlah minimal Tenaga Kesehatan dan
tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
b. Bagaimana kriteria dan alur rujukan balik dari RSUD ke Puskesmas?(2,6,10)
c. Bagaimana SOP puskesmas dalam menangani kasus rujuk balik kencing
manis?(3,7,11)
d. Bagaimana tatalaksana sesuai prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga?(4,8,1)
2. Dr. mirna yakin bahwa di keluarga tn. Ambu masih ada yang menderit kencing manis,
bahkan mungkin telah mengalami komplkasi klinis lainnya. Dr. mirna mengingatkan
dr. amri untuk melakukakn, spesifik problem solving yang berpusat pada tn. Ambu
dengan penanganan secara komprehensif dan menyeluruh melalui pendekatan
keluarga. Dr. mirna juga mengingatkan dr. amri untuk berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain di Puskesmas Merpati.
a. Apa saja spesifik problem solving yang bisa diberikan kepada Tn. Ambu?(2,5,8)
b. Bagaimana penanganan secara komprehensif dan menyeluruh melalui pendekatan
keluarga yang dapat diberikan kepada Tn. Ambu?(3,6,9)
Sebagai dokter keluarga, pertama-tama obati dahulu penyakit pada Tn. Ambu
dengan krim permethrin 5% pada malam hari ke-1 dan ke-8 atau ivermectin oral
pada hari ke-1 dan ke-12. Selain itu, seluruh anggota keluarga Tn. Ambu harus
mendapatkan pengobatan yang sama dengan Tn. Ambu untuk mencegahnya
fenomena pingpong sehingga tidak akan saling menularkan lagi. Setelah itu,
keluarga pasien diedukasi untuk mencuci seluruh pakaian dan handuk serta diberi
tahu untuk tidak menggunakan pakaian yang sama berulang kali sebelum dicuci ,
menggunakan handuk bergantian, dan menggunakan pakaian apapun bergantian
agar tidak saling tertular. Setelah itu, barulah mengedukasi keluarga lain yang ada
di wilayah kerja puskesmas tersebut seperti yang dilakukan pada keluarga Tn.
Ambu, dapat dengan mengadakan penyuluhan dengan mengumpulkan seluruh
keluarga yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut.

c. Siapa saja tenaga kesehatan yang perlu ikut serta menangani kasus Tn. Ambu dan
keluarga?(4,7,10)

3. Di rumah Tn. Ambu tinggal bersamma istri dan ketiga anaknya yang semuaya
mengidap gatal-gatal sejak lebih dari 2 tahun yang lalu. Gatal dirasakan terutama pada
malam hari di daerah sela-sela jari, lipatan bokong, leherm punggung dan perut. Gatal
sudah pernah diobati di puskesmas beberapa kali dengan krim antiobiotik dan puyer
namun keluhan tidak pernah hilang. Anggota keluarga lain yang tinggal seruah juga
memilki keluhan yang serupa, begitu juga para tetangga. Anak-anaknya serig
menggaruk bagian tubuh yang gatal sehingga timbul koreng dan bekas luka. Mereka
juga sering menggunakan pakaian yang sama berulang kali sebelum dicuci dan
menggunakan handuk bergantian dengan ibunya yang juga memiliki keluhan gatal
serupa. Dari hasil pemeriksaan fisik pada ibu da ketiga anak Tn. Ambu didapatkan
papul multiple berukuran miler di seluruh tubuh terutama d daerah lipatan paha dan
bokong, sela jari tangan dan kaki sebagian eritmatosa . juga terdapat pustule, erosi dan
ekskoriasi yang ditutupi krusta merah kehitaman serta tampak bekas garukan (scratch
mark). Dari pemeriksaan parasitologi yang telat dilakukan pada pasien, nenek pasien,
dan seorang tetangga dengan gejala gatal serupa, ditemukan tungau dan telur
sarcoptes scabiei dari kerokan kulit.
a. Apa makna klinis dari keluhan yang dialami Tn. Ambu dan keluarga?(11, 4, 8)
b. Bagaimana transmisi dari sarcoptes scabiei? (1,5,9)
Penyakit skabies bisa ditularkan dengan melalui kontak langsung ataupun kontak
tidak langsung. Skabies dapat ditularkan oleh suatu kutu betina yang sudah
dibuahi, dengan melalui kontak fisik yang erat maka penularan akan terjadi
melalui pakaian dalam, melalui tempat tidur, melalui handuk, sesudah itu kutu
betina dapat menggali lobang ke dalam epidermis lalu dapat membentuk
terowongan di dalam stratum korneum.
c. Apa saja faktor risiko dan bagaimana cara mencegah penularan (promotif dan
preventif)?(2,6,10)
d. Apa tatalaksanaan yang tepat dilayanan primer(berdasarkan mandala of
health)?(3,7,11)

4. Tn. Ambu tinggal dirumah kontrakan, dengan satu kamar berukuran 2 m x 1.5 m.
sinar matahari tidak dapat masuk kedalam rumah, penerangan tergantung pada satu
lampu pijar 25 watt. Ventilasi kurang, rumah terasa lembab, hanya ada satu jendela
kecil 30x50 cm. Kebersihan dan kerapian rumah kurang, selurah anggota keluarga
menggunakan kamar mandi dan jamban umum. Fasilitas dapur digunakan bersama-
sama dengan penghuni kontrakan lain. Air minum dan air untuk masak didapat
dengan membeli air mineral dalam galon, dan air untuk mandi-cuci-kakus dari
pompa tangan. Saluran air dialirkan ke got di depan rumah yang mengalir. Tidak ada
tempat sampah baik di dalam maupun diluar rumah, sehingga sampah berserakan baik
didalam maupun diluar rumah. Gaji Tn. Ambun sebagai kepala keluarga (KK) ± Rp
700.000/bulan dengan biaya mengontrak rumah Rp. 150.000/ bulan dan tidak
mempunyai sumber pendapatan lainnya.
Sebagai salah satu dokter yang bertugas dan ikut bersama tim kesehatan dr. mirna dan
dr. armi di puskesmas merpati, apa yang harus dilakukan dalam penatalaksanaan
permasalahan kesehatan pada keluarga Tn. Ambu berdasarkan konsep dan prinsip
kedokteran keluarga dan konsep Mandala of Health.

a. Apa kriteria rumah sehat (analisis kontrakan Tn. Ambu)?(1,6,11)


b. apa status ekonomi Tn. Ambu dan bagaimana hubungannya dengan penyakit yang
dialami?(2,7,1,5)
c. Bagaimana kriteria sanitasi air baik (plus jamban)?(3,8,2,6)
d. Bagaimana PHBS yang harus diterapkan pada lingkungan Tn. Ambu?(4,9,3,7)

1. Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan


2. Memberi Bayi ASI Ekslusif
3. Menimbang Bayi dan Balita setiap bulan
4. Menggunakan Air Bersih
5. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun
6. Menggunakan Jamban Sehat
7. Memberantas Jentik di Rumah
8. Makan Buah dan Sayur Setiap Hari
9. Melakukan Aktivitas fisik Setiap hari
10. Tidak Merokok di Dalam Rumah

e. Bagaimana penatalaksanaan permasalahan kesehatan pada keluarga Tn. Ambu


berdasarkan konsep dan prinsip kedokteran keluarga dan konsep Mandala of
Health? (5,10,4,8,9,10,11)
DIABTES MELLITUS

1. Aspek individu
a. Spirit : meyakinkan bahwa DM merupakan suatu penyakit yang dapat dikontrol
apabila ada keyakinan dari Tn. Ambu
b. Body : menjaga diet seimbang, berolahraga teratur
c. Mind : memberikan edukasi yang informatif tentang diabetes melitus, mulai
dari penyebab hingga penatalaksaannya.
2. Aspek keluarga
Bekerejasama dengan pihak keluarga untuk menunjang kesembuhan Tn. Ambu,
baik secara jasmani maupun rohani. Secara jasmani, dapat dengan didukung dari
pola makan yang diperhatikan dan aktivitas fisik, seperti senam, jogging, dsb. Secara
rohani, dapat dengan diberikan dukungan moral dan semangat
3. Aspek komunitas
Menjalankan program senam bersama di desanya, pemeriksaan kadar gula darah
rutin, dan check up kesehatan rutin.
4. Aspek budaya
Mengubah pola pikir masyarakat terutama dari pola makannya, kebanyakan
masyarakat indonesia cenderung makan yang tinggi karbohidrat, diamana biasanya
kandungan gula yang tinggi. Lebih baik diganti makanan yang banyak mengandung
serat (pada penderita DM) dan memperbanyak konsumsi protein.
SCABIES
1. Aspek individu
a. Spirit: meyakinkan bahwa scabies merupakan suatu penyakit yang dapat
disembuhkan apabila ada keyakinan dari Tn. Ambu, dari segi pengobatan dan
pencegahan tentang penularan scabies.
b. Body : lebih memberikan edukasi tentang personal hygene (terutama dari
pakaian, cara cuci tangan, dsb)
c. Mind : memberikan edukasi yang informatif tentang scabies, mulai dari
penyebab hingga penatalaksaannya.
2. Aspek keluarga
Penularan scabies bisa terjadi secara kontak langsung atau bersentuhan kulit-kulit
dan hubungan suami istri. Bisa juga terjadi secara tak langsung misalnya melalui
pakaian, handuk, dan tempat tidur yang dipakai bersama-sama. Bekerjasama dengan
pihak keluarga untuk menunjang kesembuhan Tn. Ambu, baik secara jasmani
maupun rohani. Secara jasmani, dapat dengan didukung dari menjaga kebersihan diri
pada anggota keluarga agar mencegah penularan scabies satu sama lain (ping pong
phenomena), seperti tidak memakai handuk bersamaan, dsb.
3. Aspek komunitas
Lebih menekankan pada program promotif dan preventif tentang kebersihan
individu dan lingkunan, seperti cuci semua pakaian, seprai, dan handuk yang
digunakan dalam 3 hari sebelum memulai pengobatan. Gunakan air panas pada
bilasan terakhir sebelum menjemurnya. Bersihkan dengan hati-hati tempat tidur,
sofa, ruangan atau kamar yang digunakan oleh orang yang memiliki kudis atau
gudikan.
4. Aspek budaya
Menanamkan nilai budaya terutama tentang kebersihan sejak dini, sehingga
masyarakat terbiasa hidup bersih, dan mencegah terjadinya penyakit, terutama
penyakit kulit (penyakit menular).

Anda mungkin juga menyukai