PENDAHULUAN
PPOK atau Penyakit Paru Obstruksi Kronis merupakan penyakit yang dapat
dicegah dan dirawat dengan beberapa gejala ekstrapulmonari yang signifikan, yang
dapat mengakibatkan tingkat keparahan yang berbeda pada tiap individual. (Slamet H,
2006)
Asap rokok merupakan satu-satunya penyebab terpenting, jauh lebih penting dari
faktor penyebab lainnya. Faktor resiko genetik yang paling sering dijumpai adalah
defisiensi alfa-1 antitripsin, yang merupakan inhibitor sirkulasi utama dari protease
serin.
2007, dibagi atas 4 derajat, yaitu : derajat 1 (PPOK ringan), derajat 2 (PPOK sedang),
Penderita PPOK akan datang ke dokter dan mengeluhkan sesak nafas, batuk-batuk
kronis, sputum yang produktif, faktor resiko (+). Sedangkan PPOK ringan dapat tanpa
keluhan atau gejala. Dan baku emas untuk menegakkan PPOK adalah uji spirometri.
nafas, infeksi berulang dan cor pulmonal. Prognosa PPOK tergantung dari stage /
derajat, penyakit paru komorbid, penyakit komorbid lain.(Riyanto dan Hisyam, 2006)
1
1.2 Tujuan Penelitian
Melengkapi syarat kepaniteraan klinik senior (KKS) di rumah sakit umum daerah
(RSUD) solok tahun 2018
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pertambahan penduduk
Industrialisasi
3
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a) Riwayat merokok
Perokok aktif
Perokok pasif
Bekas perokok
b) Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian
jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok
dalam tahun :
Ringan : 0-200
Sedang : 200-600
Berat : >600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
3. Hipereaktiviti bronkus
2.3 Patogenesis
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor resiko utama dari PPOK ini
perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia. Selain itu, silia
kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Mukus berfungsi
4
purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan.
Ventilasi, terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang
memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan.
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel
Ada beberapa karakteristik inflamasi yang terjadi pada pasien PPOK, yakni :
peningkatan jumlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas), makrofag (lumen saluran
nafas, dinding saluran nafas, dan parenkim), limfosit CD 8+ (dinding saluran nafas
dan parenkim). Yang mana hal ini dapat dibedakan dengan inflamasi yang terjadi
2.4 Klasifikasi
Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP1 dan gejala penderita, oleh sebab itu perlu
diperhatikan sebab lain. Gejala sesak nafas mungkin tidak dapat diprediksi dengan
VEP1
Ringan Tidsk ada gejala waktu istirahat atau VEP > 80% prediksi
5
eksersais VEP/KVP < 75%
2.5 Diagnosis
1. Gambaran klinis
a. Anamnesis
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir
rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan
polusi udara
6
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis
leher dan edema tungkai
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa ekspirasi memanjang bunyi jantung terdengar jauh
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan
pernapasan pursed – lips breathing
7
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema
tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang
memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi
CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.
3. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan rutin
1. Faal paru
Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP (%)
Uji bronkodilator
8
2. Darah Rutin
3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain
Hiperinflasi
Hiperlusen
Diafragma mendatar
Normal
1. Faal paru
Sgaw meningkat
9
2. Uji latih kardiopulmoner
Jentera (treadmill)
6. Radiologi
Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula
yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos
7. Elektrokardiografi
10
8. Ekokardiografi
9. Bakteriologi
2.6 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
1. Edukasi
2. Obat – obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
11
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. E
Umur : 67 tahun
No. MR : 127611
3.2 ANAMNESA
Sesak nafas meningkat sejak 1 jam SMRS, menciut, sesak nafas dirasakan < 2x
seminggu, sesak malam hari tidak ada, sesak nafas dipengaruhi aktivitas dan
cuaca tidak dipengaruhi oleh makanan dan emosi, sesak nafas sudah dirasakan
sejak 5 bulan yang lalu.
Batuk meningkat sejak 1 bulan yang lalu, batuk berdahak, warna kuning, mudah
dikeluarkan, batuk sudah dirasakan sejam 1 tahun yang lalu.
Keringat malam
Demam ada sejak 5 hari yang lalu, demam hilang timbul, menggigil
12
BAB dan BAK tidak terganggu
Riwayat DM disangkal
- Pekerjaan : Pedagang
- Kebiasaan : Merokok
13
Tekanan darah : 130 / 90 mmHg
Nadi : 82x/menit
Nafas : 24x/menit
Suhu :36oC
JVP : 5 -2 cmH2O
Thorak
Inpeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
14
Jantung
inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
Abdomen
Palpasi : Teraba pembesan hepar 2 jari dibawah arcus costa, nyeri tekan (-),
nyeri lepas (-)
Perkusi : Tympani
Ekstremitas
3.4 LABORATORIUM
Darah rutin
15
Trombosit 230.000 /uL 200.000-500.000 /uL
Susp. Bronkiektasis
Rontgen thorak PA
Spirometri
3.8 Penatalaksanaan
a. Non farmakologis
- bedrest
b. Farmakologis
- Ambroxol tab 3 x 30 mg
- Paracetamol 3 x 500 mg
- Metilprednisolon 3 x 125 mg
- Amlodipin 1 x 5 mg
16
ANALISA KASUS
Pada laporan kasus ini, Tn. E (63tahun) didiagnosa dengan Susp. PPOK
eksarsebasi akut. Diagnosa berdasarkan dari anamnesis, Sesak nafas meningkat sejak
1 jam sebelum masuk rumah sakit, menciut, sesak nafas dirasakan < 2x seminggu,
serangan malam tidak ada, sesak nafas dipengaruhi aktivitas seperti berjalan dan
cuaca tidak dipengaruhi oleh makanan dan emosi, sesak nafas sudah dirasakan sejak 5
bulan yang lalu. Batuk meningkat sejak 1 bulan yang lalu, batuk berdahak, warna
kuning, mudah dikeluarkan, batuk sudah dirasakan sejam 1 tahun yang lalu. Nyeri
dada tidak ada. Keringat malam ada. Demam ada sejak 5 hari yang lalu, demam
hilang timbul, menggigil. Penurunan berat badan sejak 2 bulan yang lalu, sebanyak
10kg. Nafsu makan baik. BAB dan BAK tidak terganggu.
Pemeriksaan fisik vital sign didapatkan Tekanan darah 130 / 90 mmHg. Nadi
82x/menit. Nafas: 24x/menit. Suhu: 36oC. Pada pemeriksaan fisik paru ditemuka
Inpeksi: Statis: Dinding dada kanan dan kiri tampak simetris. Dinamis: Pergerakan
dinding dada kanan dan kiri tampak sama. Palpasi: Fremitus taktil paru kiri dan kanan
sama. Perkus: Sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi: Ronkhi dikedua lapang
paru. Wheezing pada paru kiri pada paru kanan tidak ada.
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
17
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Nafas : 21x/menit
Paru
Inspeksi :
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Terapi :
- IVFD RL 12 jam/kolf
- Ambroxol 3 x 2,5 mg
- Amlodipin 3 x 5 mg
18
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Nadi : 85x/menit
Nafas : 20x/menit
Paru
Inspeksi :
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
19
Terapi :
- IVFD RL 12 jam/kolf
- Ambroxol 3 x 2,5 mg
-Amlodipin 3 x 5 mg
20
DAFTAR PUSTAKA
21