Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESI


STASE KEPERAWATAN JIWA

HALUSINASI

DISUSUN

NAMA : YENI ANGGRAINI VIBIOLA, S.Kep


NIM : 17300065

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA DELIMA
2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensori yang muncul tanpa adanya stimulus
yang meliputi semua sistem penginderaan yang terjadi saat kesadaran penuh
atau baik (Stuart & Sundeen, 2010).
Halusinasi adalah persepsi terhadap stimulus eksternal tanpa melibatkan
sumber dari luar. Halusinasi melibatkan diantaranya indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasaan dan sentuhan. Halusinasi berhubungan
dengan gangguan dasar organik seperti : delirium, demensia, intoksikasi atau
gangguan-gangguan fungsional dan alam perasaan (mood) (Rawlins &
Haecock 2010).
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang muncul tanpa adanya
rangsangan apapun pada panca indera seorang klien, yang terjadi dalam
keadaan sadar/bangun, dasarnya penyakit organik, fungsinal, psikotik atau
histerik (W.F. Maramis,2010).

B. Etiologi
Penyebab utama/pasti dari halusinasi masih belum jelas. Ada banyak
faktor yang dapat menimbukan halusinasi, meliputi faktor predisposisi dan
faktor presipitasi serta mekanisme koping.

C. Rentang Respon Neurobiologis


Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif yang berada dalam
rentang respon neurobiologis, ini merupakan respon persepsi paling
maladaptif.
Klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra
walaupun sebenarnya stimuli tersebut tidak ada. Sedangkan pada klien yang
sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasikan dan mengiterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra
(penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan peraba).
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Fikiran logis Distorsi fikiran Gangguan fikiran/delusi


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Emosi berlebihan/kurang Sulit berespon emosi
Dengan pengalaman Perilaku yang tidak biasa Perilaku disorganisasi
Perilaku sesuai Menarik diri Isolasi sosial
Berhubungan sosial
(Stuart & Laraia, 1998, 2001).

Karakteristik Halusinasi

Jenis Halusinasi Karakteristik


Pendengaran Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering
suara-suar orang. Suara berbentuk kebisingan yang
kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara
tentang klien, sampai ke percakapan lengkap antara
dua orang atau lebih tentang orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar di mana klien
mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang-kadang dapat
membahayakan
Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris, gambar karton, bayangan yang rumit atau
kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster

Penciuman Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin,


atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat
stroke, tumor, kejang atau demensia
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau
feses
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas. Rasa kesentrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati atau orang lain
D. Faktor predisposisi dan presipitasi
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya
respon neurobiologi seperti halusinasi antara lain :
a. Faktor genetis : telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia
diturunkan melalui kromoson-kromosom tertentu. Penelitian telah
berfokus pada kromosom 6,13,18 dan 22 (Isaac, A, 2005). Menurut
Buchanan & Carpenter (2000) dalam Akemat (2002) di duga letak gen
skizofrenia terletak di kromosom 6, dengan kontribusi genetik
tambahan nomor 4, 8, 15 dan 22.
b. Faktor neurobiologi : ditemukan bahwa korteks pre frontal dan korteks
limbik pada klien skizofrenia tidak pernah berkembang penuh
ditemukan juga pada klien skizofrenia terjadi penurunan volume dan
fungsi yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin dan glutamat.
c. Studi neurotransmiter : skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotonin.
d. Teori virus : paparan virus influenzae pada trimester 3 kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi skizofrenia
e. Faktor psikologis : Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, peran
ganda atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan kecemasan
yang berat. Selain itu anak yang diasuh oleh ibu yang pencemas, terlalu
melindungi, dingin dan tak berperasaan, sementara ayah yang
mengambil jarak dengan anaknya.

2. Faktor Presipitasi
a. Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme gating
abnormal)
c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap, dan
perilaku.
E. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi :
a. Regresi, menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
b. Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggungjawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
c. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal
d. Keluarga mengingkari masalah yang diingkari klien.
1. Tanda dan Gejala
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi menampakkan
gejala-gejala :
1) Cenderung mempunyai rasa curiga
2) Cenderung berprilaku merusak diri
3) Kurang perhatian terhadap diri dan lingkungannya
4) Tidak mampu mengambil keputusan
5) Bicara sendiri dan inkoheren
6) Tidak dapat membedakan kenyataan dan khayalan
7) Autistik
8) Sulit memulai dalam percakapan
9) Cenderung menarik diri
10) Duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu
11) Tiba-tiba marah dan menyerang orang lain
Fase-fase Halusinasi

Fase Karakteristik Perilaku


Halusinasi
Fase I : Klien mengalami perasaan Tersenyum atau tertawa
Comforting mendalam seperti ansietas, yang tidak sesuai
Ansietas kesepian, rasa bersalah, dan takut
sedang dan mencoba untuk berfokus pada Menggerakkan bibir
Halusinasi pikiran menyenangkan untuk tanpa suara
menyenangkan meredakan ansietas.
Pergerakan mata yang
Individu mengenali bahwa pikiran- cepat
pikiran dan pengalaman sensorik
berada dalam kendali kesadaran Respon verbal yang
jika ansietas dapat ditangani . lambat jika sedang asyik

Nonpsikotik Diam dan asyik sendiri


Fase II : Pengalaman sensori menjijikkan Meningkatnya tanda-
Condemning dan menakutkan, tanda sistem syaraf
Ansietas Berat otonom akibat ansietas
Halusinasi Klien mulai lepas kendali dan seperti peningkatan
menjadi mungkin mencoba untuk denyut jantung,
menjijikkan mengambil jarak dirinya dengan pernafasan, dan tekanan
sumber yang dipersepsikan. darah.

Klien mungkin mengalami Rentang perhatian


dipermalukan oleh pengalaman menyempit
sensorik dan menarik diri dari
orang lain. Asyik dengan
pengalaman sensorik
Psikotik ringan dan kehilangan
kemampuan
membedakan halusinasi
dan realitas
Fase III : Klien berhenti menghentikan Kemauan yang
Controling perlawanan terhadap halusinasi dikendalikan
Ansietas Berat dan menyerah pada halusinasi Halusinasi akan lebih
Pengalaman tersebut. diikuti kesukaran
sensori berhubungan dengan
menjadi Isi halusinasi menjadi menarik orang lain
berkuasa Klien mungkin mengalami
pengalaman kesepian jika sensori Rentang perhatian hanya
halusinasi berhenti. beberapa detik atau
menit.
Psikotik
Adanya tanda-tanda fisik
ansietas berat :
berkeringat, tremor,
tidak mampu mematuhi
perintah
Fase IV : Pengalaman sensori menjadi Perilaku teror akibat
Conquering mengancam jika mengikuti panik.
Panik perintah halusinasi.
Umumnya
menjadi Halusinasi berakhir dari beberapa Potensi kuat suicide atau
melebur dalam jam atau hari jika tidak ada homicide.
halusinasinya intervensi terapetik

Psikotik berat. Aktivitas fisik


merefleksikan isi
halusinasi seperti
perilaku kekerasan,
agitas, menarik diri, atau
katatonia.

Tidak mampu berespon


thdp perintah yang
komplek.

Tidak mampu berespon


lebih dari satu orang.
F. Pohon Masalah

Resiko Tinggi Menciderai diri sendiri, orang lain, & lingkungan

Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran (Core Problem)

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

G. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, 2010. Pedoman Asuhan Keperawan Jiwa, Semarang: RSUD Dr. Amino
Gondo Utomo

Keliat, 2010. Proses Keperawatan Jiwa Edisi I, Jakarta: EGC

Tim MPKP RS. Dr. Ernaldi Bahar Prov. Sumatera Selatan, 2011. Model Asuhan
Keperawatan Jiwa: Palembang

Yoseph, Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa, Bandung: Rapika Aditama

NANDA,2012-2014. Panduan Diagnosa keperawatan NANDA 2012-2014


Definisi dan Klasifikasi. Philadhelpia.
Rencana keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan tindakan keperawatan TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
halusinasi (lihat, dengar, raba, selama x 24 jam, klien tidak mendengar Klien
kecap, bau) bisikan SP I
Kriteria hasil : 1. bina hubungan saling percaya
1. Klien dapat membina hubungan 2. identifikasi jenis halusinasi
saling percaya 3. identifikasi isi halusinasi
2. Klien dapat mengenal halusinasinya 4. Identifikasi waktu halusinasi
3. Klien dapat mengontrol 5. identifikasi frekuensi halusinasi
halusinasinya 6. identifikasi situasi yang
4. Klien dapat dukungan dari keluarga menimbulkan halusinasi
untuk mengontrol halusinasinya 7. identrifikasi respon klien terhadap
5. Klien dapat memanfaatkan obat halusinasi
dengan benar 8. latih klien cara mengontrol halusinasi
SP II
1. bina hubungan saling percaya
2. identifikasi masalah dan latihan
sebelumnya
3. latih klien cara mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
4. anjurkan klien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian
SP III
1. bina hubungan saling percaya
2. identifikasi masalah dan latihan
sebelumnya
3. latih klien cara mengontrol halusinasi
dengan kegiatan yang biasa
dilakukan klien di rumah sehari-hari
4. membimbing klien memasukan
jadwal kegiatan
SP IV
1. bina hubungan saling percaya
2. identifikasi masalah dan latihan
sebelumnya
3. jelaskan cara mengontrol halusinasi
dengan minum obat teratur
4. evaluasi dari tindakan yang
dilakukan
Keluraga
SP 1
1. diskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat klien.
2. jelaskan pengertian,tanda dan gejala
halusinasi.
3. jelaskan cara” merawat pasien
halusinasi.
SP II
1. latih keluarga cara mempraktikan
merawat pasien dengan halusinasi
2. latih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada pasien
halusinasi.
SP III
1. bantu keluarga membuat jadwal
aktivitas dirumah dan termasuk
minum obat.
2. jelaskan follow up pasien setelah
pulang
TINDAKAN PSIKOFARMAKA
1. Beri obat-obatan sesuai program
2. Pantau keefektifan dan efek sampig
obat yang diminum
3. Ukur vital sign secara periodik
TINDAKAN MANIPULASI
LINGKUNGAN
1. Libatkan dalam makan bersama
2. Perlihatkan sikap menerima dengan
cara melakukan kontak singkat tapi
sering
3. Berikan reinforcement positif setiap
Klien berhasil melakukan suatu
tindakan
4. Orientasikan Klien
pada waktu, tempat, dan orang sesuai
kebutuhannya

Anda mungkin juga menyukai