Anda di halaman 1dari 7

2.

6 Patogenesis dan Patofisiologi

Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar
50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi
berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.

Tuberkulosis peritoneal merupakan suatu peradangan peritoneum parietal atau visceral


yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, dan terlihat penyakit ini juga
sering mengenai seluruh peritoneum, alat-alat system gastroinbtestinal. Penyakit ini jarang
berdiri sendiri dan biasanya merupakan kelanjutan proses tuberkulosa di tempat lain terutama
dari tuberkulosa paru dan menyebar di tempat lain.

Pada awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian proksimal sisi yang
bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi terjadinya lebih cepat dan lebih tegas pada
blok usus halus karena usus halus lebih sempit dan secara normal lebih aktif, volume besar
sekresi dari usus halus menambah distensi, sekresi satu-satunya yang yang bermakna dari
usus besar adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus berusaha untuk
mendorong isinya melalui area yang tersumbat. Dalam beberapa jam peningkatan peristaltik
dan usus memperlambat proses yang disebabkan oleh obstruksi.
Peningkatan tekanan dalam usus mengurangi absorbsinya, peningkatan retensi cairan
masih tetap berlanjut segera, tekanan intralumen aliran balik vena, yang meningkatkan
permeabilitas kapiler dan memungkinkan plasma ekstra arteri yang menyebabkan nekrosis
dan peritonitis.
2.7 Gejala klinis

Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :


• Nyeri abdomen
• Muntah
• Distensi
• Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).
Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada:
• Lokasi obstruksi
• Lamanya obstruksi
• Penyebabnya
• Ada atau tidaknya iskemia usus
Anamnesis
• Sakit perut hebat yang sifatnya hilang timbul
• Anorexia, nausea, vomitus
• Tidak bisa flatus dan defekasi
• Adanya riwayat laparotomy sebelumnya  obstruksi akibat adhesi pasca
laparotomy
• Adanya riwayat gangguan pola defekasi, BAB campur darah/ lendir,
penurunan bb,anemia  obstruksi akibat neoplasma
Pemeriksaan Fisik
• Penderita kesakitan/ gelisah, hingga dehidrasi/ syok
• Tampak gambaran usus (darm contour) dan gerak peristaltik usus (darm
steifung)
• BU meningkat, sampai terdengar metallic sound
• Rectal toucher: ampula recti kolaps pada obstruksi rendah

2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari ileus obstruktif, yaitu:

• Ileus paralitik

• Appensicitis akut

• Kolesistitis, koleliathiasis, dan kolik bilier

• Konstipasi

• Dysmenorhoe, endometriosis dan torsio ovarium

• Gastroenteritis akut dan inflammatory bowel disease

• Pancreatitis akut

2.9 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium:

 AGD dan elektrolit

Pada ileus obstruktif biasanya terdapat hipokalemia, hipoklorema, azotemia


Pemeriksaan Radiologi:

• Foto polos abdomen 3 posisi (supine, tegak abdomen, dekubitus) dan posisi
tegak thorax

• Step ladder pattern, coffee bean app., dan air fluid level

• CT scan abdomen

• MRI

• USG

2.10 Penatalaksanaan

• Penanganan awal:
▫ Perbaiki keadaan umum
▫ Pemasangan infus untuk rehidrasi
▫ Koreksi elektrolit / asam basa
▫ Pemasangan kateter urin  monitor cairan
▫ Berikan antibiotik
▫ Pemasangan NGT  untuk mengurangi tekanan intrabdominal
• Terapi operatif
▫ Laparotomi eksplorasi
• Koreksi sederhana (simple correction)  untuk membebaskan usus
dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan
oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
• Tindakan operatif by-pass
• Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease,
dan sebagainya.
• Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
• Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis
ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinomacolon, invaginasi strangulata, dan
sebagainya.
2.11 Komplikasi

Komplikasi kolelithiasis dapat berupa:

• Perforasi

• Peritonitis

• Gangguan keseimbangan elektrolit

• Kolesistitis kronik

• Ikterus obstruktif

• Kolangitis

• Sepsis

2.12Prognosis

Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat segera
dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau
komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%.
Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.
1. Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (Principles of Surgery. Edisi
6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000.459-64.
2. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005. 570-9.
3. Brunicardi FC et al. Schwartz’s principles of surgery. 8th edition. United States America :
McGraw Hill, 2005.1188-1218.
4. Parswa Ansari, MD. Ileus. Aavailable from:
http://www.msdmanuals.com/professional/gastrointestinal-disorders/acute-abdomen-and-
surgical-gastroenterology/ileus
5. Frank A. Sinicrope, MD, FACP. Ileus and Bowel Obstruction. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK13786/

Anda mungkin juga menyukai