Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar
50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi
berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.
Pada awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian proksimal sisi yang
bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi terjadinya lebih cepat dan lebih tegas pada
blok usus halus karena usus halus lebih sempit dan secara normal lebih aktif, volume besar
sekresi dari usus halus menambah distensi, sekresi satu-satunya yang yang bermakna dari
usus besar adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus berusaha untuk
mendorong isinya melalui area yang tersumbat. Dalam beberapa jam peningkatan peristaltik
dan usus memperlambat proses yang disebabkan oleh obstruksi.
Peningkatan tekanan dalam usus mengurangi absorbsinya, peningkatan retensi cairan
masih tetap berlanjut segera, tekanan intralumen aliran balik vena, yang meningkatkan
permeabilitas kapiler dan memungkinkan plasma ekstra arteri yang menyebabkan nekrosis
dan peritonitis.
2.7 Gejala klinis
• Ileus paralitik
• Appensicitis akut
• Konstipasi
• Pancreatitis akut
Pemeriksaan laboratorium:
• Foto polos abdomen 3 posisi (supine, tegak abdomen, dekubitus) dan posisi
tegak thorax
• Step ladder pattern, coffee bean app., dan air fluid level
• CT scan abdomen
• MRI
• USG
2.10 Penatalaksanaan
• Penanganan awal:
▫ Perbaiki keadaan umum
▫ Pemasangan infus untuk rehidrasi
▫ Koreksi elektrolit / asam basa
▫ Pemasangan kateter urin monitor cairan
▫ Berikan antibiotik
▫ Pemasangan NGT untuk mengurangi tekanan intrabdominal
• Terapi operatif
▫ Laparotomi eksplorasi
• Koreksi sederhana (simple correction) untuk membebaskan usus
dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan
oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
• Tindakan operatif by-pass
• Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease,
dan sebagainya.
• Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
• Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis
ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinomacolon, invaginasi strangulata, dan
sebagainya.
2.11 Komplikasi
• Perforasi
• Peritonitis
• Kolesistitis kronik
• Ikterus obstruktif
• Kolangitis
• Sepsis
2.12Prognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat segera
dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau
komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%.
Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.
1. Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (Principles of Surgery. Edisi
6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000.459-64.
2. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005. 570-9.
3. Brunicardi FC et al. Schwartz’s principles of surgery. 8th edition. United States America :
McGraw Hill, 2005.1188-1218.
4. Parswa Ansari, MD. Ileus. Aavailable from:
http://www.msdmanuals.com/professional/gastrointestinal-disorders/acute-abdomen-and-
surgical-gastroenterology/ileus
5. Frank A. Sinicrope, MD, FACP. Ileus and Bowel Obstruction. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK13786/