Anda di halaman 1dari 9

Rizki Nataprawira

0915112
Soma = tubuh
Kelompok besar dari berbagai gangguan yg komponen
utama dari tanda dan gejalanya adalah tubuh
Mencakup ingeraksi tubuh-pikiran
Pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak
menunjukkan adanya kaitan dgn keluhan pasien
Gangguan meliputi (DSM V) :
1. Gangguan somatisasi
2. Gangguan konversi
3. Hipokondriasis
4. Body dysmophic disorder
5. Gangguan nyeri
6. Gangguan Somatoform Yang Tidak Tergolongkan
(YTT)
Bukan merupakan Malingering: kepura-puraan simtom yang
bertujuan untuk mendapatkan hasil eksternal yang jelas,
misalnya menghindari hukuman, mendapatkan pekerjaan,
dsb.
Bukan pula Gangguan Factitious/Gangguan Buatan: gangguan
yang ditandai oleh pemalsuan simtom psis atau fisik yang
disengaja tanpa keuntungan yang jelas atau untuk
Somatisasi
mendapatkan peran sakit.

Macam-macam Gangguan Somatoform (DSM V)

Gangguan
Somatoform Yang
Gangguan Body dysmophic
Gangguan konversi Hipokondriasis Gangguan nyeri Tidak
somatisasi disorder
Tergolongkan
(YTT)
Ditandai dengan suatu perubahan besar dalam fungsi
fisik atau hilangnya fungsi fisik, meski tidak ada
temuan medis yang dapat ditemukan sebagai
penyebab simtom atau kemunduran fisik tersebut.
Simtom-simtom tersebut tidak dibuat dengan sengaja
Simtom fisik biasanya timbul dengan tiba-tiba pada
situasi penuh tekanan. Misalnya tangan tentara yang
tiba-tiba lumpuh saat pertempuran hebat.
Beberapa simtom yang muncul al: kelumpuhan,
epilepsi, masalah dengan koordinasi, kebutaan,
tunnel vision (hanya bisa melihat apa yang berada
tepat di depan mata), tuli, tidak bisa membaui atau
kehilangan rasa pada anggota badan (anestesi).
Simtom yang ditemukan biasanya tidak sesuai
dengan kondisi medis yang mengacu.
Misalnya orang yang menjadi tidak mampu
berdiri atau berjalan di lain pihak dapat
melakukan gerakan kaki lainnya secara
normal.
Biasanya menunjukkan fenomena LA BELLE
INDEFERENCE (ketidakpedulian yang indah)
yaitu suatu kata dalam bhs Prancis yang
menggambarkan kurangnya perhatian
terhadap simtom-simtom yang ada pada
dirinya.
Seorang wanita tua berusia 46 tahun dirujuk oleh
psikiater untuk berkonsultasi.Suaminya mengeluhkan
bahwa istrinya sering mendapatkan serangan pusing yang
membuatnya kewalahan.
Istrinya menggambarkan ia dilanda perasaan pusing yang
berat, disertai oleh mual ringan selama 4 atau 5 malam
dalam seminggu. Selama serangan, ia menceritakan
bahwa ruangan di sekitarnya tampak gemerlapan dan ia
memiliki perasaan bahwa ia melayang-layang dan tidak
mampu menjaag keseimbangannya. Serangan ini biasanya
terjadi pada jam 4 sore. Ia biasanya berbaring di tempat
tidur dan tidak merasa baik hingga jam 7 atau 8 malam.
Setelah pulih, ia biasanya biasanya istirahat sepanjang
malam sambil menonton TV, sampai seringkali tertidur
dan tidak ke kamarnya hingga jam 2 atau 3 malam.
Subjek sebelumnya sudah dinyatakan sehat secara fisik oleh
dokter penyakit dalam, dokter ahli neurologi dan spesialis
THT. Tes toleransi glukosa (gula) membuktikan bahwa ia
tidak menderita hipoglikemia (keadaan kadar gula darah
rendah).
Jika ditanya tentang perkawinannya, ia menggambarkan
bahwa suaminya adalah seorang yang kejam, sering
memerintah dan menyiksa secara verbal terhadap dirinya
dan keempat anaknya. Ia bercerita, bahwa tiap suaminya
pulang kerja, dirinya selalu ketakutan karena ia tahu bahwa
suaminya akan berkomentar rumahnya kotor, dan makan
malamnya tidak enak, sehingga tidak pernah dimakan. Sejak
onset serangan itu, ia tidak mampu membuat makan malam
dan selalu membeli makan malamnya. Setelah marah-marah,
biasanya suaminya asyik menonton TV. Dan mereka jarang
berkomunikasi. Walaupun ada masalah di antara mereka,
subjek menyatakan bahwa ia sangat mencintai dan
membutuhkan suaminya.
Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik
yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.

Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awal
atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.

Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura).

Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai
perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.

Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan
pemeriksaan medis.

Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-
mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan dengan lebih
baik oleh gangguan mental lain.

Anda mungkin juga menyukai