ABSTRAK
Setiap orang telah mengalami stress dan termotivasi untuk melakukan mekanisme
koping. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara stress dan mekanisme
koping terhadap gangguan siklus menstruasi. Desain yang digunakan cross sectional.
Populasinya mahasiswa tingkat IV STIKES RS Baptis Kediri. Sampelnya 35 responden
menggunakan purposive sampling. Variabel independen mekanisme koping. Variabel
terikat tingkat stres terhadap gangguan siklus menstruasi. Data dikumpulkan melalui
kuesioner dan observasi. Analisis menggunakan uji regresi logistic dengan tingkat
signifikansi ≤ 0.05 didapatkan hasil P=0,767 berarti antara tingkat stres dengan
mekanisme koping tidak berhubungan, untuk tingkat stress dengan gangguan siklus
menstruasi didapatkan P=0,018 terdapat hubungan tingkat stres dengan gangguan siklus
menstruasi. Kesimpulannya, mekanisme koping tidak berhubungan dengan tingkat stres
tetapi tingkat stress berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi
tingkat IV di STIKES RS Baptis Kediri.
ABSTRACT
Data Umum
Metodologi Penelitian
Tabel 6 Tabulasi Silang Hubungan Mekanisme Koping dengan Tingkat Stres pada
Mahasiswi Tingkat IV di STIKES RS. Baptis Kediri.
Mekanisme Tingkat Stress Total
Koping Ringan Sedang Berat
F % F % F % F %
Adaptif 7 46,7 7 46,7 1 6,7 15 100
Maladaptif 4 20,0 13 65,0 3 15,0 20 100
Jumlah 11 31,4 20 57,2 4 11,4 35 100
Pada mahasiswi yang memiliki stress ringan cenderung tidak mengalami gangguan
siklus menstruasi. Pada mahasiswi yang memiliki stres sedang cenderung ada gangguan
siklus menstruasi. Pada mahasiswi yang memiliki stres berat cenderung gangguan siklus
menstruasi lebih besar. Setelah dilakukan uji statistik ”Regresi-Logistic” yang didasarkan
pada taraf signifikan atau taraf kemaknaan adalah α ≤ 0,05 dan dan sreening < 0,025
didapatkan hasil P adalah 0,018 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada
hubungan antara tingat stres terhadap gangguan siklus menstruasi.
Pembahasan akan mempengaruhi seseorang dalam
dukungan sosial, ketrampilan sosial
maupun dalam materi. Dukungan
Mekanisme Koping pada Mahasiswi keluarga dapat membantu meningkatkan
Tingkat IV di STIKES RS.Baptis mekanisme koping individu dengan
Kediri. memberikan dukungan emosi dan saran-
saran mengenai strategi alternatif yang
didasarkan pada pengalaman sebelumnya
Hasil penelitian mengenai dan mengajak orang lain berfokus pada
mekanisme koping dari keseluruhan aspek-aspek yang lebih positif. Seseorang
responden sebanyak 35 responden yang tinggal dengan orang tua akan
menunjukkan bahwa sebagian besar berbeda pemberian dukungan
responden menggunakan mekanisme keterampilan sosial atau kemampuan
koping maladaptif (57,1%). berkomunikasi dan bertingkah laku, dan
Secara teoritis, Menurut Keliat materi atau pemberian berupa uang,
(1999) yang dikutip oleh Abdul (2011), barang akan berbeda ketika tinggal
mekanisme koping adalah cara yang bersama teman dan tinggal bersama
dilakukan individu dalam menyelesaikan dengan orang tua. Hal ini akan memicu
masalah, menyesuaikan diri dengan terjadinya penggunaan mekanisme
perubahan, serta respon terhadap situasi koping yang maladaptif meskipun faktor
yang mengancam. Mekanisme koping tinggal bersama tidak selalu menjadi
maladaptif adalah mekanisme koping tolak ukur dalam penggunaan mekanisme
yang menghambat fungsi integritas, koping maladaptif mungkin bisa saja
memecahkan pertumbuhan, menurunkan karena faktor lain, misalnya kesehatan
otonomi dan cenderung menguasai fisik, atau keyakinan positif. Dampak
lingkungan. Mekanisme koping ini penggunaan mekanisme koping yang
mungkin dapat mengurangi stres dan maladaptif dapat diaplikasikan sesekali
ketegangan untuk waktu sementara tapi pada keadaan yang tepat, namun bila
tidak efektif untuk jangka panjang. dipergunakan terus dalam menyikapi
Kategorinya adalah makan berlebihan setiap persoalan yang kita hadapi, maka
atau tidak mau makan, bekerja kesehatan akan terganggu. Hasil
berlebihan, menangis, menyangkal dan penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
menyendiri atau isolasi. 15 responden (49,2%) menggunakan
Hasil penelitian menunjukkan mekanisme koping adaptif dalam
bahwa sebanyak 20 responden (57,2%) memecahkan masalahnya. Hal ini
menggunakan mekanisme maladaptif dipengaruhi oleh faktor keyakinan atau
dalam memecahkan masalahnya. Hal ini pandangan positif pada saat menyikapi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu masalah yang sedang dihadapinya dan
faktor ketrampilan memecahkan masalah, faktor ketrampilan memecahkan masalah
dukungan social dan materi. Dilihat yaitu dengan cara kemampuan untuk
faktor ketrampilan memecahkan masalah, mencari informasi, menganalisa situasi,
menunjukkan bahwa ketrampilan dalam mengidentifikasi masalah dengan tujuan
memecahkan masalah kurang begitu baik untuk menghasilkan alternatif tindakan,
dikarenakan mahasiswi kurang mampu kemudian mempertimbangkan alternatif
menganalisa situasi yang sedang dihadapi tersebut sehubungan dengan hasil yang
dan belum mampu mempertimbangkan ingin dicapai, dan pada akhirnya
alternative sehubungan dengan melaksanakan rencana dengan
permasalahan yang dihadapi sehingga melakukan suatu tindakan yang tepat.
belum bisa melakukan suatu tindakan Dampak dari mekanisme koping adaptif
yang tepat. Faktor dukungan sosial dapat adalah menerima keadaaan, berhubungan
dilihat berdasarkan dari tinggal bersama dengan orang lain, melakukan aktivitas
didapatkan bahwa paling besar responden
tinggal bersama dengan teman. Hal ini
sehari-hari, terpenuhinya kebutuhan fisik,
meningkatkan keyakinan diri dan
kemampuan dalam menghadapi dan Hasil penelitian menunjukkan
memecahkan masalah yang akan datang, bahwa sebanyak 20 responden (57,2%)
mencari objek pengganti dengan tingkat stres sedang. Hal ini
dimungkinkan bisa karena faktor internal
maupun eksternal, dan tingkat umur yang
Tingkat Stres Mahasiswi Tingkat IV di mempengaruhi tingkat kematangan dan
STIKES RS. Baptis Kediri. kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari jawaban
pertanyaan pada kuesioner banyak yang
Hasil penelitian mengenai tingkat menjawab bosan dengan perkuliahan,
stres dari keseluruhan responden jarang memiliki semangat dengan
sebanyak 35 responden menunjukkan perkuliahan, hal ini menunjukkan bahwa
bahwa semua mahasiswi mengalami ada faktor internal atau dari dalam
stress, dengan tingkat stress yang dirinya sehingga membuat seseorang itu
dominan stress sedang (57,2 %). mengalami stres, misalnya ketidakpuasan
Secara teoritis, stres sebagai dengan perkuliahan, tuntutan dan beban
ketidakmampuan mengatasi ancaman perkuliahan yang terlalu berat sehingga
yang dihadapi oleh mental, fisik, menyebabkan bosan dan jarang memiliki
emosional dan spiritual manusia, yang semangat dengan perkuliahan. Faktor
pada suatu saat dapat mempengaruhi eksternal atau dari luar dirinya, misalnya
kesehatan fisik manusia tersebut dari keluarga, masyarakat atau
(Council, 2003). Tingkat stres adalah lingkungan yang kurang mendukung
tahapan gejala-gejala stres yang ada pada dalam perkuliahan sehingga membuat
diri seseorang yang seringkali tidak
mahasiswi kurang begitu semangat dalam
disadari. Tingkat stres sedang terjadi
perkuliahan. Ketika seseorang
lebih lama dari beberapa jam sampai
beberapa hari. Situasi yang seperti ini mengalami stres tentu hal ini akan
dapat berpengaruh pada kondisi berdampak yang tidak baik untuk dirinya
kesehatan seseorang. Gejala pada stres sendiri, stres yang terlalu tinggi akan
sedang, yaitu pekerjaan yang semula menyebabkan kecemasan yang
menyenangkan dan mudah diselesaikan berlebihan dan kehilangan kemampuan
menjadi membosankan dan terasa lebih untuk berkonsentrasi karena sudah tidak
sulit, daya konsentrasi dan daya ingat fokus pada masalah, mudah tersinggung,
menurun, terjadi gangguan pola tidur, kesulitan untuk menggungkapkan kata
merasa letih sewaktu bangun pagi, yang dan adanya perasaan terisolasi. Hasil
seharusnya merasa segar, merasa mudah penelitian didapatkan bahwa 11
lelah sesudah makan siang, lekas merasa responden (31,4%) dengan tingkat stres
capai menjelang sore hari dan sering ringan. Hal ini bisa disebabkan karena
mengeluh lambung dan perut tidak faktor lingkungan kerja dan lingkungan
nyaman. Sumber stresor menurut Alimul tempat tinggal yang mendukung
(2006) terbagi menjadi 2, yaitu sumber seseorang untuk nyaman dan aman
internal (yaitu diri sendiri) maupun dilingkungan tersebut sehingga seseorang
eksternal (yaitu keluarga, masyarakat, bisa menyikapi masalah dengan tepat dan
dan lingkungan). Stressor individual stres yang dialami tingkat ringan. Stres
dapat timbul karena tuntutan pekerjaan
ringan menimbulkan situasi yang akan
atau beban yang terlalu berat, kondisi
berakhir dalam beberapa menit atau
keuangan, ketidakpuasan dengan fisik
beberapa jam dan biasanya tidak akan
tubuh, penyakit yang dialami, masa
menimbulkan suatu penyakit. Hasil
pubertas, karakteristik atau sifat yang
penelitian didapatkan bahwa 4 responden
dimiliki, dan sebagainya. Faktor
(11,4%) dengan stres berat. Hal ini bisa
eksternal stres dapat bersumber dari
disebabkan karena faktor internal dan
keluarga, masyarakat, dan lingkungan.
eksternal. Faktor internal bisa disebabkan
karena kesehatan atau penyakit yang
dialami, karena tingkat kesehatan yang juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7
ada pada seseorang akan mempengaruhi hari. Gangguan siklus mentruasi adalah
stres yang dialami, selain itu karena siklus menstruasi yang abnormal.
kelebihan beban (overload) dan Dikatakan seseorang mengalami
kebosanan karena didapatkan bahwa 22 gangguan siklus menstruasi, jika durasi
dari 35 responden menjawab bahwa menstruasi < 21 hari atau > 35 hari
kadang-kadang merasa bersemangat dalam 1 siklus atau lama mentruasi < 2
dengan perkuliahan dan 17 dari 35 atau > 7 hari dalam 1 siklus mentruasi
responden menjawab kadang-kadang (Stright, 2009). Faktor-faktor yang
mudah bosan dengan perkuliahan. Faktor mempengaruhi gangguan siklus
ekternal bisa disebabkan karena frustasi menstruasi yaitu gangguan indung telur,
yang disebabkan karena keadaan stres dan depresi, pasien dengan
lingkungan tempat tinggal yang tidak gangguan makan (seperti anorexia
kondusif dan menimbulkan nervosa, bulimia), penurunan berat badan
ketidaknyamanan. Faktor internal dan berlebihan, obesitas dan olahraga
ekstrenal yang telah disebutkan jika berlebihan (Mushofiyya, 2011). Bila
berlangsung pada waktu dan situasi yang siklus tiba-tiba memanjang maka dapat
lama, beberapa minggu atau beberapa disebabkan oleh pengaruh psikis atau
tahun akan menyebabkan seseorang pengaruh penyakit (Chin, 2011).
mengalami stres dengan tingkat berat, Hasil penelitian menunjukkan
dan akan berdampak pada kesehatan fisik bahwa sebanyak 20 responden (57,1%)
yang akan terganggu. mengalami gangguan pada siklus
mentruasinya. Hal ini dimungkinkan
karena proses siklus mentruasi tidak
Gangguan Siklus Menstruasi pada berjalan dengan normal, bisa disebabkan
Mahasiswi Tingkat IV di STIKES RS. karena gangguan indung telur, gangguan
Baptis Kediri. hipotalamus, stres atau depresi, obesitas,
tumor yang mensekresikan estrogen, dan
lain-lain. Gangguan tersebut
Hasil penelitian mengenai menyebabkan hormon yang berperan
gangguan siklus mentruasi dari dalam siklus menstruasi akan terganggu,
keseluruhan responden sebanyak 35 hormon tersebut adalah FSH, LH,
responden, diketahui bahwa lebih dari 50 estrogen dan progesteron. Jika terjadi
% mahasiswi mengalami gangguan siklus gangguan pada hormon FSH dan LH
menstruasi (57,1%). tidak akan menyebabkan terbentuknya
Secara teoritis, mentruasi adalah sel telur, jika demikian maka hormon
peluruhan lapisan-lapisan spons estrogen dan progesteron juga tidak akan
endometrium dengan pendarahan yang terbentuk sebagaimana mestinya. Siklus
berasal dari pembuluh darah yang robek mentruasi juga akan terganggu. Estrogen
(Stright, 2009). Siklus Menstruasi merupakan hormon yang mempengaruhi
biasanya adalah 28 hari, tetapi siklus juga rangkaian siklus menstruasi. Dampak jika
bisa mencapai 33 hari atau bahkan lebih gangguan siklus menstruasi yang tidak
pendek yaitu 26 hari. Jumlah ini dihitung ditangani dengan benar atau segera akan
dari hari pertama menstruasi sampai hari mengakibatkan gangguan kesuburan,
terakhir menjelang menstruasi berikutnya tubuh kehilangan terlalu banyak darah
(Owen, 2005). Pada wanita siklus sehingga memicu terjadinya anemia,
menstruasi rata-rata terjadi 28 hari, terdapat tanda-tanda anemia, seperti
walaupun hal ini berlaku umum, tetapi napas lebih pendek, mudah lelah, pucat,
tidak semua wanita memiliki siklus kurang konsentrasi. Hasil penelitian
menstruasi yang sama, kadang-kadang menunjukkan bahwa sebanyak 15
siklus terjadi terjadi setiap 21 hari hingga responden (42,9%) tidak mengalami
30 hari. Biasanya menstruasi rata-rata gangguan pada siklus menstruasinya. Hal
terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi ini dimungkinkan karena proses siklus
mentruasi berjalan dengan normal, tidak memecahkan masalah. Faktor kesehatan
terjadi gangguan indung telur, tidak juga penting dalam tingkat stres
terjadi gangguan hipotalamus, tidak stres seseorang karena selama dalam usaha
atau depresi, dan lain-lain, sehingga mengatasi stres individu dituntut
hormon yang berperan dalam siklus mengerahkan tenaga yang cukup besar.
menstruasi tidak akan terganggu. Pada tabel 6 juga ditunjukkan
penggunaan mekanisme koping
maladaptif namun dengan tingkat stres
Hubungan Mekanisme Koping Dengan ringan yaitu sebanyak 4 dengan
Tingkat Stres pada Mahasiswi Tingkat presentase 20%, hal ini dimungkinkan
IV Di STIKES RS.Baptis Kediri. bisa karena ketika mahasiswi tersebut
mengalami suatu kondisi permasalahan
mekanisme koping maladaptif, seperti
Hasil penelitian menunjukkan pada makan berlebihan, bekerja berlebihan,
mahasiswi dengan mekanisme koping menangis, menyangkal, dan isolasi hanya
adaptif cenderung memiliki tingkat stress dilakukan sesaat sebagai respon dari
ringan dan sedang. Pada mahasiswi menghadapi permasahan tersebut
dengan mekanisme koping maladaptive kemudian melakukan ketrampilan
cenderung memiliki tingkat stress memecahkan masalah dengan baik yaitu
sedang. dengan cara mencari informasi,
Secara teori, mekanisme koping menganalisa situasi, kemudian mencari
memiliki hubungan dengan tingkat stres. alternatif dari permasalahan tersebut
Mekanisme koping yang baik atau sehingga pada akhirnya mampu
mekanisme koping adaptif tentu akan melaksanakan rencana dengan
mempengaruhi tingkat stres, karena melakukan suatu tindakan yang tepat.
pemecahan masalah juga lebih positif.
Lazarus dan Folkman (1984) berpendapat
bahwa faktor yang menentukan strategi Hubungan Tingkat Stres Terhadap
koping atau mekanisme koping yang
Gangguan Siklus Menstruasi Pada
paling banyak atau sering digunakan
Mahasiswi Tingkat IV Di STIKES RS.
sangat tergantung pada sejauhmana
tingkat stres yang dialami dan Baptis Kediri.
kepribadian seseorang (Isnin, 2011).
Menurut penelitian, berdasarkan
hasil uji “Regresi-Logistic” tidak ada Hasil penelitian menunjukkan pada
hubungan antara mekanisme koping mahasiswi yang memiliki stress ringan
dengan tingkat stres pada mahasiswi cenderung tidak mengalami gangguan
tingkat IV di STIKES RS. Baptis Kediri. siklus menstruasi. Pada mahasiswi yang
Penggunaan mekanisme koping adaptif memiliki stres sedang cenderung ada
tidak akan berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi. Pada
penurunan tingkat stres begitu juga mahasiswi yang memiliki stres berat
dengan penggunaan mekanisme koping cenderung gangguan siklus menstruasi
maladaptif tidak akan berhubungan lebih besar.
dengan penurunan tingkat stres. Secara teori, tingkat stres memiliki
Mekanisme koping maladaptif yang hubungan dengan terganggunya siklus
mentruasi. Stresor yang membuat satu
dimiliki mahasiswi tingkat IV disebabkan
tuntutan baru bagi suatu pekerjaan,
karena tingkat umur yang mempengaruhi
meningkatkan panjang siklus menstruasi,
seseorang dalam proses pendewasaan, jadi menunda periode setiap bulannya
selain itu dukungan sosial dari orang (Graha, 2010). Stres pada seseorang akan
terdekat, yaitu keluarga. Faktor lain memicu pelepasan hormon kortisol
adalah kesehatan fisik, keyakinan atau dalam tubuh seseorang, dimana hormon
pandangan positif dan ketrampilan ini akan bekerja mengatur seluruh sistem
didalam tubuh, seperti jantung, paru- Hubungan Mekanisme Koping,
paru, peredaran darah, metabolisme Tingkat Stres, dan Gangguan Siklus
tubuh dan sistem kekebalan tubuh dalam Menstruasi pada Mahasiswi Tingkat
menghadapi stres yang ada. Biasanya IV di STIKES RS.Baptis Kediri.
hormon kortisol ini dijadikan tolak ukur
untuk melihat derajat stres seseorang.
Semakin stres seseorang, kadar kortisol Hasil Penelitian mengenai
dalam tubuhnya akan semakin tinggi mekanisme koping, tingkat stres dan
(Graha, 2010). Ini disebabkan karena gangguan siklus mentruasi didapatkan
stres yang dialami mempengaruhi kerja lebih dari 50% menggunakan mekanisme
hormon kortisol diatur oleh hipotalamus koping maladaptif (57,1%), dengan
otak dan kelenjar pituitary (Yustinus, tingkat stres sedang (57,2%), dan
2009). Dengan dimulainya aktivitas mengalami gangguan siklus menstruasi
hipotalamus ini, hipofisis mengeluarkan (57,1%). Dari keseluruhan hasil
FSH dan proses stimulus ovarium akan penelitian didapatkan bahwa tidak ada
menghasilkan estrogen. Jika terjadi hubungan antara mekanisme koping
gangguan pada hormon FSH dan LH dengan tingkat stres tetapi ada hubungan
tidak akan menyebabkan terbentuknya antara tingkat stress dengan gangguan
sel telur. Jika demikian, hormon estrogen siklus menstruasi.
dan progesteron juga tidak akan Secara teori, mekanisme koping
terbentuk sebagaimana seperti memiliki hubungan dengan tingkat stres.
seharusnya. Estrogen merupakan hormon Mekanisme koping yang baik atau
feminim yang mengakibatkan perubahan mekanisme koping adaptif tentu akan
fisik pada wanita ketika remaja, seperti mempengaruhi tingkat stres, karena
perkembangan payudara, munculnya pemecahan masalah juga lebih positif.
menstruasi dan estrogen juga Lazarus dan Folkman (1984) berpendapat
mempengaruhi rangkaian siklus bahwa faktor yang menentukan strategi
menstruasi (Carole, 2009). koping atau mekanisme koping mana
Menurut penelitian, berdasarkan yang paling banyak atau sering
hasil uji “Regresi-Logistic” ada digunakan sangat tergantung pada
hubungan antara tingkat stres terhadap sejauhmana tingkat stres yang dialaminya
gangguan siklus menstruasi pada dan kepribadian seseorang (Isnin, 2011).
mahasiswi tingkat IV di STIKES RS. Mekanisme koping baik yang efektif
Baptis Kediri. Pada mahasiswi tingkat (adaptif) maupun yang inefektif
stres yang dialami akan mempengaruhi (maladaptif) salah satunya ditentukan
gangguan siklus menstruasi. Ini oleh tingkat pengetahuan seseorang.
dikarenakan stres yang terjadi Kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi kerja hormon estrogen. mendapatkan pengetahuan dan keahlian
Jika hormon estrogen terganggu baru mungkin dapat membantu seseorang
mempengaruhi rangkaian siklus dalam mengatasi masalah (mekanisme
menstruasi. Gangguan siklus menstruasi koping) yang sedang dihadapi sehingga
dapat dinilai jika durasi menstruasi < 21 tidak larut dalam kesedihan yang sedang
hari atau > 35 hari dalam 1 siklus dialami. Secara teori, tingkat stres
menstruasi atau lama mentruasi < 2 atau memiliki hubungan dengan terganggunya
> 7 hari dalam 1 siklus mentruasi. siklus mentruasi. Stres juga bisa
menyebabkan terlambatnya haid,
memperpanjang atau memperpendek
siklus mentruasi. Bahkan, stres bisa
membuat siklus haid terhenti (Wulandari,
2010).
Menurut penelitian, berdasarkan
hasil uji “Regresi-Logistic” tidak ada
hubungan antara mekanisme koping
dengan tingkat stres pada mahasiswi melelahkan, sehingga meskipun stres
tingkat IV di STIKES RS. Baptis Kediri. yang dialami tingkat stres berat namun
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa siklus menstruasi tidak terganggu.
faktor yaitu tingkat umur yang
mempengaruhi seseorang dalam proses
pendewasaan, selain itu juga dukungan Kesimpulan
sosial dari orang terdekat, yaitu keluarga.
Faktor lain adalah kesehatan fisik,
keyakinan atau pandangan positif dan Berdasarkan penelitian dan hasil
ketrampilan memecahkan masalah. analisis serta pembahasan yang telah
Faktor kesehatan juga penting dalam dilakukan maka dapat disimpulkan
tingkat stres seseorang karena selama bahwa rata–rata responden menggunakan
dalam usaha mengatasi stres individu mekanisme koping maladaptif dalam
dituntut mengerahkan tenaga yang cukup memecahkan masalahnya yaitu 20
besar, ketika mahasiswi tersebut responden dengan presentase 57,1%,
mengalami suatu kondisi permasalahan dengan tingkat stres sedang yaitu 20
mekanisme koping maladaptif, seperti responden dengan presentase 57,2%, dan
makan berlebihan, bekerja berlebihan, tidak mengalami gangguan siklus
menangis, menyangkal, dan isolasi hanya mentruasi yaitu 20 responden dengan
dilakukan sesaat sebagai respon dari presentase 57,1%. Jadi mekanisme
menghadapi permasahan tersebut koping tidak berhubungan dengan tingkat
kemudian melakukan ketrampilan stres tetapi tingkat stress berhubungan
memecahkan masalah dengan baik yaitu dengan gangguan siklus menstruasi.
dengan cara mencari informasi,
menganalisa situasi, kemudian mencari
alternatif dari permasalahan tersebut Saran
sehingga pada akhirnya mampu
melaksanakan rencana dengan
melakukan suatu tindakan yang tepat. Dari hasil penelitian ini diharapkan
Menurut penelitian, berdasarkan hasil uji mahasiswi dapat menjaga kesehatan fisik
“Regresi-Logistic” ada hubungan antara dan mental, meningkatkan keyakinan
tingkat stres terhadap gangguan siklus atau pandangan yang lebih positif,
menstruasi pada mahasiswi tingkat IV di berusaha untuk melakukan ketrampilan
STIKES RS. Baptis Kediri. Hal ini bisa memecahkan masalah yang lebih baik,
disebabkan karena stres yang terjadi akan jika mempunyai masalah bisa berbicara
mempengaruhi kerja hormon estrogen. dengan orang lain, belajar dari
Jika hormon estrogen terganggu juga pengalaman masa lalu, dan yang lainnya.
mempengaruhi rangkaian siklus Sehingga mahasiswi maupun remaja
menstruasi. Akan tetapi, pada penelitian putri dapat lebih menggunakan
ini juga didapatkan bahwa seseorang mekanisme koping yang benar, stres
dengan tingkat stres berat namun siklus yang terjadi dapat dikurangi supaya tidak
mentruasi tidak terganggu, hal ini bisa menjadi stres yang berat dan siklus
dikarenakan responden tersebut mentruasi juga bisa normal. Peran orang
melalukan teknik manajemen stres tua juga menunjang mekanisme koping
dengan baik yaitu dengan cara menjaga adaptif pada mahasiswa dengan berperan
tubuh dan kesehatan atau upaya serta aktif mengikuti perkembangan
mengelola stres dengan baik, misalnya putrinya. Orang tua dapat lebih mengerti
dengan istirahat yang cukup, olahraga dan memahami mengenai mekanisme
teratur, mengatur nutrisi dan diet dengan koping, tingkat stres dan siklus
baik, mengkonsumsi ramuan atau jamu menstruasi yang dialami oleh putrinya
yang dapat memperlancar siklus sehingga dapat mengarahkan putrinya
menstruasi, mengurangi aktivitas yang mengunakan mekanisme koping yang
sesuai dan efektif dilakukan supaya Mushofiyya, (2011). Gangguan pada
tingkat stres tidak terlalu tinggi dan wanita.
gangguan siklus menstruasi tidak terjadi. www//http:.obstetriginekologi.com
Di era dengan kecanggihan tekhnologi Tanggal 9 Januari 2012. Jam 19.35
ini, sekalipun terdapat mahasiswi yang WIB
tidak tinggal bersama dengan orang tua, Nursalam, (2003). Konsep dan
dapat berkomunikasi melalui media penerapan metodologi penelitian
elektronik. Caranya dengan memberikan ilmu keperawatan. Jakarta :
dukungan akan keyakinan atau Salemba Medika.
pandangan positif, membantu dalam Owen, Elisabeth., (2005). Panduan
ketrampilan memecahkan masalah yang Kesehatan bagi Wanita. Jakarta :
sedang dihadapi, pemberian dukungan Prestasi Pustakaraya.
keluarga, dan pemberian materi yang Syarifuddin, (2003). Gangguan Haid.
mencukupi untuk kebutuhan baik secara www//http:ummushofiyya.com.
langsung maupun tidak langsung. Tanggal 13 November 2010. jam
20.20 WIB.
Stright, Barbara R., (2009). Panduan
Belajar Keperawatan Ibu dan Bayi
Daftar Pustaka
Baru Lahir. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Wulandari, Yekti., (2010). Cara Jitu
Abdul, Hadi, (2011). Bimbingan Mengatasi Stres. Jogjakarta : PT
Konseling dan Kesehatan Mental. Ansi Offset.
www//http: bpi-uinsuskariau.com Wibisono, Sonia., (2009). Resep Sehat
Tanggal 27 Desember 2011. Jam dan Lezat Anti Stres. Bandung : PT
20.30 WIB. Mizan Publika.
Alimul, A. Aziz, (2006). Pengantar Wasis, (2008). Pedoman dan riset praktis
Kebutuhan Dasar Manusia. untuk profesi perawat. Jakarta :
Jakarta : Salemba Medika. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Carole, (2009). Menstruasi. Jakarta : Yustinus, (2009). Siklus Menstruasi pada
Salemba Medika. Wanita. Jakarta : Penerbit Buku
Chin, (2011). Oligomenorea. Kedokteran EGC.
www//http:elamardiana.com.
Tanggal 24 November 2010. Jam
19.05 WIB.
Council, National Safety, (2003).
Manajemen Stres. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Desi, (2010). Faktor-faktor yang
mempengaruhi stres pada
mahasiswa, Universitas Veteran,
Indonesia.
Ernawati, (2007). Analis faktor yang
mempengaruhi mekanisme koping
pada mahasiswa USU, Universitas
Sumatra Utara, Indonesia.
Graha, Chairinniza K., (2010). 100
Question and Answers. Jakarta :
PT Elex Media Komputindo.
Isnin, (2011). Teori Mekanisme Koping.
www//http: bpi-uinsuskariau3.com
Tanggal 18 Januari 2012. Jam
08.45 WIB.