Anda di halaman 1dari 7

Tugas Referat-Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Nama: Rani Rahmadiyanti (2013730168)

Kualitas Vaksin

Kualitas rantai vaksin dan tanggal kadaluwarsa

Untuk mempertahankan kualtas vaksin maka pnyimpnan dan transportasi vaksin


harus memnuhi syarat rantai vaksin yang baik, antara lain disimpan di dalam
lemari pendingin dalam suhu 2-8oC, transportasi vaksin di dalam kotak dingin
atau termos yang tertutup rapat dengan suhu 2-8oC, tidak terendam air, terlindung
dari sinar matahari langsung, belum melewati tanggal kadaluarsa, indicator suhu
berupa VVM menunjukkan belum pernah terpapar suhu diatas 8oC dalam waktu
lama atau freezewatch / tag menunjukkan belum pernah di bawah suhu 2oC atau di
atas suhu 8oC dalam waktu cukup lama

VVM (vaccine vial monitor)

Vaccine vial monitor diperlukan untuk menilai apakah vaksin sudah pernah
terpapar suhu di atas 8oC dalam waktu lama, dengan membandingkan warna kotak
segi empat dengan warna lingkaran di sekitarnya. Jika warna kotak segi empat
lebih muda daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut kondisi VVM A atau B)
maka vaksin belum terpapar suhu di atas 8oC. Vaksin kondisi VVM B harus
segera dipergunakan
Apabila warna kotak segi empat sama atau lebih gelap daripada lingkaran dan
sekitarnya (disebut kondisi VVM C atau D) maka vaksin sudah terpapar suhu di
atas 8oC dalam waktu lama, tidak boleh diberikan pada pasien, karena potensi
vaksin sudah menurun dan dapat menimbulkan KIPI.

Freeze watch dan freeze tag

Freeze watch dan freeze tag adalah alat untuk mengetahui apakah vaksin pernah
terpapar suhu di bawah 0oC. Bila dalam freeze watch terdapat warna biru yang
melebar ke sekitarnya atau dalam freeze tag ada tanda silang (X), berarti vaksin
pernah terpapar suhu di bawah 0oC yang dapat merusak vaksin mati. Vaksin-
vaksin tersebut tidak boleh diberikan kepada bayi/anak
Warna dan kejernihan vaksin

Warna dan kejernihan beberapa vaksin dapat menjadi indicator praktis untuk
menilai stabilits vaksin. Vaksin polio harus berwarna kuning oranye. Apabila
warnanya berubah menjadi pucat atau kemerahan berarti pHnya telah berubah,
sehingga tidak stabil dan tidak boleh diberikan kepada pasien.

Vaksin toksoid, rekombinan, dan polisakarida umumnya berwarna purih


jernih sedikit berkabut. Apabila menggumpal atau banyak endapan berarti sudah
pernah beku, tidak boleh digunakan karena sudah rusak. Untuk meyakinkan dapat
dilakukan uji kocok, apabila vaksin setelah dikocop tetap menggumpal atau
mengendap maka vaksin tidak boleh digunakan karena sudah rusak

Prosedur penyuntuikan yang aman bagi bayi dan anak

 Siapkan semua perlengkapan imunisasi ditempat berdkatan di tempat yang


terlindung dari sinar matahari langsung
o Vaksin disimpan dalam termos khusu pembawa vaksin dalam suhu 2-8oC
o Pelarut khusus untuk masing-masing vaksin, jangan tertukar
o Pemotong ampul
o Alat suntik autosisabled atau auto-destructed (AD)
o Desinfektan/antiseptic
o Kotak limbah diletakkan sedemikian rupa hingga mudah memasukan alat
suntik bekas pakai, tetapi tidak mudah tumpah
o Alat/obat kedaruratan yaitu adrenalin, alat suntik, infus set, cairan infus,
kortikosteroid, bila memungkinkan sediakan tabung oksigen beserta msker
dan selangnya
o Formulir pencatatan diisi
 Periksa suhu penyimpanan dan transportasi vaksin, tanggal kadaluawarssa,
VVM, warna vaksin, gumpalan, endapan, label, dan indicator kualitas vaksin
lainnya. Bila vaksin sudah kadaluwarsa, walaupun baru beberapa hari tidak
boleh digunakan. Bila ada gumpalan, endapan, perubahan warna vaksin,
perubahan warna VVM sama atau lebih gelap dari tepinya (kondisi C dan D),
atau label pernah terendam air, vaksin tidak boleh digunakan
 Tanyakan identitas bayi/anak apakah sudah sesui dengan nama yang terdapat di
KMS< kartu atau buku imunisasi, untuk menghindari pemberian vaksin yang
tidak sesuai
 Tanakan kondisibayi/anak sekarang dan beberapa hari sebelumnya, imunisasi
yang telah didapat, jarak dengan imunisasi sekarang, KIPI yang pernah terjadi,
dan riwayat yang berkaitan dengan indikasi kontra untuk vaksin yang akan
diberikan.
 Ajukan pertanyaan singkat rutin pediatric, asupan ASI nutrisi, berat badan,
perkembangan psikomotor, miksi, defekasi, dan pola tidr bayi
 Jlaskan nama dan manfaat vaksin yang akan diberikan, teknik penyuntikan,
cara kemungkinan KIPI yang bisa terjadi, cara mencgah dan prtolongan
pertama bila terjadi KIPI
 Lakukan pemeriksaan fisik rutin untuk memeriksa kesehatan bayi/anak secara
umum, sambil mencari indikasi kontar imunisasi dan memeriksa again tubuh
yang akan disuntik
 Sebelum membuka bungkus alat suntik atau jarum, perhatikan apakah
kemasannya masih utuh dan rapat. Bila kemasan sobek tidak utuh atau rusak,
sebaiknya jarus atau alat suntik tidak digunaka, segera dibuang seperti alat
suntik atau jarum bekas pakai
 Jangan menyentuk jarus sedikipun
 Baca nama vaksin serta perhatikan masa/tanggal kadaluawarsa dan ambil
pelarut khusus vaksin tersebut. kocok vaksin sehingga larut homogeny. Tulis
tanggal dan jam melarutkan vaksin
 Baca nama vaksin, ambil 1 dosis untuk 1 kali penyuntikan.
 Jangan mengunakan alat suntik bekas untuk menghisap vaksin atau
menyuntikkan walaupun sudah disterilkan ulang atau mengganti dengan jarum
baru yang steril karena berisiko terjadi kontaminasi
 Jangan mencampur sisa vaksin dari 2 botol atau ampul walaupun vaksinnya
sama, karena berisiko kontaminasi
 Posisi bayi dan anak yang akan diimunisasi tidak mudah ergerak atau
memberontak ketika disuntik, terutama dilengan atau paha yang akan
disuntuik. Untuk bayi kecil lebih baik dalam gendngan orangtua/pengasuh,
dipeluk dengan posisi dada bayi menempel di dada orangtua. Untuk bayi yang
sudah bisa duduk sebaiknya duduk dan di peluk dipangkuan orangtua dengan
dada dan wajah menghadap ke dada orantua/pengasuh. Salah satu tangan
bayi/anak dikepik oleh ketiak orang tua, kedua kaki dikepit dipaha. Bagian
yang akan disuntik dipegang dengan penyuntik. Bila anak cenderung berontak,
penyuntik dapat meminta bantuan orang tua/pengasuh, paramedic atau orang
lain untuk membantu memegang siku atau lutut dekat bagian yang akan
disuntik. Cara memegang jangan membuat bayi/anak kesakitan atau ketakutan.
 Alihkan perhatian untuk mengurangi ketakutan
 Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan krim EMLA 1 jam sebelumnya,
lidokain topical 10 menit sebelumnya, etil klorid spray beberapa detik
sebelumnya, atau ditekan di bagian yang akan disuntuik selama 10 detik
sebelum disuntikkan. Pada bayi baru lahur dapat diberikan sukrosa,
manfaatnya bervariasi
 Bersihkan bagian yang akan disuntik dengan desinfktan/antisptik, tunggu
sampai mongering
 Untuk mengurangi rasa nyeri otot harus dalam keadaan lemas, mengatur
lengan sedikit fleksi, tungkai rotasi ke dalam, kulit sebaiknya diregangkan ke
samping agar jarus mudah menembus kulit untuk mengurangi rasa nyeri.
 Sudut penyuntikan disesuaikan dengan prosedur tiap vaksin: intradermal
(sekitar 15o), subkutan (45o) atau intramuskluar (60-90o)
 Untuk mencegah vaksin keluar lagi setelah disuntikkan sebelum penyuntikan
kulit bayi/anak digeser ke samping, setelah penyuntikan kulit dilepaskan lagi
ke posisi seula sehingga vaksin yang telah masuk ke dalam otot atau subkutan
tidak dapat keluar lagi
 Luka bekas suntikan ditekan agak kuat dengan kapas dan desinfktan agar darah
tidak keluar lagi, dan akan mengurangi nyeri
 Alat suntik dan jarum bekas tanpa menutup jarus segera dimasukkan ke dalam
safety box
 Catat di KMS, buku imunisasi atau formulir catatan imunisasi
 Setelah penyuntikan lebih baik bila bayi/anak tidak langsung pulang,
menunggu sekitar 15 menit untuk deteksi kemungkiann terjdinya KIPI

Prosedur penyuntikan yang aman

 Jangan menekan luka berdarah akibat suntikan dengan jari tetapi dengan bahas
steril
 Selesai menggunakan alat suntik dan jarum segera masukkan ke kotak limbah
tanpa mencabut atau menutup jarum karena berisiko tertusuk dan
terkontaminasi darah yang ada pada jarum
 Jika terpaksa memasang kembali penutup jarum karena imunisasi tertunda
akibat anak meronta-ronta atau karena sebab lain, penutupan jarus dilakukan
dengan teknik satu tangan agar tidak menusuk jari tangan lain
 Jangan meletakkan alat suntik dan jarum bekas sembarangan karena dapat
melukai dan mengkontaminasi penyuntik atau orang yang berada dekat tempat
penyuntikan

Prosedur penyuntikan yang aman bagi lingkungan

 Jangan meletakkan alat suntik dan jarum bekas sembarangan karena dapat
diambil atau melukai dan mengkontaminasi masyarakat yang berada dekat
tempat penyuntikan.
 Buang dan hancurkan limbuh imunisasi alat suntik, jarus, kapas, botol, ampul
vaksin sesuai dengan proseddur yang dianjurkan (desinfektan, dikubur, atau
dibakar)

Referensi:

Ranuh, I.G.N., Suyitno, H., Hadinegoro, S.R., Kartasasmita, C.B., Ismoedijanto,


Soedjatmiko. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Satgas
Imunisasi IDAI

Keputusan Menteri Kesehatan RI. Pedomaan penyelenggaraan imunisasi Jakarta:


Departemen Kesehatan RI; 2005

Anda mungkin juga menyukai