Fakultas Kedokteran
Dosen Pembimbing :
dr. Julianti Sutanto, M. Kes.
Disusun Oleh :
Muhammad Radhi bin Kamal
112015197
1
Bab I
Pendahuluan
Kesejahteraan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
UUD Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk
menjamin bahwa setiap ibu memiliki askes terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,
mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan pasca
persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, serta akses
terhadap keluarga berencana. Disamping itu, pentingnya melakukan intervensi lebih ke hulu yakni
kepada kelompok remaja dan dewasa dalam upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI).1
Di Indonesia angka kematian ibu yang masih tinggi merupakan masalah kesehatan dan
menjadi tantangan tersendiri dan diperlukan penanganan yang lebih lanjut. Menurut World Health
Organization (WHO) mortalitas maternal pada negara berkembang pada tahun 2015 adalah 239
per 100.000 kelahiran hidup dan mortalitas neonatal meningkat dari 2.629 juta menjadi 3.760 juta.2
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia
diperkirakan sebesar 359 kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup.3 Pada tahun 2012,
menurut WHO sekitar 41,8% seluruh ibu hamil di dunia mengalami anemia, sekitar setengahnya
diakibatkan oleh kurangnya zat besi.4 Pada tahun 2013, dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
mengatakan prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 37,1 %. Prevalensi anemia ini masih lebih
tinggi dibandingkan dengan rata-rata prevalensi anemia di negara-negara maju, karena itu di
Indonesia masalah anemia pada ibu hamil masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
prevalensinya lebih dari 20%.5,6
Karena hal tersebut maka puskesmas dibutuhkan sebagai ujung tombak pembangunan
kesehatan di Indonesia dan hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD). Puskesmas berfungsi sebagai pusat pembangun
kesehatan yang mengutamakan promotif dan preventif dengan tanpa mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitatif.7
2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Menurut WHO mortalitas maternal pada negara berkembang pada tahun 2015 adalah 239
per 100.000 kelahiran hidup dan terdapat peningkatan mortalitas neonatal dari 2.629 juta
menjadi 3.760 juta.2
1.2.2 SDKI tahun 2012, AKI di Indonesia diperkirakan sebesar 359 kematian maternal per
100.000 kelahiran hidup.3
1.2.3 Menurut WHO pada tahun 2012 sekitar 41,8% seluruh ibu hamil di dunia mengalami
anemia, sekitar setengahnya diakibatkan oleh kurangnya zat besi.4
1.2.4 Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi anemia pada ibu hamil
sebesar 37,1 %.5,6
1.3 Tujuan
Dengan melakukan kegiatan kunjungan langsung kepada pasien puskesmas, diharapkan dapat
menambah wawasan mengenai penelusuran riwayat kesehatan ibu hamil secara menyeluruh dan
komprehensif, dengan melihat berbagai aspek disekitarnya secara langsung di lapangan. Selain itu,
diharapkan menambah pengetahuan yang lebih baik mengenai anemia dalam kehamilan dan
masalah-masalah lainnya yang ditemukan, seperti ada/tidaknya hipertensi, riwayat kehamilan
sebelumnya, serta usia ibu yang dapat mempengaruhi kehamilannya sekarang ditinjau dari sisi
kedokteran keluarga yang tidak hanya berfokus pada upaya kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga
promotif dan preventif, sehingga jumlah AKI di Indonesia, khususnya dalam hal ini Puskesmas
Batujaya, Karawang tidak meningkat.
1.4 Sasaran
Sasaran yang dituju adalah “pasien” yang merupakan ibu hamil, dan juga sekelompok
masyarakat atau komunitas yang harus diberikan edukasi guna meningkatkan pengetahuan mereka
akan pentingnya pengenalan dini terhadap anemia yang muncul pada kehamilan dan
penatalaksanaannya (yang terkait dengan kepatuhan minum Tablet Tambah Darah), sehingga
diharapkan, kedepannya setiap orang (masyarakat) dapat turut memantau keadaan ibu hamil
disekitarnya apabila ditemukan tanda maupun gejala yang masuk dalam kelompok ibu hamil
resiko tinggi.
3
Bab II
Materi dan Metode
2.1 Materi
d. Upaya meningkatkan gizi dalam rangka pemenuhan kebutuhan ibu hamil yang
berkaitan dengan kejadian anemia.
2.2 Metode
Metode yang digunakan adalah penemuan penderita pasif (Passive case finding). Penemuan
penderita pasif adalah kegiatan mendatangi pasien ke rumahnya dengan berdasarkan data
yang didapat dari Puskesmas, Puskesmas pembantu, balai pengobatan, maupun Posyandu.
Hal yang dilakukan adalah:
a) Mendapatkan data lengkap mengenai pasien dari aspek biologis, psikologis, dan
sosialnya.
b) Mendapatkan data yang lengkap terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan
kehamilannya.
c) Mendapatkan data lengkap mengenai keadaan rumah dan keluarga pasien.
d) Mendapatkan data lengkap tentang keadaan lingkungan tempat tinggal pasien.
e) Menganalisa dan memberikan penjelasan pada pasien mengenai penanganan hal-hal yang
terjadi selama kehamilan berlangsung.
4
Bab III
Kerangka Teori
3.1.2 Epidemiologi
Diketahui bahwa 10% sampai dengan 20% ibu hamil di dunia menderita anemia pada
kehamilannya. Di dunia 34 % terjadi anemia pada ibu hamil dimana 75 % berada di negara sedang
berkembang. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Negara berkembang 43 % dan 12 % pada wanita
hamil di Negara maju. Di Indonesia prevalensi anemia kehamilan relatif tinggi, yaitu 38% sampai
dengan 71.5% dengan rata-rata 63,5%, sedangkan di Amerika Serikat hanya 6%. Menurut WHO
40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan dan
disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling
berinteraksi. 8
3.1.3 Etiologi
Pada umumnya anemia disebabkan karena kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah saat
persalinan yang lalu, dan penyakit-penyakit kronik (seperti infeksi parasit dan cacingan).
Penurunan kadar hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan disebabkan oleh karena dalam
kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah. Selain itu, terjadi perubahan-perubahan
5
dalam darah/sumsum tulang dan terjadi penambahan volume plasma yang relatif lebih besar
daripada penambahan massa hemoglobin dan volume sel darah merah (hipervolemia).6
3.1.4 Patofisiologi
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi
yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma
meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke-9
dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan
setelah partus.9
Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 800-1000 mg untuk
mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat
besi dan mencapai puncak pada usia kehamilan 32 minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar
100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat
besi sebelum kehamilan berkurang maka pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami
kekurangan zat besi.9
Gangguan pencernaan dan absorbsi zat besi bisa menyebabkan seseorang mengalami anemia
defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh mencukupi dan asupan nutrisi dan zat
besi yang adikuat tetapi bila pasien mengalami gangguan pencernaan maka zat besi tersebut tidak
bisa diabsorbsi dan dipergunakan oleh tubuh.9
Anemia defisiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan keseimbangan zat besi yang
negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Pertama-tama untuk
mengatasi keseimbangan yang negatif ini tubuh menggunakan cadangan besi dalam jaringan
cadangan. Pada saat cadangan besi itu habis barulah terlihat tanda dan gejala anemia defisiensi
besi.9
Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang masing-masing berkaitan dengan
ketidaknormalan indikator hematologis tertentu. Tingkatan pertama disebut dengan kurang besi
laten yaitu suatu keadaan dimana banyaknya cadangan besi yang berkurang dibawah normal
namun besi didalam sel darah merah dari jaringan tetap masih normal. Tingkatan kedua disebut
anemia kurang besi dini yaitu penurunan besi cadangan terus berlangsung sampai atau hampir
habis tetapi besi didalam sel darah merah dan jaringan belum berkurang. Tingkatan ketiga disebut
dengan anemia kurang besi lanjut yaitu besi didalam sel darah merah sudah mengalami penurunan
6
namun besi dan jaringan belum berkurang. Tingkatan keempat disebut dengan kurang besi dalam
jaringan yaitu besi dalam jaringan sudah berkurang atau tidak ada sama sekali.9
7
dengan paritas tinggi mempunyai resiko 1,454 kali lebih besar untuk mengalami anemia
dibandingkan dengan yang paritas rendah.
3.1.6 Diagnosis
3.1.6.1. Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis dari anemia pada kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi
sangat bervariasi walaupun tanpa gejala, anemia dapat menyebabkan tanda gejala seperti letih,
sering mengantuk, malaise, pusing, lemah, nyeri kepala, luka pada lidah, kulit pucat, konjungtiva,
bantalan kuku pucat, tidak ada nafsu makan, mual dan muntah.8 Menentukan seseorang mengalami
anemia melalui pemeriksaan fisik sangatlah sulit karena banyak pasien yang asimtomatis. Oleh
karena itu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan anemia pasti.8
3.1.6.2. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin adalah parameter yang dingunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi
anemia. Keuntungan metode pemeriksaan Hb adalah mudah, sederhana dan penting bila
kekurangan besi tinggi, seperti pada kehamilan sedangkan keterbatasan pemeriksaan Hb adalah
spesifitasnya kurang yaitu sekitar 65-99% dan sensifitasnya 80-90%.8
8
Anemia pada ibu hamil berdasarkan pemeriksaan dan pengawasan Hb dengan Sahli dapat
digolongkan berdasarkan berat ringannya terbagi menjadi anemia berat jika Hb 7gr %, anemia
sedang jika kadar Hb antara 7 sampai 8 gr % dan bila anemia ringan jika kadar Hb antara 9 sampai
10 gr %. 6,8
Metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah metode
Sahli dan sampai saat ini baik di Puskesmas maupun di beberapa Rumah sakit. Pada metode sahli,
hemoglobin dihidrolisis dibentuk dengan HCL menjadi forroheme oleh oksigen yang ada di udara
dioksidasi menjadi ferriheme yang segera bereaksi dengan ion CL membentuk Ferrihemechlorid
yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini
dibandingkan dengan warna standard, karena membandingkan pengamatan dengan mata secara
langsung tanpa menggunakan alat, maka subjektivitas hasil pemeriksaan sangat berpengaruh hasil
pembacaan.8
9
berat, dan kepatuhan pasien yang buruk. Pada daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang
tinggi dan dengan tingkat pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil
haruslah diberikan sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari selama masa
kehamilannya. Selain itu perlu juga diedukasi untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran
yang mengandung banyak mineral serta vitamin. 9
Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk
untuk keperluan janin, plasenta, dan hemoglobin ibu sendiri. Kebijakan nasional yang diterapkan
di seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat adalah pemberian Tablet Tambah Darah minimal 90 butir.
Sebaiknya tablet ini tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu
penyerapannya.6
10
konstipasi, serta kepercayaan maupun mitos yang terkait dengan Tablet Tambah Darah itu sendiri.
Pada penelitian Djamilus dan Herlina (2008) menunjukkan bahwa ibu hamil yang kurang patuh
minum tablet Fe mempunyai risiko 2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang
patuh minum tablet Fe. Kepatuhan mengonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet
yang diminum, ketepatan cara mengonsumsi tablet Fe, dan frekuensi minum perhari. Suplementasi
besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan
menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara
efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah
anemia karena kekurangan asam folat.8
11
Bab IV
Hasil dan Laporan Kunjungan Rumah
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. Lilis
Usia : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Alamat : Segaran, Batujaya, Karawang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
12
Ketergantungan obat : Tidak ada
Tempat mencari pelayanan kesehatan : Bidan dekat rumah, posyandu, Puskesmas Batujaya
Pola rekreasi : Kurang
V. Spiritual Keluarga
Ketaatan beribadah : Cukup
Keyakinan tentang kesehatan : Cukup
13
Keadaan ekonomi : Sedang
XIV. Riwayat KB
Tidak pernah memakai KB.
14
XV. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 90 kali/menit
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36.6oC
15
iii. Persalinan yang bersih dan aman yang dibantu oleh tenaga medis.
c. Kuratif : tidak perlu
d. Rehabilitatif: tidak perlu
XIX. Prognosis
a. Penyakit
Prognosis dubia ad bonam bila pasien patuh minum obat dan melakukan pemeriksaan
secara rutin di fasilitas kesehatan yang ada.
b. Keluarga
Hubungan dengan keluarga baik jika pasien tetap menjaga waktu kebersamaan tiap harinya
dengan keluarga. Dan menyempatkan waktu untuk berekreasi bersama keluarga.
c. Masyarakat
XX. Resume
Pasien 21 tahun, G1P0A0 hamil 12-13 minggu dengan janin tunggal hidup dengan HPHT
tanggal 10 Agustus 2017. Dari pemeriksaan fizik didapatkan TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 90
kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu 36.6oC.
16
Bab V
Analisa Kasus
Ibu Lilis, umur 21 tahun, Rencana bersalin oleh bidan Kunjungan rumah segera,
G1P0A0 12-13 minggu, Pantau kehamilan dengan
HPHT 10/08/2017, rencana ANC teratur. Pemberian
bersalin oleh bidan tablet Fe untuk mencegah
anemia
Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit degeneratif. Keadaan keluarga sedang. Semua
anggota keluarga dalam keadaan baik-baik saja.
17
Ada sudah cukup, siang cahaya dari luar bisa masuk, malam menggunakan lampu neon.
5.3.6 Kebersihan
Kebersihan dalam rumah sedang.
5.3.7 Sumber air bersih
Sumber air berasal dari air sumur.
18
Bab VI
Penutup
4.1 Kesimpulan
Anemia merupakan masalah gizi yang perlu mendapat perhatian khusus. Dimana
kebutuhan tambahan zat besi selama hamil adalah lebih kurang 1000 mg, yang diperlukan untuk
pertumbuhan janin, plasenta, dan perdarahan saat persalinan yang mengeluarkan rata-rata 250 mg
besi. Anemia pada ibu hamil beresiko terhadap terjadinya hambatan pertumbuhan janin sehingga
bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), perdarahan saat persalinan, dan dapat berlanjut
setelah persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya. Oleh karena kebutuhan zat
gizi pada wanita hamil meningkat 25 % dibandingkan wanita tidak hamil, maka pemenuhan
kebutuhan sangat sulit dipenuhi hanya dari makanan saja, sehingga diperlukan Tablet Tambah
Darah (TTD) untuk mencegah dan menanggulangi anemia gizi besi yang diderita ibu hamil
tersebut.
Dengan demikian peran dan fungsi keluarga serta masyarakat sekitar sangat penting disaat
salah satu anggota keluarga mengalami masalah kesehatan. Mereka dapat memberikan motivasi
kepada pasien, mengingatkan pasien minum obat dan memantau kesehatannya.
4.2 Saran
4.2.1 Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada ibu hamil dan masyarakat melalui
penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya
kuratif dan rehabilitatif. Dalam hal ini berhubungan dengan upaya perbaikan gizi dan kesehatan
masyarakat terutama akan pentingnya minum Tablet Tambah Darah selama kehamilan terlebih
pada ibu hamil dengan anemia. Dengan demikian dapat meningkatkan kepatuhan minum TTD
tersebut. Selain itu, kedepannya diharapkan ibu hamil secara teratur memeriksakan kehamilannya
di fasilitas kesehatan yang ada, baik melalui Puskesmas maupun Posyandu agar dapat memantau
status kesehatannya secara menyeluruh dengan pemeriksaan yang berkesinambungan.
19
4.2.2 Pasien
- Berusaha untuk lebih memahami kehamilannya dan tetap menjaga kesehatan melalui pola hidup
sehat, makan makanan bergizi dan minum obat secara teratur.
20
Daftar Pustaka
1. Kementerian Kesehatan RI. Info datin: Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI.
2014. Di unduh dari http://www.depkes.go.id/download.php? file=download/ pusdatin
/infodatin/infodatin-ibu.pdf. Pada tanggal 13 November 2017.
2. WHO. Maternal mortality. November 2016. Di unduh dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/ . Pada tanggal 13 November 2017.
3. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2012. Di unduh dari
http://chnrl.org/pelatihan-demografi/SDKI-2012.pdf. Pada tanggal 13 November 2017
4. WHO. Daily iron and folic acid supplementation in pregnant women. 2012. Di unduh dari
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/77770/1/9789241501996_eng.pdf. Pada tanggal
14 November 2017.
5. Kementerian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar: Riskesdas 2013. 2013. Di unduh dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf.
Pada tangga 14 November 2017.
6. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman penatalaksanaan pemberian tablet tambah darah.
2015.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 128/menkes/sk/ii/2004.
Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat menteri kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta: Kemenkes, 2004.
8. Cunningham FG. Obstetri Williams. Edisi ke-23. Volume 2. Jakarta: EGC; 2012.h.797-9.
9. Morgan G. Obstetri dan ginekologi panduan praktik. Jakarta: EGC; 2009.h.132-40.
21
Lampiran
22
23
24
25
26