1. Pengertian
kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra
(Brunner & suddarth, 2008). Benigna Prostat Hiperplasia adalah penyakit yang disebabkan
jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah (Mansjoer, 2009).
organ ini dapat menyumbat uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran
disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi
kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 60 tahun) menyebabkan
berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius (DoEnges, 2000).
pembesaran progresif dari kelenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hiperplasia
dan umumnya terjadi pada pria dewasa lebih dari 60 tahun dan dapat menyebabkan
berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius. Obstruksi uretral dan
pembatasan aliran urinarius artinya terjadinya penyumbatan yang mengakibatkan hambatan
2. Etiologi
BPH, namun beberapa hipotesisi menyebutkan bahwa BPH erat kaitanya dengan
mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan
mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada pria
usia 50 tahun, dan angka kejadiannya sekitar 50%, untuk usia 80 tahun angka kejadianya
Etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga menjadi
penyebab timbulnya Benigna Prosat, teori penyebab BPH menurut Sudoyo (2009) meliputi,
testosteron), faktor interaksi stroma dan epitel-epitel, teori berkurangnya kematian sel
pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron
penetrasi DHT kedalam inti sel yang dapat menyebabkan inskripsi pada RNA, sehingga
prostat. Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh
berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim
5alfa –reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini
menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitive terhadap DHT sehingga replikasi
Pada usia yang semakin tua, terjadi penurunan kadar testosterone sedangkan kadar
estrogen relative tetap, sehingga terjadi perbandingan antara kadar estrogen dan
dalam terjadinya poliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan jumlah
meningkat, tetapi sel-sel prostat telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga
Diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-
sel stroma melalui suatu mediator yang disebut Growth factor. Setelah sel-sel stroma
mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth
factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri intrakrin dan autokrin,
poliferasi sel-sel epitel maupun sel stroma. Basic Fibroblast Growth Factor (bFGF)
dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada
pasien dengan pembesaran prostad jinak. bFGF dapat diakibatkan oleh adanya
Progam kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik untuk
fragmentasi sel, yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis akan difagositosis
oleh sel-sel di sekitarnya, kemudian didegradasi oleh enzim lisosom. Pada jaringan
normal, terdapat keseimbangan antara laju poliferasi sel dengan kematian sel. Pada saat
terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel
prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel
prostat baru dengan prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel
prostat.
Sel-sel yang telah apoptosis selalu dapat diganti dengan sel-sel baru. Didalam kelenjar
prostat istilah ini dikenal dengan suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan
berpoliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada keberadaan
hormone androgen, sehingga jika hormone androgen kadarnya menurun, akan terjadi
aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel
epitel.
3. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Kelenjar prostat adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder neck
dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram
dengan ukuran rata-rata : panjang 3,4 cm, lebar 4,4 cm, tebal 2,6 cm. Secara embriologis
terdiri dari 5 lobus yaitu lobus medius 1 buah, lobus anterior 1 buah, lobus posterior 1
buah, lobus lateral 2 buah. Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan
lobus posterior akan menjadi satu disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius
kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen
berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar
prostat.
b. Fisiologi
Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada orang
dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba. Sedangkan pada
penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik.
dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan
dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan, keluar cairan seperti susu. Apabila jaringan
fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu padat dan tidak mengeluarkan
cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga
lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen
uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan
kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan (Brunner & Suddarth,
2008).
4. Patofisiologi
dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang
terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik
terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-
beda. Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada
saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran
prostat, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor
menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor
disebut fase kompensasi, keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi/terjadi dekompensasi
sehingga terjadi retensi urin. Pasien tidak bisa mengosongkan vesika urinaria dengan
sempurna, maka akan terjadi statis urin. Urin yang statis akan menjadi alkalin dan media
urin tidak deras dan sesudah berkemih masih ada urin yang menetes, kencing terputus-putus
(intermiten), dengan adanya obstruksi maka pasien mengalami kesulitan untuk memulai
berkemih (hesitansi). Gejala iritasi juga menyertai obstruksi urin. Vesika urinarianya
mengalami iritasi dari urin yang tertahan tertahan didalamnya sehingga pasien merasa
bahwa vesika urinarianya tidak menjadi kosong setelah berkemih yang mengakibatkan
interval disetiap berkemih lebih pendek (nokturia dan frekuensi), dengan adanya gejala
iritasi pasien mengalami perasaan ingin berkemih yang mendesak/ urgensi dan nyeri saat
Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi, akan
hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi
infeksi. Pada waktu miksi penderita harus mengejan sehingga lama kelamaan menyebabkan
hernia atau hemoroid. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat menyebabkan terbentuknya
batu endapan didalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan
menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat juga menyebabkan sistitis dan bila terjadi
5. Manifestasi Klinik
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan
diluar saluran kemih. Menurut Sudoyo (2009) dan tanda dan gejala dari BPH yaitu : keluhan
pada saluran kemih bagian bawah, gejala pada saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar
saluran kemih.
Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin (urin tertahan dikandung kemih sehingga urin
tidak bisa keluar), hesitansi (sulit memulai miksi), pancaran miksi lemah, Intermiten
1) Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia, urgensi (perasaan ingin miksi yang
2) Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat hiperplasi prostat pada sluran
kemih bagian atas berupa adanya gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang, benjolan
Pasien datang diawali dengan keluhan penyakit hernia inguinalis atau hemoroid.
Timbulnya penyakit ini dikarenakan sering mengejan pada saan miksi sehingga
mengakibatkan tekanan intraabdominal. Adapun gejala dan tanda lain yang tampak pada
pasien BPH, pada pemeriksaan prostat didapati membesar, kemerahan, dan tidak nyeri
tekan, keletihan, anoreksia, mual dan muntah, rasa tidak nyaman pada epigastrik, dan
gagal ginjal dapat terjadi dengan retensi kronis dan volume residual yang besar.
6. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan semakin
beratnya BPH, dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati
prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat
penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen
yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan
membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis
urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat
menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis (Wim de jong,
2005).
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer Arif (2009), pemeriksaan penunjang yang mesti dilakukan pada
a. Laboratorium
1) Sedimen Urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran kemih.
2) Kultur Urin
b. Pencitraan
2) Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan kadang
menunjukan bayangan buli-buli yang penuh terisi urin yang merupakan tanda dari
retensi urin.
5) Systocopy
Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra parsprostatika dan
8. Penatalaksanaan Medik
a. Stadium I
Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan pengobatan
Keuntungan obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak
mempengaruhi proses hiperplasi prostat. Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak
b. Stadium II
c. Stadium III
Pada stadium III reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat
sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan
d. Stadium IV
Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari retensi urin
total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut amok melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau
pembedahan terbuka.
e. Terapi Bedah
Indikasinya adalah bila retensi urin berulang, hematuria, penurunan fungsi ginjal, infeksi
saluran kemih berulang, divertikel batu saluran kemih, hidroureter, hidronefrosis jenis
pembedahan:
2) Prostatektomi Suprapubis
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi yang dibuat pada kandung kemih.
3) Prostatektomi retropubis
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada abdomen bagian bawah
4) Prostatektomi Peritoneal
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah insisi diantara skrotum
dan rektum.
jaringan yang berdekatan melalui sebuah insisi pada abdomen bagian bawah, uretra
1. Riwayat Keperawatan
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita BPH merujuk
pada teori menurut (Brunner & Suddarth, 2008) ada berbagai macam, meliputi :
a) Demografi
BPH kebanyakan menyerang pada pria berusia diatas 60 tahun. Hal ini dapat dikaitakan
dengan keberadaan hormonal laki-laki (androgen yaitu testosteron). Hal ini, didasarkan
pada fakta bahwa BPH terjadi ketika seorang laki-laki hormon estrogen meningkat dan
kadar hormon testosteron menurun, dan ketika jaringan prostat menjadi lebih sensitif
Pada pasien BPH keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi, nokturia, urgensi, disuria,
pancaran melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, hesistensi (sulit memulai miksi),
intermiten (kencing terputus-putus), dan waktu miksi memanjang dan akhirnya menjadi
Kaji apakah memilki riwayat infeksi saluran kemih (ISK). Infeksi saluran kemih dapat
terjadi akibat stasis urin, dimana sebagian urin tetap berada dalam saluran kemih dan
(1) Eliminasi
Pola eliminasi kaji tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu - ragu,
menetes, pasien harus bangun pada malam hari untuk berkemih (nokturia), kekuatan
sistem perkemihan. Tanyakan pada pasien apakah mengedan untuk mulai atau
Gejala generalisata juga mungkin tampak pada pasien BPH termasuk keletihan,
anoreksia, mual dan muntah dan rasa tidak nyaman pada epigastrik.
(3) Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan pasien
2. Pemeriksaan Fisik
a) Tekanan darah, nadi dan pernapasan dipantau dan dibandingkan dengan nilai dasar
tanda-tanda vital pre operasi untuk mendeteksi hipotensi. Perawat juga mengamati
pasien terhadap adanya prilaku gelisah, keringat dingin, pucat, dan setiap peningkatan
nadi.
b) Pemeriksaan dilakukan yang berkaitan dengan seperti nyeri pinggang, nyeri punggung
dan rasa tidak nyaman pada abdomen atau suprapubis. Kemungkinan penyebabnya
c) Rectal touch / pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk menentukan konsistensi sistem
persarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat. Dengan rectal toucher dapat
Prostat membesar
Obstruksi
Kurangnya
Iritasi mukosa informasi terhadap
kandungan kencing, pembedahan
Retensi Urin Nyeri akut terputusnya jaringan
Pemasangan DC
Gangguan eliminasi
urine
Rangsangan syaraf
diameter kecil Luka Ansietas
Tempat masuknya
mikroorganisme
Resiko Infeksi
4. Diagnosa Keperawatan
a. Retensi urine (akut/ kronik) berhubungan dengan obstruksi mekanik pembesaran prostat,
dekompensasi otot destruktor ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi dengan
adekuat.
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi kandung kemih.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresia dan drainase cepat
kandung kemih yang terlalu distensi secara kronis.
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kateter, trauma jaringan,
insisi bedah
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan
kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.
5. Intervensi Keperawatan
a. Retensi urine (akut/ kronik) berhubungan dengan obstruksi mekanik pembesaran prostat, dekompensasi otot destruktor
ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi dengan adekuat.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Retensi urine (akut/ kronik)NOC: NIC : 1. Indikator keseimbangan cairan dan kebutuhan
berhubungan dengan obstruksi Urinary elimination Urinary Retention Care penggantian pada irigasi kandung kemih,
mekanik pembesaran prostat, Urinary Contiunence 1. Monitor intake dan output awasi pentingnya perkiraan kehilangan darah
dekompensasi otot destruktorSetelah dilakukan tindakan 2. Monitor penggunaan obat dan secara akurat mengkaji haluaran urine.
ketidakmampuan kandung keperawatan selama …. antikolinergik 2. Diberikan untuk melawan infeksi. Mugkin
kemih untuk berkontraksi retensi urin 3. Monitor derajat distensi bladder digunakan secara profilaksis. Efek samping
dengan adekuat. pasien teratasi dengan 4. Instruksikan pada pasien dan demam.
DS: kriteria hasil: keluarga untuk mencatat output 3. Membantu dan evakuasi duktus kelenjar untuk
- Disuria Kandung kemih kosong urine. menghilangkan kongesti/inflamasi.
- Bladder terasa penuh secarapenuh 5. Kateterisaai jika perlu Kontraindikasi bila infeksi terjadi.
Tidak ada residu urine 6. Monitor tanda dan gejala ISK 4. Retensi urin meningkatkan tekanan dalam
DO : >100-200 cc (panas, hematuria, perubahan bau saluran perkemihan atas, yang dapat
- Distensi bladder Intake cairan dalam dan konsistensi urine) mempengaruhi fungsi ginjal.
- Terdapat urine residu rentang normal 5. Menghilangkan/mencegah retensi urin dan
- Inkontinensia tipe luapan Bebas dari ISK mengesampingkan adanya struktur uretral.
- Urin output sedikit/tidak Tidak ada spasme 6. Meningkatkan output urine sehingga resiko
ada bladder terjadi ISK dikurangi dan mempertahankan
Balance cairan fungsi ginjal. Dapat mengenali infeksi saluran
seimbang kemih secara dini dan melakukan pengobatan
secepatnya.
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi kandung kemih.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Nyeri (akut) berhubungan NOC : NIC :
dengan iritasi mukosa, distensi Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk menentukan suatu pengkajian dasar
kandung kemih. pain control, komprehensif termasuk lokasi, rencana perawatan.
DS: comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, 2. Untuk meningkatkan rasa kendalinya,
- Laporan secara verbal Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi mengurangi isolasi, dan menumbuhkan rasa
DO: keperawatan selama …. 2. Observasi reaksi nonverbal dari percaya.
- Posisi untuk menahan nyeri Pasien tidak mengalami ketidaknyamanan 3. Untuk memfasilitasi pengkajian yang akurat
- Tingkah laku berhati-hati nyeri, dengan kriteria hasil: 3. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk tentang tingkat nyeri pasien.
- Gangguan tidur (mata sayu, Mampu mengontrol nyeri menentukan intervensi 4. Meningkatkan relaksasi, memfokuskan
tampak capek, sulit atau (tahu penyebab nyeri, 4. Ajarkan tentang teknik non kembali perhatian, dan dapat meningkatkan
gerakan kacau, menyeringai) mampu menggunakan farmakologi: napas dala, relaksasi, kemampuan koping.
- Terfokus pada diri sendiri tehnik nonfarmakologi distraksi, kompres hangat/ dingin 5. Obat yang diberikan sesuai indikasi dapat
- Fokus menyempit untuk mengurangi nyeri, 5. Berikan analgetik untuk mengurangi menyakinkan untuk pengurangan nyeri yang
(penurunan persepsi waktu, mencari bantuan) nyeri. adekuat.
kerusakan proses berpikir, Melaporkan bahwa nyeri 6. Tingkatkan istirahat 6. Meningkatkan relaksasi otot, penurunan
penurunan interaksi dengan berkurang dengan 7. Berikan informasi tentang nyeri edema, dan dapat meningkatkan upaya
orang dan lingkungan) menggunakan manajemen seperti penyebab nyeri, berapa lama berkemih.
- Tingkah laku distraksi, nyeri nyeri akan berkurang dan antisipasi 7. Memungkinkan pasien untuk menerima
contoh : jalan-jalan, Mampu mengenali nyeri ketidaknyamanan dari prosedur kenyataan dan menguatkan kepercayaan pada
menemui orang lain (skala, intensitas, pemberi perawatan dan pemberian informasi.
dan/atau aktivitas, aktivitas frekuensi dan tanda nyeri)
berulang-ulang) Menyatakan rasa nyaman
- Respon autonom (seperti setelah nyeri
diaphoresis, perubahan berkuranganda vital
tekanan darah, perubahan dalam rentang normal
nafas, nadi dan dilatasi Tidak mengalami
pupil) gangguan tidur
- Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresia dan drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara
kronis.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Kekurangan volume cairan NOC: NIC :
berhubungan dengan pasca Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake dan 1. Membandingkan keluaran aktual dan yang
obstruksi diuresia dan drainase Hydration output yang akurat diantisipasi membanu dalam evaluasi adanya
cepat kandung kemih yang Nutritional Status : 2. Monitor status hidrasi (kelembaban kerusakan ginjal
terlalu distensi secara kronis. Food and Fluid Intake membran mukosa, nadi adekuat, 2. Indikator hidrasi/volume sirkulasi dan
DS : Setelah dilakukan tindakan tekanan darah ortostatik), jika kebutuhan intervensi
- Haus keperawatan selama….. diperlukan 3. Pembesaran prostat (obstruksi) secara nyata
DO: defisit volume cairan 3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan menyebabkan dilatasi saluran perkemihan atas
- Penurunan turgor teratasi dengan kriteria retensi cairan (BUN , Hmt , (ureter dan ginjal ), berpotensi merusak fungsi
kulit/lidah hasil: osmolalitas urin, albumin, total ginjal dan menimbulkan uremia.
- Membran mukosa/kulit Mempertahankan urine protein ) 4. Memampukan deteksi dini/intervensi
kering output sesuai dengan 4. Monitor vital sign setiap 15menit – 1 hipovolemik sistemik.
- Peningkatan denyut nadi, usia dan BB, BJ urine jam 5. Menggantikan kehilangan cairan dan natrium
penurunan tekanan darah, normal, 5. Kolaborasi pemberian cairan IV untuk mencegah/ memperbaiki hipovolemia
penurunan volume/tekanan Tekanan darah, nadi, 6. Monitor status nutrisi 6. Meningkatkan penyembuhan dan mencegah
nadi suhu tubuh dalam batas 7. Berikan cairan oral komplikasi, menurunkan resiko perdarahan
- Pengisian vena menurun normal pasca operasi.
- Perubahan status mental Tidak ada tanda tanda 7. Mempertahankan keseimbangan cairan untuk
- Konsentrasi urine dehidrasi, Elastisitas homeostatis juga tindakan “mencuci” yang
meningkat turgor kulit baik, dapat membilas batu keluar. Dehidrai dan
- Temperatur tubuh membran mukosa ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi
meningkat lembab, tidak ada rasa sekunder terhadap kehilangan cairan berlebih
- Kehilangan berat badan haus yang berlebihan (muntah dan diare).
secara tiba-tiba Orientasi terhadap
- Penurunan urine output waktu dan tempat baik
- HMT meningkat Jumlah dan irama
- Kelemahan pernapasan dalam batas
normal
Elektrolit, Hb, Hmt
dalam batas normal
pH urin dalam batas
normal
Intake oral dan
intravena adekuat
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kateter, trauma jaringan, insisi bedah
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Risiko infeksi berhubungan NOC : NIC :
dengan prosedur invasif, Immune Status 1. Pertahankan teknik aseptif 1. Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi
kateter, trauma jaringan, insisi Knowledge : Infection 2. Gunakan baju, sarung tangan sebagai lanjut.
bedah control alat pelindung 2. Mencegah introduksi organisme penyebab
Faktor-faktor risiko : Risk control 3. Ganti letak IV perifer dan dressing infeksi.
- Prosedur Infasif Setelah dilakukan tindakan sesuai dengan petunjuk umum 3. Cairan garam faal/dekstrosa, elektrolit, dan
- Kerusakan jaringan dan keperawatan selama…… 4. Gunakan kateter intermiten untuk NaHCO3 mungkin diinfuskan dalam sisi vena
peningkatan paparan pasien tidak mengalami menurunkan infeksi kandung hemofolter CAV bila kecepatan ultrafiltrasi
lingkungan infeksi dengan kriteria kencing tinggi digunakan untuk membuang cairan
- Malnutrisi hasil: 5. Tingkatkan intake nutrisi ekstraseluler dan cairan toksik.
- Peningkatan paparan Klien bebas dari tanda 6. Berikan terapi 4. Menurunkan resiko infeksi asenden.
lingkungan patogen dan gejala infeksi antibiotik:................................ 5. Meningkatkan penyembuhan dan mencegah
- Imonusupresi Menunjukkan 7. Dorong masukan cairan komplikasi, menurunkan resiko perdarahan
- Tidak adekuat pertahanan kemampuan untuk 8. Dorong istirahat pasca operasi.
sekunder (penurunan Hb, mencegah timbulnya 9. Ajarkan pasien dan keluarga tanda 6. Pengobatan cepat infeksi dapat mengamankan
Leukopenia, penekanan infeksi dan gejala infeksi jalan masuk, mencegah sepsis.
respon inflamasi) Jumlah leukosit dalam 7. Peningkatan aliran cairan mempertahankan
- Penyakit kronik batas normal perfusi ginjal dan membersihkan ginjal dan
- Imunosupresi Menunjukkan perilaku kandung kemih dari pertumbuhan bakteri.
- Malnutrisi hidup sehat 8. Meningkatkan relaksasi otot, penurunan
- Pertahan primer tidak Status imun, edema, dan dapat meningkatkan upaya
adekuat (kerusakan kulit, gastrointestinal, berkemih.
trauma jaringan, gangguan genitourinaria dalam 9. Membantu pasien dan keluarga memahami
peristaltik) batas normal tujuan dari apa yang dilakukan dan
mengurangi masalah karena ketidaktahuan.
Namun kelebihan informasi tidak membantu
dan dapat meningkatkan ansietas.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Kurang pengetahuan tentang NOC : NIC :
kondisi, prognosis dan Setelah diberikan asuhan Edukasi kesehatan : 1. Memberikan pengetahuan dasar, membuat
kebutuhan terapi berhubungan keperawatan diharapkan 1. Kaji ulang proses penyakit dan pilihan berdasarkan informasi
dengan kurang terpajan atau klien dapat : harapan masa dating 2. Pemahaman diet, memberikan kesempatan
salah interpretasi terhadap Mengidentifikasi 2. Kaji ulang program diet, sesuai untuk memilih sesuai dengan Informasi,
informasi, keterbatasan kebutuhan terhadap dengan indikasi mencegah kekambuhan.
kognitif, kurang informasi tambahan 3. Diskusikan tentang: 3. Diskusikan tentang:
akurat/lengkapnya informasi mengenai perilaku a. Pemberian diet rendah purin, 1) Menurunkan pemasukan oral terhadap
yang ada. promosi kesehatan atau (membatasi daging berlemak, prekursor asam urat
DS: program terapi (mis, kalkun, tumbuhan polong, 2) Menurunkan resikopem bentukan batu
- Pasien tidak mengetahui informasi mengenai diet) gandum, alkohol) kalsium.
informasi tentang batu b. Pemberian diet rendah Ca 3) Menurunkan pembentukan batu oksalat.
ginjal (membatasi susu, keju, sayur 4. Obat yang diberikan untuk mengasamkan
- Pasien mencari tau tentang hijau, yogurt.) urin, atau mengalkalikan, menghindari
kondisi yang dialaminya. c. Pemberian diet rendah oksalat produk kontraindikasi.
DO: (membatasi konsumsi coklat, 5. Meningkatkan kemampuan perawatan diri
Pasien menunjukkan perilaku minuman kafein, bit, bayam). dan kemandirian
yang sesuai dengan 4. Diskusikan program obat-obatan, 6. Dengan peningkatan kemungkinan
pengetahuan yang hindari obat yang dijual bebas dan berulangnya batu, intervensi segera dapat
diperlihatkan baca labelnya. mencegah komplikasi serius.
5. Tunjukan perawatan yang tepat 7. Menurunkan rasa cemas pasien
terhadap insisi/kateter bila ada. 8. Membantu dalam merencanakan perubahan
6. Gambarkan tanda dan gejala yang jangka panjang yang perlu untuk
biasa muncul pada penyakit klien mempertahankan status pantangan/bebas
7. Sediakan informasi tentang kondisi obat.
pasien Pasien mungkin mempunyai pengetahuan
8. Kaji tingkat pengetahuan pasien bebas tentang obat tapi mengabaikan
tentang proses penyakitnya kenyataan medis.
9. Diskusikan perubahan gaya hidup 9. Factor gaya hidup dapat mempengauhi
yang mungkin diperlukan untuk pembentukan batu
mencegah komplikasi di masa yang 10. Membantu pasien bekerja melalui perasaan
akan datang dan atau proses dan meningkatkan rasa control terhadap apa
pengontrolan penyakit yang terjadi
10. Diskusikan pilihan terapi/perubahan
pola hidup