Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DEMAM TYPOID USIA

SEKOLAH DI RSUD dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO


MOJOKERTO

DEWI KHOFIDA SARI


1312010005

SUBJECT:

Demam typoid, nutrisi, nyeri

DESCRIPCIONT:
Anak sekolah merupakan kelompok yang rentan terhadap penularan
bakteri dan virus yang disebarkan melalui makan sehingga rawan munculnya
berbagai penyakit yang sering menyerang seperti diare, demam typoid,
kecacingan, dan anemia. Tujuan studi kasus ini menerapkan asuhan keperawatan
pada anak demam typoid di RSUD dr Wahidin sudiro Husodo Mojokerto.
Studi kasus ini menggunakan metode observasi dan wawancara yang
diajukan kepada klien dan keluarga klien dengan menggunakan format asuhan
keperawatan anak. Responden demam typoid yaitu anak-anak berusia 6-12 tahun
yang berjumlah 2 responden.
Dari hasil pengkajian pada klien 1 dengan masalah keperawatan
penurunan nafsu makan ditandai dengan lidah kotor, mukosa bibir kering,
penurunan berat badan, makan 2-3 sendok, porsi tidak habis, nadi 100x/menit,
pernapasan 22x/menit, suhu 37,60C, sedangkan pada klien 2 dengan masalah nyeri
ditandai dengan nyeri perut, skala nyeri sedang, wajah menyeringai menahan
nyeri, nadi 110x/menit, pernapasan 24x/menit, suhu 37,50C.
Pada kedua klien didapatkan tanda dan gejala yang berbeda sehingga
masalah keperawatan yang muncul pada klien 1 yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh dan klien 2 yaitu gangguan rasa nyaman nyeri.
Intervensi dan implementasi yang dilakukan berupa modifikasi health Education
(HE) untuk pemberian diit, mendampingi keluarga klien untuk pemberiaan makan
lunak, rendah serat, tinggi karbohidrat dan protein serta mendampingi dalam
pemberian makan sedikit tapi sering. Untuk klien 2 memodifikasi healtt
Education (HE) untuk meringankan nyeri, mengkaji lokasi nyeri, mendampingi
keluarga untuk tehknik relaksasi dan distraksi berupa pemberian kompres air
hangat, meningkatkan istirahat serta memonitor tanda-tanda vital. Evaluasi yang
didapatkan dari kedua klien sudah mengatasi masalah keperawatan walaupun
sebagian dan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil keperawatan.

Kata kunci : Asuhan keperawatan, demam typoid, nutrisi, nyeri

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 1


SUMMARY

The purpose of this case study was to apply the nursing care in children
with typoid fever in the RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokert. This case
study using observation and interview methods that were submitted to the client
and the client’s family by using the form at of nursing care of children. Typoid
fever respondents with children aged 6-12 years as many as 2 respondents.
From assesment result on the client 1 with a nursing problem of a
decrease in appetite characterized by dirty tongue, mucous of lips was dry, weight
loss, ate 2-3 tablespoons, the servings were not depleted, pulse rate was 100x/
minute, respiration rate was 22x/minute, body temperature was 37,60 C while on
the client 2 with the problem of pain was characterized by abdominal pain,
moderate pain scale, grimaced face arrested the pain, pulse rate was110x/minute,
respiration rate was 24x/minute, body temperature was 37,5 0C.
On both the client obtained the different signs and symptoms so that
nursing problems that arose in the client 1 was an imbalance in nutrition that less
than body requirements and the client 2 was comfort disturbed related to pain.
Intervention and implementation was done in the form of health education (HE)
for the modification of diet, assisting the client family feeding food that soft,
contain with low-fiber, high-carbohydrate, and protein and assisting in feeding
little but often. For client 2 modificate health education (HE) to relieve pain,
examines the location of pain, accompained the family for relaxation and
distraction techniques with the provision of warm compresses, improve rest and
monitor vital signs. From evaluation obtained from both the clients have resolved
the problems of nursing even though just partially and in accordance with the
purpose and criteria of nursing result.

Keyword : nursing care, typoid fever, nutrition, pain.

Cortibutor : 1. Eka Diah K., M.Kes


2. Widy Setyowati, M.Kep
Date : 24 Agustus 2016
Type Material : Laporan Penelitian
Identifier :
Right : Open Document
Summary :
LATAR BELAKANG
Anak sekolah merupakan kelompok yang rentan terhadap penularan
bakteri dan virus yang disebarkan melalui makanan atau dikenal dengan food
borne diseases. Food borne disease adalah suatu penyakit karena adanya agen
yang masuk kedalam tubuh manusia melalui proses pencernaan makanan seperti
salmonella typhosa, dysenter, dan lain-lainnya. Sehingga rawan munculnya

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 2


berbagai penyakit yang sering menyerang misalnya diare, demam typoid,
kecacingan dan anemia (Sholikhah dalam sendi, 2013).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2010 demam typoid
menempati urutan ke 3 setelah penyakit diare dari 10 penyakit,demam thypoid
dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak umur 5-9
tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 3:1.
Perbedaan antara demam typoid anak dan dewasa adalah mortalitas
(kematian) demam typoid pada anak lebih rendah bila dibandingkan dengan
dewasa. Resiko terjadinya komplikasi fatal terutama dijumpai pada anak besar
dengan gejala klinis berat, yang menyerupai kasus dewasa (Rezeki, 2011).
Proporsi semua penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan test
Widal mengalami gejala demam sewaktu masuk rumah sakit (100,0%), muntah
(95,0%), badan lemah (86,7%), mual (86,2%), anoreksia (81,8%), lidah kotor
(77,3%), batuk (54,1%), sakit perut (51,9%), sakit kepala (46,4%), perut kembung
(33,7%), diare (24,3%), konstipasi (16,6%), sesak nafas (11,0%), gangguan
kesadaran (1,7%) dan mimisan (1,1%) (Alista, 2012).
Penyebab dari demam typoid adalah bakteri Salmonella typhi,sementara
demam paratifoid yang gejalany mirip dengan demam typoid namum lebih ringan
disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C. Bakteri ini hanya
menginfeksi manusia. Penyebaran demam typoid terjadi melaluai makanan dan air
yang telah tercemar oleh tinja atau urin penderita demam typoid ( Rezeki, 2011).
Umumnya gejala klinis timbul 8-14 hari setelah infeksi yang ditandai
dengan demam yang tidak turun selama lebih dari 1 minggu terutama sore
hari,pola demam yang khas adalah kenaikan tidak langsung tinggi tetapi bertahap
seperti anak tangga (stepladder), sakit kepala hebat, nyeri otot, kehilangan selera
makan, mual, muntah, sering sukar buang air besar (konstipasi) dan sebaliknya
dapat terjadi diare ( Behrman dan Widoyono dalam Batu bara, 2014). Menurut
thomas dalam Sucipto (2015) masa inkubasi penyakit 7-14 hari dengan rentang 3-
30 hari, tergantung jumlah kuman yang masuk.gejala yang muncul tergantung
usia penderita. Gejala klinis bervariasi mulai yang ringan seperti demam ringan,
lemas, batuk ringan hingga berat berupa keluhan abdomen hingga komplikasi
multipel.
Pada minggu ke-2 atau lebih, sering timbul masalah komplikasi demam
tifoid mulai dari yang ringan sampai berat bahkan kematian. Beberapa komplikasi
yang sering terjadi pada demam tifoid adalah perdarahan usus dan perforasi,
pembengkakan dan peradangan pada otot jantung, pneumonia, pankreatitis,
infeksi ginjal atau kandung kemih, meningitis ( Rezeki, 2011). Menurut
susilaningrum (2013) komplikasi yang terjadi antara lain: perdarahan usus,
perforasi usus, peritonitis.
Salah satu intervensi keperawatan terhadap pasien dengan masalah
keperawatan isolasi sosial adalah melakukan tindakan keperawatan dengan
pemberian makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein
dan tidak menimbulkan gas. Istirahat total selama demam, pemberian terapi sesuai
progam dokter, kompres hangat, memakaikan pasien pakaian tipis menyerap
keringat, memberikan rehidrasi berupa minum, sayuran berkuah dan buah yang
boleh di konsumsi pasien (Ngastiah, 2005). Hasil penelitian bayu (2015) tindakan

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 3


keperawatan yang dilakukan pasien demam tifoid menunjukkan pengaruh yang
signifikan. Hal ini menunjukkan perawat sudah memiliki kemampuan yang baik
dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Tujuan studi kasus ini adalah menerapkan asuhan keperawatan pada anak
demam typoid di usia sekolah di RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.
METEDOLOGI
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Kriteria
yang diambil pada partisipan adalah pasien anak-anak yang mengalami demam
thypoid, anak-anak usia 6 sampai 12 tahun, jumlah subjek minimal 2 klien dan
masih dalam perawatan di rumah sakit. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21-
24 Juli 2016 di Ruang Brawijaya RSUD dr.Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.
Pengumpulan data menggunakan dokumentasi, wawancara dan observasi. Analisa
data dilakukan dengan cara pengumpulan data, mereduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengkajian keperawatan
Hasil pengkajian pada klien 1 yaitu ibu klien mengatakan anaknya
malas makan dan lemah. Klien dilakukan pemeriksaan fisik lidah kotor,
mukosa bibir kering. Nadi 100x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 37,50
celcius. Pada pasien demam typoid gejala utama berupa pegal-pegal,
pusing, mual, muntah, nafsu makan turun (Nugroho, 2011).
Hasil penelitian ini sesuai dengan jurnal (Behrman, 2007 dan
widoyono, 2011 dalam Batubara (2014), umumnya gejala klinis timbul 8-
14 hari setelah infeksi yang ditandai dengan kehilangan selera makan
(anoreksia).
Hasil pengkajian pada klien 2 yaitu ibu klien mengatakan anaknya
nyeri perut. Klien dilakukan pemeriksaan fisik nyeri perut dikuadran
kanan region 6, nyeri sedang, wajah nampak menyeringai menahan nyeri.
Gejala perforasi usus adalah adanya keluhan pasien akan sakit perut hebat
dan yang akan lebih nyeri lagi jika ditekan, perut terlihat tegang/kembung,
pasien menjadi pucat, dapat juga mengeluarkan keringat dingin, dan
nadinya kecil (herdman, 2012). Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu
nyeri perut yang hebat, dinding abdomen yang tegang dan nyeri tekan
(susilaningrum, 2013).
Hasil pemeriksaan fisik pada An. G sesuai dengan teori yang ada
bahwa saat dilakukan pemeriksaan fisik pada daerah perut didapatkan
nyeri pada perut.
Hasil pemeriksaan widal An Y dan An G positif (1/320). Pada
pemeriksaan widal didapatkan titer terhadap antigen O adalah 1 per 200
atau lebih, sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetap
tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis karena titer H dapat tetap
tinggi setelah dilakukan immunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.
( Ngastiah, 2005)

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 4


Dari hasil penelitian juga menunjukkan pemeriksaan laboratorium
yang menunjang diagnosis demam typoid diantaranya pemeriksaan darah
lengkap, pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi biakan kuman, uji
serologis, dan pemeriksaan kuman secara molekuler (Natari, dkk, 2014).
Hasil penelitian ini diperkuat oleh peneliti sebelumnya ( Ritabrata, 2006
dalam (Natari, dkk, 2014) bahwa pada pasien dengan dugaan demam
typoid, pemeriksaan darah lengkap menunjukkan hasil yang tidak spesifik.
Pada tahap awal hemoglobin masih menunjukkan nilai normal, tapi akan
menurun seiring dengan perjalanan penyakit. Leucopenia menjadi syarat
penting pada demam typoid dan telah dilaporkan pada 20-25%
kasus.Secara keseluruhan prevalensi trombositopenia pada kasud demam
typoid berkisar 10-15%.
Hasil pengkajian pada An. Y dan An. G yang menunjukkan tanda-
tanda seperti diatas sesuai dengan teori dan jurnal yang ditulis oleh Natari,
dkk (2014).

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan klien pertama adalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu
makan.
Pada pasien demam typoid biasanya nafsu makan berkurang karena
adanya rasa tidak enak pada perut disebabkan keasaman lambung yang
merupakan factor penentu dari suseptibilitas terhadap kuman salmonella
yang melekat pada jonjot ileum, sehingga menyebabkan nafsu makan
berkurang (Widagdo, 2012).
Pada pasien demam typoid nafsu makan menurun, kurang minat
pada makan, bising usus hiperaktif, kesalahan informasi, membrane
mukosa pucat, tonus otot menurun, kelemahan otot untuk menelan atau
mengunyah, berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
(Herdman, 2012).
Masalah keperawatan yang diambil sudah sesuai dengan teori yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan nafsu makan.
Hasil pemeriksaan fisik pada An. G sesuai dengan teori yang ada
bahwa saat dilakukan pemeriksaan fisik pada daerah perut didapatkan
nyeri pada perut.

3. Intervensi
Tujuan intervensi untuk klien yang pertama, setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam asupan kebutuhan nutrisi terpenuhi
dengn kriteria hasil ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya meningkat
ditanda dengan porsi makan habis. Lidah tidak kotor, mukosa bibir
lembab, tanda – tanda vital dalam batas normal. Intervensinya yaitu
anjurkan kepada orang tua klien atau keluarga untuk memberikan
makanan yang disukai, anjurkan kepada orang tua klien atau keluarga
untuk menghindari makanan yang mengandung gas, asam, dan pedas.

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 5


Anjurkan kepada orang tua klienuntuk memberikan rehidrasi berupa
minum, sayuran berkuah dan buah yang boleh dikonsumsi pasien.
Anjurkan kepada orang tua klien untuk memberikan nutrisi dengan diet
lunak, tinggi kalori, tinggi protein. Anjurkan kepada orang tua klien untuk
memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.Observasi tanda-tanda
vital (Herdman 2012).
Tujuan intervensi untuk klien kedua, setelah dilakukan asuhan
keperawatan 3x 24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil
ibu klien mengatakan nyeri perut anak nya berkurang, wajah nampak
rileks, keluarga dan pasien mampu melakukan tindakan non farmakologis
relaksasi, tanda – tanda vital dalam batas normal. Intervensinya yaitu kaji
lokasi dan skala nyeri, anjurkan tekhnik relaksasi kepada keluarga pasien
dengan cara kompres air hangat pada daerah nyeri. Tingkatkan istirahat
dan observasi tanda-tanda vital (Herdman, 2012).

4. Implementasi
Tindakan keperawatan untuk An. Y yaitu memberikan Healt
Education kepada orang tua klien meliputi pemberian makanan yang
disukai, menghindarimakanan yang mengandung gas, asam, dan pedas.
Memberikan rehidrasi berupa minum, sayuran berkuah dan buah yang
boleh dikonsumsi klien. Mendampingi orang tua klien memberikan makan
dengan nasi tim, lauk ikan lele dan sayur labu siam. Mendampingi orang
tua klien memberikan roti 2 lapis.
Diet yang di berikan ialah makanan yang mengandung cukup
cairan, rendah serat, tinggi protein, dan tidak menimbulkan gas serta
pemberiannya harus melihat keadaan pasien. Jika keadaan klien masih
baik, diberikan makanan lunak dengan lauk pauk dicincang (hati, daging),
sayuran labu siam atau wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga
diberi tahu, telur setengah matang atau matang direbus. Susu diberikan
2x1 gelas per hari, jika makanan tidak habis diberikan ekstra susu
(Ngastiah, 2005).
Dari penelitian bayu (2015) pada Ny. N dilakukan tindakan
menjelaskan pengertian, tanda dan gejala demam typoid. Memonitor diit
klien, memonitor klien untuk makan dikit tapi sering, monitor tanda-tanda
vital.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada An. Y sesuai dengan
teori dan riset yang ditulis oleh bayu (2015) yang menjelaskan bahwa
pasien demam typoid dianjurkan untuk mengontrol diit dan dianjurkan
untuk makan dikit tapi sering.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada An. Gdengan masalah
nyeri yaitumengkaji lokasi dan skala nyeri, mendampingi ibu klien cara
kompres air hangat pada daerah nyeri, menganjurkan klien istirahat,
mengobservasi tanda-tanda vital.
Kompres hangat dapat menyebabkan pelepasan endorphin tubuh
sehingga memblok transmisi stimulasi nyeri. Menurut teori gate-control
kompres hangat dapat mengaktifkan (merangsang) serat-serat non-

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 6


nosiseptif yang berdiameter besar (A- α dan A-β) untuk ‘menutup
gerbang’ bagi serat-serat yang berdiameter kecil (A-δ dan C) yang
berperan dalam menghantarkan nyeri, sehingga nyeri dapat dikurangi
(Price&Wilson, 2006).
Dari penelitian bayu (2015) pada Ny. N dilakukan tindakan
keperawatan nyeri yaitu mengajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi
dengan cara nafas dalam, memotivasi klien untuk miring kiri dan miring
kanan. Memberikan terapi obat.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada An. G sesuai dengan
teori dan riset yang ditulis oleh bayu (2015) yaitu mengajarkan tekhnik
relaksasi dan distraksi serta menganjurkan istirahat. Tekhnik relaksasasi
dan distraksi yang diberikan kepada An. G dengan Ny. N berbeda. Pada
An. G diberikan kommpres hangat untuk meringankan skala nyeri
sedangkan pada Ny. N diajarkan tekhnik nafas dalam.

5. Evaluasi
Evaluasi pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan di dapatkan
data pada hari ke 3 yaitu data subyektifnya ibu pasien mengatakan
anaknya sudah tidak malas makan, keadaan umum cukup, lidah agak
kotor, mukosa bibir lembab, makan 4-5 sendok, porsi makan tidak habis,
nadi 100x/menit, suhu 36,70C, pernapasan 22x/menit, berat badan
sekarang 18,5 kg. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh sudah teratasi sebagian dan intervensi dihentikan.
Berdasarkan kriteria hasil pada tujuan keperawatan sudah tercapai ditandai
dengan pasien sudah mau makan, pasien tidak trlihat lemas, mukosa bibir
lembah dan tanda-tanda vital dalam batas normal (Herdman 2009).
Hasil penelitian bayu (2015) pada klien Ny. N di dapatkan data
pada hari ke 2 yaitu data subyektifnya klien mengatakan nafsu makannya
meningkat, klien menghabiskan setengah porsi makan dari rumah sakit,
TD 150/90 mmHg, nadi 86x/menit, RR 18x/menit, suhu 36,50C. masalah
ketidakseimbangan nutrisi sudah teratasi sebagian. Intervensi dilanjutkan.
Hasil evaluasi pada An. Y yang mengalami peningkatan nafsu
makansesuai dengan teori dan hasil riset bayu (2015) tetapi ada perbedaan
pada hari/waktu. Pada anak Y mengalami peningkatan nafsu makan pada
hari ke 3 sedangkan Ny.N pada hari ke 2. Hal ini disebabkan oleh usia dan
perkembangan tubuh yang berbeda antara kedua responden dimana Ny.N
sudah dewasa sedangkan An.Y masih pada usia anak sehingga perubahan
nafsu makan pada Ny.N lebih cepat dibandingkan An.Y.
Evaluasi pada diagnosa gangguan nyaman nyeri berhubungan
dengan proses peradangan didapatkan data pada hari ke 2 yaitu data
subyektifnya ibu pasien mengatakan nyeri perut anaknya berkurang,
keadaan umum cukup, terdapat nyeri tekan dikuadran kanan region 6,
skala nyeri ringan, wajah nampak rileks. Masalah nyeri teratasi sebagian
dan intervensi dihentikan.Berdasarkan kriteria hasil pada tujuan

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 7


keperawatan sudah tercapai ditandai dengan kedaan umum cukup, nyeri
sudah berkurang, wajah nampak rileks (Herdman, 2012).
Hasil penelitian bayu (2015) pada klien Ny. N di dapatkan data
pada hari ke 2 yaitu klien mengatakan nyeri berkurang, skala 5 menjadi 3
(ringan), wajah nampak rileks, TD 150/90 mmHg, nadi 86x/menit, RR
18x/menit, suhu 36,50C.Masalah nyeri sudah teratasi sebagian.Intervensi
dilanjutkan.
Hasil evaluasi pada An. G yang mengalami nyeri yang ditandai
dengan nyeri berkurang, wajah nampak rileks, sudah sesuai dengan teori
dan hasil riset bayu (2015). Nyeri berkurang pada hari ke 2 dan mencapai
hasil yang sama sehingga tidak ada perbedaan antara klien An. G dengan
klien Ny. N.
SIMPULAN
Data hasil pengkajian tanda dan gejala demam typoid yang dialami
kedua klien berbeda yaitu klien pertama mengalami penurunan nafsu makan
sedangkan klien kedua mengalami nyeri perut. Dari perbedaan klien pertama dan
kedua dipengaruhi adanya manifestasi klinis yang berbeda yaitu pada minggu
pertama dan pada fase kedua. Pada fase minggu pertama demam tinggi, sakit
kepala, pusing, batuk, mual muntah, dan nafsu makan menurun. Sedangkan pada
minggu kedua terjadi tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri
perut.

REKOMENDASI
Harus selalu meningkatkan mutu pelayanan pada semua klien dan
juga dalam melakukan tindakan keperawatan terutama dalam melakukan tindakan
pada anak demam tifoid dengan mengupayakan intervensi yang lebih intensif dan
meningkatkan program-program standar praktek keperawatan yang sudah
berjalan.
Institusi kesehatan harus lebih mengoptimalkan program standar
praktek keperawatan dan meningkatkan mutu dari keperawatan dimana tenaga
keperawatan tidak hanya memberikan pelayanan pada klien sakit tetapi juga
sebagai tenaga pendidik, agar klien dapat memperoleh pelayanan kesehatan
dengan baik. Hasil studi kasus ini dapat dijadikan data dasar untuk studi kasus
lebih lanjut tentang klien demam tifoid.

Alamat Correspondensi :
- Email : Khofida94@gmail.com
- No. Hp : 085791640286

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 8


A.A Made Sucipta. (2015). Baku Emas Pemeriksaan Laboratorium Demam
Typoid Pada Anak. Jurnal Skala Husada. Vol 12 n0 22-26.

Bayu kurniawan. (2015). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Pada Ny. N Di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Sekolah
tinggi ilmu kesehatan muhammadiyah gombong Program studi D3
keperawatan

Herdman T. Heather. (2012). NANDA-Diagnosa Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Ngastiah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Prof. DR. Dr. Sri Rezeki S, SpA (K). www. Itokindo. Org (Free pdf-
Manajemen Modern danKesehatan Masyarakat). Diaskes bulan
September 2011.
Reski Yanti Batubara. (2014). Abdominal Typhoid management in women 22
years with no diet regularly and knowledge of the less phbs especially
washing hands before eating. J Medula Unila.Vol 3 no 1.

Sendi, dkk. (2013).Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHSB) Sekolah
Pada Siswa Sekolah Dasar.Gmim Lemoh Image Of Clean Living And
Healthy Behavior Of School Students Gmim Lemoh Manado:
Universitas Sam Ratulangi.
Susilaningrum, dkk. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 9

Anda mungkin juga menyukai