3.1 PENGKAJIAN
Dalam melakukan pengkajian pada klien gangguan kemih menggunakan pendekatan bersifat
menyeluruh yaitu :
1)Identitas klien
2)Identitas penanggung
Riwayat kesehatan :
Pengkajian fisik :
Riwayat psikososial
urinary ostomy
Tujuan :
3.4 TINDAKAN
Pasien dengan infeksi perkemihan, cairannya sering ditingkatkan. Pasien dengan edema
cairannya dibatasi.
– Mengukur intake dan output cairan. Jumlah caiaran yang masuk dan keluar dalam setiap hari
harus diukur, untuk mengetahui kesimbangan cairan.
– Membantu pasien mempertahankan posisi normal untuk berkemih
– Memberikan kebebasan untuk pasien
– Memberikan bantuan pada saat pasien pertama kali merasa ingin buang air kecil
– Jika menggunakan bedpan atau urinal yakin itu dalam keadaan hangat.
– Bila pasien menggunakan bedpan, tinggikan bagian kepala tempat tidur dengan posisi fowler
dan letakkan bantal kecil dibawah leher untuk meningkatkan support dan kenyamanan fisik
(prosedur membantu memberi pispot/urinal) Tuangkan air hangat dalam perineum
– Mengalirkan air keran dalam jarak yang kedengaran pasien
– Memberikan obat-obatan yang diperlukan untuk mengurangi nyeri dan membantu relaks otot.
Letakkan secara hati-hati tekan kebawah diatas kandung kemih pada waktu berkemih
– Menenangkan pasien dan menghilangkan sesuatu yang dapat menimbulkan kecemasan.
3.4.2 Tindakan hygienis
Tujuannya untuk memberikan rasa nyaman dan mencegah infeksi. Untuk mempertahankan
kebersihan di daerah genital.
1. Retensi urin
Membantu dalam mempertahankan pola berkemih secara normal. Jika tejadi pada post operasi
—- berikan analgetik. Kateterisasi urin
1. Inkontinensi
– Meningkatkan aktifitas fisik untuk meningkatkan tonus otot dan sirkulasi darah selanjutnya
menolong pasien mengontrol berkemih
– Menetapkan rencana berkemih secara teratur dan menolong pasien mempertahankan itu
– Tindakan melindungi dengan menggunakan alas untuk mempertahankan laken agar tetap
kering
– Untuk pasien pria yang dapat berjalan/berbaring ditempat tidur, inkontinensi tidak dikontrol
dapat menggunakan kondom atau kateter penis.
– Untuk pasien yang mengalami kelemahan kandung kemih pengeluaran manual dengan
tekanan kandung kemih diperlukan untuk mengeluarkan urin.
3.5 ENURESIS
Untuk enuresis yang kompleks, maka perlu dikaji komprehensif riwayat fisik dan
psikologi, selain itu juga urinalisis ( fisik, kimia atau pemeriksaan mikroskopis ) untuk
mengetahui penyebabnya.
Mencegah agar tidak terjadi konflik kedua orang tua dan anak-anaknya.
Membatasi cairan sebelum tidur dan mengosongkan kandung kemih sebelum tidur /
secara teratur.
3.6. EVALUASI
gangguan pemenuhan eliminasi urine adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni
apakah terdapat :
1. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes
setelah berkemih.
BAB IV
Pentingnya pemeriksaan dengan bahan urine tersebut berbeda-beda, maka dalam pengambilan
atau pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan tujuannya. Di antara cara pengambilan
urine tersebut antara lain: pengambilan urine biasa, pengambilan urine steril, dan pengumpulan
selama 24 jam.
1. Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine de:ngan menggunakan alat stieril,
dilakukan dengan cara kateterisasi atau fungsi suprapubis yang bertujuan mengetahui
adanya infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya.
2. Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan cara mengeluarkan urine
secara biasa yaitu buang air kecil. Pengambilan urine biasa ini biasanya digunakan untuk
pemeriksaan kadar gula dalam urine, pemeriksaan kehamilan, dan lain-lain.
3. Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan
dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urine selama 24 jam dan
mengukur berat jenis, asupan dan output, serta mengetahui fungsi ginjal.
A. Alat
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
1. Bagi pasien yangtidak mampu sendiri untuk buang air kecil maka bantu untuk
buang air kecil ( lihat prosedur menolong buang air kecil), keluarkan urine,
setelah itu tampung ke dalam botol.
2. Bagi pasien yang mampu untuk buang air kecil sendiri anjurkan pasien untuk
buang air kecil biarkan urine yang pertama keluar dahulu, kemudian anjurkan
menampung urine ke dalam botol.
3. Catat nama pasien, dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.
4. Cuci tangan.
Tindakan perawat dengan membantu pasien yang dapat buang air kecil sendiri di kamar kecil
dengan menggunakan alat penapung (urineal) dengan tujuan manampung urine dan mengetahui
kelainan dari urine (warna, dan jumlah).
Alat dan bahan :
1. Urineal.
2. Pengalas.
3. Tisu.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan ,
2. Jelaskan prosedur pada pasien.
3. Pasang alas urineal di bawah glutea.
4. hepas pakaian bawah pasien.
5. Yasang urinceal di bawah glutea/pinggul atau di antara kedua paha.
6. Anjurkan pasien untuk berkemih.
7. Setelah selesai rapikan alat.
8. Cuci tiangan, catat warna, dan jumlah produksi urine.
A. Alat
B. Obat
a. Aquadest
b. Bethadine
c. Alkohol 70 %
C. Petugas
a. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan dalam
rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi
d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan
tindakan.
D. Penderit
Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan
penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent. Penatalaksanaan :
1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita
dengan posisi dorsal recumbent
Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus
dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah
dimasukkan . desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai
pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan
tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan
tetap steril.
Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari
atas ( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers
terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan
penampakan meatus urethra.
1. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita
laki- laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly
dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit.
2. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk
menarik nafas dalam.
Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh
penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter
dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas
dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian
dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan.
Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter
sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan
memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam . kaji
kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh
nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai
urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
1. Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih
2. Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :
1. Pengertian
Alat drainase urine eksternal yang mudah digunakan dan aman untuk mengalirkan urine pada
klien
2. Tujuan
b. Klien dapat melakukan aktifitas fisik tanpa harus merasa malu karena adanya kebocoran
urine (ngompol)
3. Persiapan
a. Persiapan pasien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama
berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat
c. Prosedur
* Cuci tangan
* Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur
* Jelaskan prosedur pada klien
* Gunakan sarung tangan
* Bantu klien pada posisi terlentang. Letakkan selimut diatas bagian tubuh bagian atas di
tutup ekstremitas bawahnya dengan selimut mandi sehingga hanya genitalia yang terpajan
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien
2) Catat tgl dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda
tangan/paraf pada lembar catatan klien
Definisi
pelatihan kandung kemih adalah perawatan teknik modifikasi perilaku untuk inkontinensia yang
melibatkan menempatkan pasien pada jadwal pergi ke toilet. Interval waktu antara buang air
kecil secara bertahap meningkat untuk melatih pasien untuk remain
Tujuan pelatihan kandung kemih digunakan untuk mengobati inkontinensia mendesak kemih.
Mendesak inkontinensia terjadi ketika seseorang merasakan kebutuhan tiba-tiba untuk buang air
kecil dan tidak dapat mengendalikan dorongan untuk melakukannya dan, sebagai akibatnya,
tanpa sadar kehilangan urin sebelum membuat ke ke toilet
Tindakan pencegahan Inkontinensia dapat dikontrol melalui sejumlah pilihan pengobatan invasif
dan non-invasif, termasuk latihan kegel, biofeedback, pelatihan kandung kemih, obat-obatan,
perangkat inkontinensia insertable, dan pembedahan. Setiap pasien harus menjalani penuh
diagnostik kerja-up untuk menentukan jenis dan penyebab inkontinensia dalam rangka untuk
menentukan jalan terbaik pengobatan.
BAB V
PENUTUP
1. A. KESIMPULAN
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi urine adalah diet, asupan, respon keinginan awal untuk berkemih
kebiasaan seseorang dan stress psikologi. Gangguan kebutuhan eliminasi urine adalah retensi
urine, inkontinensia urine dan enuresis.
Sedangkan system tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi atau buang air besar adalah
system gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar. Dalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi alvi terjadi proses defekasi. Defekasi adalah proses pengosongan usus yang
sering disebut buang air besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi antara lain: usia,
diet, asupan cairan, aktifitas, gaya hidup dan penyakit.