Anda di halaman 1dari 26

Laboratorium Sedimentologi

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kegiatan Ekskursi Karbonat 2017 ini sebagai rangkaian acara dari Mata
Kuliah Sedimentologi dan Praktikum Sedimentologi pada Semester 3,
dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2017. Diwilayah Gunung kidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Lokasi ini merupakan salah satu formasi dari rentetan formasi pegunungan
selatan yaitu formasi wonosari. Disini terdapat berbagai jenis batuan sedimen
karbonat.

I.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan ekskursi karbonat yaitu :
- Untuk mengikuti dan memenuhi kegiatan praktikum sedimentologi
sebagai syarat kegiatan akhir agar dapat mengikuti rangkaian praktikum
selanjutnya.
- Agar dapat melakukan pengambilan data dengan baik dan benar,
kemudian diolah menjadi sebuah laporan yang informatif dan dapat
menginterpretasikan data yang didapat dengan baik.
- Agar lebih mengerti tentang stratigrafi, lithologi,penyebaran, dan bisa
merekontruksi daerah yang diteliti.
- Agar praktikan dapat menerapkan dan menginterpretasikan dalam
membuat profil, laporan, dan poster dengan baik, berdasarkan data dan
ilmu yang sudah di dapat selama kegiatan praktikum.

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 1
Laboratorium Sedimentologi

Kami memulai keberangkatan dari Pintu Utara Kampus 1 UPN Veteran


Yogyakarta, kami berangkat pada Sabtu, 28 oktober 2017 jam 07.30 WIB
menggunakan bus. Kami berangkat dari Kampus menuju ke wilayah Gunung
kidul. Kami melalui Kabupaten bantul dalam perjalanan mencapai lokasi ekskursi
karbonat ini. Perjalanan yang kami tempuh sekitar ± 2 jam dimana akhirnya kami
tiba tempat tujuan pada pukul 10.00 WIB. Selanjutnya kami mengikuti rangkaian
acara berdasarkan pembagian kelompok yang sudah dibagikan oleh asisten.

BAB 2
METODOLOGI

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 2
Laboratorium Sedimentologi

BAB 3

GEOLOGI REGIONAL PEGUNUNGAN SELATAN

3.1. Fisiografi Regional


Secara umum, fisiografi Jawa Tengah bagian selatan-timur yang meliputi kawasan
Gunungapi Merapi, Yogyakarta, Surakarta dan Pegunungan Selatan dapat dibagi
menjadi dua zona, yaitu Zona Solo dan Zona Pegunungan Selatan (Bemmelen,
1949) (lihat Gambar 1B). Zona Solo merupakan bagian dari Zona Depresi Tengah
(Central Depression Zone) Pulau Jawa. Zona ini ditempati oleh kerucut G. Merapi
(± 2.968 m). Kaki selatan-timur gunungapi tersebut merupakan dataran
Yogyakarta-Surakarta ( ± 100 m sampai 150 m) yang tersusun oleh endapan
aluvium asal G. Merapi. Di sebelah barat Zona Pegunungan Selatan, dataran
Yogyakarta menerus hingga pantai selatan Pulau Jawa, yang melebar dari P.
Parangtritis hingga K. Progo. Aliran sungai utama di bagian barat adalah K. Progo
dan K. Opak, sedangkan di sebelah timur ialah K. Dengkeng yang merupakan
anak sungai Bengawan Solo (Bronto dan Hartono, 2001).

3.2.Statigrafi pegunungan selatan

Pembahasan stratigrafi daerah survei tidak akan terlepas dengan stratigrafi


regional Pegunungan Selatan, khususnya stratigrafi Pegunungan Selatan Jawa
Timur bagian Barat dan Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta bagian Timur,
yaitu jalur Baturagung dan Kambengan. Rahardjo, dkk., 1977; Surono, et al.,
1992; Samodra, et al., 1992, menyatakan dalam peta geologi bahwa batuan beku
intrusi di daerah Pegunungan Selatan terletak di lokasi yang sama atau berdekatan
dengan batuan gunungapi (endapan turbidit). Daerah jalur Baturagung tersusun
Laporan Ekskursi Karbonat 2017
Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 3
Laboratorium Sedimentologi

oleh batuan gunungapi berumur Miosen Bawah. Formasi-formasi dari tua ke


muda terdiri dari Formasi Kebo-Butak (batupasir, batulempung, batulanau, serpih,
tuf dan konglomerat), Formasi Semilir (tuf, breksi batuapung, breksi tuf, batupasir
tufan dan serpih), Formasi Nglanggran (breksi volkanik, konglomerat, batupasir
tufan, sisipan lava andesit-basalt),

breksi batuapung, breksi tuf, batupasir tufan dan serpih), Formasi Nglanggran
(breksi volkanik, konglomerat, batupasir tufan, sisipan lava andesit-basalt),
Gambar 1. Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan dari beberapa peneliti Formasi
Sambipitu (batupasir tufan dan batulempung), Formasi Oyo (napal tufan dan
batupasir konglomeratan), dan Formasi Wonosari (batugamping).

Penamaan satuan litostratigrafi Pegunungan Selatan telah banyak


dikemukakan oleh beberapa peneliti yang membedakan stratigrafi wilayah
bagian barat (Parangtritis – Wonosari) dan wilayah bagian timur (Wonosari –
Pacitan). Urutan stratigrafi Pegunungan Selatan bagian barat telah diteliti
antara lain oleh Bothe (1929), van Bemmelen (1949), Sumarso dan Ismoyowati
(1975), Sartono (1964), Nahrowi, dkk (1978) dan Suyoto (1992) serta Wartono
dan Surono dengan perubahan (1994) Keterangan Formasi batuan pada
Pegunungan Selatan Bagian Barat:
1. Formasi Wungkal-Gamping
Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Wungkal dan G. Gamping, keduanya di
Perbukitan Jiwo. Satuan batuan Tersier tertua di daerah Pegunungan Selatan ini
di bagian bawah terdiri dari perselingan antara batupasir dan batulanau serta
lensa batugamping. Pada bagian atas, satuan batuan ini berupa napal pasiran
dan lensa batugamping. Formasi ini tersebar di Perbukitan Jiwo, antara lain di

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 4
Laboratorium Sedimentologi

G. Wungkal, Desa Sekarbolo, Jiwo Barat, menpunyai ketebalan sekitar 120


meter (Bronto dan Hartono, 2001).
Sebagian dari satuan batuan ini semula merupakan endapan laut dangkal yang
kaya akan fosil. Karena pengaruh gaya berat di lereng bawah laut, formasi ini
kemudian meluncur ke bawah dan diendapkan kembali di laut dalam sehingga
merupakanexotic faunal assemblage (Rahardjo, 1980). Formasi ini tersebar
luas di Perbukitan Jiwo dan K. Oyo di utara G. Gede, menindih secara tidak
selaras batuan metamorf serta diterobos oleh Diorit Pendul dan di atasnya,
secara tidak selaras, ditutupi oleh batuan sedimen klastika gunungapi
(volcaniclastic sediments) yang dikelompokkan ke dalam Formasi Kebo-Butak,
Formasi Semilir, Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu.
2.Formasi Kebo-Butak
Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Kebo dan G. Butak yang terletak
di lereng dan kaki utara gawir Baturagung. Litologi penyusun formasi ini di
bagian bawah berupa batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih,
tuf dan aglomerat. Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan
batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya
dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi
andesit.
4. Formasi Semilir
Formasi ini berlokasi tipe di G. Semilir, sebelah selatan Klaten. Litologi
penyusunnya terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan
serpih. Komposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga
dasit. Di bagian bawah satuan batuan ini, yaitu di K. Opak, Dusun Watuadeg,
Desa Jogotirto, Kec. Berbah, Kab. Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran
lava bantal (Bronto dan Hartono, 2001). Penyebaran lateral Formasi Semilir ini

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 5
Laboratorium Sedimentologi

memanjang dari ujung barat Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Pleret-


Imogiri, di sebelah barat G. Sudimoro, Piyungan-Prambanan, di bagian tengah
pada G. Baturagung dan sekitarnya, hingga ujung timur pada tinggian G.
Gajahmungkur, Wonogiri. Ketebalan formasi ini diperkirakan lebih dari 460
meter. Formasi Semilir ini menindih secara selaras Formasi Kebo-Butak,
namun secara setempat tidak selaras (van Bemmelen, 1949). Formasi ini
menjemari dengan Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu, namun
tertindih secara tidak selaras oleh Formasi Oyo (Surono, dkk., 1992). Dengan
melimpahnya tuf dan batuapung dalam volume yang sangat besar, maka secara
vulkanologi Formasi Semilir ini dihasilkan oleh letusan gunungapi yang sangat
besar dan merusak, biasanya berasosiasi dengan pembentukan kaldera letusan
(Bronto dan hartono, 2001).
4.Formasi Nglanggran
Lokasi tipe formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah selatan
Desa Semilir. Batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf
dan aliran lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat
yang mendominasi formasi ini umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri
dari andesit dan sedikit basal, berukuran 2 – 50 cm. Di bagian tengah formasi
ini, yaitu pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang
membentuk lensa atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi
oleh batupasir gunungapi epiklastika dan tuf yang berlapis baik.
Formasi ini juga tersebar luas dan memanjang dari Parangtritis di
sebelah barat hingga tinggian G. Panggung di sebelah timur. Ketebalan formasi
ini di dekat Nglipar sekitar 530 meter. Formasi ini menjemari dengan Formasi
Semilir dan Formasi Sambipitu dan secara tidak selaras ditindih oleh Formasi
Oyo dan Formasi Wonosari. Dengan banyaknya fragmen andesit dan batuan

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 6
Laboratorium Sedimentologi

beku luar berlubang serta mengalami oksidasi kuat berwarna merah bata maka
diperkirakan lingkungan asal batuan gunungapi ini adalah darat hingga laut
dangkal. Sementara itu, dengan ditemukannya fragmen batugamping terumbu,
maka lingkungan pengendapan Formasi Nglanggran ini diperkirakan di dalam
laut.
5 .Formasi Sambipitu
Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya
Yogyakarta-Patuk-Wonosari kilometer 27,8. Secara lateral, penyebaran formasi
ini sejajar di sebelah selatan Formasi Nglanggran, di kaki selatan Subzona
Baturagung, namun menyempit dan kemudian menghilang di sebelah timur.
Ketebalan Formasi Sambipitu ini mencapai 230 meter. Batuan penyusun
formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas
berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan serpih,
batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak
mengandung bahan karbonat.
6.Formasi Oyo
Lokasi tipe formasi ini berada di K. Oyo. Batuan penyusunnya pada
bagian bawah terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara
berangsur dikuasai oleh batugamping berlapis dengan sisipan batulempung
karbonatan. Batugamping berlapis tersebut umumnya kalkarenit, namun
kadang-kadang dijumpai kalsirudit yang mengandung fragmen andesit
membulat. Formasi Oyo tersebar luas di sepanjang K. Oyo. Ketebalan formasi
ini lebih dari 140 meter dan kedudukannya menindih secara tidak selaras di
atas Formasi Semilir, Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu serta
menjemari dengan Formasi Oyo.
7.Formasi Wonosari

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 7
Laboratorium Sedimentologi

Formasi ini oleh Surono dkk., (1992) dijadikan satu dengan Formasi Punung
yang terletak di Pegunungan Selatan bagian timur karena di lapangan keduanya
sulit untuk dipisahkan, sehingga namanya Formasi Wonosari-Punung. Formasi
ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya, membentuk bentang
alam Subzona Wonosari dan topografi karts Subzona Gunung Sewu. Ketebalan
formasi ini diduga lebih dari 800 meter. Kedudukan stratigrafinya di bagian
bawah menjemari dengan Formasi Oyo, sedangkan di bagian atas menjemari
dengan Formasi Kepek. Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang
terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Sedangkan
sebagai sisipan adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur.
8.Formasi Kepek
Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek, sekitar 11 kilometer
di sebelah barat Wonosari. Formasi Kepek tersebar di hulu K. Rambatan
sebelah barat Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan penyusunnya adalah
napal dan batugamping berlapis. Tebal satuan ini lebih kurang 200 meter.

Formasi Kepek umumnya berlapis baik dengan kemiringan kurang dari 10o dan
kaya akan fosil foraminifera kecil.
9.Endapan Permukaan
Endapan permukaan ini sebagai hasil dari rombakan batuan yang lebih
tua yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan
lepas sampai padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal. Surono dkk. (1992)
membagi endapan ini menjadi Formasi Baturetno (Qb), Aluvium Tua (Qt) dan
Aluvium (Qa). Sumber bahan rombakan berasal dari batuan Pra-Tersier
Perbukitan Jiwo, batuan Tersier Pegunungan Selatan dan batuan G. Merapi.
Endapan aluvium ini membentuk Dataran Yogyakarta-Surakarta dan dataran di
sekeliling Bayat. Satuan Lempung Hitam, secara tidak selaras menutupi satuan
Laporan Ekskursi Karbonat 2017
Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 8
Laboratorium Sedimentologi

di bawahnya. Tersusun oleh litologi lempung hitam, konglomerat, dan pasir,


dengan ketebalan satuan ± 10 m. Penyebarannya dari Ngawen, Semin, sampai
Selatan Wonogiri. Di Baturetno, satuan ini menunjukan ciri endapan danau,
pada Kala Pleistosen. Ciri lain yaitu: terdapat secara setempat laterit (warna
merah kecoklatan) merupakan endapan terarosa, yang umumnya menempati
uvala pada morfologi karst.

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 9
Laboratorium Sedimentologi

BAB 4
DASAR DASAR TEORI

4.1 Pengertian umum batuan karbonat


Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi
dominan ( lebih dari 50 % ) dan terdiri dari garam-garam karbonat , sedang
dalam prakteknya secara umum meliputi batu gamping dan dolomit.
Proses pembentukannya bisa terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan
yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia, dimana dalam proses
tersebut organisme turut berperan dan dapat pula terjadi dari butiran rombakan
yang telah mengalami transportasi secara mekanik yang kemudian diendapkan
pada tempat lain.
Seluruh proses pembentukan batuan karbonat terjadi pada lingkungan air
laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat.
4.2.Arti Penting Batuan Karbonat
Batuan karbonat mempunyai nilai ekonomi yang penting karena
mempunyai porostas yang memungkinkan untuk terkumpulnya minyak dan gas
alam, terutama pada batuan karbonat yang telah mengalami proses
dolomitisasi, sehingga hal ini menjadi perhatian khusus pada Geologi minyak
bumi. Sebagai contoh 80 % dari reservoar karbonat terdapat di amerika utara
dan 50% reservoar karbonat yang terdapat di seluruh dunia adalah dolomit,
sehingga akhir-akhir ini banyak perusahaan minyak yang melakukan penelitian
secara khusus mengenai Sedimentologi karbonat ( R.J.A Reijers ; Manual of
carbonate Sedimentology )

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 10
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 11
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 12
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 13
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 14
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 15
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 16
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 17
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 18
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 19
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 20
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 21
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 22
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 23
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 24
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 25
Laboratorium Sedimentologi

Laporan Ekskursi Karbonat 2017


Fikri Khaerul Bassor
111160021
Kelompok 10 26

Anda mungkin juga menyukai