Anda di halaman 1dari 4

Laboratorium Sistem Informasi Geografis, UPN “Veteran” Yogyakarta 2018

ANALISIS TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KABUPATEN JEPARA


MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Fikri Khoirul Bassor


Irfan Rosyidi
Arifa Meira Kinanti
Yoga Wishnu

ABSTRAK
Jepara merupakan salah satu kabupaten di Pulau Jawa yang setiap tahunnya
mengalami bencana banjir. Terletak di sisi paling utara, Jepara sangatlah dekat dengan
pesisir pantai dan identik dengan kawasan rawan banjir. Tercatat sebanyak 72.000 rumah
di tujuh kecamatan di Jepara terendam banjir. Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, korban banjir Jepara mencapai
32.081 jiwa (24/01/2014). Tujuh kecamatan itu masing-masing yakni Tahunan, Mayong,
Nalumsari, Pecangaan, Kalinyamatan, Kedung dan Welahan. Selain faktor curah hujan
yang tinggi, beberapa faktor lain seperti kemiringan lereng dan ketinggian lahan, dan
kerapatan sungai digunakan sebagai parameter pada penelitian tingkat kerawanan banjir.
Penelitian ini menggunakan metode overlay dengan scoring antara parameter-
parameter yang ada, dimana setiap parameter dilakukan proses scoring dengan pemberian
bobot dan nilai yang sesuai dengan pengklasifikasiannya masing-masing yang kemudian
dilakukan overlay menggunakan software ArcGIS 10.2.1. Penggunaan software ini
memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat menjelaskan dan
mempresentasikan objek daerah rawan banjir dalam bentuk digital.

Kata Kunci : Jepara, SIG, Banjir,

1. PENDAHULUAN berbagai kegiatan di dataran banjir (flood


 Latar Belakang plain) suatu sungai (Kementrian Negara
Banjir merupakan bencana alam Ristek dan Teknologi, 2008). Bencana
paling sering terjadi, baik dilihat dari banjir merupakan kejadian alam yang sulit
intensitasnya pada suatu tempat maupun diduga karena datang secara tiba-tiba
jumlah lokasi kejadian dalam setahun dengan perioditas yang tidak menentu,
yaitu sekitar 40% di antara bencana alam kecuali daerah-daerah yang sudah
yang lain. Bahkan pada tempat-tempat menjadi langganan terjadinya banjir.
tertentu, banjir merupakan rutinitas Setidaknya ada beberapa faktor penting
tahunan. Hampir di setiap musim yang menjadi penyebab terjadinya banjir
penghujan sering terjadi peristiwa di Indonesia diantaranya faktor
bencana banjir yang muncul dimana- kemiringan lereng dan ketinggian lahan
mana, dengan lokasi dan tingkat suatu daerah, faktor jenis tanah dan
kerusakan yang ditimbulkan sangat penggunaan lahannya, faktor kerapatan
beragam. Masalah banjir telah ada sejak sungai dan curah hujan yang tinggi
manusia bermukim dan melakukan membuat suatu daerah akan rawan

Kelompok : 02
Pembimbing : Corintia D.P
Laboratorium Sistem Informasi Geografis, UPN “Veteran” Yogyakarta 2018

bencana banjir seperti yang terjadi di tergantung pada pengaruh dari setiap
Kabupaten Jepara. parameter yang memiliki faktor paling
 Lokasi besar dalam tingkat kerawanan banjir
 Metodologi (Matondang, J.P., 2013)
Metode yang digunakan pada
pengolahan data penelitian ini Overlay adalah prosedur penting
menggunakan metode overlay dengan dalam analisis SIG (Sistem Informasi
scoring antara parameter-parameter yang Geografis). Overlay yaitu kemampuan
ada, yaitu kemiringan lereng, elevasi, untuk menempatkan grafis satu peta diatas
jenis tanah, curah hujan, penggunaan grafis peta yang lain dan menampilkan
lahan, dan kerapatan Sungai. Dari semua hasilnya di layar komputer atau pada plot.
parameter ini nantinya akan di scoring Secara singkatnya, overlay menampalkan
dengan pemberian bobot dan nilai sesuai suatu peta digital pada peta digital yang
dengan pengklasifikasiannya masing- lain beserta atribut-atributnya dan
masing yang kemudian dilakukan overlay menghasilkan peta gabungan keduanya
menggunakan software ArcGIS 10.2.1. yang memiliki informasi atribut dari
Pembobotan adalah pemberian kedua peta tersebut. Overlay merupakan
bobot pada peta digital masing masing proses penyatuan data dari lapisan layer
parameter yang berpengaruh terhadap yang berbeda. Secara sederhana overlay
banjir, dengan didasarkan atas disebut sebagai operasi visual yang
pertimbangan pengaruh masing-masing membutuhkan lebih dari satu layer untuk
parameter terhadap banjir. Pembobotan digabungkan secara fisik (Guntara, I.,
dimaksudkan sebagai pemberian bobot 2013).
pada masing-masing peta tematik 2. DASAR TEORI
(parameter). Penentuan bobot untuk Parameter-parameter yang
masing-masing peta tematik didasarkan digunakan dalam analisis tingkat
atas pertimbangan, seberapa besar kerawanan banjir di Kabupaten Jepara
kemungkinan terjadi banjir dipengaruhi menggunakan :
oleh setiap parameter geografis yang akan 2.1. Kelerengan / Kemiringan Lahan
digunakan dalam analisis SIG Kelerengan atau kemiringan lahan
(Suhardiman, 2012). Scoring adalah merupakan perbandingan persentase
pemberian skor terhadap tiap kelas di antara jarak vertikal (tinggi lahan) dengan
masing-masing parameter. Pemberian jarak horizontal (panjang lahan datar).
skor didasarkan pada pengaruh kelas Semakin landai kemiringan lerengnya
tersebut terhadap kejadian. Semakin besar maka semakin berpotensi terjadi banjir,
pengaruhnya terhadap kejadian, maka begitu pula sebaliknya. Semakin curam
semakin tinggi nilai skornya (Anas kemiringannya, maka semakin aman akan
Sudijono, 2007). Untuk mendapatkan bencana banjir. Pada Tabel 2.1 disusun
skor/nilai total, perlu adanya pemberian pemberian nilai untuk parameter
nilai dan bobot sehingga perkalaian antara kemiringan lahan
keduanya dapat menghasilkan nilai total
yang biasa disebut skor. Pemberian nilai Tabel. 2.1. Klasifikasi kemiringan lereng
pada setiap parameter adalah sama yaitu No Kemiringan Deskripsi Nilai
1-5, sedangkan pemberian bobot (%)

Kelompok : 02
Pembimbing : Corintia D.P
Laboratorium Sistem Informasi Geografis, UPN “Veteran” Yogyakarta 2018

1 0-8 Datar 5 Semakin tinggi curah hujannya maka


2 >8-15 Landai 4 semakin berpotensi terjadi banjir, begitu
3 >15-25 Agak 3 pula sebaliknya. Semakin rendah curah
Curam hujannya, maka semakin aman akan
4 >25-45 Curam 2
bencana banjir.
5 >45 Sangat 1
Curam
Sumber : Pedoman Penyusunan Pola Tabel 2.3. Klasifikasi Curah Hujan
Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, No Rata-rata Deskripsi Nilai
curah hujan
1986 dalam Matondang, J.P., 2013
(mm/hari)
dengan modifikasi penulis
1 >100 Sangat 5
Lebat
2 51-100 Lebat 4
2.2. Ketinggian Lahan / Elevasi 3 21-50 Sedang 3
Ketinggian (elevasi) lahan adalah 4 5-20 Ringan 2
ukuran ketinggian lokasi di atas 5 <5 Sangat 1
permukaan laut. Ketinggian mempunyai Ringan
pengaruh terhadap terjadinya banjir. Sumber : Theml, S. 2008 : Katalog
Semakin rendah suatu daerah maka Methodologi Penyusunan Peta Geo
semakin berpotensi terjadi banjir, begitu Hazard dengan GIS
pula sebaliknya. Semakin tinggi suatu
daerah, maka semakin aman akan bencana 2.4. Kerapatan Sungai
banjir. Kerapatan aliran adalah panjang
aliran sungai per kilometer persegi luas
Tabel 2.2. Klasifikasi Ketinggian Lahan / DAS. Semakin besar nilai Dd semakin
Elevasi baik sistem pengaliran (drainase) di
No Elevasi Nilai daerah tersebut. Artinya, semakin besar
1 <10 5 jumlah air larian total (semakin kecil
2 10-50 4 infiltrasi) dan semakin kecil air tanah yang
3 50-100 3 tersimpan di daerah tersebut (Matondang,
4 100-200 2 J.P., 2013).
5 >200 1 Lynsley (1975) menyatakan bahwa
Sumber : Theml, S. 2008 : Katalog jika nilai kerapatan aliran lebih kecil dari
Methodologi Penyusunan Peta Geo 1 mile/ mile2 (0,62 Km/ Km2 ), DAS akan
Hazard dengan GIS mengalami penggenangan, sedangkan jika
nilai kerapatan aliran lebih besar dari 5
2.3. Curah Hujan mile/ mile2 ( 3,10 Km/ Km2 ), DAS sering
Curah hujan yaitu jumlah air hujan mengalami kekeringan. Dari penjelasan di
yang turun pada suatu daerah dalam waktu atas maka didapat tabel klasifikasi sebagai
tertentu. Curah hujan yang diperlukan berikut.
untuk perancangan pengendalian banjir Tabel 2.4. Klasifikasi Kerapatan Sungai
adalah curah hujan rata-rata di seluruh No Kerapatan Aliran Nilai
daerah yang bersangkutan, bukan curah (km/km2)
hujan pada suatu titik yang tertentu biasa 1 <0,62 5
disebut curah hujan wilayah/daerah. 2 0,62-1,44 4

Kelompok : 02
Pembimbing : Corintia D.P
Laboratorium Sistem Informasi Geografis, UPN “Veteran” Yogyakarta 2018

3 1,45-2,27 3 3.4 Peta Kerapatan Sungai


4 2,28-3,10 2
5 >3,10 1
Sumber : Linsey (1959), Meijerink
(1970), dan Ortiz

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Peta Geologi

4. KESIMPULAN
Kabupaten Jepara tergolong rawan
banjir dimana wilayah pesisir pantai
Kabupaten Jepara lebih rawan banjir
dibandingkan dengan wilayah bagian
tengah atau dataran tingginya. Secara
Pada peta geologi dapat dilihat bahwa umum Kabupaten Jepara termasuk
kabupaten Jepara tersusun dari Soil, Lava kedalam kelas rawan banjir dengan
gunung api, Batupasir, Tuff, Batuan beku karakteristik fisik wilayah rawan,
Basalt dan Batugamping. yaitu kelas daerah pesisir pantai, dan
3.2 Peta Ketinggian Tanah / Elevasi juga daerah yang memiliki banyak
sungai pada kecamatannya. Peta
kerawanan banjir yang menggunakan
parameter kelas curah hujan rata rata
bulanan dan tahunan hampir
sebagian besar mewakili kejadian
nyata di lapangan untuk pemetaan
daerah rawan banjir kabupaten
Jepara.
5. DAFTAR PUSTAKA
3.3 Peta Kelerengan

Kelompok : 02
Pembimbing : Corintia D.P

Anda mungkin juga menyukai