Anda di halaman 1dari 5

KAPASITAS ALIRAN LAHAR DINGIN DI KALI GENDOL,

KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


Deesty Okktaviany (111.160.008)
Vulkanologi Kelas E
Program Studi Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Jalan SWK 104 Condongcatur Yogyakarta
deestyokktaviany7@gmail.com

Abstrak
Gunung Merapi (ketinggian puncak 2.930 mdpl) adalah gunung berapi di bagian
tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Gunung ini sangat
berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi setiap dua sampai lima tahun sekali
dan dikelilingi oleh permukiman yang sangat padat. Lokasi telitian ini berada di Kali Gendol,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data yang
berupa data primer dan data sekunder. Kemudian pada penelitian ini dilakukan pembagian KRB
yaitu dibagi menjadi 3 wilayah : wilayah atas, tengah, dan bawah, yang masing-masing KRB
tersebut dihitung volumenya. Hasil dari pengamatan dan perhitungan volume terhadap 3 KRB
adalah ukuran fragmen atau butiran yang semakin ke KRB bawah semakin menghalus, kemudian
untuk lebar KRB nya sendiri, semakin kebagian bawah maka lebarnya semakin besar. Kemudian
untuk hasil perhitungan volumenya adalah pada KRB adalah 5.670.000 m3. Penelitian lebih lanjut
perlu dilakukan untuk membuat metode terhadap aliran lahar dingin didaerah Kali Gendol dan
sekitarnya.

Kata kunci : Gunung Merapi, Kali Gendol, DAS

1. PENDAHULUAN juga dapat terjadi. Singkatnya, erupsi Gunung


Indonesia adalah salah satu negara Merapi merupakan ancaman bencana yang
dengan jumlah gunung api aktif terbanyak di bersifat permanen.
dunia. Gunung apigunung api ini merupakan Pada saat terjadi erupsi Merapi berupa
bagian dari rangkaian pegunungan api aktif aliran piroklastik dalam volume yang besar ke
yang dikenal dengan sebutan ring of fire. arah Kali Gendol. Jutaan meter kubik endapan
salah satu gunung api di Indonesia yang piroklastik yang labil mengendap di puncak,
paling sering meletus adalah Gunung Merapi. lereng gunung maupun di dasar sungai saat
Gunung ini aktif sejak tahun 1900 sampai terjadinya letusan, dan apabila terjadi
dengan sekarang dengan periode diam atau intensitas dan akumulasi hujan yang cukup
istirahat yang pendek (rata- rata tidak lebih tinggi material tersebut mudah menjadi aliran
dari 3,5 tahun). Gunung Merapi diketahui lahar yang dalam terminologi teknis disebut
memiliki siklus erupsi selama 3,5 tahun sebagai aliran debris.
sekali, akan tetapi siklus tersebut hanyalah Sistem sabo yang diterapkan di Kali
hitungan secara statistik. Jadi, erupsi Gunung Gendol adalah sebagai upaya dalam
Merapi sebanyak lebih dari 100 kali tersebut mengantisipasi dan mengendalikan aliran
kisaran erupsi bisa terjadi dalam waktu 1 lahar. Bangunan sabo (sabo dam) merupakan
sampai 18 tahun. Artinya, erupsi Gunung salah satu bangunan yang paling dominan
Merapi dalam satu atau dua tahun sekali itu dalam penerapan sistem sabo karena
mempunyai fungsi untuk menampung, Gambar 2.1 Lokasi Kali Gendol
menahan, serta mengendalikan aliran Penelitian ini dilaksanakan pada
sedimen. Akibat adanya bangunan sabo bangunanbangunan sabo yang ada di Kali
adalah tertahannya sedimen di hulu bangunan Gendol, mulai dari bangunan hulu sabo
tersebut sehingga memungkinkan untuk hingga bangunan hilir yakni bangunan sabo.
dilakukan penambangan bahan Galian.
Penambangan bahan Galian yang tidak 3. METODOLOGI
terkendali akan menimbulkan dampak selain Metode penelitian yang digunakan adalah
kerusakan lingkungan juga dapat metode penelitian pengumpulan data yang
mengakibatkan kerusakan pada bangunan berupa data primer dan data sekunder.
sabo, sehingga akan menurun fungsinya. Penelitian ini dilakukan di daerah aliran
Banjir lahar dingin pada DAS Gendol sungai (DAS) Kali Gendol.
akibat erupsi Gunung Merapi Desember 2010 Untuk data primer Merupakan data yang
silam, mengakibatkan kerusakan pada diperoleh dari pengamatan langsung di
lingkungan sekitar bantaran sungai Kali lapangan. Data yang diperoleh meliputi
Gendol. Salah satu cara untuk mengurangi Observasi Kondisi morfologi sungai dan tata
dampak kerusakan yang diakibatkan banjir guna lahan sekitar bantaran sungai.
lahar dingin yaitu merencanakan mitigasi Sedangkan untuk data sekunder berupa
pencegahan bencana sedimentasi. Data topografi berupa peta DEM dan data
sedimen.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan
2. LOKASI PENELITIAN
dengan KRB yang membagi Merapi kedalam
Kali Gendol merupakan salah satu tiga kawasan, yaitu KRB 1, KRB 2, dan KRB
sungai / kali yang berhulu di Gunung Merapi, 3, pengamatan dilakukan ditiap - tiap KRB
tepatnya di lereng bagian selatan dan berhilir untuk mengetahui muatan material vulkanik
di Kali Opak yang kemudian bermuara ke dan persebarannya serta dampak yang
Laut Selatan. Secara administratif terletak di ditimbulkan dari aliran lahar.
Kabupaten Sleman dan merupakan alur
sungai paling timur di Propinsi Daerah 4.HASIL DAN PEMBAHASAN
Istimewa Yogyakarta. Palung sungai di Kajian ini dimulai dengan
bagian hulu relatif curam serta cenderung menganalisa potensi sumber sedimen yang
melebar dengan tebing sungai yang tinggi. ada di Kali Gendol kemudian dilakukan
analisis produksi sedimen atau sedimen yang
mengalir masuk ke Kali Gendol. Perhitungan
produksi sedimen berdasarkan estimasi
volume sedimen yang terangkut dalam satu
kali banjir dengan kala ulang tertentu.
Selanjutnya kapasitas bangunan sabo dan
volume penambangan dihitung sebagai
reduksi produksi sedimen. Imbangan sedimen
dianalisa berdasarkan jumlah produksi
sedimen, reduksi produksi sedimen serta
sedimen yang melimpas melewati bangunan
sab
LOKASI PENGAMATAN 1

Lokasi pengamatan pertama ini berada pada


KRB 1 yang merupakan zona distal Gunung
Merapi menunjukan arah aliran dari Utara ke
Selatan.

Gambar 4.3 Lebar Sabo


Azimuth N345E
Dengan lebar 30meter
Foto oleh Dinda Aprian

Gambar 4.1 Lebar Sabo


Azimuth N174E
Dengan lebar 35 meter
Foto oleh Irfan Rosyidi

Gambar 4.4 Tinggi Sabo


Azimuth N320E
Dengan tinggi 7,5meter (dari atas hingga bawah)
Foto oleh Dinda Aprian

LOKASI PENGAMATAN 3
Gambar 4.2 Tinggi Sabo Lokasi pengamatan kedua ini berada
Azimuth N045E pada KRB 3 yang merupakan zona proximal
Dengan tinggi 8 meter (dari atas hingga bawah) Gunung Merapi. ukuran butir semakin ke
Foto oleh Dinda Aprian
zona proximal semakin besar mengingat
distribusi endapan yang semakin menjauhi
LOKASI PENGAMATAN 2
core semakin halus, sedangkan pada zona ini
merupakan zona yang paling dekat dari zona
Lokasi pengamatan kedua ini berada
core Gunung Merapi.
pada KRB 2 yang merupakan zona medial
Gunung Merapi. Ukuran butirpun meningkat
karena lokasinya yang lebih dekat dengan
pusat/core Gunung Merapi.
1. Input data SRTM yang diperoleh dari
srtm.csi.cgiar.org pada software Global
Mapper.
2. Memotong SRTM sesuai dengan
Kavling daerah telitian.
3. Buat peta DAS Kali Gendol dengan cara
Klik analysis pada menu bar — pilih
Generate watershed — klik ok
4. Menghitung Volume dengan cara klik
Tools pada menu bar — pilih measure
tool — trace DAS Kali Gendol — klik
measure value — klik ok.

Gambar 4.5 Lebar Sabo


Dengan lebar 20 meter
Azimuth N345E
Foto oleh Dinda Aprian

Gambar 4.6 Tinggi Sabo Gambar 4.7 DAS


Azimuth N116E
Dengan tinggi 4,5meter (dari atas hingga bawah)
Foto oleh Dinda Aprian 5.KESIMPULAN
 Hasil kajian menunjukkan sampai
dengan saat ini sistem sabo yang
PERHITUNGAN VOLUME DAS KALI diterapkan di Kali Gendol cukup
GENDOL efektif dalam menahan, menampung
Pengukuran estimasi volume tampungan dan mengendalikan aliran lahar
aliran lahar dingin di Kali Gendol dilakukan
pada tiga titik lokasi yaitu pada zona
 Ketika mencapai jam resesi
bangunan sabo tidak efektif hal ini
proximal, medial, distal yang terdapat pada
disebabkan aliran debris mengalami
KRB 1, KRB2, dan KRB 3. Pengolahan data
peningkatan volume aliran debris
dilakukan menggunakan software Global
dibanding dengan aliran yang tidak
Mapper. Berikut langklah perhitungan :
menggunakan bangunan sabo.
Volume aliran debris meningkat
dikarenakan peningkatan sedimentasi
dan erosi pada titik lokasi kali yang
menggunakan bangunan sabo.
 volumenya adalah pada KRB adalah
5.670.000 m3

6.DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Technical Guidelines for
Debris Flow Control Measures,
Sediment Control Division,
Sediment Control Departement River
Bureau, Ministry of Construction,
Japan.

Anonim, 2001, Main Report Review Master


Plan Study, Proyek Pengendalian
Lahar Gunung Merapi Pulau Jawa,
Bagian Proyek Pengendalian Lahar
Gunung Merapi, Yogyakarta.

Anonim, 2003, Data Inventarisasi Kondisi


Bangunan Pengendalian Banjir
Lahar Gunung Merapi untuk Kali
Gendol, Proyek Pengendalian Lahar
Gunung Merapi Pulau Jawa, Bagian
Proyek Pengendalian Lahar Gunung
Merapi, Yogyakarta.

Mukhlisin, 1998, Pengaruh Curah Hujan


Terhadap Pembentukan Aliran
Debris, Tesis Magister, Progran
Studi Teknik Sipil, Sekolah
Pascasarjana Fakultas Teknik,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai