Oleh
Kelompok 3
Tingkat 2/smt 4:
1. Elsya moriolkosu (201601165)
2. Sesty Embray (201601168)
3. Bangga Wijaksona
4. Chyntia rizki pratiwi (201601185)
Daftar isi
Latar belakang
Kata pengantar
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenis
Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur yang normal
oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan
dengan vaskulatur normal.Nodul-nodul regenerasi ini dapat berukuran kecil (mikronodular)
dan besar (makronodular).Sirosis dapat mengganggu sirkulasi darah intra hepatic, dan pada
kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati yang secara bertahap.(Price &
Wilson, 2002). Sirosis adalah kondisi fibrosis dan pembentukan jaringan parut yang difus di
hati.Jaringan hati normal digantikan oleh nodus-nodus fibrosa yang mengerut dan mengelilingi
hepatosit.Arsitektur dan fungsi normal hati terganggu.(Corwin, 2001) Jadi Sirosis Hepatis
adalah penyakit hati kronis yang diakibatkan adanya distorsi arsitektur pada lembar-lembar
jaringan ikat dan nodul-nodul yang beregenerasi pada sel hati sehingga menyebabkan sirkulasi
darah di hati tidak normal yang menyebabkan kegagalan fungsi hati atau fungsi normal hati
terganggu.
2.2 Etiologi
Sirosis dapat disebabkan oleh banyak keadaan, termasuk radang kronis berkepanjangan, racun,
infeksi, dan penyakit jantung. Di Amerika sendiri penyebab sirosis hepatic mulai dari yang
paring sering
a. Hepatitis C (26%)
b. Alcoholic Liver Disease (21%)
c. Penyebab Cryptogenik/Tidak diketahui (18%
d. Hepatitis C + Alkohol (15%)
e. Hepatitis B (15%)
Patway
2.5 Pemerikasaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: albumin serum, globulin, bilirubin direk dan
indirek, enzim kolinesterase
b. SGOT, SGPT
2.6 Komplikasi
1. Edema dan Asites
2. Peritonitis Bakterial Spontan
3. Perdarahan Akibat Varises Esofagus
4. Ensefalopati Hepatikum
5. Sindrom Hepatorenal
6. Sindrom Hepatopulmonar
7. Hipersplenisme
2.7 Penatalaksanaan
a. stirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan demam.
b. Diett rendah protein
c. Antibiotik untuk mengatasi infeksi
d. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu pemberian asam amino esensial
berantai cabang dan glukosa
e. Roboransia vitamin B komplek
Penatalaksanaan asites dan edema adalah:
1) Istirahat dan diit rendah garam
2) Bila dengan istirahat dan diit rendah garam tidak dapat teratasi, diberikan
pengobatan diuretic berupa spironolakton 50-100 mg/hari.
3) Bila terjadi asites refrakter, dilakukan terapi parasentesis.
4) Pengendalian cairan asites
2.8 Kasus Serosis Hepatis
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Serosis Hepatis Pada Tn.MS di Ruang IRNA B Lt.IV
Kanan RSCM (Studi Kasus oleh Sunardi)
Nama : Tn.MS
Umur : 41 Tahun,
Alamat : Jl.Cidodol No.34-Grogol selatan Kebayoran lama-Jaksel
Agama : Islam
Pendidikan: SMP
Pekerjaan : Buruh
Status perkawinan : Kawin
Suku : Jawa barat
Tanggal MRS : 22 Desember 2006 (Jam 03.00)
Pengkajian : 22 Desember 2006 (Jam 09.00)
Diagnosa masuk : Hematomesis Melena – Gangguan fungsi hati (serosis hati).
Sehari sebelum masuk rumah sakit pasien muntah darah (100cc), pusing disertai mual dan
nyeri perut dan sudah beberapa hari Bab warna kehitaman. Pasien mengatakan punya
riwayat penyakit kuning 6 bulan yang lalu dan dirawat di RS cilegon dan diajurkan untuk
dirawat lebih lanjut ke RSCM tetapi pasien belum mau dan saat itu bab juga kehitaman,
pasien mempunyai riwayat penyakit kuning dan Hepatitis B satu tahun lalu, Hipertensi
tidak ada, DM tidak ada. Pasien mengatakan sering minum jamu dan obat-obatan dari
warung dan ada riwayat minum-minuman keras (alkohol).
Pada saat pengkajian pasien masih mengeluh nyeri, mual, perut masih terasa begah, muntah
masih ada 2 x, terpasang NGT keluar cairan kehitaman 500 cc, Bab masih kehitaman, nyeri
tekan pada daerah epigastrum. TD: 100/80, Suhu: 37.5,RR: 24 x/mnt, Nadi 100 x/mnt
ireguler, Pada pemeriksaan penunjang didapatkan: SGOT/SGPT meningkat, Hipoalbumin,
Trombositopenia, anemia, ECG kesan AF rapid respon ireguler, RO thorak CTR > 50%.
Hasil USG Hepar: Kesan Serosis hati dengan hipertensi portal, Acites (+).saat ini BB: 69
Kg, TB: 167 Cm, LLA:27 cm.
Terapy: IVFD NaCl 0,9%/8 jam, TE 1000/12 jam, Sementara puasa sampai spooling hasil
jernih, Klisma, Omeprazol inj 2x40 mg, Vit K inj 3x1 ampl, Lactolac 3x CI, Sucralent 3 x
CI. (Hasil Pengkajian terlampir).
2. Patofisiologi
3 Sirosis hati
4
5 Sirosis hati adalah penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distori arsitektur hati yang
normal, penyakit ini ditandai oleh adanya peradangan difus dan manahun pada hati, dikuti
oleh proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul
kekacauan dalam susunan parenkim hati. Walaupun etiologi dari berbagai bentuk sirosis
tidak dimengerti dengan baik, ada tiga pola khas yang ditemukan pada kebanyakan kasus
yaitu sirosis Laennec, postnekrotik dan biliaris, dan ada beberapa penyakit yang diduga
dapat menjadi penyebab sirosis hepatis antara lain malnutrisi, alkoholisme, virus hepatitis,
kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika, penyakit Wilson,
hemokromatosis, zat toksik dan lainnya.
6
7 Bila melihat manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
pasien Tn.MS bahwa sirosis hati yang terjadi dapat digolongkan sirosis Laennec (postal).
Sirosis ini juga disebut dengan sirosis alkoholik, portal, dan sirosis gizi merupakan pola
sirosis yang berbeda yang dihubungkan dengan penyalahgunaan alkohol kronik, efek
toksik alkohol pada hepar menyebabkan perubahan yang sangat bermakna pada struktur
dan fungsi sel-sel hepar. Perubahan ini ditandai dengan inflamasi dan nekrosis sel hepar
dapat secara lokal maupun menyebar. Simpanan lemak dalam sel-sel parenkim dapat
terlihat pada fase awal. Penyebab perubahan lemak ini tidak jelas dimungkinkan ada
perubahan fungsi enzim yang berhubungan dengan metabolisme lemak secara normal.
8
9 Pelebaran sel-sel lemak menyebabkan tekanan pada lobus hepar, yang mengarah pada
peningkatan tekanan aliran darah. Terjadi hipertensi sistem portal, dengan tekanan balik
yang cukup pada sistem portal, terjadi sirkulasi kolateral dan memungkinkan darah
mengalir dari intestin langsung ke vena kava. Peningkatan aliran darah ke vena esovagus;
vena lambung, varises lambung; pada limpa, splenomegali dan pada vena hemoroid.
Nekrosis diikuti oleh regenerasi dan jaringan fibrosa yang terbentuk merusak bentuk
normal lobus hepar. Perubahan fibrotik ini tidak dapat kembali normal dan mengakibatkan
disfungsi hepar kronis dan akhirnya gagal hepar.
Pengkajian