Anda di halaman 1dari 2

Tabel 2.

Fisiologis katak selama pemberian MgSO4

Menit Dosis Posisi Refleks Salivasi Tonus Frekuensi Frekuensi Konvulsi ket
(mL) tubuh otot nafas jantung
(kali/ (kali/
menit) menit)

Normal 60° +++ - +++ 88 88


0 0,05 60° +++ - +++ 88 84 - -

5 0,1 60° ++ - ++ 88 92 - -

10 0,2 40° + - ++ 84 Tidak - -


teramati

15 0,4 0° + - - 68 Tidak - -
teramati
20 0,8 0° + - - Tidak - -
teramati

Tabel 3. Fisiologis katak selama pemberian Kloralhidrat

Menit Dosis Posisi Refleks Salivasi Tonus Frekuensi Frekuensi Konvulsi ket
(mL) tubuh otot nafas jantung
(kali/ (kali/
menit) menit)

Normal 60° +++ - +++ 80 88


0 0,05 30° +++ - +++ 100 80 - -

5 0,1 30° +++ - ++ 64 80 - -

10 0,2 20° + - + 80 76 - -

15 0,4 15° + - + 68 76 - -

20 0,8 0° + - - 68 76 - -

Obat depresan sistem saraf pusat lainnya yang digunakan adalah magnesium sulfat
(MgSO4) dan kloralhidrat. Kloralhidrat adalah hidrat dari triklorasetaldehida yang merupakan
obat tidur tertua, selain itu juga digunakan pada saat kondisi terangsang dan kondisi kejang
(Mutschelr, 1991). Obat ini memiliki titik tangkap di korteks serebri sehingga mempengaruhi
kesadaran. Magnesium sulfat atau MgSO4 menekan saraf pusat sehingga menimbulkan
anestesi dan mengakibatkan penurunan reflek fisiologis. Efek dari MgSO4 dapat
membahayakan hewan yang diinjeksikan obat ini karena dapat menimbulkan kejang.
Pada praktikum, obat ini diberikan kepada dua ekor katak. Satu katak diinjeksikan
dengan MgSO4 dan yang lainnya diinjeksikan dengan kloralhidrat. Setelah diinjeksikan
kloralhidrat pada dosis 0,8 mL obat mulai memperlihatkan reaksinya terhadap tubuh katak.
gejalanya berupa mengantuk dan kehilangan kesadaran ysng diikuti perubahan dalam hal posisi
tubuh menjadi lebih rendah atau hampir sejajar papan. Gerak reflex, rasa nyeri, tonus otot,
frekuensi napas, dan frekuensi jantung katak menunjukkan penurunan. Hal ini disebabkan oleh
kerja obat yang merupakan depresansia saraf pusat. Preparat kloralhidrat memiliki efek iritasi
yang menimbulkan rasa tidak enak, nyeri epigastrik, mual dan kadang-kadang muntah. Efek
samping pada SSP meliputi pusing, lesu dan ataksia. Obat ini lebih aman digunakan
dibandingkan dengan penggunaan magnesium sulfat karena tidak ada reaksi kejang atau
konvulsi dari katak. Seekor katak lainnya yang diinjeksikan dengan MgSO4 mulai tersedasi
pada dosis 0,2 mL. Pada dosis ini, tanggap rasa nyeri, gerak refleks, dan frekuensi jantung
mengalami penurunan. Frekuensi pernapasan katak ketika tersedasi mengalami peningkatan.
Posisi tubuh katak sudah tidak tegak seperti posisi normalnya karena kesadaran katak semakin
menurun. Berdasarkan teori yang dipelajari, pemberian MgSO4 akan menyebabkan kejang,
namun pada praktikum kali ini hasilnya tidak menunjukkan adanya kejang. Hal ini dapat terjadi
karena kemungkinan otot sudah lebih dulu mengalami kelumpuhan akibat neuromuskular
perifer sudah terblokade lebih awal sebelum sempat memberikan efek kejang.

Mutschelr, Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi ke-5. Bandung: ITB press.

Anda mungkin juga menyukai