Anda di halaman 1dari 18

I.

IDENTITAS PENDERITA
Nama : PN
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Denduka RT/RW – Desa Denduka, Kecamatan Weweka
Selatan, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara
Timur
Tanggal MRS : 6 Maret 2017 (23:57)
Tanggal Pemeriksaan : 10 Maret 2017 (15:40)

II. ANAMNESIS (10 Maret 2017)


Keluhan Utama
Demam

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan demam ke RS Trijata dan dirujuk ke RS
Sanglah untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Pasien mengeluh demam hilang
timbul sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit (SMSR) Sanglah, demam muncul
mendadak disertai menggigil dan nyeri kepala. Pasien sempat mengonsumsi obat
paracetamol yang diberikan di RS Trijata, demam turun pada pagi hari hingga siang
hari, dan kembali meningkat pada sore hingga malam hari. Demam sangat
mengganggu aktivitas dan tidur pasien.
Saat MRS di Sanglah, pasien mengaku BAB terasa sulit serta perut sakit dan
kembung hingga 1 hari sebelum pemeriksaan (selama 4 hari), sebelumnya pasien
sempat mengalami diare selama 2 hari saat dirawat di RS Trijata (2 hari SMSR
Sanglah). Saat diare, pasien mengaku BAB lebih dari 5 kali sehari, kurang lebih

1
setengah gelas setiap kali BAB, berwarna kecoklatan dengan konsistensi encer
tanpa lendir dan darah. BAK frekuensi dan volume dikatan normal, lebih dari 3 kali
sehari sebanyak 1 gelas setiap kali BAK, dengan urin berwarna seperti teh dan terasa
sedikit nyeri saat BAK.
Pasien juga mengeluhkan mual. Mual dikatakan muncul sejak 1 hari SMSR
namun riwayat muntah disangkal. Pasien merasa nyeri pada ulu hati dan perut terasa
kembung sehingga membuat nafsu makan sedikit berkurang, namun masih dapat
makan tanpa halangan nyeri menelan. Tidak ada penurunan berat badan selama
sakit.
Saat pemeriksaan pasien sudah tidak demam, pasien masih merasa sedikit
lemas dan lebih nyaman saat berbaring. Rasa sesak, nyeri dada, sakit kepala, pegal-
pegal, dan riwayat perdarahan disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami gejala yang sama maupun menderita malaria
sebelumnya. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti
Diabetes Mellitus, hipertensi, maupun penyakit ginjal. Pasien tidak memiliki alergi
terhadap obat maupun makanan. Riwayat menerima transfuse darah disangkal.

Riwayat Keluarga
Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi dan penyakit ginjal. Riwayat
kencing manis, penyakit jantung, dan asma tidak ada dalam keluarga pasien.

Riwayat sosial
Pasien mengaku tidak merokok maupun mengkonsumsi alkohol. Pasien
tidak memiliki pekerjaan yang tetap. Pasien berasal dari Sumba dan baru satu
minggu di Bali. Beberapa hari sebelum ke Bali, seseorang di lingungan sekitarnya
baru saja sembuh dari malaria. Daerah tempat tinggal pasien merupakan daerah
endemis malaria.

2
III.PEMERIKSAAN FISIK
3.1 Awal Masuk Rumah Sakit Sanglah (6 Maret 2017)

3.1.1 Pemeriksaan umum


A. Status Present
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS (E4V5M6)
Berat badan : 62 kg
Tinggi badan : 168 cm
BMI : 21,98 kg/m2
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit reguler isi cukup
Respirasi : 20 x/mnt tipe pernafasan torakoabdominal reguler
Suhu aksila : 36,7 °C
VAS : 2/10

B. Status General
Mata : anemia -/-, ikterus -/-, odem palpebra -/-, refleks pupil +/+ isokor
THT : tonsil T1 T1, faring hiperemis (-), lidah typhoid (-)
Leher : JVP PR + 0 cmH20, pembesaran kelenjar (-)
Thoraks :
Cor: Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V sinistra
Perkusi : Batas atas: setinggi ICS II
Batas bawah: setinggi ICS V
Batas kanan: PSL dekstra
Batas kiri: MCL sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo: Inspeksi : Simetris
Palpasi : Vokal fremitus normal normal
normal normal
normal normal

3
Perkusi : sonor sonor
sonor sonor
sonor sonor

Auskultasi : Vesikuler + +, Rhonki - -, Wheezing - -


+ + - - - -
+ + - - - -

Abdomen
Inspeksi : simetris (+), distensi (-), meteorismus (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-)
hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani, asites (-)

Ekstrimitas : Edema - - , Hangat + +


- - + +

3.1 Pemeriksaan di Ruang Nusa Indah (10 Maret 2017)

3.1.1 Pemeriksaan umum


A. Status Present
Keadaan Umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis, GCS (E4V5M6)
Berat badan : 62 kg
Tinggi badan : 168 cm
BMI : 21,98 kg/m2
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit reguler isi cukup
Respirasi : 20 x/mnt tipe pernafasan torakoabdominal reguler
Suhu aksila : 36,5 °C
VAS : 0/10

4
B. Status General
Mata : anemia -/-, ikterus -/-, odem palpebra -/-, refleks pupil +/+ isokor
THT : tonsil T1 T1, faring hiperemis (-), lidah typhoid (-)
Leher : JVP PR + 0 cmH20, pembesaran kelenjar (-)
Thoraks :
Cor: Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V sinistra
Perkusi : Batas atas: setinggi ICS II
Batas bawah: setinggi ICS V
Batas kanan: PSL dekstra
Batas kiri: MCL sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo: Inspeksi : Simetris
Palpasi : Vokal fremitus normal normal
normal normal
normal normal

Perkusi : sonor sonor


sonor sonor
sonor sonor

Auskultasi : Vesikuler + +, Rhonki - -, Wheezing - -


+ + - - - -
+ + - - - -
Abdomen
Inspeksi : simetris (+), distensi (-), meteorismus (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-)
hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani, asites (-)
Ekstrimitas : Edema - - , Hangat + +
- - + +

5
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urinalisis (4-3-2017/RS Trijata)
PARAMETER NILAI NILAI NORMAL
KIMIA URIN
SG 1.010 -
pH 6.0 -
Kejernihan Agak Keruh -
Warna Kuning -
Protein + Neg
Reduksi Neg Neg
Bilirubin Neg Neg
Urobilinogen Neg Neg
Nitrit Neg Neg
Ketone Neg Neg
SEDIMEN
Eritrosit 0-1 -
Leukosit 1-3 -
Sel Epitel 2-3 -
Kristal UA + -
Cylinder Neg -
Bakteri Neg -
Lain-lain Neg -

Darah Lengkap (5-3-2017/RS Trijata)


Parameter Hasil Remark Unit Nilai normal
3
WBC 6,87 10 /μL 4,50-11,00
NEU% 73,9 Tinggi % 50-70
LYM% 16,5 Rendah % 20-40
MONO% 8,4 Tinggi % 3-8
EOS% 0,0 Rendah % 0-5
BASO% 1,2 Tinggi % 0-1
3
RBC 4,45 Rendah 10 /μL 4,60-6,20
HGB 11,4 Rendah g/dl 13,80-18,0

6
HCT 39,4 Rendah % 40,00-54,00
MCV 88,5 fl 80,00-100,00
MCH 25,6 Rendah pg 26,00-34,00
MCHC 28,9 Rendah g/dl 31,00-36,00
RDW-CV 12,0 % 11,60-14,80
RDW-SD 39,2 fL 35,0-56,0
3
PLT 26 Rendah 10 /μL 150 -450
MPV 13,1 Tinggi fL 7,0-11,0
PDW 16,7 15,0-17,0
PCT 0,034 Rendah % 0,108-0,282
3
P-LCC 13 Rendah 10 /μL 30-90
P-LCR 50,4 Tinggi % 11,0-45,0

Imuno Serologi (6-3-2017/RS Trijata)


NILAI
PEMERIKSAAN HASIL
NORMAL
Malaria Ditemukan Plasmodium falciparum Tidak
(Mikroskopik) (++++) stadium trofozoit Ditemukan

EKG (7-3-2017)

7
Hasil:
Heart Rate: 69 bpm Normal Sinus Rhythm
Normal Axis Normal ECG

Interpretasi: Normal Sinus Rhythm

Darah Lengkap (8-3-2017)


Parameter Hasil Remark Unit Nilai normal
3
WBC 5,31 10 /μL 4,50-11,00
NEU% 33,65 Rendah % 50-70
LYM% 45,77 Tinggi % 20-40
MONO% 16,17 Tinggi % 3-8
EOS% 2,83 Rendah % 0-5
BASO% 1,57 Tinggi % 0-1
3
RBC 3,87 Rendah 10 /μL 4,60-6,20
HGB 9,38 Rendah g/dl 13,80-18,0
HCT 31,7 Rendah % 40,00-54,00
MCV 79,84 Rendah fl 80,00-100,00
MCH 24,21 Rendah pg 26,00-34,00
MCHC 29,58 Rendah g/dl 31,00-36,00
RDW 12,19 % 11,60-14,80
3
PLT 34,13 Rendah 10 /μL 150-450

Kimia Klinik (8-3-2017)


Parameter Hasil Unit Remarks Normal

SGOT 33 U/L 11,00– 33,00

SGPT 17 U/L 11,00 – 33,00

Albumin 2.7 g/dL Rendah 3,4-4,8

BUN 18,00 mg/dL 8,00- 23,00

8
Kreatinin 0,77 mg/dL 0,50- 0,90

BILIRUBIN LENGKAP

Bilirubin Total 0,67 mg/dL 0,30-1,30

Bilirubin Direk 0,34 mg/dL Tinggi 0,00-0,30

Bilirubin Indirek 0,33 mg/dL

Kolesterol Total 93 mg/dL Rendah 140-199

TG 277 mg/dL Tinggi <150

LDL 10 mg/dL Rendah <130

HDL 6 mg/dL 40-65

Imunoserologi (8-3-2017)
Parameter Hasil Normal

Neg: Score 2-3


Anti Salmonella Thypi IgM Score:4 Positif Lemah: Score 4
Positif Kuat Sore 6-10
Anti DHF IgM Neg -

Anti DHF IgG Neg -

Hematologi (8-3-2017)
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL
NORMAL
Dijumpai adanya bentukan gametosit
Malaria
dari plasmodium palcifarum baik pada Negatif
(Mikroskopis)
hapusan tetes tipis maupun tetes tebal

9
V. ASESSMENT
 Malaria Falciparum nonkomplikata
- Anemia Ringan Hipokromik Mikrositer
 Hipoalbuminemia
 Uninvestigated Dyspepsia

VI. PENATALAKSANAAN
Terapi
 MRS
 DHP (dihidroartemisinin + piperakuin) 4 tablet tiap 24 jam PO selama 3 hari
 Primakuin 1 x 1 tab selama 1 hari
 IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
 Diet TKTP (ekstra albumin)+ minum banyak 1,5-2l/hari
 Paracetamol 500mg @8jam bila Tax>38C
 Antacida 15ml @8 jam PO
 Omeprazol 20mg @12jam

Planning Diagnostik
- Cek Hapusan Darah Tebal/Tipis malaria tiap hari hingga hari ke-3 (post minum obat
hari ke-3)
- Cek Darah Lengkap hari ke-3 (post minum obat hari ke-3)

Monitoring
- Vital sign
- Keluhan
- Warning sign
- Keseimbangan cairan: Cairan Masuk – Cairan Keluar

VII. PROGNOSIS
- dubius ad bonam

10
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Anamnesis
Keluhan utama yang perlu diperhatikan adalah demam periodik, menggigil, berkeringat
dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal terutama
otot punggung, nafsu makan menurun dan cepat lelah. Terdapat riwayat berkunjung dan
bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria. Riwayat tinggal atau
penduduk di daerah endemik malaria, riwayat sakit malaria, riwayat minum obat malaria
satu bulan terakhir dan riwayat mendapat transfusi darah.5
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan,
malaise, sakit kepala, sakit belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang,
demam ringan, anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang-kadang dingin.
Keluhan prodromal sering terjadi pada P.vivax dan P.ovale, sedangkan pada P. falsiparum
dan malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak. Gejala yang
klasik yaitu terjadinya " Trias Malaria " dengan periode dingin (15-60 menit) : mulai
menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat
menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan
tanda patognomonis yang ditemukan pada pemeriksaan fisik. 1,2
Pada kasus pasien datang dengan keluhan demam hilang timbul sejak 6 hari sebelum
masuk rumah sakit (SMSR) Sanglah, demam muncul mendadak disertai menggigil dan
nyeri kepala. Pasien sempat mengonsumsi obat paracetamol yang diberikan di RS Trijata,
demam turun pada pagi hari hingga siang hari, dan kembali meningkat pada sore hingga
malam hari. Demam sangat mengganggu aktivitas dan tidur pasien.
Saat MRS di Sanglah, pasien mengaku BAB terasa sulit serta perut sakit dan
kembung hingga 1 hari sebelum pemeriksaan (selama 4 hari), sebelumnya pasien sempat
mengalami diare selama 2 hari saat dirawat di RS Trijata (2 hari SMSR Sanglah). Saat
diare, pasien mengaku BAB lebih dari 5 kali sehari, kurang lebih setengah gelas setiap
kali BAB, berwarna kecoklatan dengan konsistensi encer tanpa lendir dan darah. BAK
frekuensi dan volume dikatan normal, lebih dari 3 kali sehari sebanyak 1 gelas setiap kali
BAK, dengan urin berwarna seperti teh dan terasa sedikit nyeri saat BAK.

11
Pasien juga mengeluhkan mual. Mual dikatakan muncul sejak 1 hari SMSR namun
riwayat muntah disangkal. Pasien merasa nyeri pada ulu hati dan perut terasa kembung
sehingga membuat nafsu makan sedikit berkurang, namun masih dapat makan tanpa
halangan nyeri menelan. Tidak ada penurunan berat badan selama sakit. Saat pemeriksaan
pasien sudah tidak demam, pasien masih merasa sedikit lemas dan lebih nyaman saat
berbaring.
Pasien tidak pernah mengalami gejala yang sama maupun menderita malaria
sebelumnya. Riwayat menerima transfuse darah disangkal. Pasien berasal dari Sumba
dan baru satu minggu di Bali. Beberapa hari sebelum ke Bali, seseorang di lingungan
sekitarnya baru saja sembuh dari malaria. Daerah tempat tinggal pasien merupakan daerah
endemis malaria.

4.2 Pemeriksaan fisik


1. Secara umum, tanda patognomonis malaria yaitu:
a. Periode demam:
- Kulit terlihat memerah, teraba panas, suhu tubuh meningkat dapat sampai di atas
40ºC dan kulit kering.
- Pasien dapat juga terlihat pucat.
- Nadi teraba cepat
- Pernapasan cepat (takipneu)
b. Periode dingin dan berkeringat:
- Kulit teraba dingin dan berkeringat.
- Nadi teraba cepat dan lemah.
- Pada kondisi tertentu bisa ditemukan penurunan kesadaran.
2. Kepala: Konjungtiva anemis, sklera ikterik, bibir sianosis, dan pada malaria serebral
dapat ditemukan kaku kuduk.
3. Toraks: Terlihat pernapasan cepat.
4. Abdomen: Teraba pembesaran hepar dan limpa, dapat juga ditemukan asites.
5. Ginjal: bisa ditemukan urin berwarna coklat kehitaman, oligouri atau anuria.

12
6. Ekstermitas: akral teraba dingin merupakan tanda-tanda menuju syok.
7. Pada malaria berat gejala yang perlu diwaspadai dapat berupa penurunan kesadaran,
demam tinggi, konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, dan ikterik, oliguria, urin
berwarna coklat kehitaman (Black Water Fever ), kejang dan sangat lemah
(prostration).4 Selain itu, karena malaria berat berhubungan dengan malaria
falsiparum, maka akan ditemukan gejala yang ada pada malaria falsiparum seperti
malaria serebral yang terkadang disertai dengan koma, anemia berat, gangguan sistem
respirasi termasuk metabolic asidosis yang berhubungan dengan distres respirasi dan
edema paru, retraksi dada dengan penggunaan otot bantu nafas, laju pernafasan tidak
normal dan gagal ginjal.6,7
Secara spesifik, malaria falsiparum merupakan bentuk yang paling berat, ditandai
dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia sering dijumpai, dan
sering terjadi komplikasi.1 Progresivitas berat dengan keterlibatan sistem saraf pusat
(malaria serebral), gagal ginjal akut, anemia berat, dan sindrom distress respirasi akut.7
Gejala prodromal yang sering dijumpai yaitu sakit kepala, nyeri belakang atau tungkai,
lesu, perasaan dingin, mual, muntah, dan diare. Panas biasanya ireguler dan tidak
periodik, sering terjadi hiperpireksia dengan temperatur di atas 40 oC. Gejala lain berupa
konvulsi, pneumonia aspirasi dan banyak keringat walaupun temperatur normal. Apabila
infeksi memberat, gejala yang timbul yaitu nadi cepat, nausea, muntah, diarea menjadi
berat dan diikuti kelainan paru, seperti batuk. Splenomegali lebih sering dijumpai
daripada hepatomegali dengan nyeri pada perabaan, hati membesar dapat disertai
timbulnya ikterus. Kelainan urin dapat berupa albuminuria, hialin dan kristal yang
granuler. Anemia lebih menonjol dengan leukopenia dan monositosis.1
Pada kasus, saat kedatangan awal (6/3/2017) tidak terdapat peningkatan suhu (36,7
°C), nadi (90 x/menit reguler isi cukup), dan laju pernafasan (20 x/mnt tipe pernafasan
torakoabdominal reguler). Pada pemeriksaan mata tidak ditemukan anemis, ikterus,
maupun edema. Pada pemeriksaan abdomen juga tidak ditemukan tanda pembesaran
hepar dan limpa, tidak ditemukan ascites dan extremitas teraba hangat. Pemeriksaan
lainnya didapatkan hasil masih dalam batas normal.
Saat pemeriksaan di ruang nusa indah (10/3/2017), juga didapatkan hasil yang tidak
jauh berbeda, dimana tidak terdapat peningkatan suhu (36,5 °C), nadi (80 x/menit reguler

13
isi cukup), dan laju pernafasan (20 x/mnt tipe pernafasan torakoabdominal reguler). Pada
pemeriksaan mata tidak ditemukan anemis, ikterus, maupun edema. Pada pemeriksaan
abdomen juga tidak ditemukan tanda pembesaran hepar dan limpa, tidak ditemukan
ascites dan extremitas teraba hangat. Tidak ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada
malaria berat. Pemeriksaan lainnya didapatkan hasil masih dalam batas normal.

4.3 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan Darah Tepi
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria
sangat penting untuk menegakkan diagnosa.1 Pemeriksaan ini merupakan gold
standard untuk diagnosis pasti malaria. Pemeriksaan mikroskop dilakukan dengan
membuat sediaan darah tebal dan tipis. Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan
tipis dilakukan untuk menentukan:
a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif);
b) Spesies dan stadium Plasmodium;
c) Kepadatan parasite.4
2. Tes Antigen
Tes yang dilakukan untuk mendeteksi antigen dari P.Falsiparum (Histidine Rich
Protein 11). Tes ini dapat mendeteksi dari 0 - 200 parasit/ul darah dan dapat
membedakan apakah terdapat infeksi dari jenis P Falsiparum atau P. vivax.
Sensitivitas sampai 95% dan hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2.
Tes ini sekarang dikenal sebagaites cepat (Rapid Test).
3. Tes Serologi
Tes serologi ini menggunakan teknik indirectfluorescent antibody test dan untuk
mendeteksi adanya antibodi specifik terhadap malaria atau pada keadaan dimana
parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostik karena
antibodi baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama
untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Jika terdapat titer > I
:200 dianggap sebagai infeksi baru, dan titer > l: 20 dinyatakan positif.
4. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

14
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu
yang diperlukan cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi.
Keunggulan tes ini adalah walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan
hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai saranaa penelitian dan belum untuk
pemeriksaan rutin.1,4
Pada malaria berat, gambaran klinis yang muncul berupa anemia, trombositopeni,
disfungsi paru atau ginjal, hipoglikemi dan perubahan neurologis.7 Sehingga, selain
pemeriksaan di atas, pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah:
a. pengukuran hemoglobin dan hematokrit; biasanya ditemukan anemia
normokromik normositer dengan leukosit dapat normal atau meningkat,
terutama pada infeksi yang sangat berat
b. penghitungan jumlah leukosit dan trombosit, leukosit; monositosis, limfopenia,
dan eosinopenia dengan reaktif limfositosis dan eosinophilia pada minggu
setelah terjadinya infeksi akut. Biasanya terjadi penurunan platelet dengan
peningkatan eritrosit sedimen rate, visikositas plasma dan c-reaktif protein
c. kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan SGPT, alkali
fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas
darah); biasanya menunjukkan hasil yang normal. Pada malaria berat dapat
menunjukkan pemanjangan protrombin dan partial tromboplastin time dengan
trombocitopenia yang berat. Selain itu, dapat terjadi metabolic asidosis dengan
konsentrasi glukosa plasma, Na, Ca, HCO3- , posfat dan albumin yang rendah ,
diikuti peningkatan laktat, BUN, kreatinin, asam urat, enzyme hati, dan
bilirubin conjugated dan unconjugated. 3,4
d. urinalisis biasanya menunjukkan hasil yang normal.4
e. lumbar pungsi dapat dilakukan jika pasien mengalami penurunan status
neurologis dengan ditemukan plasmodium falsiparum pada hapusan darah tepi
dan digunakan untuk mengeluarkan diagnosis meningitis bakteri.6 Pada malaria
cerebral akan menunjukkan cairan serebrospinal yang normal atau meningkat
dengan peningkatan total protein dan hitung sel.3
Pada kasus, pemeriksaan penunjang yang dilakukan di Trijata meliputi urinalisis
dalam batas normal, darah lengkap menunjukkan anemia ringan hipokromik normositer

15
(11,4) dan trombositopenia (26). Sedangkan dari hasil imunoserologi ditemukan
plasmodium falsiparum stadium tropozoid (++++). Pemeriksaan yang dilakukan di
Sanglah (8/3/2017) ditemukan anemia moderate hipokromik mikrositer (9,38),
hipoalbuminemia (2,7) dan trombositopenia (34,13). Pemeriksaan imunoserologi
ditemukan anti salmonella thypi IgM positif lemah dan anti DHF IgM dan IgG didapatkan
negatif. Pemeriksaan mikroskopik darah tepi ditemukan gametosit plasmodium
falsiparum baik pada hapusan tetes tipis maupun tetes tebal.Pemeriksaan lainnya dalam
batas normal.

4.4 Anamnesis
4.5 Anamnesis

Pembahasan
Untuk terapi yang diberikan pada pasien ini sesuai dengan pedoman pengobatan malaria
falsiparum tanpa komplikasi yang dikeluarkan oleh Menkes RI yaitu penggunaan obat fix
dose combination DHP (dihidroartemisinin + piperakuin) 4 tablet tiap 24 jam PO selama
3 hari disertai dengan Primakuin 1 x 1 tab selama 1 hari.

BAB V
RINGKASAN

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
2. Parwati T, Somia KA, Utama S, Gayatri Y. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Penyakit Dalam. Denpasar: SMF Penyakit Dalam FK Unud; 2013.
3. Reilly J, Silverman EK, Shapiro SD. Malaria. In: Longo D, Fauci AS, Kasper D,
Hauser SL, Jameson JL, editors. Harrison's principles of internal medicine. 18th ed.
New York: McGraw-Hill; 2011. pp. 2151–2159.
4. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Tatalaksana Malaria. Jakarta: Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2013.
5. Kementerian Kesehatan RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan; 2014.
6. Herchline ET. Malaria. Amerika: Medscape. http://emedicine.medscape.com
/article/221134-overview. ( Diakses pada tanggal 17 April 2017)
7. Center for Disease Control and Prevention (CDC): Malaria. USA.
https://www.cdc.gov/malaria/about/biology/parasites.html. (Diakses pada tanggal 17
April 2017).
8. BMJ Best Practice Topic. Malaria Infection. Jerman: BMJ Publishing Grup; 2016.

17
LAMPIRAN- Gambaran Pemeriksaan Mikroskopik Darah Tepi

1. Plasmodium Falciparum
Stadium : Tropozoit Muda
(accole)
Sediaan : Darah Tipis
Morfologi :
- Eritrosit tidak membesar
- Parasit di tepi (melekat)

2.Plasmodium Falciparum
Stadium : Tropozoit Muda
(cincin)
Sediaan : Darah Tipis
Morfologi :
- Eritrosit tidak membesar
- Titik maurer
- Cincin agak besar
- Sitoplasma lebih tebal

3. Plasmodium Falciparum
Stadium : Makrogametosit
(Female)
Sediaan Darah Tipis Morfologi :
- Eritrosit tidak membesar
- Bentuk pisang, agak lonjong,
plasma biru, inti padat dan
kecil, pigmen di sekitar inti
- Bergerombol di bagian
tengah

4. Plasmodium Falciparum
Stadium : Mikrogametosit
(Male)
Sediaan Darah Tipis
Morfologi :
- Eritrosit tidak membesar
- Parasit seperti sosis,
plasma pucat (merah
muda), inti tidak padat,
pigmen tersebar

18

Anda mungkin juga menyukai