Anda di halaman 1dari 21

TUGAS REVIEW PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERHADAP

PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2014


TENTANG PENYEDIAAN RUANG BAGI PEDAGANG KAKI LIMA DI
PUSAT PERBELANJAAN DAN PUSAT PERKANTORAN DI KOTA
SURABAYA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum dan Administrasi
Perencanaan

Dosen Pengampu:
Ir. Mardwi Rahdriawan, MT

Disusun Oleh:
Kelompok 2A
Cyndiana Pawestri 21040114120003
Talitha Zuleika 21040114120004
Onixtin Octarina S 21040114120011
Nurfadilah 21040114120012
Rosna Sari Pulungan 21040114120041
Romi Firmansyah 21040114120053
Tingkas Priyambodo 21040114140082
Zaenab Arifah S 21040114120072
Ajeng Puspita Diovani 21040114140093
Gianfi RC Suci 21040114140108
Rachmad Winarko S.P 21040113130083

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
Review ditinjau pada bagian Mengingat No 3

Review atau kajian Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Penyediaan Ruang
Bagi Pedagang Kaki Lima Di Pusat Perbelanjaan Dan Pusat Perkantoran Di Kota Surabaya terhadap
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Tahun
1982 Nomor 7 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3214)

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Peraturan Daerah Kota


tentang Wajib Daftar Perusahaan Surabaya Nomor 9 Tahun
2014 Tentang Penyediaan
Ruang Bagi Pedagang Kaki
Lima Di Pusat Perbelanjaan
Dan Pusat Perkantoran Di
Kota Surabaya
 Pasal 5 ayat (1)  Pasal 8 ayat (1)
Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam PKL yang dapat menempati
Daftar Perusahaan. ruang yang disediakan oleh
 Pasal 6 ayat (1) Pelaku Usaha pada Pusat
Dikecualikan dari wajib daftar ialah : Perbelanjaan dan/atau Pusat
a. Setiap Perusahaan Negara yang Perkantoran terbatas pada PKL
berbentuk Perusahaan Jawatan (PERJAN) makanan dan/atau minuman
seperti diatur dalam Undang-undang yang memenuhi persyaratan
Nomor 9 Tahun 1969 (Lembaran Negara sebagai berikut :
Tahun 1969 Nomor 40) jo. Indische a. memiliki TDU yang dikeluarkan
Bedrijvenwet (Staatsblad Tahun 1927 oleh Walikota atau Pejabat
Nomor 419) sebagaimana telah diubah yang ditunjuk;
dan ditambah; b. lokasi berjualan berada di area
b. Setiap Perusahaan Kecil Perorangan yang sekitar Pusat Perbelanjaan
dijalankan oleh pribadi pengusahanya dan/atau Pusat Perkantoran;
sendiri atau dengan mempekerjakan
hanya anggota keluarganya sendiri yang
terdekat serta tidak memerlukan izin
usaha dan tidak merupakan suatu badan
hukum atau suatu persekutuan.
Review ditinjau pada bagian Mengingat No 5
Review atau kajian Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 9 Tahun 2014
Tentang Penyediaan Ruang Bagi Pedagang Kaki Lima di Pusat Perbelanjaan dan
Pusat Perkantoran di Kota Surabaya terhadap Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara
Nomor 134 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247).

Undang-Undang Republik Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun


Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 2014 Tentang Penyediaan Ruang
tentang Bangunan Gedung Bagi Pedagang Kaki Lima di Pusat
Perbelanjaan dan Pusat
Perkantoran di Kota Surabaya
 Pasal (5) Ayat (4)  Pasal 1
Bangunan gedung fungsi usaha Pusat Perkantoran adalah suatu area
sebagaimana dimaksud dalam ayat tertentu yang terdiri dari satu atau
(1) meliputi bangunan gedung untuk beberapa bangunan yang didirikan
perkantoran, perdagangan, secara vertikal maupun horisontal, yang
perindustrian, perhotelan, wisata. dijual atau disewakan baik sebagian
 Pasal (8) Ayat (1) atau seluruhnya untuk difungsikan
Setiap bangunan gedung harus sebagai kantor.
memenuhi persyaratan administratif Pusat Perbelanjaan adalah suatu
yang meliputi: area tertentu yang terdiri dari satu atau
a. status hak atas tanah, dan/atau beberapa bangunan yang didirikan
izin pemanfaatan dari pemegang secara vertikal maupun horisontal, yang
hak atas tanah; dijual atau disewakan kepada pelaku
b. status kepemilikan bangunan usaha atau dikelola sendiri untuk
gedung; dan melakukan kegiatan perdagangan
c. izin mendirikan bangunan gedung barang.
d. sesuai ketentuan peraturan Pedagang Kaki Lima, yang
perundang-undangan yang selanjutnya disingkat PKL, adalah
berlaku. pelaku usaha yang melakukan usaha
 Pasal 45 Ayat 1 perdagangan dengan menggunakan
Sanksi administratif sebagaimana sarana usaha bergerak maupun tidak
dimaksud dalam Pasal 44 dapat bergerak, menggunakan prasarana
berupa: kota, fasilitas sosial, fasilitas umum,
a. peringatan tertulis lahan dan bangunan milik pemerintah
b. pembatasan kegiatan dan/atau swasta yang bersifat
pembangunan sementara/tidak menetap.
c. penghentian sementara atau tetap  Pasar 13 Ayat 2
pada pekerjaan pelaksanaan Sanksi administratif sebagaimana
pembangunan dimaksud pada ayat (1) berupa:
d. penghentian sementara atau tetap a. teguran tertulis
pada pemanfaatan bangunan b. penghentian sementara atau tetap
gedung terhadap pemanfaatan bangunan
e. pembekuan izin mendirikan c. pembekuan Izin Mendirikan
bangunan gedung Bangunan
f. pencabutan izin mendirikan d. denda administratif paling banyak
bangunan gedung Rp.50.000.000,- (lima puluh juta
g. pembekuan sertifikat laik fungsi rupiah)
bangunan gedung e. pencabutan Izin Mendirikan
h. pencabutan sertifikat laik fungsi Bangunan
bangunan gedung; atau f. penyegelan bangunan
i. perintah pembongkaran bangunan g. pembongkaran bangunan
gedung  Pasal 14 Ayat 3
 Pasal 45 Ayat 2 Penyediaan satuan ruang bagi PKL
Selain pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
administratif sebagaimana dimaksud dan ayat (2) wajib memperhatikan
dalam ayat (1) dapat dikenai sanksi peraturan perundang-undangan
denda paling banyak 10% (sepuluh di bidang bangunan.
per seratus) dari nilai bangunan yang
sedang atau telah dibangun.

Review ditinjau pada bagian Mengingat No 8

Review atau kajian Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Penyediaan Ruang
Bagi Pedagang Kaki Lima Di Pusat Perbelanjaan Dan Pusat Perkantoran Di Kota Surabaya terhadap
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara
Tahun 2008 Nomor 93 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4866);
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Peraturan Daerah Kota
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Surabaya Nomor 9 Tahun
Menengah 2014 Tentang Penyediaan
Ruang Bagi Pedagang Kaki
Lima Di Pusat Perbelanjaan
Dan Pusat Perkantoran Di
Kota Surabaya

 Pasal 7 ayat (1)  Pasal 11


Pemerintah dan Pemerintah Daerah Setiap pelaku usaha pada Pusat
menumbuhkan Iklim Usaha dengan Perbelanjaan dan/atau Pusat
menetapkan peraturan perundang- Perkantoran wajib:
undangan dan kebijakan yang meliputi a. menyediakan satuan ruang
aspek: a. pendanaan; b. sarana dan bagi PKL dengan jumlah sesuai
prasarana; c. informasi usaha; d. dengan peruntukan yang
kemitraan; e. perizinan usaha; f. ditetapkan luasan dan fungsi
kesempatan berusaha; g. promosi bangunan;
dagang; dan h. dukungan kelembagaan. b. menjalin kerjasama dengan
 Pasal 13 PKL yang ditempatkan pada
Aspek kesempatan berusaha satuan ruang bagi PKL sesuai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 data dari Dinas Koperasi dan
ayat (1) huruf f ditujukan untuk: Usaha Mikro, Kecil dan
a. menentukan peruntukan tempat usaha Menengah
yang meliputi pemberian lokasi di pasar, c. membina PKL yang
ruang pertokoan, lokasi sentra industri, ditempatkan sehingga dapat
lokasi pertanian rakyat, lokasi mewujudkan iklim usaha yang
pertambangan rakyat, lokasi yang wajar kondusif dan saling
bagi pedagang kaki lima, serta lokasi menguntungkan antar para
lainnya; pihak;
Aspek kemitraan sebagaimana  Pasal 10
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d (1) Pemerintah Daerah
ditujukan untuk: berwenang untuk melakukan
a. mewujudkan kemitraan antara Usaha pembinaan dan pengawasan
Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha terhadap penyediaan ruang bagi
Besar; PKL di Pusat Perbelanjaan
b. mendorong terjadinya hubungan yang dan/atau Pusat Perkantoran di
saling menguntungkan dalam daerah.
pelaksanaan transaksi usaha antara (2) Bentuk pembinaan
Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan sebagaimana dimaksud pada
Usaha Besar; ayat (1) antara lain berupa :
c. mendorong terbentuknya struktur pasar a. monitoring dan evaluasi
yang menjamin tumbuhnya persaingan terhadap perkembangan PKL
usaha yang sehat dan melindungi yang ditempatkan;
konsumen b. pembinaan kemampuan
 Pasal 16 manajerial, produksi dan
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah pemasaran yang berguna bagi
memfasilitasi pengembangan usaha dalam pengembangan PKL yang
bidang: a. produksi dan pengolahan; b. ditempatkan pada satuan
pemasaran; c. sumber daya manusia; dan ruang bagi PKL.
d. desain dan teknologi.
Review ditinjau pada bagian Mengingat No 10

Review mengenai Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Penyediaan Ruang
Bagi Pedagang Kaki Lima di Pusat Perkantoran di Kota Surabaya terhadap Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 79 tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Peraturan Daerah Kota Surabaya


Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 Nomor 9 Tahun 2014 Tentang
Tentang Pedoman Pembinaan Penyediaan Ruang Bagi Pedagang
dan Pengawasan Kaki Lima di Pusat Perkantoran di
Penyelenggaraan Pemerintah Kota Surabaya
Daerah.

 Pasal 1 Ayat 3  Pasal 10 ayat 1


Pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah berwenang untuk
Pemerintahan Daerah adalah upaya melakukan pembinaan dan
yang dilakukan oleh Pemerintah pengawasan terhadap penyediaan
dan/atau Gubernur selaku Wakil ruang bagi PKL di Pusat Perbelanjaan
Pemerintah di daerah untuk dan/atau Pusat Perkantoran di daerah.
mewujudkan tercapainya tujuan
penyelenggaraan otonomi daerah.
 Pasal 1 Ayat 4
Pengawasan atas penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah adalah proses
kegiatan yang ditujukan untuk
menjamin agar Pemerintahan Daerah
berjalan secara efisien dan efektif
sesuai dengan rencana dan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 Pasal 2 Ayat 2
Pembinaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pasal 2 , dilakukan
terhadap kepala daerah atau wakil
kepala daerah, anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, perangkat
daerah, pegawai negeri sipil daerah,
dan kepala desa, perangkat desa,
dan anggota badan
permusyawaratan desa.
 Pasal 37 ayat 2
Pemerintah melakukan pengawasan
terhadap Peraturan Daerah dan
Peraturan Kepala Daerah.

 Pasal 2  Pasal 10 Ayat 2


1) Pembinaan atas penyelenggaraan Bentuk pembinaan sebagaimana
Pemerintahan Daerah dimaksud pada ayat (1) antara lain
dilaksanakan oleh Pemerintah berupa :
yang meliputi: a. monitoring dan evaluasi terhadap
a. koordinasi pemerintahan antar perkembangan PKL yang
susunan pemerintahan; ditempatkan;
b. pemberian pedoman dan standar b. pembinaan kemampuan manajerial,
pelaksanaan urusan pemerintahan produksi dan pemasaran yang
c. pemberian bimbingan, supervisi berguna bagi pengembangan PKL
dan konsultasi pelaksanaan yang ditempatkan pada satuan
urusan pemerintahan; ruang bagi PKL
d. pendidikan dan pelatihan; dan
e. perencanaan, penelitian,
pengembangan, pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan urusan
pemerintahan.
 Pasal 20  Pasal 10 Ayat 3
Pengawasan pelaksanaan urusan Bentuk pengawasan sebagaimana
pemerintahan di daerah meliputi: dimaksud pada ayat (1) antara lain
a. pelaksanaan urusan pemerintahan berupa :
di daerah provinsi; a. mengawasi dan mengevaluasi
b. pelaksanaan urusan pemerintahan pelaksanaan kerjasama PKL dengan
di daerah kabupaten/kota; dan Pengelola Pusat Perbelanjaan dan
c. pelaksanaan urusan pemerintahan Pusat Perkantoran daerah untuk
desa. kepentingan peningkatan
 Pasal 22 perekonomian masyarakat;
Pelaksanaan urusan pemerintahan di b. mengantisipasi kemungkinan
daerah kabupaten/kota sebagaimana timbulnya permasalahan dalam
dimaksud dalam Pasal 20 huruf b kerjasama PKL dengan pelaku usaha
terdiri dari: di daerah;
a. pelaksanaan urusan pemerintahan c. mengambil langkah-langkah yang
di daerah yang bersifat wajib; diperlukan untuk menyelesaikan
b. pelaksanaan urusan pemerintahan permasalahan sebagai akibat
di daerah yang bersifat pilihan; penyediaan satuan ruang bagi PKL
dan dan kerjasama PKL dengan pelaku
c. pelaksanaan urusan pemerintahan usaha di daerah sesuai dengan
menurut tugas pembantuan. peraturan perundang- undangan.
Review ditinjau pada bagian Mengingat No 12
Review Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terhadap UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah
Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang
UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Pasal 8 ayat (2) Pasal 16 ayat (1)
Pengembangan usaha oleh Dunia Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Usaha sebagaimana dimaksud pada memfasilitasi
ayat (1) dilakukan oleh: pengembangan usaha dalam bidang:
a. Usaha Besar; dan a. produksi dan pengolahan;
b. Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan b. pemasaran;
Usaha Menengah yang bersangkutan. c. sumber daya manusia; dan
Pasal 8 ayat (3) d. desain dan teknologi.
Usaha Besar sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (2)
pada ayat (2) huruf a, melakukan Dunia usaha dan masyarakat berperan
pengembangan Usaha Mikro, serta secara aktif
Usaha Kecil, dan Usaha Menengah melakukan pengembangan
dengan prioritas: sebagaimana dimaksud pada
a. keterkaitan usaha; ayat (1).
b. potensi produksi barang dan jasa
pada pasar domestik;
c. produksi dan penyediaan kebutuhan
pokok;
d. produk yang memiliki potensi
ekspor;
e. produk dengan nilai tambah dan
berdaya saing;
f. potensi mendayagunakan
pengembangan teknologi; dan/atau
g. potensi dalam penumbuhan
wirausaha baru.
Pasal 8 ayat (4)
Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b,
melakukan pengembangan usaha
dengan:
a. mengembangkan jaringan usaha
dan Kemitraan;
b. melakukan usaha secara efisien;
c. mengembangkan inovasi dan
peluang pasar;
d. memperluas akses pemasaran;
e. memanfaatkan teknologi;
f. meningkatkan kualitas produk; dan
g. mencari sumber pendanaan usaha
yang lebih luas.
Pasal 13 Pasal 27
Dalam pola Kemitraan inti-plasma: Pelaksanaan kemitraan dengan pola
a. Usaha Besar berkedudukan sebagai inti-plasma sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 huruf a,
Usaha Besar sebagai inti
membina dan mengembangkan Usaha
Mikro, Kecil, dan
Menengah, yang menjadi plasmanya
dalam:
a. penyediaan dan penyiapan lahan;
inti, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
b. penyediaan sarana produksi;
Usaha Menengah berkedudukan
c. pemberian bimbingan teknis
sebagai plasma; atau
produksi dan manajemen
b. Usaha Menengah berkedudukan
usaha;
sebagai inti, Usaha Mikro dan Usaha
d. perolehan, penguasaan, dan
Kecil berkedudukan sebagai
peningkatan teknologi yang
plasma.
diperlukan;
e. pembiayaan;
f. pemasaran;
g. penjaminan;
h. pemberian informasi; dan
i. pemberian bantuan lain yang
diperlukan bagi peningkatan
efisiensi dan produktivitas dan
wawasan usaha.
Pasal 14 Pasal 28
Dalam pola Kemitraan subkontrak: Pelaksanaan kemitraan usaha dengan
a. Usaha Besar berkedudukan sebagai pola subkontrak
kontraktor, Usaha Mikro, Usaha Kecil, sebagaimana dimaksud Pasal 26 huruf
dan Usaha Menengah b, untuk memproduksi
berkedudukan sebagai subkontraktor; barang dan/atau jasa, Usaha Besar
atau memberikan dukungan
b. Usaha Menengah berkedudukan berupa:
sebagai kontraktor, Usaha Mikro dan a. kesempatan untuk mengerjakan
Usaha Kecil berkedudukan sebagian produksi dan/atau
sebagai subkontraktor. komponennya;
b. kesempatan memperoleh bahan
baku yang diproduksi secara
berkesinambungan dengan jumlah dan
harga yang wajar;
c. bimbingan dan kemampuan teknis
produksi atau
manajemen;
d. perolehan, penguasaan, dan
peningkatan teknologi yang
diperlukan;
e. pembiayaan dan pengaturan sistem
pembayaran yang tidak
merugikan salah satu pihak; dan
f. upaya untuk tidak melakukan
pemutusan hubungan
sepihak.
Pasal 15 Pasal 29
Dalam pola Kemitraan waralaba: (1) Usaha Besar yang memperluas
a. Usaha Besar berkedudukan sebagai usahanya dengan cara
pemberi waralaba, Usaha Mikro, waralaba sebagaimana dimaksud
Usaha Kecil, dan Usaha Menengah dalam Pasal 26 huruf c,
berkedudukan sebagai penerima memberikan kesempatan dan
waralaba; atau mendahulukan Usaha Mikro,
b. Usaha Menengah berkedudukan Kecil, dan Menengah yang memiliki
sebagai pemberi waralaba, Usaha kemampuan.
Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan (2) Pemberi waralaba dan penerima
sebagai penerima waralaba. waralaba mengutamakan
penggunaan barang dan/atau bahan
hasil produksi dalam
negeri sepanjang memenuhi standar
mutu barang dan jasa
yang disediakan dan/atau dijual
berdasarkan perjanjian
waralaba.
(3) Pemberi waralaba wajib
memberikan pembinaan dalam
bentuk pelatihan, bimbingan
operasional manajemen,
pemasaran, penelitian, dan
pengembangan kepada penerima
waralaba secara berkesinambungan.
Review ditinjau pada bagian Mengingat No 13
Review Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern terhadap UU
Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
Peraturan Presiden Nomor 112
Tahun 2007 tentang Penataan dan
UU Nomor 9 Tahun 1995 tentang
Pembinaan Pasar Tradisional,
Usaha Kecil
Pusat Perbelanjaan, dan Toko
Modern
 Pasal 6  Pasal 13
Pusat Perbelanjaan wajib Pemerintah menumbuhkan iklim usaha
menyediakan tempat usaha untuk dalam aspek perlindungan
usaha kecil dengan harga jual atau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
biaya sewa yang sesuai dengan ayat (1) huruf g dengan menetapkan
kemampuan Usaha Kecil, atau yang peraturan perundang-undangan dan
dapat dimanfaatkan oleh kebijaksanaan untuk:
Usaha Kecil melalui kerjasama lain a. menentukan peruntukan tempat
dalam rangka kemitraan. usaha yang meliputi pemberian lokasi
di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra
industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi
pertambangan rakyat, dan lokasi yang
wajar bagi pedagang kaki lima, serta
lokasi lainnya;
 Pasal 9  Pasal 11
Dalam rangka pengembangan Pemerintah menumbuhkan iklim usaha
kemitraan antara Pemasok Usaha dalam aspek kemitraan sebagaimana
Kecil dengan Perkulakan, dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf
Hypermarket, Department Store, e dengan menetapkan peraturan
Supermarket, dan Pengelola Jaringan perundang-undangan dan
Minimarket, kebijaksanaan untuk:
perjanjian kerjasama sebagaimana a. mewujudkan kemitraan;
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) b. mencegah terjadinya hal-hal yang
dilakukan dengan ketentuan: merugikan Usaha Kecil dalam
a. Tidak memungut biaya administrasi pelaksanaan transaksi usaha
pendaftaran barang dari Pemasok dengan Usaha Menengah dan Usaha
Usaha Kecil; dan Besar.
b. Pembayaran kepada Pemasok
Usaha Kecil dilakukan secara tunai,
atau dengan alasan teknis tertentu
dapat dilakukan dalam jangka
waktu 15 (lima belas) hari setelah
seluruh dokumen penagihan
diterima.
(2) Pembayaran tidak secara tunai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dapat dilakukan sepanjang
cara tersebut tidak merugikan
Pemasok Usaha Kecil, dengan
memperhitungkan biaya resiko dan
bunga untuk Pemasok Usaha Kecil.
 Pasal 10 Ayat (1)  Pasal 13
Perkulakan, Hypermarket, Department Pemerintah menumbuhkan iklim usaha
Store, Supermarket, dan Pengelola dalam aspek perlindungan
Jaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
Minimarket, dapat menggunakan ayat (1) huruf g dengan menetapkan
merek sendiri dengan mengutamakan peraturan perundang-undangan dan
barang produksi kebijaksanaan untuk:
Usaha Kecil dan Usaha Menengah. c. mengutamakan penggunaan produk
yang dihasilkan Usaha Kecil melalui
pengadaan secara langsung
dari Usaha Kecil;

 Pasal 12 Ayat (2)  Pasal 12


IUTM untuk Minimarket diutamakan Pemerintah menumbuhkan iklim usaha
bagi pelaku Usaha Kecil dan Usaha dalam aspek perizinan usaha
Menengah setempat. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf f dengan menetapkan
peraturan perundang-undangan dan
kebijaksanaan untuk:
a. menyederhanakan tata cara dan
jenis perizinan dengan mengupayakan
terwujudnya sistem pelayanan
satu atap;
b. memberikan kemudahan
persyaratan untuk memperoleh
perizinan.
Review ditinjau pada bagian Mengingat No 15
Review atau kajian Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 9 Tahun 2014
Tentang Penyediaan Ruang Bagi Pedagang Kaki Lima Di Pusat Perbelanjaan Dan
Pusat Perkantoran Di Kota Surabaya terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Peraturan Daerah Kota Surabaya


Republik Indonesia Nomor 41 Nomor 9 Tahun 2014 Tentang
Tahun 2012 tentang Pedoman Penyediaan Ruang Bagi Pedagang
Penataan Dan Pemberdayaan Kaki Lima Di Pusat Perbelanjaan
Pedagang Kaki Lima Dan Pusat Perkantoran Di Kota
Surabaya

 Pasal 3  Pasal 3
(1) Pembinaan dalam penataan dan Penataan PKL yang dimaksud
pemberdayaan sebagaimana dalam Peraturan Daerah ini
dimaksud dalam Pasal 2 meliputi: dilaksanakan berdasarkan asas :
a. pendataan; a. kemanusiaan;
b. perencanaan penyediaan ruang b. keadilan dan kepastian hukum;
bagi kegiatan sektor informal c. kemanfaatan;
c. fasilitasi akses permodalan; d. kemitraan;
d. penguatan kelembagaan; e. keberlanjutan dan kelestarian
e. pembinaan dan bimbingan teknis; lingkungan;
f. fasilitasi kerjasama antar daerah; f. persaingan yang sehat.
dan  Pasal 4
g. mengembangkan kemitraan Penyediaan Ruang bagi PKL bertujuan
dengan dunia usaha. untuk:
(1) Program penataan dan a. Penataan PKL didaerah sehingga
pemberdayaan PKL sebagimana dapat meningkatkan kesejahteraan
dimaksud pada ayat (1) disusun dan daya saing PKL sebagai sector
dalam RPJMD sesuai dengan informal menjadi sector formal;
ketentuan peraturan perundang- b. Membangun kemitraan antara
undangan yang mengatur tentang pelaku usaha dengan PKL
perencanaan pembangunan berdasarkan prinsip kesamaan dan
daerah. keadilan dalam menjalankan usaha
 Pasal 8 dibidang perdagangan;
Bupati/Walikota melakukan c. Mensinergiskan sector formal dan
penataan PKL dengan cara: informal sehingga dapat
a. pendataan PKL; meningkatkan kesejahteraan
b. pendaftaran PKL; rakyat.
c. penetapan lokasi PKL;  Pasal 9
d. pemindahan PKL dan penghapusan Jumlah satuan ruang yang disediakan
lokasi PKL; dan peremajaan lokasi oleh Pelaku Usaha pada Pusat
PKL. Perbelanjaan dan/atau Pusat
 Pasal 40 Perkantoran wajib memperhatikan
Bupati/Walikota melakukan fungsi bangunan, luasan bangunan,
pemberdayaan PKL sebagaimana kriteria dan klasifikasi
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
antara lain melalui: dan Pasal 7.
a. peningkatan kemampuan berusaha;  Pasal 10
b. fasilitasi akses permodalan; (1) Pemerintah Daerah berwenang
c. fasilitasi bantuan sarana dagang; untuk melakukan pembinaan dan
d. penguatan kelembagaan; pengawasan terhadap penyediaan
e. fasilitasi peningkatan produksi; ruang bagi PKL di Pusat
f. pengolahan, pengembangan Perbelanjaan dan/atau Pusat
jaringan dan promosi; dan Perkantoran di daerah.
pembinaan dan bimbingan teknis (2) Bentuk pembinaan
 Pasal 41 sebagaimana dimaksut pada ayat
(1) Menteri dapat memfasilitasi (1) antara lain berupa :
kerjasama PKL antar provinsi. a. Monitoring dan evaluasi terhadap
(2) Gubernur memfasilitasi perkembangan PKL yang
kerjasama pemberdayaan PKL antar ditempatkan;
kabupaten/kota di wilayahnya. b. Pembinaan kemampuan manajerial,
(3) Kerjasama sebagaimana produksi dan pemasaran yang
dimaksud pada ayat (2) berguna bagi pengembangan PKL
berpedoman pada peraturan yang ditempatkan pada satuan
perundang-undangan yang ruang PKL.
mengatur tentang kerjasama antar (3) Bentukan pengawasan
daerah. sebagaimana dimaksut pada ayat
 Pasal 45 (1) antara lain berupa:
(1) Bupati/Walikota melakukan a. Mengawasi dan mengevaluasi
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kerjasama PKL dengan
penataan dan pemberdayaan PKL Pengelola Pusat Perbelanjaan dan
di wilayahnya. Pusat Perkantoran daerah untuk
(2) Monitoring dan evaluasi Kepentingan peningkatan
dilaksanakan paling sedikit 2 (dua) perekonomian masyarakat;
kali dalam setahun dan/atau b. Mengantisipasi kemungkinan
sewaktu-waktu apabila diperlukan. timbulnya permasalahan dalam
kerjasama PKL dengan pelaku
usaha di daerah;
c. Mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk menyelesaikan
permasalahan sebagai akibat
penyediaan satuan ruang bagi PKL
dan kerjasama PKL dengan pelaku
usaha di daerah sesuai dengan
peraturan perundang – undangan.
Review ditinjau pada bagian Mengingat no. 18
Review atau kajian Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 17 Tahun 2003
Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima dan Peraturan Daerah
Kota Surabaya Nomor 9 Tahun 2014 tentang Penyediaan Ruang Bagi Pedagang
Kaki Lima di Pusat Perbelanjaan dan Pusat Perkantoran di Kota Surabaya

Peraturan Daerah Kota Surabaya Peraturan Daerah Kota Surabaya


Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Nomor 9 Tahun 2014 tentang
Penataan dan Pemberdayaan Penyediaan Ruang Bagi Pedagang
Pedagang Kaki Lima Kaki Lima di Pusat Perbelanjaan
dan Pusat Perkantoran di Kota
Surabaya

PERSYARATAN BAGI PEDAGANG KAKI PERSYARATAN BAGI PEDAGANG KAKI


LIMA LIMA
 Pasal 4  Pasal 8
1) Setiap orang dilarang melakukan a) PKL yang dapat menempati ruang
usaha PKL pada fasilitas umum yang disediakan oleh Pelaku Usaha
yang dikuasai oleh Kepala Daerah pada Pusat Perbelanjaan dan/atau
tanpa memiliki Tanda Daftar Usaha Pusat Perkantoran terbatas pada
yang dikeluarkan Kepala Daerah PKL makanan dan/atau minuman
atau pejabat yang ditunjuk ; yang memenuhi persyaratan
2) Untuk memperoleh Tanda Daftar sebagai berikut :
Usaha sebagaimana dimaksud pada 1. memiliki TDU yang dikeluarkan oleh
ayat (1) yang bersangkutan harus Walikota atau Pejabat yang
mengajukan permohonan secara ditunjuk;
tertulis kepada Kepala Daerah atau 2. lokasi berjualan berada di area
Pejabat yang ditunjuk ; sekitar Pusat Perbelanjaan dan/atau
3) Permohonan sebagaimana Pusat Perkantoran;
dimaksud pada ayat (2), harus b) Ketentuan lebih lanjut mengenai
dilampiri : mekanisme penempatan PKL pada
a. Kartu Tanda Penduduk (KTP) ruang yang disediakan oleh Pelaku
Surabaya ; Usaha pada Pusat Perbelanjaan
b. Rekomendasi dari Camat yang dan/atau Pusat Perkantoran diatur
wilayah kerjanya meliputi lokasi PKL dengan Peraturan Walikota.
yang dimohon ; KEWAJIBAN DAN LARANGAN BAGI PKL
c. gambar alat peraga PKL yang akan  Pasal 11
dipergunakan ; Setiap pelaku usaha pada Pusat
d. surat pernyataan yang berisi : Perbelanjaan dan/atau Pusat
1. tidak akan memperdagangkan Perkantoran wajib:
barang illegal ; a. menyediakan satuan ruang bagi
2. tidak akan membuat bangunan PKL dengan jumlah sesuai dengan
permanen/semi permanen di peruntukan yang ditetapkan luasan
lokasi tempat usaha ; dan fungsi bangunan;
3. mengosongkan/mengembalikan/ b. menjalin kerjasama dengan PKL
menyerahkan lokasi PKL kepada yang ditempatkan pada satuan
Pemerintah Daerah apabila lokasi ruang bagi PKL sesuai data dari
dimaksud sewaktu-waktu Dinas Koperasi dan Usaha Mikro,
dibutuhkan oleh Pemerintah Kecil dan Menengah;
Daerah, tanpa syarat apapun. c. membina PKL yang ditempatkan
4. Tata cara permohonan dan sehingga dapat mewujudkan iklim
pemberian Tanda Daftar Usaha usaha yang kondusif dan saling
ditetapkan lebih lanjut oleh menguntungkan antar para pihak;
Kepala Daerah d. menjaga keamanan dan ketertiban
5. Jangka waktu Tanda Daftar Usaha tempat usaha;
sebagaimana dimaksud dalam e. memelihara kebersihan, keindahan
ayat (1) adalah 6 (enam) bulan lokasi dan kelestarian lingkungan
dan dapat diperpanjang. tempat usaha;
KEWAJIBAN DAN LARANGAN PKL f. mengembangan kemampuan
 Pasal 5 wirausaha PKL yang ditempatkan
Untuk menjalankan kegiatan sesuai dengan aturan dan arah
usahanya, pemegang Tanda Daftar pengembangan usaha masing-
Usaha diwajibkan : masing Pusat Perbelanjaan dan
a. memelihara kebersihan, keindahan, Pusat Perkantoran;
ketertiban, keamanan dan g. menyampaikan laporan terkait data
kesehatan lingkungan tempat PKL yang menempati Pusat
usaha ; Perbelanjaan dan Pusat Perkantoran
b. menempatkan sarana usaha dan kepada Pemerintah Daerah, setiap
menata barang dagangan dengan terdapat perubahan data PKL.
tertib dan teratur ;  Pasal 12
c. menempati sendiri tempat usaha Pelaku usaha pada Pusat
sesuai Tanda Daftar Usaha yang Perbelanjaan dan/atau Pusat
dimilikinya ; Perkantoran dilarang :
d. mengosongkan tempat usaha a) melakukan tindakan diskriminatif
apabila Pemerintah Daerah dalam kerjasama PKL yang
e. mempunyai kebijakan lain atas ditempatkan dalam satuan ruang
lokasi tempat usaha tanpa meminta bagi PKL dengan pelaku usahalain
ganti kerugian ; dalam satu gedung yang dimiliki
f. mematuhi ketentuan penggunaan atau dikelola oleh pelaku usaha;
lokasi PKL dan ketentuan b) melakukan relokasi satuan ruang
usaha PKL yang ditetapkan oleh bagi PKL tanpa pemberitahuan
Kepala Daerah ; yang layak dan waktu yang cukup
g. mematuhi semua ketentuan yang bagi PKL yang ditempatkan untuk
ditetapkan dalam Tanda Daftar dapat melakukan persiapan
Usaha PKL ; pemindahan barang;
h. mengosongkan tempat usaha dan c) memutuskan kerjasama dengan
tidak meninggalkan alat PKL secara sepihak, kecuali terjadi
peraga di luar jam operasional yang pelanggaran yang substansial
telah ditentukan oleh Kepala terhadap peraturan pengelolaan
Daerah atau pejabat yang ditunjuk. dan pemakaian satuan ruang bagi
 Pasal 6 PKL dan peraturanperaturanyang
Untuk menjalankan kegiatan ada baik perundang-undangan,
usahanya, pemegang Tanda Daftar peraturan umum dan ketentuan
Usaha dilarang : pidana;
a. mendirikan bangunan d) menempatkan PKL yang tidak
permanen/semi permanen di lokasi memenuhi persyaratan
PKL ; sebagaimana diatur dalam
b. mempergunakan tempat usaha ketentuan Pasal 8.
sebagai tempat tinggal ; PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
c. menjual barang dagangan yang  Pasal 10
dilarang untuk diperjualbelikan; 1) Pemerintah Daerah berwenang
d. melakukan kegiatan usaha di lokasi untuk melakukan pembinaan dan
PKL selain yang telah dinyatakan pengawasan terhadap penyediaan
dalam Tanda Daftar Usaha ; ruang bagi PKL di Pusat
e. mengalihkan Tanda Daftar Usaha Perbelanjaan dan/atau Pusat
PKL kepada pihak lain dalam Perkantoran di daerah.
bentuk apapun. 2) Bentuk pembinaan sebagaimana
PENGAWASAN DAN PENERTIBAN dimaksud pada ayat (1) antara lain
 Pasal 8 berupa :
1) Untuk pengembangan usaha PKL, a) monitoring dan evaluasi terhadap
Kepala Daerah berkewajiban perkembangan PKL yang
memberikan pemberdayaan berupa ditempatkan;
: b) pembinaan kemampuan manajerial,
a) bimbingan dan penyuluhan produksi dan pemasaran yang
manajemen usaha ; berguna bagi pengembangan PKL
b) pengembangan usaha melalui yang ditempatkan pada satuan
kemitraan dengan pelaku ekonomi ruang bagi PKL.
yang lain ; 3) Bentuk pengawasan sebagaimana
c) bimbingan untuk memperoleh dan imaksud pada ayat (1) antara lain
meningkatkan permodalan ; berupa :
d) peningkatan kualitas alat peraga a) mengawasi dan mengevaluasi
PKL. melaksanaan kerjasama PKL
2) Kepala Daerah dapat melakukan dengan Pengelola Pusat
kerjasama dengan pihak ketiga Perbelanjaan dan Pusat Perkantoran
dalam rangka penataan dan daerah untuk kepentingan
pemberdayaan PKL ; peningkatan perekonomian
3) Ketentuan penataan dan masyarakat;
pemberdayaan PKL sebagaimana b) mengantisipasi kemungkinan
diatur dalam Peraturan Daerah ini timbulnya permasalahan dalam
tetap berlaku terhadap Pelaksanaan kerjasama PKL dengan pelaku
kerjasama dimaksud kecuali telah usaha di daerah;
diatur secara khusus sesuaidengan c) mengambil langkah-langkah yang
kesepakatan para pihak ; diperlukan untuk menyelesaikan
4) Kerjasama sebagaimana dimaksud permasalahan sebagai akibat
pada ayat (2) harus mendapat penyediaan satuan ruang bagi PKL
persetujuan terlebih dahulu dari dan kerjasama PKL dengan pelaku
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ; usaha di daerah sesuai dengan
5) Pemberdayaan sebagaimana peraturan perundangundangan.
dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Pejabat yang
ditunjuk dengan memperhatikan
pertimbangan dari Instansi terkait
dan aspirasi masyarakat sekitar
lokasi usaha PKL.
 Pasal 9
1. Kepala Daerah atau Pejabat yang
ditunjuk berwenang melakukan
pengawasan atas pelaksanaan
Peraturan Daerah ini ;
2. Dinas Polisi Pamong Praja atau
Instansi lain yang mempunyai tugas
untuk menegakkan Peraturan
Daerah berwenang melaksanakan
penertiban atas pelanggaran
Peraturan Daerah ini sesuai dengan
ketentuan yang berlaku ;
3. Ketentuan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) ditetapkan oleh
Kepala Daerah.
Review ditinjau pada bagian Mengingat No 19
Review atau kajian Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 9 Tahun 2014
Tentang Penyediaan Ruang Bagi Pedagang Kaki Lima di Pusat Perbelanjaan dan
Pusat Perkantoran di Kota Surabaya terhadap Peraturan Daerah Kota Surabaya
Nomor 7 Tahun 2009 tentang Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 6 Tahun 2013.

Peraturan Daerah Kota Surabaya Peraturan Daerah Kota Surabaya


Nomor 7 Tahun 2009 tentang Nomor 9 Tahun 2014 Tentang
Bangunan sebagaimana telah Penyediaan Ruang Bagi Pedagang
diubah dengan Peraturan Daerah Kaki Lima di Pusat Perbelanjaan
Kota Surabaya Nomor 6 Tahun dan Pusat Perkantoran di Kota
2013 Surabaya
 Pasal 70 (1)  Pasal 6 (1)
Dalam rangka memberikan Klasifikasi Pelaku Usaha pada Pusat
pertimbangan teknis dalam proses Perkantoran yang wajib menyediakan
penyelenggaraan bangunan meliputi ruang bagi PKL sebagaimana
perencanaan, pelaksanaan, dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf
pemanfaatan, pelestarian dan a, adalah semua bangunan
pembongkaran, untuk kepentingan perkantoran milik swasta dengan
umum dan yang menimbulkan memperhatikan kriteria fungsi dan
dampak penting terhadap lingkungan, luasan bangunan.
Kepala Daerah atau Pejabat yang  Pasal 9
ditunjuk membentuk Tim Ahli Jumlah satuan ruang yang disediakan
Bangunan oleh Pelaku Usaha pada Pusat
 Pasal 70 (3) Perbelanjaan dan/atau Pusat
Pertimbangan teknis sebagaimana Perkantoran wajib memperhatikan
dimaksud pada ayat (1) disusun fungsi bangunan, luasan bangunan,
secara tertulis dan profesional terkait kriteria dan klasifikasi sebagaimana
dengan pemenuhan persyaratan dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7.
teknis bangunan baik dalam proses  Pasal 13 (1)
pembangunan, pemanfaatan, Setiap pelaku usaha yang melanggar
pelestarian, maupun pembongkaran ketentuan Pasal 5 ayat (1), Pasal 11
bangunan. dan/atau Pasal 12 dikenakan sanksi
 Pasal 72 (2) administratif.
Sanksi administratif sebagaimana  Pasar 13 (2)
dimaksud pada ayat (1) dapat Sanksi administratif sebagaimana
berupa : dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. peringatan tertulis; a. teguran tertulis
b. pembatasan kegiatan b. penghentian sementara atau tetap
pembangunan; terhadap pemanfaatan bangunan
c. penghentian sementara atau tetap c. pembekuan Izin Mendirikan
pada pekerjaan pelaksanaan Bangunan
pembangunan; d. denda administratif paling banyak
d. penghentian sementara atau tetap Rp.50.000.000,- (lima puluh juta
terhadap pemanfaatan bangunan; rupiah)
e. pembekuan imb; e. pencabutan Izin Mendirikan
f. pencabutan imb; Bangunan
g. pembekuan sertifikat laik fungsi; f. penyegelan bangunan
h. pencabutan sertifikat laik fungsi; g. pembongkaran bangunan
i. penyegelan bangunan;  Pasal 14 (3)
j. pembekuan atau pencabutan surat Penyediaan satuan ruang bagi PKL
persetujuan pembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bangunan; dan/atau dan ayat (2) wajib memperhatikan
k. pembongkaran bangunan. peraturan perundang-undangan di
 Pasal 72 (3) bidang bangunan.
Selain pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dikenakan denda paling banyak
10% (sepuluh perseratus) dari nilai
bangunan yang sedang atau telah
dibangun.

Review ditinjau pada bagian Mengingat No 22


Review atau kajian Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 9 Tahun 2014
Tentang Penyediaan Ruang bagi Pedagang Kaki Lima di Pusat prbelanjaan dan
Pusat Perkantoran di Kota Surabaya terhadap Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7
Tahun 2010 tentang Penyerahan Prasarana, Sarana, dan Utilitas pada Kawasan Industri,
Perdagangan , Perumahan dan Permukiman.

Peraturan Daerah Kota Surabaya Peraturan Daerah Kota Surabaya


Nomor 7 Tahun 2010 tentang Nomor 9 Tahun 2014 Tentang
Penyerahan Prasarana, Sarana, Penyediaan Ruang bagi Pedagang
dan Utilitas pada Kawasan Kaki Lima di Pusat prbelanjaan dan
Industri, Perdagangan , Pusat Perkantoran
Perumahan dan Permukiman
 Pasal (8) Ayat (1)  Pasal (7) Ayat (1)
Sarana pada kawasan Jenis Pusat Perbelanjaan yang wajib
perdagangan meliputi : Sarana menyediakan ruang bagi PKL
peribadatan, sarana pertamanan meliputi :
dan ruang terbuka hijau, sarana a. Pertokoan;
parkir, sarana kantin dan b. Mall;
tempat/ruang untuk pedagang c. Plaza; dan
informal/pedagang kaki lima d. Pusat Perdagangan.
dan/atau Usaha Mikro Kecil dan
Menengah.

 Pasal (10) Ayat (1)


Sarana pada kawasan industri
meliputi : sarana peribadatan,
sarana pertamanan dan ruang
terbuka hijau, sarana parkir,
sarana kantin, lahan untuk
usaha pedagang informal/
pedagang kaki lima; sarana
perumahan bagi pekerja/buruh;

Anda mungkin juga menyukai