Anda di halaman 1dari 6

RACHMAD WINARKO SUHAR PUTRA

21040113130083

PAPER PERENCANAAN WILAYAH

Wilayah dan Perencanaan Wilayah


Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
dengan batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek
fungsional (UU. 26/2007).
Wilayah adalah unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu di mana komponen-
komponen wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Sehingga
batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis.
Komponen-komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumberdaya buatan
(infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan.
Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan
sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu.
Konsep wilayah yang paling klasik (Hagget, Cliff dan Frey, 1977 dalam Rustiadi et al., 2011)
mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu :
1. Wilayah homogeny/formal (uniform/homogenous region)
Fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan dengan
keseragaman/homogenitas. Wilayah formal adalah suatu wilayah geografik yang seragam
menurut kriteria tertentu, seperti keadaan fisik geografi, ekonomi, sosial dan politik.
2. Wilayah nodal (nodal region)
Fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan koherensi dan
interdependensi fungsional, saling hubungan antar bagian-bagian dalam wilayah tersebut.
Kadang juga disebut wilayah nodal atau polarized region dan terdiri dari satuan-satuan
yang heterogen, seperti desa-kota yang secara fungsional saling berkaitan.
3. Wilayah perencanaan (planning region atau programming region)
Fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan
keputusan-keputusan ekonomi.
Wilayah dapat dibedakan berdasar kategori sebagai berikut :
1. Berdasar wilayah administrasi pemerintahan, seperti Kabupaten/Kota, Kecamatan,
Desa/Kelurahan dan Dusun/Lingkungan.
2. Berdasarkan kesamaan kondisi, yang paling umum adalah kesamaan kondisi fisik.
3. Berdasarkan ruang lingkup pengaruh ekonomi. Perlu ditetapkan terlebih dahulu
beberapa pusat pertumbuhan yang kira-kira sama besarnya, kemudian ditetapkan
batas-batas pengaruh dari setiap pusat pertumbuhan.
4. Berdasarkan wilayah perencanaan/program. Dalam hal ini, ditetapkan batas-batas
wilayah ataupun daerah-daerah yang terkena suatu program atau proyek dimana
wilayah tersebut termasuk dalam suatu perencanaan untuk tujuan khusus.
Ruang lingkup wilayah antara lain :
1. Supra urban (di atas ruang perkotaan)
2. Mempunyai dua komponen: desa dan kota
3. Bisa dibatasi oleh batas administratif atau bentuk alamiah
4. Memiliki kriteria pembatasan: homogenitas, fungsional/nodalitas, atau administrasi

PAPER PERENCANAAN WILAYAH


RACHMAD WINARKO SUHAR PUTRA
21040113130083

Gambar 1.1
Susunan Sistem Spasial Wilayah di Indonesia
Pengembangan wilayah (Regional Development) adalah upaya untuk memacu
perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan wilayah dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup. Pengembangan wilayah dalam jangka panjang lebih ditekankan pada
pengenalan potensi sumber daya alam dan potensi pengembangan lokal wilayah yang
mampu mendukung (menghasilkan) pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan sosial
masyarakat, termasuk pengentasan kemiskinan, serta upaya mengatasi kendala pembangunan
yang ada di daerah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan.
Pengembangan wilayah sangat dipengaruhi oleh komponen- komponen tertentu
seperti (Friedman and Allonso, 2008), antara lain adalah Sumber Daya Lokal, Pasar, Tenaga
Kerja, Investasi, Kemampuan Pemerintah, Transportasi dan Komunikasi serta Teknologi.
Perencanaan wilayah adalah penetapan langkah yang digunakan untuk wilayah tertentu sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Langkah tersebut antara lain menetapkan tujuan,
memperkirakan kondisi masa depan, memperkirakan kemungkinan masalah yang akan terjadi
dan menetapkan lokasi kegiatan (UU No. 26 Tahun 2007).
Berikut adalah Teori Tahapan Perkembangan yang dikemukakan Rostow :
1. Wilayah dicirikan oleh adanya industri yang dominan. Pertumbuhan wilayah sangat
bergantung pada produk hasil oleh industri tertentu.
2. Tahapan ekspor kompleks. Tahapan ini menggambarkan bahwa wilayah telah mampu
mengekpsor selain komoditas dominan juga komoditas kaitannya.
3. Tahapan kematangan ekonomi. Tahapan ketiga ini menunjukkan bahwa aktivitas
ekonomi wilayah telah terdiversifikasi dengan munculnya industri substitusi impor,
yakni industri yang memproduksi barang dan jasa yang sebelumnya harus diimpor
dari luar wilayah.
4. Tahapan pembentukan metropolis (regional metropolis). Tahapan ini memperlihatkan
bahwa wilayah telah menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk mempengaruhi/melayani
kebutuhan baran/jasa wilayah pinggiran.
5. Tahapan kemajuan teknis dan profesional (technical professional virtuosity). Tahapan
ini memperlihatkan bahwa wilayah telah memberikan peran yang sangat nyata
terhadap perekonomian nasional. Dalam wilayah berkembang produk dan proses-
proses produksi yang relatif canggih, baru, efisien dan terspesialisasi.
Pengembangan wilayah juga tak lepas dari pertumbuhan wilayah itu sendiri, berikut
adalah beberapa teori pertumbuhan wilayah :
1. Teori Lokasi Terpusat (Central Place Theory)
Teori ini adalah teori keruangan dalam geografi perkotaan yang berusaha menjelaskan
alasan dibalik pola distribusi, ukuran, dan jumlah kota di dunia. Teori ini pertama kali

PAPER PERENCANAAN WILAYAH


RACHMAD WINARKO SUHAR PUTRA
21040113130083

diperkenalkan oleh Walter Christaller pada tahun 1930, seorang ahli geografi
berkebangsaan Jerman, berdasar pada studi empiris di daerah sebelah Selatan Jerman.
Teori didasarkan pada asumsi Christaller bahwa (i) tidak ada hambatan pergerakan
penduduk; (ii) distribusi penduduk merata; (iii) daya beli yang sama. Sebagai asumsi
tambahan, manusia selalu membeli barang dari tempat terdekat, dan jika permintaan
barang tinggi maka akan tersedia sesuai dengan permintaan tersebut.
2. Teori Pusat Pertumbuhan
Teori Pusat Pertumbuhan (growth poles) adalah salah satu teori yang dapat
menggabungkan antara prinsip-prinsip konsentrasi dengan desentralisasi secara sekaligus
(Alonso dalam Sirojuzilam dan Mahalli, 2010). Dengan demikian teori pusat
pengembangan merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pembangunan regional
yang saling bertolak belakang, yaitu pertumbuhan dan pemerataan pembangunan
keseluruh pelosok daerah.
Teori pusat pertumbuhan juga ditopang oleh kepercayaan bahwa kekuatan pasar bebas
melengkapi kondisi terjadinya trickle down effect (dampak penetesan ke bawah) dan
menciptakan spread effect (dampak penyebaran) pertumbuhan ekonomi dari perkotaan ke
pedesaan.
3. Teori Basis Sumber Daya (Resources Endowment atau Resource Base )
Teori ini dikemukakan Harver Perloff & Lowdon Wingo, Jr. (1961) mengemukakan
perkembangan wilayah di Amerika yang berlangsung 3 tahap, yaitu (1) tahap
perkembangan pertanian ( - 1840), daerah berkembang adalah wilayah pertanian dan
pelabuhan (pusat); (2) tahap perkembangan pertambangan (1840- 1950), besi dan
batubara, memiliki forward linkages yang lebih luas dari sektor pertanian; (3) tahap
perkembangan amenity resources atau layanan.
Pertumbuhan wilayah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumberdaya dan
kemampuannya untuk memproduksinya, untuk keperluan ekonomi nasional danekspor.
Dengan kata lain wilayah memiliki comparative advantages terhadap wilayah lain
(spesialisasi). Kegiatan ekspor akan memperluas permintaan dan efek multiplier yang
berpengaruh pada dinamika wilayah.
4. Teori Basis Ekspor (Export Base atau Economic Base)
Teori ini merupakan perluasan dari teori reources endowment . Teori basis ekspor
merupakan bentuk model pendapatan wilayah yang paling sederhana. Teori basis ekspor
murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini membagi kegiatan
produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor
non basis. Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian
daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (competitive advantage) yang cukup
tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial
tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atauservice industries (Sjafrizal, 2008).
5. Pengembangan Agropolitan
Konsep pengembangan agropolitan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1974 oleh
Mc.Douglass dan Friedmann sebagai strategi baru pengembangan pedesaan. Meskipun
banyak makna yang terkandung di dalamnya, namun pada dasarnya pengembangan
agropolitan adalah memberikan pelayanan di kawasan pedesaan atau istilah yang disebut
Friedmankota di ladang.
Dengan kata lain, masyarakat desa atau petani tidak perlu lagi pergi ke kota untuk
mendapatkan pelayanan, baik pelayanan yang berhubungan dengan masalah produksi dan
pemasaran, maupun masalah yang berhubungandengan kebutuhan sosial budaya dan
kehidupan sehari-hari (Syahrani, 2001). Konsep ini pada dasarnya merupakan rancangan
pembangunan dari bawah (development from below) sebagai reaksi dari pembangunan
top down (development from above). Agropolitan merupakan distrik atau region selektif

PAPER PERENCANAAN WILAYAH


RACHMAD WINARKO SUHAR PUTRA
21040113130083

yang dirancang agar pembangunan digali dari jaringan kekuatan lokal ke dalam yang kuat
baru terbuka keluar (Sugiono, 2002).
6. Teori Pertumbuhan Neoklasik
Teori ini dikembangkan dan banyak dianut oleh ekonom regional dengan
mengembangkan asumsi Neoklasik. Tokohnya adalah Harry W. Richradson (1973) dalam
bukunya Regional Economic Growth. Teori ini mengatakan bahwa pertumbuhan wilayah
tergantung tiga faktor yaitu tenaga kerja, ketersediaan modal (investasi), dan kemajuan
teknologi (eksogen, terlepas dari faktor investasi dan tenaga kerja). Semakin besar
kemampuan wilayah dalam penyediaan 3 faktor tersebut, semakin cepat pertumbuhan
wilayah. Selain tiga faktor di atas, teori ini menekankan pentingnya perpindahan
(mobilitas) faktor produksi, terutama tenaga kerja dan modal (investasi) antarwilayah, dan
antarnegara. Pola pergerakan ini memungkinkan terciptanya keseimbangan pertumbuhan
antarwilayah.
7. Teori Baru Pertumbuhan Wilayah
Teori ini percaya pada kekuatan teknologi (sebagai faktor endogen) dan inovasi
sebagai faktor dominan pertumbuhan wilayah (untuk meningkatkan produktivitas).
Kuncinya adalah investasi dalam pengembangan sumberdaya manusia dan penelitian dan
pengembangan (research and development).
Teknologi tinggi dan inovasi yang didukung oleh sumberdaya manusia yang
berkualitas dan riset dan pengembangan adalah syarat meningkatkan pertumbuhan
wilayah. Pengalaman di negara lain (maju) menunjukkan bahwa semakin tinggi faktor di
atas, maka perkembangan wilayah semakin cepat.Termasuk dalam lingkup teori ini
adalah dimasukkannya variabel-variabel non ekonomi dalam Model Ekonomi Makro.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu faktor ekonomi meliputi (1) sumberdaya alam, (2) akumulasimodal atau
investasi, (3) kemajuan teknologi dan faktor non ekonomi meliputi(1) faktor sosial,
seperti pendidikan dan budaya, (2) faktor manusia (tenaga kerja), (3) faktor politik dan
administrasi.
Dikaitkan dengan wilayah formal dan fungsional, dikenal dua pendekatan dalam
perencanaan wilayah:
1. Pendekatan teritorial
Pendekatan perencanaan ini dikenal sebagai pendekatan
bottom up, karena tujuannya adalah meningkatkan perkembangan wilayah dengan
mempertimbangkan aspirasi penduduk;
2. Pendekatan fungsional
Memperhitungkan lokasi dengan berbagai kegiatan ekonomi dan pengaturan secara
ruang dari sistem perkotaan mengenai berbagai pusat dan jaringan. Hal tersebut banyak
berhubungan dengan berbagai model sepertigrafitasi, analisis output-input dan
sebagainya. Kelompok sosial yang membentuk pendekatan ini khas fungsional-terikat
oleh kepentingan kelompok, seperti klas sosial, perserikatan dagang dsb. Dalam
perencanaan wilayah, pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan top-down.
Dari sisi teori perencanaan antara lain (Etzioni, 1967), adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan komprehensif (rational planning model)
Merupakan suatu kerangka pendekatan logis dan teratur, mulai dari diagnotis sampai
kepada tindakan berdasarkan kepada analisis fakta yang relevan, diagnosis masalah yang
dikaji melalui kerangka teori dan nilai-nilai, perumusan tujuan dan sasaran untuk
memecahkan masalah, merancang alternatif cara-cara untuk mencapai tujuan, dan
pengkajian efektivitas cara-cara tersebut. Pendekatan ini memerlukan survei yang
komprehensif pada semua alternatif yang ada.
2. Pendekatan inkremental (incremental planning model)

PAPER PERENCANAAN WILAYAH


RACHMAD WINARKO SUHAR PUTRA
21040113130083

Memilih diantara rentang alternatif yang terbatas yang berbeda sedikit dari
kebijaksanaan yang ada. Pengambilan keputusan dalam pendekatan ini dibatasi pada
kapasitas yang dimiliki oleh pengambil keputusan serta mengurangi lingkup dan biaya
dalam pengumpulan informasi.
3. Pendekatan mixed-scanning (strategic planning model)
Kombinasi dari elemen rasionalistik yang menekankan pada tugas analitik penelitian
dan pengumpulan data dengan elemen inkremental yang menitikberatkan pada tugas
interaksional untuk mencapai konsensus. Proses yang tercakup dalam mixed scanning ini
adalah strength, weakness, opportunity dan threat (SWOT).
Tujuan pembangunan wilayah adalah sebagai berikut :
1. Memanfaatkan sumberdaya secara optimal sehingga dapat mewujudkan potensi
pembangunan wilayah dalam suatu jangka waktu tertentu dengan dampak minimum
dalam mencapai kesetaraan ekonomi
2. Menjamin perencanaan dan distribusi penduduk dan sumberdaya ekonomi yang setara
dari sebuah daerah.
3. Mengatur lahan yang tersedia dalam pola ruang yang paling menguntungkan dan
produksif bagi wilayah dan negeri dalam skala luas.
4. Alokasi sumberdaya tertentu untuk menghasilkan kegiatan ekonomi di wilayah
terbelakang untuk menstabilkan ekonominya melalui perencanaan sejumlah
kotamenengah yang memadai dan untuk menyediakan layanan, pekerjaan, dan
fasilitas sosial dan budaya.
5. Menghindarkan ekspansi perkotaan yang tidak sehat
Analisis Sistem Keruangan Wilayah
Sebuah wilayah disusun oleh dua komponen, yaitu :
1. Pusat permukiman, tempat di mana sebagian besar penduduk bermukim. Daerah ini
adalah urban area (human settlement) meliputi penduduk dan aktivitasnya (work, live
and play) serta kawasan terbangun (infrastructures, buildings, facilities).
2. Daerah produksi, tempat di mana kegiatan ekonomi (yang mengkonsumsi lahan)
berlangsung. Daerah ini adalah rural area (production centers) yang didominasi oleh
kegiatan pertanian serta terdapat beberapa permukiman kecil yang tersebar.
Tujuan analisis keruangan adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji struktur keruangan wilayah yang ada, meliputi hirarki pusat-pusat dan
jangkauan pengaruh (pelayanan) pusat-pusat.
2. Mengkaji keterhubungan di antara unit keruangan, meliputi hubungan antara
economic linkages dengan interaksi keruangan, aksesibilitas antar pusat dengan
wilayah sisanya serta hambatan yang ada dalam interaksi tersebut.
Adapun klasifikasi analisis keruangan sebagai berikut :
1. Analisis sistem pusat permukiman, meliputi analisis sistem kota-kota serta hirarki dan
fungsi kota dalam sistem pusat permukiman.
2. Analisis keterkaitan ruang, meliputi analisis aksesibilitas, interaksi keruangan serta
analisis arus.
Analisis Perekonomian Wilayah
Ada dua jenis analisis ekonomi dalam perencanaan, yaitu :
1. Analisis agregat wilayah (Agregat Regional Analysis)
a. melihat wilayah sebagai replika dari nasional dengan modifikasi
b. wilayah dipandang sebagai sebuah unit dalam konteks ruang yang lebih luas
2. Analisis intrawilayah (Intra Regional Analysis)
a. melihat secara lebih mendalam apa yang ada di wilayah
b. wilayah dilihat sebagai susunan atau sum (penjumlahan) dari elemen-elemen
yang ada di dalamnya

PAPER PERENCANAAN WILAYAH


RACHMAD WINARKO SUHAR PUTRA
21040113130083

DAFTAR PUSTAKA
Friedmann, J. and W. Alonso (eds.) 1975. Regional development planning: the
progress of a decade, dalam Friedmann dan Alonso (eds.) Regional Development
and Planning: Readings in Theory and Applications. Cambridge: MIT Press, pp. 792-
808.

PAPER PERENCANAAN WILAYAH

Anda mungkin juga menyukai